Anda di halaman 1dari 40

MASALAH RACUN DAN KERACUNAN DALAM SEKTOR RUMAH SAKIT ,

RUMAH TANGGA DAN INDUSTRI

Disusun
Oleh :
Kelompok 3
Kelas A

GRACELLA K11113352
RIZKAHIDAYATI K11113002
NADIAH ANGGARAINI FARID K11113366

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan limpahan rahmat-Nyalah sehinga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judulMASALAH RACUN DAN KERACUNAN DALAM SEKTOR
INDUSTRI, RUMAH SAKIT , DAN RUMAH TANGGA untuk memenuhi salah
satu mata kuliah yaitu Analisis limbah B3 di industri. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada setiap pembaca. Penyusun menyadari bila
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan saran dari pembaca
akan sangat membantu kami dalam menyusun makalah yang jauh lebih baik lagi.

Makassar, , February 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Penulisan...................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

A. Definisi Limbah B3.............................................................................4


a.1 Jenis limbah menurut sumbernya....................................................5
a.2 Karakteristik limbah berdasaran sumbernya...................................6
B. Definisi Racun ....................................................................................8
C. Keracunan............................................................................................11
D. Industri Rumah Sakit...........................................................................11
d.1 Racun dan Keracunan Pada Sektor Industri RS............................12
d.2 Dampak Limbah RS......................................................................17
d.3 Bahan beracun dan Infeksius yang Terdapat Dilingkungan RS....18
E. Limbah Rumah Tangga dan Pengelolaannya.......................................19
e.1 Bahan Kimia RT Yang dapat bersifat racun ..................................19
e.2Penyebab Terjadinya keracunan Baik pada industri RS maupun
Rumah Tangga................................................................................22
F. Racun dan Keracunan Pada Sektor Industri........................................22
f.1 Masalah lingkungan dan Keracunan
Bahan Logam/Metaloid Pada Industri............................................23
f.2 Masalah lingkungan yang terjadi di areal perindustrian.................23
f.3 Keracunan Bahan Logam/Metaloid Pada Industrialis....................24
f.4 Keracunan Bahan Organik...............................................................24
f.5 metode pengelolaan limbah b3 ......................................................25
f.6 Usaha untuk mencegah keracunan di tempat kerja .......................26
G. Tingkat keracunan Bahan Beracun........................................................28
g.1 faktor yang menentukan tingkat keracuna.....................................28
g.2 tanda dan gejala terjadinya keracunan...........................................30
g.3 upaya pencegahan dan pengelolaan limbah...................................30
H. Study Kasus keracunan........................................................................32
BAB III PENUTUP .........................................................................................37
a. Kesimpulan ..................................................................................37
b. Saran.............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................39

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah
tangga, perusahaan, kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa
cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi
kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut
dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
Limbah tersebut akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan maupun kesehatan manusia bila tidak dikelola dengan benar.
Keberadaan limbah B3 sebagian besar memang berasal dari sektor industri
yang di satu pihak akan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi
kesejahteraan hidup rakyat, dan di lain pihak industri itu juga banyak
menghasilkan limbah. Diantara limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
industri tersebut dapat berupa limbah bahan berbahaya dan beracun atau
yang lebih dikenal dengan sebutan Limbah B3. Sebelum limbah tersebut
dikatakan sebagai limbah B3 diperlukan sebuah identifikasi, dalam
identifikasi limbah B3 diperlukan uji karakteristik dan uji toksikologi atas
limbah tersebut.
Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele,
karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) tersebut
dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan
penanganan yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka
dampak dari Limbah Bahan Berbahaya dan beracun tersebut akan semakin
meluas, bahkan dampaknya pun akan sangat dirasakan bagi lingkungan
sekitar kita, dan tentu saja dampak tersebut akan menjurus pada kehidupan
makhluk hidup baik dampak yang akan dirasakan dalam jangka pendek
ataupun dampak yang akan dirasakan dalam jangka panjang dimasa yang
akan datang.

4
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.Apakah yang dimaksud dengan limbah B3?
2. Apakah yang dimaksud dengan Racun dan Keracunan ?
3. Bagaimana Mekanisme terjadinya Keracunan pada suatu indutri, baik
rumah sakit, maupun rumh tangga ?
4. bagaimana pengelolaan limbah yang di hasilkan oleh sektor indutri,
rumah sakit, maupun rumah tangga. ?
bagaimana upaya/peranan yang sebaiknya dilakukan oleh pihak tempat
kerja dalam mengatasi suatu permasalalahan limbah B3 di tempat kerja?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini antara lain:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan limbah B3
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Racun dan Keracunan
3. Mengetahui bagaimana Mekanisme terjadinya Keracunan pada suatu
indutri, baik rumah sakit, maupun rumah tangga
4. bagaimana pengelolaan limbah yang di hasilkan oleh sektor indutri,
rumah sakit, maupun rumah tangga.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Limbah Berbahaya dan Beracun ( B3)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
limbah merupakan sisa suatu usaha dan/ atau kegiatan. Sedangkan
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena
sifat atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan merusakkan lingkungan hidup,
sehingga dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Apabila limbah
mengandung salah satu pencemar yang terdapat Peraturan Pemerintah,
dengan konsentrasi sama atau lebih besar maka limbah tersebut
merupakan limbah B3. Bila nilai konsentrasi zat pencemar labih kecil
dari nilai ambang batas maka dilakukan uji toksikologi.
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang
bersifat racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan
kematian atau sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk
mengidentifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi
Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) pencemar organik
dan anorganik dalam limbah sebagaimana yang tercantum dalam PP
No.85 tahun 1999.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dibuang langsung
kedalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan
dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Mengingat resiko
tersebut, perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat
meminimalkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang
dihasilkan dan mencegah masuknya limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) dari luar Wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia dalam
pengawasan perpindahan lintas batas limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) telah meratifikasi Konvensi Basel pada tanggal 12 Juli
1993 dengan Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1993.

