Anda di halaman 1dari 16

4.

3 Pekerjaan bored pile


Pondasi tiang dapat dibedakan atas 2 macam cara yaitu:
1. Displacement piles
2. Non displacement pile

a. Displacement Piles
Displacement piles adalah suatu tiang yang masif atau berongga,
yang pada proses pemancangannya ke dalam tanah mengakibatkan
terjadinya perpindahan sejumlah tanah baik dalam arah horizontal maupun
vertical. Berdasarkan banyaknya tanah yang dipindahkan karena
pemancangan, dapat dibedakan displacement piles menjadi dua yaitu : large
displacement pile dan small displacement pile.
a. Large Displacement Pile
Terdiri dari tiang masif, atau tiang yang bersifat seperti tiang masif, jika
dipancang akan mendesak tanah.
b. Small displacement Pile
Yaitu tiang yang bentuk pemancangannya tidak mendesak tanah terlalu
besar jika dipancang.

b. Non displacement pile


Non displacement pile atau replacement pile adalah suatu tiang yang
dilakukan dengan cara membuat lubang di dalam tanah terlebih dahulu,
kemudian struktur tiang yang terdiri dari beton di cor ke dalam lubang
tersebut. Dengan cara pemasangan tersebut di atas, maka pada non
displacement pile tidak terjadi perpindahan tanah akibat desakan tiang
sewaktu di pancang.
Ditinjau dari bahan tiang, terdiri atas :
1. Tiang beton dicor di lubang (bored and cast in situ concrete pile)
2. Tiang pipa baja dimasukkan di dalani Iubang bor dan diisi beton
Keuntungan dari pondasi bor pile adalah :
1. Kebisingan pada saat melaksanakan pekerjaan relatif kecil sehingga
cocok untuk pekerjaan pada daerah yang padat penduduknya.
2. Diameter biasanya lebih besar dari pada tiang pracetak dan daya dukung
setiap tiang juga lebih besar, sehingga pile cap dapat dibuat lebih kecil.
3. Pada pelaksanaan pengeboran jenis tanah atau batuan yang dikeluarkan
dapat diperbandingkan dengan hasil penyelidikan tanah.
4. Alat bor dapat menembus lapisan tanah keras atau rintangan lainnya
yang tidak dapat ditembus oleh tiang pancang.

Sedangkan kerugiannya adalah :


1. pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan tanah disekitar
lubang dan keruntuhan tanah kedalam lubang bila tanah berupa pasir
atau tanah yang berkerikil.
2. Dalam banyak hal, beton dari tubuh tiang diletakkan di bawah air
sehingga kualitasnya menjadi lebih rendah dari tiang-tiang pracetak.
3. Ketika beton dituangkan, ada kemungkinan adukan beton akan
tercampur dengan runtuhan tanah jika lubang tidak diberi casing.
4. Pembesaran ujung bawah tiang tidak dapat dilakukan bila tanah berupa
pasir atau tanah non kohesif umumnya.

4.4 Daya Dukung Tiang


Anggapan dasar dalam menghitung daya dukung ultimete tanah untuk
pondasi tiang biasanya dituangkan dengan rumus :
Qult = Qub + Qas-Wt ....(1)
Karena berat sendiri tiang (Wt) biasanya dianggap sama berat dengan tanah
yang dipindahkan, maka rumus (1) di atas disederhanakan menjadi :
Qult = Qub + Qus= qbu. Ab + Z . f i . Aps..(2)
dimana:
Qut = daya dukung ultimit total
Qub = tahanan tekan ultimit ujung tiang
Qus = tahanan friksi ultimit / kulit tiang
Ab = luas penampang ujung tiang
qbu = tekanan ultimit ujung tiang
APi = luas permukaan kulit tiang pada lapisan tanah
fi = tegangan friksi ultimit pada lapisan tanah
persamaan (2) secara eksplisit menyatakan bahwa daya dukung ultimit
fondasi tiang adalah jumlah aljabar tahanan tekanan ultimit ujung tiang
ditambah jumlah tahanan friksi ultimit permukaan dari masing-masing
lapisan tanah. Dengan demikian, rumus tersebut juga menyatakan bahwa
tahanan friksi ultimit masing-masing lapisan tanah dapat dimobilisasi secara
bersamaan pada keadaan ultimit.
Pada dasarnya rumus (2) dapat dipakai, namun cara perhitungan yang
akan lebih dibahas adalah cara perhitungan berdasarkan laboratorium, SPT
dan CPT.