6
Gambar 1. Alur terbentuknya B3

A.1 Jenis Limbah Menurut Sumbernya


Jenis limbah B3 menurut sumbernya adalah, Limbah B3 dari sumber
tidak spesifik, Limbah B3 dari sumber spesifik, dan Limbah B3 dari
bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan produk
yang tidak dapat memenuhi spesifikasi. Daftar limbah dengan kode
limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat, dinyatakan dalam limbah
B3 setelah dilakukan Uji Toxicity Characteristic Leaching
Procedure (TCLP) dan/atau Uji karakteristik.
Limbah yang masuk dalam Limbah B3 adalah limbah lain yang
apabila diuji dengan metode Toksikologi memiliki LD50 dibawah nilai
ambang batas yang telah ditetapkan (Peraturan Pemerintah RI No. 18
Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun).
Sumber limbah B3 yaitu limbah B3 dari sumber spesifik dan limbah
B3 dari sumber tidak spesifik. Sumber limbah B3 secara spesifik adalah
limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik
dapat ditentukan berdasarkan kajain ilmiah. Sumber limbah B3 secara
tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari
proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pencegahan korosi (inhibitor corrosion), pelarut kerak,
pengemasan, dan lain-lain. Sumber limbah B3 dari bahan kimia
kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi, karena tidak memenuhi yang ditentukan alat
tidak dapat dimanfaatkan kembali. Maka suatu produk menjadi limbah
B3 yang memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya. Hal yang
sama juga berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan
kimia yang kadaluarsa.

7
A.2 Karakteristik limbah B3
Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:
1. Flammable (mudah terbakar),
2. Explosive (mudah meledak)
3. Oxidizer (pengoksidasi)
4. Corrosive.
5. Toxic,
6. Radioactive
B. Definisi racun
Racun adalah sesuatu yang bila masuk kedalam tubuh kita menyebabkan
keadaan tidak sehat dan bisa membahayakan jiwa. Racun dapat berupa obat
yang diminum dengan dosis yang berlebihan, seperti misalnya obat
penghilang rasa nyeri dan pusing yang banyak dijual ditoko obat bebas, obat
tidur dan lain-lainnya. Bisa juga zat-zat kimia seperti obat pemati serangga,
cairan pembersih rumah tangga atau terkena serangan gigitan ular, serangga,
atau terhisap gas-gas melalui paru-paru, pestisida yang terserap melalui pori-
pori kulit dan lain-lain.
Dalam sebuah buku forensik medis yang ditulis oleh JL Casper, racun
diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu:
1. Racun iritan, yaitu racun yang menimbulkan iritasi dan radang. Contohnya
asam mineral, fungi beracun, dan preparasi arsenik.
2. Racun penyebab hiperemia, racun narkotik, yang terbukti dapat berakibat
fatal pada otak, paru-paru, dan jantung. Contohnya opium, tembakau,
konium, dogitalis, dan lain lain.
3. Racun yang melumpuhkan saraf, dengan meracuni darah, organ pusat saraf
dapat lumpuh dan menimbulkan akibat yang fatal seperti kematian tiba-tiba.
Contohnya asam hidrosianat, sianida seng, dan kloroform.
4. Racun yang menyebabkan marasmus, biasanya bersifat kronis dan dapat
berakibat fatal bagi kesehatan secara perlahan. Contohnya bismut putih,
asap timbal, merkuri, dan arsenik.

8
5. Racun yang menyebabkan infeksi (racun septik), dapat berupa racun
makanan yang pada keadaan tertentu menimbulkan sakit Pyaemia (atau
pyemia) dan tipus pada hewan ternak.
Racun atau bahan kimia yang beracun adalah bahan kimia yang dalam
jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup
lainnya atau bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam
tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang. Pada umumnya zat toksik masuk lewat
pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju
organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu
organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat
juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan
limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran
zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan,
sel efitel dan keringat.
a. Pengertian Bahan Berbahaya dan Beracun
Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan-bahan yang pembuatan,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya
menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau
radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan,
korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan
gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan
bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang. 3
macam bahan kimia dalam kelompok besar :a) Industri Kimia, yaitu
industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia,
diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida,

9
cat , deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai
industri yang ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian
dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut
dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.
b. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan
bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri
tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan
dan lain-lain.
c. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan
pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak
dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan,
perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.Bahan kimia
berbahaya diklasifikasikan di bagi menjadi berapa golongan :
1.Bahan Kimia Beracun (Toxic)
2.Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
3.Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
4.Bahan Kimia Peledak (Explosive)
5.Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
6.Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air(Water Sensitive Substances)
7.Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
8.Gas Bertekanan (Compressed Gases)
9.Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Dan adapun Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan
dalam beberapa golongan yaitu:
a. Senyawa logam dan metaloid
b. Bahan pelarut
c. Gas-gas beracun
d. Bahan karsinogenik
e. Pestisida

10
C. Keracunan ( Intoksikasi )
Keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon
psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan dapat
diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan
sampai dapat menyebabkan kematian. Bahan-Bahan Kimia Umum Yang
Sering Menimbulkan Racun Bahan kimia umum yang sering
menimbulkan keracunan adalah sebagai-berikut : Golongan pestida, yaitu
organo klorin, organo fosfat, karbamat, arsenik. Golongan gas, yaitu
Nitrogen (N2), Metana (CH4), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen
Sianida (HCN), Hidrogen Sulfida (H2S), Nikel Karbonil (Ni(CO)4),
Sulfur Dioksida (SO2), Klor (Cl2), Nitrogen Oksida (N2O; NO; NO2),
Fosgen (COCl2), Arsin (AsH3), Stibin (SbH3).Golongan
metalloid/logam, yaitu timbal (Pb), Posfor (P), air raksa (Hg), Arsen
(As), Krom (Cr), Kadmium (Cd), nikel (Ni), Platina (Pt), Seng
(Zn).Golongan bahan organic, yaitu Akrilamida, Anilin, Benzena,
Toluene, Xilena, Vinil Klorida, Karbon Disulfida, Metil Alkohol, Fenol,
Stirena, dan masih banyak bahan kimia beracun lain yang dapat meracuni
setiap saat, khususnya masyarakat pekerja industri
D. Industri Rumah sakit
Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
menyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus
diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Apabila memperhatikan
isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa rumah sakit (RS) termasuk ke
dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan baik terhadap para pelaku langsung
yang bekerja di RS tersebut maupun pasien dan pengunjungnya. Dengan

11
demikian, sudah sepatutnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-
upaya K3 di RS. Tempat kerja menurut UU No. 1 tahun 1970 adalah tiap
ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, di mana
tenaga kerja bekerja untuk keperluan suatu usaha di mana terdapat
sumber-sumber bahaya. Kegiatan di RS selalu terkait dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan sehingga terjadi interaksi
manusia dan teknologi yang dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan
pegawai. Rumah sakit adalah tempat di mana pegawai kesehatan
mengobati/merawat orang yang sakit, demikian pula sebaliknya orang
sakit diobati/dirawat, dan pengunjung untuk menengok orang sakit. Oleh
karena itu, rumah sakit harus menjadi tempat kerja yang aman, bebas dari
kecelakaan dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK).
Selain penyakit-penyakit infeksi, potensi bahaya di rumah sakit juga
mencakup potensi bahaya-bahaya lain yang dapat mempengaruhi situasi
dan kondisi di rumah sakit. seperti radiasi, bahan-bahan kimia yang
berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial, ergonomi, serta
unsur-unsur biologis seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur.Mengenai
hal di atas, terdapat peraturan pemerintah yang tercantum di dalam
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 51 tahun 1999 tentang nilai
ambang batas faktor fisika di lingkungan tempat kerja, serta peraturan
Menteri Perburuhan No. 7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan di tempat kerja.
D.1 Racun dan Keracunan pada sektor industri rumah sakit
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan inti
kegiatan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif.
Kegiatan tersebut akan menimbulkan dampak positif dan negatif.
Dampak positif adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
sedangkan dampak negatifnya antara lain adalah sampah dan limbah
medis maupun nonmedis yang dapat menimbulkan penyakit dan
pencemaran yang perlu perhatian khusus. Sampah dan limbah rumah

12
sakit dapat mengandung bahaya karena dapat bersifat racun, infeksius
dan juga radioaktif.
Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah/limbah klinis dan non klinis baik padat
ataupun cair. Limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan
medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau penelitian yang
menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu.Bentuk
limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut
tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau
menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, pecahan gelas, dan pisau bedah. Semua benda tajam ini
memiliki potensi abhaya dan dapat menyebabkan cedera melalui
sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan
beracun atau radioaktif.
2. Limbah infeksius Limbah infeksius mencakup pengertian berikut :
a.Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular (perawatan intensif) b.Limbah laboratorium yang
berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinikdan ruang
perawatan/isolasi penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan
cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik di

13
dalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu di atas
1000C.
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat
yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selam produksi obat-obatan.
6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan
kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi
dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio
isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
Limbah ini dapat berasal dari tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis, dapat berbentuk padat, cair dan gas.
8. Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah
sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari peralatan dan perlengkapan medis Selain
sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan
sampah nonklinis atau dapat juga disebut dengan sampah nonmedis.
Sampah nonmedis ini berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien,
sisa makanan buangan, sampah dapur, dan lain-lain. Limbah cair yang
dihasilkan rumah sakit mempunyai karakterisktik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat
pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang serta jenis sarana yang

14
ada (laboratorium, klinik). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme
tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya
limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik,
yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada
umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik dan lain-lain.

15
16
Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada tiga jenis sifat yang harus
diketahui, yaitu:
1. Sifat Fisik seperti kekeruhan,padatan,bau,temperatur,dan warna.
2. Sifat Kimia
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh Biological Oxygen Demand
(BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan logam-logam berat yang
terkandung dalam air limbah. Tes BOD dalam air limbah merupakan salah
satu metode yang paling banyak digunakan sampai saat ini. Metode
pengukuran limbah dengan cara ini sebenarnya merupakan pengukuran
tidak langsung dari bahan organik. Pengujian dilakukan pada temperatur
200 C selama 5 hari. Kalau disesuaikan dengan temperatur alami Indonesia
maka seharusya pengukuran dapat dilakukan pada lebih kurang 300 C.
Pengukuran dengan COD lebih singkat tetapi tidak mampu mengukur
limbah yang dioksidasi secara biologis. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi
dari nilai BOD.
3. Sifat Biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangat bervariasi hampir
dalam semua bentuk air limbah, biasanya dengan konsentrasi 105-108
organisme/ml. Kebanyakan merupakan sel tunggal yang bebas ataupun
berkelompok dan mampu melakukan proses-proses kehidupan (tumbuh,
metabolisme, dan reproduksi). Secara tradisional mikroorganisme
dibedakan menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit
dibedakan. Oleh karena itu, mikroorganisme kemudian dimasukkan
kedalam kategori protista, status yang sama dengan binatang ataupun
tumbuhan. Virus diklasifikasikan secara terpisah. Keberadaan bakteri dalam
unit pengolahan air limbah merupakan kunci efisiensi proses biologis.
Bakteri juga berperan penting dalam mengevaluasi kualitas air.

17
D.2 DAMPAK LIMBAH RUMAH SAKIT
Limbah rumah Sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
yang dilakukan sebelum dibuang.Limbah cair rumah sakit dapat
mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan
parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.Sedangkan limbah padat rumah
sakit terdiri atas sampah mudah membusuk, sampah mudah terbakar, dan
lain-lain. Limbah- limbah tersebut kemungkinan besar mengandung
mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang
menyebabkan penyakit infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit
yang disebabkan oleh teknik pelayanan kesehatan yang kurang memadai,
kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan peralatan, serta
penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masib buruk.
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departemen Kesehatan, 1997
diungkapkan seluruh RS di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996
tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 RS di Jawa dan Bali menunjukkan
bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 Kg per tempat tidur per hari.
Sedangkan produksi limbah cair sebesar 416,8 liter per tempat tidur per
hari. Analisis lebih jauh menunjukkan, produksi sampah (limbah padat)
berupa limbah domestik sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infektius
sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (limbah
padat) RS sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar
48.985,70 ton per hari.
D.3 BAHAN BERACUN/INFEKSI YANG TERJADI DI INGKUNGAN
RUMAH SAKIT
Poisonous (Toxic) Substances Bahan yang dapat menyebabkan kematian
atau cidera pada manusia jika tertelan, terhirup atau kontak dengan kulit.
contoh : cyanohydrin, calcium cyanide, carbon tetrachloride,
dinitrobenzenes, epichlorohydrin mercuric nitrate, dll Harmful (Toxic)
SubstancesBahan yang dapat membahayakan pada manusia jika tertelan,
terhirup atau kontak dengan kulitContoh : acrylamide, 2-amino-5-

18
diethylamino pentane, amonium fluorosilicate, chloroanisidines dan lain-
lain . selain itu Bahan yang dapat mengakibatkan infeksi, yaitu:

Bahan yang mengandung organisme penyebab penyakit.