4.4.1 Daya dukung berdasarkan data laboratorium

a. Cara Skempton (1966)


Qu = w * Cu * Nc * Ab + a * C * As (ton)
Dimana : w = factor daya dukung
= 0.8 untuk diameter tiang <1,00 m
= 0.75 untuk diameter tiang >1,00 m
Nc = factor daya dukung
Ab = luas penampang dasar tiang (m2)
As = luas selimut tiang yang dihitung dan keliling dikalikan
dengan panjang tiang (m2).
Cu = kohesi tanah sepanjang tiang (t/m2)
C = kohesi tanah (t/m2)

4.4.2 Daya dukung tiang berdasarkan data SPT


a. Metode Meyerhof
Qult = 1/3 * 40 *N* Ab + 02 *N * Aps (tm)
Dimana : N = Nilai N-SPT pada setiap lapisan atau ujung tiang
Ab = Luas penampang tiang (m2)

b. Shioi & Fukui


Qult = 10 * N * Ab + 0 1 * N * Aps
4.4.3 Daya dukung berdasarkan data CPT
a. Metode Meyerhof (1956)
Pu= 1/3 * qc * Ap + Vt *K * JHP
Dimana : qc = Tahanan ujung konus (kg/cm2)
Ap = luas penampang tiang (cm2)
K = keliling tiang (cm)zwaAZS
JHP = Jumlah hambatan pelekat (kg/cm)
b. Bustamante M & Gianeselli L
Pu = Kc * qc * Ab + n * d * qf
Dimana : Kc = 0.45 untuk qc > 50 kg/cm
Kc = 0.40 untuk qc > 50 kg/cm tetapi < 120 kg/cm
qc = Tahanan ujung konus (kg/cm2)
qf = Total Friksi (kg/cm)

4.5 Perhitungan daya dukung tiang

Perhitungan yang dibahas dalam laporan kerja praktek adalah


perhitungan daya dukung tiang bor pada proyek gedung Medan Focal Point
berdasarkan data test dilaboratorium dan dilapangan yaitu SPT dengan
menggunakan beberapa rumus yang telah dijelaskan dalam metode diatas.
Dari hasil perhitungan daya dukung tiang bor tersebut kemudian dilakukan
perbandingan dengan hasil uji pembebanan yaitu hasil loading test.
Data yang digunakan sebagai parameter untuk menghitung daya
dukung tiang bor pada proyek ini antara lain:
a. Data dimensi masing-masing tiang
b. Data kedalaman masing-masing tiang
c. Data tanah (masing-masing terlampir)
4.5.1 Perhitungan daya dukung tiang berdasarkan data SPT

Data Tiang No. Type P5 (BH-01)


a. Diameter tiang : 60 cm
b. Panjang tiang : 23 m
c. N value setiap lapisan tanah :
1. N lapisan 1 = 14
2. N lapisan 2 = 5
5+ 8+12+19+10+17
=11 . 833
3. N lapisan 3 = 6
27+29
=28
4. N lapisan 4 = 2
5. N lapisan 5 = 60
1
d2
d. Ab = 4
1
(3.14) (0.60)2
= 4
= 0.283 m2
1. Perhitungan daya dukung satu ting dengan Metode Mayerhof :

Qult = 1/3 * 40 *N* Ab + 02 *N * Aps (tm)

Aps = d
= 3.14 *0.60
= 1.884 m2
Untuk lapisan 1 (kedalaman 9.5-10.5)
QS1 = 0.2 * N * Aps

= 0.2 * 14 * 1.884 m2 * 2 m
QS1 = 10.550 ton
Untuk lapisan 2 (kedalaman10.5-13.0)
QS2 = 0.2 * N * Aps

= 0.2 * 5 * 1.884 m2 * 2.5 m


QS2 = 4.710 ton

Untuk lapisan 3 (kedalaman 13.0-23.0)