Contoh : tisue dari pasien, tempat pengembang biakan virus, bakteri,
tumbuhan atau hewan
Radioactive Bahan yang mengandung material atau combinasi dari material
yang dapat memancarkan radiasi secara spontan Contoh : uranium, 90Co,
tritium, 32P, 35S, 125I, 14C
E. LIMBAH RUMAH TANGGA DAN PENGOLAANNYA
Pada zaman modern seperti ini, peningkatan pemakaian bahan kimia
merupakan hal yang tidak terelakkan lagi. Sejalan dengan itu, maka
penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia pun meningkat drastis.
Terutama pada lingkungan rumah tangga yang kurang menyadari
keselamatan anggota keluarganya itu sendiri. Peredaran bahan kimia yang
semakin hari semakin pesat, menimbulkan manfaat yang besar pula, tetapi
juga membuat masalah yang besar juga. Terutama masalah kesehatan.
Keracunan merupakan salah satu masalah kesehatan yang meningkat, baik
di negara maju maupun di negara berkembang.
Dari data statistik diketahui bahwa penyebab keracunan yang banyak
terjadi di Indonesia adalah paparan pestisida, obat-obatan, hidrokarbon,
bahan kimia, korosif, alcohol, dan beberapa racun alamiah, termasuk bisa
ular, tetradotoksin, asam jengkolat dan beberapa tanaman beracun lainnya.
Bahan kimia (Toksikan = bahan racun) yang dipakai atau dihasilkan oleh
suatu industry dapat berupa padat, cair, ataupun gas. Baik yang dapat
menguap maupun yang tidak dapt menguap. Toksikan ini dapat
menimbulkan penyakit pada kulit, mata, organ dalam, dan saluran
pencernaan. Produk peralatan rumah tangga yang mengandung kimia
berbahaya dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius.
E.1 BAHAN KIMIA RUMAH TANGGA YANG DAPAT BERSIFAT RACUN

19
1.Ammonia
Biasanya digunakan pada produk pembersih kaca. Efek potensial pada
kesehatan mata, hidung, tenggorokan perih, nyeri pada paru-paru, sakit
kepala, mual dan muntah, batuk, pusing, nafas tersengal-sengal, luka pada
selaput mata, membakar kulit edan paru-paru karena zat kimia. Bila bersatu
dengan klorin akan menghasilkan gas yang mematikan. Penggunaan lain :
sabun anti bakteri, penyubur, plastic, memproses makanan kimia, proses
industry, dan pestisida.
a. Terpentin
Terpentin pada umumnya digunakan sebagai pelarut, tinner untuk cat
dan vernis, pelarut karet, dan insektisida. Bahaya utama terhadap
kesehatan adalah berbahaya jika terhirup, iritasi saluran pernapasan,
iritasi pada kulit, iritasi pada mata, depresi susunan syaraf pusat dan
reaksi alergi.
b. Grup Alkohol Larut
Contoh dari grup alcohol adalah etanol, isopropyl, alcohol. Biasanya
yang digunakan sebagai desinfektan berkonsentrasi 70-90%.
Keuntungan menggunakan grup alcohol ini adalah bakterisidal cepat
dan tuberkulosidal. Akan tetapi, tidak dapat membunuh spora dan
menyebabkan korosi metal kecuali jika ditambahkan pereduksi 2 % Na
nitrit. Apabila ditambahkan pereduksi ini, maka akan menyebabkan
kekeringan pada kulit.
c. Sabun (Detergen)
Sabun merupakan garam natrium atau garam kalium dari asaam lemak
dengan rantai karbon panjang (12 sampai 18 atom karbon). Deterjen
merupakan garam natrium dari alkil hydrogen sulfat.
d. Pewangi
Bahan pewangi tidak hanya digunakan sebagai parfum, pewangi
ruangan, tetapi juga ditambahkan ke dalam bahan kosmetika, pembersih
dan makanan (zat aditif0. Bahan yang digunakan adalah bahan yang
mudah menguap agar wanginya mudah tercium. Bahan pewangi ini

20
dapat berasal dari tumbuhan (alami) tetapi dapat merupakan bahan
kimia yang dibuat (sintesis).

e. Klorin
Desinfektan jenis ini dapat digunakan untuk membersihkan cairan
tubuh, mendesinfeksi sarung tangan yang terkena darah. Golongan
desinfektan yang mengandung klorin ini tidak digunakan untuk
mendesinfeksi instrument. Klorin ini diperlukan untuk membunuh virus
HIV dan hepatitis B dengan kadar yang berbeda-beda sesuai dengan
kondisi lingkungannya.
f. Mercuric Chloride
Digunakan sebagai desinfektan, walaupun terkadang digunakan sebagai
antiseptic. Efek potensial pada kesehatan adalah fatal apabila tertelan,
sakit pada saat menarik nafas atau diserap kulit, dapt menyebabkan
kerusakan pada system syaraf, dapat menyebabkan getaran pada otot,
perubahan perilaku, lupa ingatan, rasa metal pada mulut, gigi keropos,
kerusakan otak dan ginjal.
g. Triclosan
Bahan anti septic yang digunakan pada banyak jenis produk, termasuk
kosmetik, peralatan rumah tangga, perawatan pribadi, pakaian olahraga,
plastic untuk mainan anak-anak dan peralatan dapur. Efek potensial
pada kesehatan adalah alergi, iritasi kulit, dermatitis, keracunan bila
tertelan. Kombinasi dengan air kran dengan triclosan akan
menghasilkan chloroform dalam jumlah banyak.
h. Formaldehyde
Anti microbial dan pengawet yang digunakan pada furniture. Efek
potensial pada kesehatan adalah iritasi padsa mata, hidung, dan
tenggorokan, batuk, nausea, dermatitis, hidung berdarah, keracunan
pada saraf, teratogenic, dan karsinogen.
i. Phenol