QS3 = 0.2 * N * Aps
= 0.2 * 11.883 * 1.884 m2 * 10 m
QS3 = 44.775 ton
Untuk lapisan 4 (kedalaman 23.0-27.5)
QS4 = 0.2 * N * Aps

= 0.2 * 28 * 1.884 m2 * 4.5 m


QS4 = 47.476 ton
Untuk lapisan 5 (kedalaman 27.5-30.0)
QS5 = 0.2 * N * Aps

= 0.2 * 60 * 1.884 m2 * 2.5 m


QS5 = 56.52 ton
Untuk ujung tiang
Qbase = 1/3 * 40 * N * Ab

= 1/3 * 40 * 60 * 0.283 m2
Qbase = 226.40 ton
Maka, Qult = 226.40 ton + 56.52 t0n
Qult = 282. 92 ton
2. Perhitungan daya dukung satu ting dengan Metode Shioi & Fukui :
Qult = 10 * N * Ab + 0 1 * N * Aps

Aps = d
= 3.14 *0.60
Aps = 1.884 m2
Untuk lapisan 1 (kedalaman 9.5-10.5)
QS1 = 0.1 * N * Aps

= 0.1 * 14 * 1.884 m2 * 2 m
QS1 = 5.275 ton
Untuk lapisan 2 (kedalaman10.5-13.0)
QS2 = 0.1 * N * Aps

= 0.1 * 5 * 1.884 m2 * 2.5 m


QS2 = 2.335 ton

Untuk lapisan 3 (kedalaman 13.0-23.0)


QS3 = 0.1 * N * Aps

= 0.1 * 11.883 * 1.884 m2 * 10 m


QS3 = 22.387 ton
Untuk lapisan 4 (kedalaman 23.0-27.5)
QS4 = 0.1 * N * Aps

= 0.1 * 28 * 1.884 m2 * 4.5 m


QS4 = 23.738 ton
Untuk lapisan 5 (kedalaman 27.5-30.0)
QS5 = 0.1 * N * Aps

= 0.1 * 60 * 1.884 m2 * 2.5 m


QS5 = 28.260 ton
Qs total = QS1 + QS2 + QS3 + QS4 + QS5
= 5.275 + 2.335 + 22.387 + 23.738 + 28.260
Qs total = 81.995 ton
Untuk ujung tiang
Qbase = 10 * N * Ab

= 10 * 60 * 0.283 m2
Qbase = 169.80 ton
Maka, Qult = 169.80 ton + 81.995 ton
Qult = 251.795 ton