21
Biasanay digunakan pada produk pembersih rumah tangga. Digunakan
dalam jumlah sedikit pada antiseptic tapi dalam jumlah banyak pada
desinfektan. Efek potensial pada kesehatan adalah iritasi tinggi pada
kulit, mata, dan membrane, sakit kepala, kulit terbakar, iritasi
pernapasan, hati, jantung, ginjal, kanker pernapasan, sakit jantung, dan
efek pada system immune, dan akan sangat fatal jika dicerna
E.2 PENYEBAB TERJADINYA KERACUNAN BAIK PADA INDUSTRI
RUMAH TANGGA MAUPUN RUMAH SAKIT
Individu yang beresiko keracunan acid alkali, adalah
1.Individu yang menyimpan dan menggunakan bahan-bahan kimia rumah
2.Anak-anak yang berada di dalam persekitaran dimana tersimpannya
bahan-bahan kimia berkenaan di lingkungan tempat tinggal
INSIDENS
Lebih dari 90 & kejadian keracunan bahan kimia berlaku di rumah. Setiap
tahun, kasus ini banyak dialami oleh anak-anak dengan tidak sengaja. Di
kalnagn anak-anak yang berumur 5 tahun ke bawah, sebanyak 57 %
pendedahan terhadap racun yang melibatkan produk-produk bukan
farmaseutikal seperti alat kosmetik, bahan pencuci, tumbuh-tumbuhan,
racun perusak dan alat melukis. Manakala yang 43 % lagi melibatkan
pendedahan terhadap obat-obatan dan dadah.
F. RACUN DAN KERACUNAN PADA SEKTOR INDUSTRI
Perkembangan dunia industri dewasa ini semakin pesat seiring dengan
perkembangan teknologi serta keinginan pasar atau konsumen terhadap
suatu produk tertentu. Industri yang merupakan suatu tempat untuk
melakukan proses produksi terhadap suatu produk dituntut agar dapat
menciptakan produk yang memiliki dampak baik untuk masyarakat luas
juga dituntut agar dapat menjadi dampak yang baik terhadap lingkungan.
Tidak sedikit industri yang tidak mematuhi peraturan pemerintah terhadap
Analisis Dampak Lingkungan yang dihasilkan dari pembuangan sisa-sisa
proses produksi yang berupa cairan ataupun gas kotor.

22
Pengetahuan lingkungan adalah pembelajaran tentang kepedulian
terhadap keadaan lingkungan yang terjadi akibat dampak yang tidak
baik dari lingkungan khususnya dunia industri.Pengetahuan
lingkungan juga menjadi penting sejak bangku kuliah yang menjadi
pembelajaran terhadap lingkungan agar kelak mahasiswa suatu saat nanti
dapat membangun industri dengan luas juga dengan memerhatikan
dampak terhadap lingkungan
F. 1. Masalah lingkungan dan Keracunan Bahan Logam/Metaloid Pada Industri
Industri adalah merupakan suatu sektor yang sangat penting untuk
meningkatkan perekonomian nasional, karena dari industrilah pendapatan
perekonomian nasional kita dapat meningkat, walaupun peningkatannya
tersebut belum begitu besar. Selain itu Industri dapat menjadikan indonesia
menjadi negara yang tidak bergantung lagi terhadap hasil produksi luar
negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Itulah mengapa indutri
merupakan salah satu sektor yang sanagat penting dalam peekonomian.
Banyak Industri-industri yang dibangun oleh pemerintah kita untuk
menyokong perekonomian Indonesia, namun dalam pembangunannya
pemerintah dan pihak pengembang tidak memperhatikan lingkungan tempat
dimana industri tersebut dibangun, seingga banyak sekali lingkungan-
lingkungan sekitar proyek perindustrian tersebut menjadi rusak parah, ini
akibat tidak bertanggung jawabnya pemerintah dalam memperhatikan
kelestarian lingkungan.
F. 2 Masalah lingkungan yang terjadi di areal perindustrian:
1. Udara disekitar industri menjadi sangat buruk, dikarenakan gas buang
berupa asap membumbung tinggi di udara bebas.
2. Daerah sekitar industri menjdi panas, ini akibat adanya peningkatan suhu
yang ekstrim yang dihasilkan oleh gas-gas buang industri tersebut.
3. Tercemarnya sumber-sumber mata air sekitar industri, akibat
pembuangan limbah ke sumber-sumber mata air tersebut.

23
4. Industri juga dapat mempengaruhi peningkatan pemanasan global (global
warming), yang saat ini sedang dilakukan pencegahan agar tidak lebih
meluas.
5. Pembangunan industri dapat menyebabkan banjir karena kurangnya
daerah resapan air, daerah-daerah hijau atau resapan air sudah berubah
fungsi menjadi daerah perindustrian.
6. Polusi suara yang dihasilkan oleh deru-deru mesin produksi yang tak
henti-henti, Polusi suara dapat membisingkan telinga warga yang tinggal
disekitar areal perindustrian
F. 3 Keracunan Bahan Logam/Metaloid Pada Industrialis
Racun-racun logam dan metaloid beserta persenyawaannya-
persenyawaannya adalah timah hitam, air raksa,arsen,nikel,
chromium,berrylium,cadmium,vanadium dan fosfor. Logam-logam atau
metaloid-metaloid lain mungkin bila masuk kedalam tubuh dan tidak
menimbulkan keracunan, misalnya saja perak yang masuk kedalam tubuh
dan terkenal menyebabkan argryria, tanpa menimbulkan gejala-gejala klinis
suatu keracunan. Logam-logam yang bersifat racun itu akan berupa-rupa
sifat keracunannya tergantung dari persenyawaan kimianya, keadaan wujud
fisiknya, yaitu padat,cair,atau gas,valensi ikatannya, dan port dentreenya
mamasuki tubuh pekerja (Dr.Sumamur P.K,M.Sc,dalam buku Higiene
perusahaan dan keselamatan kerja)
F. 4 Keracunan Bahan Organik
Kemajuan industri selain membawa dampak positif seperti meningkatnya
pendapatan masyarakat dan berkurangnya pengangguran juga mempunyai
dampak negatif yang harus diperhatikan terutama menjadi ancaman potensial
terhadap lingkungan sekitarnya dan para pekerja di industri. Salah
satuindustri tersebut adalah industri bahan bahan organik yaitu metil
alkohol, etil alkohol dan diol.
Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia adalah aset penting dari kegiatan
industri, disamping modal dan peralatan. Oleh karena itu tenaga kerja harus
dilindungi dari bahaya bahaya lingkungan kerja yang dapat mengancam

24
kesehatannya. Metil alkohol dipergunakan sebagai pelarut cat, sirlak, dan
vernis dalam sintesa bahan bahan kimia untuk denaturalisasi alkohol, dan
bahan anti beku. Pekerja pekerja di industri demikian mungkin sekali
menderita keracunan methanol. Keracunan tersebut mungkin terjadi oleh
karena menghirupnya, meminumnya atau karena absorbsi kulit. Keracunan
akut yang ringan ditandai dengan perasaan lelah, sakit kepala, dan penglihatan
kabur, Keracunan sedang dengan gejala sakit kepala yang berat, mabuk , dan
muntah, serta depresi susunan syaraf pusat, penglihatan mungkin buta sama
sekali baik sementara maupun selamanya.
Pada keracunan yang berat terdapat pula gangguan pernafasan yang dangkal,
cyanosis, koma, menurunnya tekanan darah, pelebaran pupil dan bahkan
dapat mengalami kematian yang disebabkan kegagalan pernafasan.
Keracunan kronis biasanya terjadi oleh karena menghirup metanol ke paru
paru secara terus menerus yang gejala gejala utamanya adalah kabur
penglihatan yang lambat laun mengakibatkan kebutaan secara permanen.
Nilai Ambang Batas (NAB) untuk metanol di udara ruang kerja adalah 200
ppm atau 260 mg permeterkubik udara. Etanol atau etil alkohol digunakan
sebagai pelarut, antiseptik, bahan permulaan untuk sintesa bahan -bahan l
ain. Dan untuk membuat minuman keras.
Dalam pekerjaan pekerjaan tersebut keracunan akut ataupun kronis bisa
terjadi oleh karena meminumnya, atau kadang kadang oleh karena
menghirup udara yang mengandung bahan tersebut, Gejala gejala pokok
dari suatu keracunan etanol adalah depresi susunan saraf sentral. Untunglah di
Indonesia minum minuman keras banyak di hindari oleh pekerja sehingga
problem drinkers di industri industri tidak ditemukan, NAB di udara
ruang kerja adalah 1000 ppm atau 1900 mg permeter kubik.
F. 5 Metode pengelolaan terhadap limbah b3 di industri
Limbah B3 perlu diolah, baik secara fisik, biologi, maupun kimia sehingga
menjadi tidak berbahaya atau berkurang daya racunnya. Setelah diolah
limbah B3 masih memerlukan metode pembuangan yang khusus untuk

25
mencegah resiko terjadi pencemaran. Beberapa metode penanganan limbah
B3 yang umumnya diterapkan adalah sebagai berikut.
1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau
biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik yang
umumnya dilakukan adalah stabilisasi/solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi
adalah proses pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan
menambahkan bahan peningkat atau senyawa pereaksi tertentu untuk
memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya
racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan
untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik.
Metode insinerasi (pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil
volume B3 namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengontrolan
ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara.Proses
pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat ini
dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah
penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai
limbah B3, sedangkan Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk
mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua
proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3
dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia
atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses
Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3,
terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup,
proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke
dalam rantai makanan di ekosistem.
Penanggulangan limbah industri limbah dari industri terutama yang
mengandung bahan-bahan kimia, sebelum dibuang harus diolah terlebih
dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar di perairan. Dengan
demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahan-bahan yang
bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem.
Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari
keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk
dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat.
F.6 USAHA MENCEGAH KERACUNAN SECARA UMUM
b. Tempat kerja/RS

26
Usaha usaha pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana
bahan bahan kimia tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan
salah satu tempat penggunaan produk produk industri, sehingga perlu
dilakukan langkah langkah praktis untuk pencegahan terjadinya
keracunan, disamping itu pada tempat tempat kerja baik pada industri
kecil ( home industri ) maupun industri besar merupakan tempat utama
terdapatnya bahan bahan kimia baik sebagai bahan baku maupun
sebagai hasil produk dari industri yang siap diedarkan kepada
masyarakat Manajemen program pengendalian sumber bahaya yang
berupa perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan, dll
1. Penggunaan alat pelindung diri seperti masker, kaca mata pengaman,
pakaian khusus, krim kulit, sepatu kerja, dan sebagainya
2. Ventilasi yang baik
3. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi,
kontrol, dll
4. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya
5. Penyempurnaan produksi :
- Mengeleminasi sumber bahaya dalam proses produksi.
- Mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan
kerja
6. Pengendalian / peniadaan debu, dengan memasang alat penyerap
debu disetiap tahap produksi yang menghasilkan debu
7. Ruang isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya harus terpisah
dari ruangan Lainnya
8. Operasional praktis :
- Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja
- Evaluasi dan analisis keselamatan dan kesehatan kerja
9. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat,
pengurangan jam pamaparan pada pekerja industri.
10. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan atau job training masalah
penanganan bahan kimia beracun

27
11. Monitoring lingkungan kerja.
12. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus dan screening serta
monitoring biologis ( darah, tinja, urine dan lainnya )
13. Sanitasi dan higiene dalam hal higiene perorangan, kamar mandi,
pakaian, fasilitas kesehatan, desinfektan dan sebagainya
14. Eleminasi, pemindahan sumber bahaya

G. Tingkat Keracunan Bahan Beracun


Tidak ada batasan yang jelas antara bahan kimia berbahaya dan tidak
berbahaya
a. Bahan kimia berbahaya bila ditangani dengan baik dan benar akan
aman digunakan
b. Bahan kimia tidak berbahaya bila ditangani secara sembrono akan
menjadi sangat berbahaya
c. Paracelsus (1493-1541) semua bahan adalah racun, tidak ada bahan
apapun yang bukan racun, hanya dosis yang benar membedakan apakah
menjadi racun atau obat
d. Untuk mengetahui toksisitas bahan dikenal LD50, semakin rendah
LD50 suatu bahan, maka makin berbahaya bagi tubuh dan sebaliknya
Racun super: 5 mg/kgBB atau kurang,
G.1 Factor Yang Menentukan Tingkat Keracunan
a. Sifat Fisik bahan kimia
Bentuk yang lebih berbahaya bila dalam bentuk cair atau gas yang
mudah terinhalasi dan bentuk partikel bila terhisap, makin kecil partikel
makin terdeposit dalam paru-paru
b. Dosis (konsentrasi)
Semakin besar jumlah bahan kimia yang masuk dalam tubuh makin
besar efek bahan racunnya.
Ket:
E=TxC
E = efek akhir yang terjadi (diturunkan seminimal dengan NAB)