4.6 Uji Pembebanan


Pembebanan pada sebuah tiang uji memungkinkan dilakukannya
penentuan secara langsung beban ultimitnya dan merapakan suatu cara
untuk memperkirakan keakuratan nilai yang diramalkan. Pengujian tersebut
dapat juga dilakukan dengan menghentikan pembebanan ketika beban kerja
yang diusulkan telah dilewati persentase yang telah dispeksifikasikan. Hasil-
hasil pengujian pada sebuah tiang utama belum tentu mencerminkan
kemampuan semua tiang lainnya yarig berada di tempat yang sama, karena
itu diperlukan beberapa kali pengiijian yang cukup memadai yang
tergantung pada luasnya penyelidikan tanah.
Tiang yang dipancangkan ke dalam lempung tidak boleh diuji untuk
paling sedikit satu bulan setelah pemancangan untuk memberi kesempatan
bertambahnya friksi kulit.
Pembebanan dilakukan dengan menambah beban sedikit demi
sedikit, setiap beban dibiarkan sampai penurunan berbenti. Penuranan
diukur dan dicatat selama 24 jam, misalnya setiap jam. Dengan demikian
kita dapat membuat grafik beban dan penurunan terhadap waktu daii juga
dapat dibuat grafik penurunan terhadap beban. Dari grafik inilah yang dapat
menunjukkan daya dukung tiang.
Dalam uji beban i'ni terdapat berbagai macam cara, namun dibawah
ini hanya akan disebut beberapa saja yang dianggap cukup terkenal dan
mempunyai nilai kegunaan praktis tersendiri.
a. Cara Chin
Cara Chin didasari anggapan bahwa bentuk grafik hubungan
pembebanan vs penurunan adalah hyperbola. Meskipun uji beban
belum dilakukan sampai batas beban kegagalan, dengan aggapan grafik
berbentuk hyperbola, maka beban kegagalan dapat diperkirakan. Grafik
hubungan pembebanan vs penurunan digambarkan dengan bentuk d/Q
sebagai sumber tegak dan d sebagai sumber datar, sehingga grafik kurva
berbentuk hypembola menjadi garis lurus.
Dari hubungan d/Q = d*C1 + C2
Didapat Quc = 1/C1
Beban ultimit dikoreksi dengan rumus = (0.8-0.9)
b. Cara Mazurkiewicz"s
Cara Mazurkiewiecs didasari anggapan bahwa bentuk grafik
hubungan pembebanan vs penurunan adalah sedemikian rupa sehingga
jika dilakukan manipulasi gambar, bisa ditentukan beban kegagalan.
Evaluasi uji pembebanan pada proyek pembanguna gedung Medan
Focal Point adalah sebagai berikut :
4.6.1 Evaluasi uji Pembebanan
Pengujian daya dukung tiang bor dengan uji beban statik adalah uji
standard untuk setiap bangunan, yaitu pembebanan langsung tiang pondasi
dengan besar beban 200 % atau 300 % daya dukung ijiin (working load)
tiang. Uji beban sebesar 200 % lebih ditujukan untuk proof-test saat
konstruksi, sedangkan uji beban sebesar 300 % ditujukan untuk mencari
daya dukung batas tiang, untuk keperluan design. Yang perlu diperhatikan
pada uji tiang bor adalah pengujian boleh dilakukan setelah 14 - 30 hari,
agar beton mencapai kekuatan yang diinginkan dan keadaan tanah yang
terganggu dapat kembali seperti keadaan semula.
Rencana pondasi bangunan ini adalah bore pile dengan diameter
600 mm pada kedalaman 23 m dari cut of level (COL). Percobaan
pembebanan dilakukan pada pile terpakai (use pile) dengan beban
maksimum percobaan 2 x 150 ton. Sistem pembabanan yang digunakan
adalah Pembebanan memakai sistim kentledge, yaitu dengan menumpuk
blok-blok beton atau material lain sesuai yang dibutuhkan. Cara lainnya
dengan menggunakan reaction pile (Anchor System) yaitu menggunakan
tiang bor lain atau ground anchor yang akan berfungsi sebagai tiang tarik.
Pembebanan pada kepala tiang dilakukan dengan dongkrak hidrolik
(gambar 4.17).
Gambar 4.17. Pengujian dengan system kentledge
Pelaksanaan sistem pembebanan di atas memerlukan waktu yang
lama dan tempat yang luas serta biaya besar. Selama pembebanan semua
kegiatan di sekitar area tesebut harus berhenti karena dapat mengganggu
ketelitian hasil pengujian. Data penting dari pengujian ini adalah
diperolehnya graphik hubungan antara penurunan tiang (settlement) vs
beban (load). Dari grafik ini, dengan menggunakan berbagai metoda,
seperti metoda CHIN, metoda Davission, metoda Log P vs. Log S dan
Mazurkiewich dapat diprediksi daya dukung batas dari tiang.
a. Data Tiang Bor
Test pile yang dilaksanakan adalah axial static compresi pada 1
(satu ) tiang bor dengan diameter 600 mm. test pile ini dimaksudkan untuk
mengetahui besarnya kapasitas ijin tiang.
Data tiang bor yang diuji dilihat pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1. Data tiang bor
No. pile P 108
Diameter pile 600 mm
Tanggal pengeboran 2 Februari 2011
Tanggal pengecoran 2 Februari 2011
Tanggal pengujian 6 April 2011 - 8 April 2011
Type test Axial static compressi
Volume beton 12 m3
Ground level -2.540
Cut of level -9.500
Kedalaman bor dari ground level 29.960
Pile length 28. 00
Concrete grade Fc350 mpa
Slump 18 2 cm

b. Prosedur pengujian
Uji pembebanan dialakukan sesuai dengan prosedur ASTM D 1143
81, pembebanan siklik dengan 4 siklus loading-unloading. Pembebanan
maksimum adalah 200% design load, dimana step pembebanan adalah
25% design load. Kentledge system digunakan untuk memberikan reaksi
pada hidrolik jack. Untuk mengukur penurunan tiang digunakan 4 (empat)
buah dial guage, yang terletak diseputar tiang dan bertumpu pada
reference beam yang bebas dari pengaruh penurunan tanah akibat beban
pada tiang.
Prosedur pengujian uji pembebanan anatara lain sebagai berikut :
1. Persiapan tiang yang akan di uji
Sebelum pengujian dilakukan pada pile yang akan diuji dilakukan
persiapan tiang yang akan di uji yakni dengan pengetesan kepala tiang
(permukaan tiang diratakan) sampai mencapai beton keras sehingga saat
pengujian kepala tiang tidak pecah.
Area yang digunakan pada pengujian harus diratakan disekitar area
tiang yang akan diuji dengan ukuran 10 x 12 m. area tersebut difungsikan
untuk pembuatan/penyusunan block beton sebagai kaki test pile. Elevasi as
pembabanan ditentukan pada tiang yang akan diuji untuk meletakkan jack
hidrolic, dial gauges dan perlengkapan test lainnya.

2. Pembacaan loading test


Setiap tahap pemberian beban, pembacaan harus dicatat oleh
pelaksanan pengujian. Penerapan beban pada tiang yang diuji diukur oleh
pressure gauge.
Pembacaan dial gauge dan scale rule yang terbaca selama pergerakan
tiang/penurunan tiang.
Sedangkan syarat-syarat prosedur percobaan :
1. Percobaan pembebanan dilaksanakan sesuai dengan American society
for testing material (ASTM) designation D 1143-81.
2. Rencana pembebanan
Prosentasi dari design load :
a. Cycle I : 0%-25%-50%-25%-0%
b. Cycle II : 0%-50%-75%-100%-75%-50%-0%
c. Cycle III : 0%-50%-100%-125%-150%-125%-100%-50%-0%
d. Cycle IV : 0%-50%-100%-150%-175%-200%-175%-150%-
100%-50%-0%
Semau pencatatan pembacaan harus ditandatangani oleh semua pihak.
Ditambahkan keterangan kondisi cuaca dan pencatatan waktu.
3. Pengajuan laporan
Kurva load-deflection yang harus direncanakan selama berjalannya
test. Pengajuan laporan harus menemui perencanaan sebagai berikut :
a. Kurva load deflection
b. Laporan akhir, dimana pada laporan akhir terdiri atas :
1. Kurva load-deflection dan load-time-deflection
2. Semua hasil pencatatan data
3. Dokumentasi selama pengetesan
4. Kalibrasi alat test yang digunakan

4. Pencatatan waktu, beban dan perpindahan


1. Selama pembabanan beban
a. Menjelang dan setelah pemberian beban
b. Jarak waktu 5 menit
c. Setelah pemberian baban maksimum, jarak waktu 5 menit.
2. Selama penurunan
a. Menjelang dan setelah pemberian beban
b. Jarak waktu 5 menit
c. Setelah beban total diturunkan, pembacaan dilakukan pada
waktu 15 dan 30 menit.
3. Tipe reaksi
Pemberian beban dilakukan dengan hidrolik pump yang ditransfer
lewat jack hidrolic yang memberikan beban ke tiang yang di test.
Semua system reaksi harus direncanakan dan dibuat untuk
menahan beban 25% lebih besar dari beban maksimum.
4. Pengukuran perpindahan
1. Jarak antara tiang test ke refrensi beam tidak lebih dari 2 m
2. Minimal menggunakan 4 (empat) dial gauge.
Hasil test factual untuk test aksial kompressi (tekan) berupa
besarnya settlement tiang untuk beban 100% design load, 200% design
load, dan residual settlement dirangkum dalam tabel 4.2 berikut. Dari data-
data factual ini diprediksdi kinerja tiang yang di test.
Tabel 4.2. Rangkuman data factual hasil test
Panjang settlement
No. Tiang Diameter
total
bor (mm) 100% DL 200% DL residual
(m)
108 600 28 2.668 5.443 1.965