28
T = time
C = concentration
c. Pajanan bisa akut dan kronis
Lamanya pemajanan
- gejala yang ditimbulkan bisa akut, sub akut dan kronis
Interaksi bahan kimia
- Aditif :
efek yang timbul merupakan penjumlahan kedua bahan kimia seperti
Organophosphat dengan enzim cholinesterase.
- Sinergistik :
efek yang terjadi lebih berat dari penjumlahan jika diberikan sendiri2
ex. Pajanan asbes dengan merokok.
- Antagonistik : bila efek menjadi lebih ringan
d. Pengeluaran
Ginjal merupakan organ pengeluaran sangat penting, selain empedu,
hati dan paru-paru
Faktor tuan rumah (host)
- Faktor genetic
- Jenis kelamin : pria peka terhadap bahan kimia pada ginjal,
wanita pada hati
- Factor umur
- Status kesehatan
- Hygiene perorangan dan perilaku hidup
e. Distribusi
Bahan kimia diserap dalam tubuh kemudian didistribusikan
melalui aliran darah sehingga terjadi akumulasi sampai reaksi
tubuh.
Dan adapun factor Pengaruh efek racun terhadap badan yaitu: Sifat fisik
bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas dari bentuk padat/cair),
debu (partikel padat), kabut (cairan halus di udara), fume (kondensasi

29
partikel padat), awan (partikel cair kondensasi dari fase gas), asap (partikel
zat karbon).
Dosis beracun: jumlah/konsentrasi racun yang masuk dalam badan.
Lamanya pemaparan. Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan
dalam jaringan tubuh, jenis pelarut. Rute (jalan masuk ke badan), yang bisa
melalui pernapasan, pencernaan, kulit serta selaput lendir.
Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan
tubuh, daya tahan/toleransi, habituasi/kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan
tubuh, factor generik
G.2 TANDA DAN GEJALA TERJADINYA KERACUNAN.
Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala
atau tanda dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin.
Seseorang yang telah mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan
adanya gejala keracunan.
a. Gejala gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non
spesipik dan spesipik, namun kadang kadang sulit untuk menentukan
adanya keracunan hanya dengan melihat gejala gejala saja. Perlu
dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemerikasaan laboratorium ini
dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku,
rambut dan lain lain. Bila dicurigai telah terjadi keracunan maka perlu
diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini,
- Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin
akibat menelan bahan kimia korosif.
- Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan
cat
- Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada
pakaian atau pada furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban
- Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang
berserakan

30
- Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat,
kebingungan atau gejala lain yang tidak diharapkan.
G.3 Upaya Pencegahan dan pengelolaan limbah
Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu dilakukan dalam setiap
industri yang memproduksi maupun menggunakan baik bahan baku maupun
bahan penolong yang bersifat racun agar tidak kerugian ataupun keracunan
yang setiap waktu dapat terjadi di lingkungan pekerja yang menangani
bahan kimia beracun. Pencegahan secara preventif tersebut adalah sebagai-
berikut:
1. Management program pengendalian sumber bahaya, yang berupa
perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan, dan sebagainya.
2. Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata, pakaiannya khusus,
3. krim kulit, sepatu, dsb)
4. Ventilasi yang baik.
5. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi,
kontrol, dan sebagainya.
6. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya.
7. Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber bahaya dalam proses
produksi, dan mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan
kesehatan kerja.
8. Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust collector di setiap
tahap produksi yang menghasilkan debu.
9. Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahayadisendirikan.
10. Operasional praktis: Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta
analisis keselamatan dan kesehatan kerja.
11. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan
jam pemaparan.
12. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training masalah
penanganan bahan kimia beracun.
13. Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus dan analisis.

31
14. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan screening, serta
monitoring biologis (darah, tinja, urine, dansebagainya).
15. House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik, kebersihan, kerapian,
pengontrolan.
16. Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar mandi, pakaian,
fasilitas kesehatan, desinfektan, dan sebagainya.
17. Eliminasi, pemindahan sumber bahaya.
18. Enclosing, menangani sumber bahaya.
Jadi dalam hal ini sangat diperlukan pembekalan pengetahuan dalam
pengelolaan bahan kimia beracun dari segi pengamanan, pengelolaan,
penanggulangan kebakaran dan pertolongan pertama dalam kecelakaan
H. Studi Kasus keracunan
Studi Kasus Keracunan Debu Titanium Dioksida Pada Karyawan Pabrik
M&Ms Australia
1. Kronologis Kejadian
Peter Quick, seorang karyawan yang bekerja di pabrik M&Ms, Ballarat,
Australia terkena gangguan pernapasan yang sangat parah akibat
keracunan/terpapar debu titanium dioksida. Titanium dioksida sendiri
digunakan oleh pabrik tersebut untuk mencerahkan warna makanan yang
mereka produksi. Debu dari titanium dioksida yang ditambahkan ke
lapisan akhir M & Ms ini menyebabkan keluhan pernafasan yang sangat
parah pada korban. Menurut pengacara korban, akibat insiden ini korban
tidak akan pernah dapat bekerja lagi. Seorang juru bicara perusahaan
mengatakan titanium dioksida adalah salah satu dari beberapa warna yang
digunakan dalam produk-produknya dan sudah disetujui penggunaannya
oleh Standar Makanan Australia-Selandia Baru. Namun perusahaan
enggan berkomentar soal kasus Peter Quick. The company sent me to
independent respiratory specialists and they all agreed the high dust levels
of titanium dioxide (in the M&Ms finishing section) caused my lung
disease, begitu pernyataan dari Peter Quick.
2. Toksikan