4.6.2 Evaluasi Hasil Pile Load Test


Hasil test di interprestasikan untuk mendapatkan kapasitas batas
(ultimate) tiang. Tersedia berapa metoda interpestasi untuk mendapatkan
kapasitas batas tiang, dimana metoda yang diguanakan tersebut
digolongkan dalam 2 golongan yaitu :
1. Metode interprestasi yang menghasilkan ultimate capacity, dan
2. Metode interprestasi yang menghasilkan yield capacity.
Factor keamanan 2.5 harus diberikan pada metoda-metoda interprestasi
yang menghsilkan ultimate capacity untuk mendapatkan kapasitas ijin
tiang, sedangkan factor keamanan 2 harus diberikan pada metode-
metode interprestasi yang menghasilkan yield capacity.
Metode interprestasi yang digunakan untuk mendapatkan kapsitas
ijin tiang pada proyek ini adalah dengan menggunakan metode Chin.
Metode chin (ultimate load) didefinisikan sebagai inverse slope
dari garis yang menyatakan hubungan settlement/load versus settlement.
Ultimate load versus settlement. Ultimate load yang diperoleh dari metode
ini harusdibagi dengan faktor koreksi yang besarnya berkisar antara 1.0
sampai 1.4. semakin dekat beban test maksimum dengan ultimate load,
semakin kecil factor koreksinya.
Load test ini dilakukan dari permukaan tanah dengan kedalaman
tiang diukur dari top pile. Dengan demikian maka nilai ultimate capacity
tersebut tidak perlu dikurangi tahanan friksi tiang diatas COL (cut of level)
untuk mendapatkan revised Ultimate Capacity, Pult, Pult (rev). Selanjutnya,
Pult (rev) tersebut dibagi dengan factor keamanan minimum, atau faktor
koreksi (FK) minimum masing-masing metode interprestasi, untuk
mendapatkan daya dukung ijin tiang bor, seperti ditunjukkan pada tabel
4.3. Besarnya tekanan friksi tiang diatas C.O.L dianggap kecil.

Tabel 4.3 Rangkuman hasil evaluasi test axial static compressi


Metode Pult Pult (rev) FK P (ijin)
evaluasi (ton) (ton) (min) (ton)
CHIN 416.667 416.667 1.4 297.619
Catatan :
1. Pult (rev) = Pult dikurangi friksi tiang diatas C.O.L
2. Friksi diatas C.O.L diabaikan
3. P(ijin) = Pult (rev) /FK (min)
Nilai kapasitas ijin tiang sebesar 297.619 ton adalah nilai kapasitas ijin
pada waktu loading test. Untuk production pile nilai ini perlu dikalikan
dengan faktor workmanship sebesar 0.9 sehingga untuk production pile,
besarnya kapasitas ijin tiang bor dengan diameter 60 cm serta panjang
efektif 28 m = 0.9 x 297.619 ton = 267.857 ton.
Dari data hasil pengujian maka dengan metode chins didapat
grafik hubungan antara penurunan dengan beban sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data loading test BP. 108
Settlement Load Settlement/load
(mm) (Ton) (mm/Ton)
0.000 0.000 0.000
0.303 37.500 0.008
0.743 75.000 0.010
1.165 112.500 0.010
1.655 150.000 0.011
2.260 187.500 0.012
2.803 225.000 0.012
3.363 262.500 0.013
5.443 300.000 0.018

Percent loads settlement


cycle
(%) (tons) (mm)
0.00 0.00 0.000
25.00 37.50 0.303
I 50.00 75.50 0.743
25.00 37.50 0.645
0.00 0.00 0.177
50 75 0.738
II 75 112.5 1.165
100 150 1.655
75 112.5 1.648
50 75 1.478
0 0 0.368
50 75 0.828
100 150 1.678
III 125 187.5 2.260
150 255 2.803
125 187.5 2.693
100 150 2.583 Tabel 4.5. Load
50 75 1.658
displacement data
0 0 0.420
50 75 1.023
100 150 1.765
150 225 2.783
IV 175 262.5 3.363
200 300 5.443
150 225 5.288
100 150 4.540
50 75 3.538
0 0 1.965
Dari data displacement maka diperole grafik hubungan antara beban (ton)
dengan penurunan (settlement) yang ditunjukkan pada grafik sebagai
berikut :

Anda mungkin juga menyukai