32
Deksripsi
Toksikan dalam peristiwa ini adalah Titanium Dioksida dengan nama lain
Titania. Rumus Kimia dari Titanium Dioksida adalah TiO 2. Titanium
dioksida adalah sebuah zat berwarna putih yang banyak digunakan dalam
cat dan plastik, sebagai bahan aditif dalam makanan untuk mencerahkan
tepung, produk sehari-hari dan dalam bidang konfeksi. Zat ini terdapat
banyak di alam seperti di udara perkotaan, sungai, air minum dan dapat
dideteksi dalam banyak makanan.
3. Disposisi
Sekitar 3 persen dari dosis oral Titanium yang diserap. Kebanyakan yang
diserap akan di-eksresikan kedalam urine. Konsentrasi dalam urin yang
normal adalah 10 mikro gram/liter. Perkiraan beban tubuh terhadap
titanium adalah 15 mg. Zat ini kebanyakan tinggal di paru-paru, sebagai
akibat dari pajanan inhalasi. Titanium yang dihirup cenderung untuk
tinggal dalam paru-paru dalam waktu yang lama.
4. Toksikologi
Pekerja yang terkena pajan Titanium dioksida kemungkinan besar bekerja
di bidang pack Bing, penggilingan, site cleaning dan maintenance. Pajanan
pekerja terhadap Titanium dapat saja sangat berat, dan konsentrasi di
dalam udara hingga 50 mg/m3 pernah dilaporkan. Titanium dioksida telah
digolongkan sebagai partikulat yang menganggu dengan TLV sebesar 10
mg/m3 dan exposure limit pada NIOSH sebesar 15 mg/m 3. Meskipun
ambang batasnya besar, namun pernah dilaporkan kejadian fibrosis ringan
dari jaringan paru-paru sebagai akibat pajanan inhalasi terhadap pigmen
Titanium Dioksida. Selain di paru-paru, titanium diokside juga telah
diketahui masuk melalui semua rute ( pernapasan, makanan, dermal dan
lapisan sub kutan).
5. Tempat dan Waktu
Kejadian ini terjadi di di pabrik M & Ms, Ballarat, Australia pada 3 Mei
2009.
6. Jumlah Korban

33
Peter Quick, seorang karyawan pabrik M&Ms adalah korban tunggal
dalam insiden ini. Tidak ada korban meninggal pada insiden ini. Namun,
akibat insiden ini, Peter Quick menderita sakit paru-paru (lung disease)
dan divonis tidak dapat bekerja kembali. Menurut CCOHS (Canadian
Centre for Occupational Health and Safety), titanium dioksida dapat
memicu terjadinya kanker paru-paru pada manusia setelah sebelumnya
terbukti diujicobakan pada hewan percobaan tikus.
7. Kerugian
Kerugian berupa pekerja yang terpajan dan terkena lung disease sehingga
divonis tidak dapat bekerja kembali. efek kesehatan yang dialami korban
tergolong kepada efek kronis karena Peter Quick telah bekerja di pabrik
tersebut selama 20 tahun. Kerugian tersebut dapat pula tergolong kepada
kerugian finansial perusahaan. Hal ini selain karena perusahaan harus
mencari pekerja pengganti, perusahaan juga harus membayar biaya
asuransi korban paparan debu titanium dioksida. Selain itu, image
perusahaan sebagai produsen makanan M&Ms dapat jatuh sehingga akan
mempengaruhi angka penjualan produk akibat kasus pekerja yang terpapar
pewarna yang dipakai pada makanan yang diproduksi oleh M&Ms.
Meskipun sebenarnya titanium dioksida berbahaya hanya ketika masih
berwujud uap dan tidak berbahaya ketika sudah masuk ke dalam lapisan
makanan yang diproduksi M&Ms.
8. Pengendalian yang Telah Dilakukan
Tidak disebutkan pengendalian yang telah dilakukan perusahaan untuk
mengantisipasi bahaya debu titanium dioksida dalam artikel tersebut. Jika
dilihat dari kronologis kejadiannya, diketahui bahwa pekerja dapat dengan
mudah terkena paparan debu titanium dioksida tersebut.
9. Saran
a. Rekayasa tekhnis terhadap lingkungan kerja agar udara yang
mengandung TiO2 dapat tersirkulasi dengan baik.
b. Mengurangi dosis yang berbahaya bagi kesehatan menjadi ke tingkat
yang lebih aman untuk kesehatan.

34
c. Training singkat mengenai pemakaian APD untuk mencegah hazard
berupa Titanium Dioksida terutama APD yang berupa masker karena
kebanyakan pajanan zat ini masuk melalui inhalasi
Kejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa
Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes
Peningkatan sektor pertanian sangat dibutuhkan dalam mencukupi
kebutuhan akan pangan hingga berperan dalam peningkatan perekonomian
nasional melalui hasil ekspornya. Salah satu sarana yang mendukung
peningkatan hasil di bidang pertanian adalah pestisida yang berfungsi sebagai
pengendali jasad penganggu tanaman. Dalam kurun waktu yang cukup lama
ternyata pestisida ibarat tombak yang bermata dua. Disatu sisi pestisida
mampu membantu meningkatkan kesejahteraan manusia, akan tetapi disisi
lain pestisida adalah racun yang merusak manusia dan lingkungan. Petani
sebagai kelompok pekerja yang sering terpapar pestisida kadang-kadang
memiliki kebiasaan dalam penggunaan pestisida yang menyalahi aturan baik
dalam hal penggunaan dosis yang melebihi takaran ataupun mencampurkan
beberapa jenis Pestisida. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
keracunan pestisida organofosfat antara lain umur, jenis kelamin,
pengetahuan, pengalaman ketrampilan, pendidikan, pemakaian Alat
Pelindung Diri, status gizi dan praktek penanganan pestisida. Sedangkan fase
kritis yang harus diperhatikan adalah penyimpanan pestisida, pencampuran
pestisida, pencampuran pestisida, penggunaan pestisida dan pasca
penggunaan Pestisida.
Penelitian ini dilakukan di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten
Brebes Jawa Tengah terhadap 38 istri petani bawang merah di Desa
Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Hasil wawancara dengan
renponden yang ikut dalam kegiatan pertanian (38 orang) menunjukan bahwa
bentuk keikutsertaan responden dalam kegiatan pertanian adalah seperti
mencari hama ('nguleri'), mencabut rumput tanaman ('matun'), menyiram
tanaman, memanen, melepaskan bawang dari tangkainya ('mbrodoli'),
mencuci pakaian yang dipakai untuk menyemprot, memupuk, dan menanam

35
bawang ('manja'), jadi tidak terdapat responden yang langsung bersentuhan
dengan pestisida seperti menyemprot atau mengoplos pestisida. Hasil
pemeriksaan kholinesterase dalam darah sebagian besar istri petani (78,4%)
atau 29 orang terjadi keracunan pestisida sedangkan 8 orang (21,6%)
menunjukkan tidak terjadi keracunan atau normal.
Hasil analisa statistik dalam penelitian menyatakan bahwa dari 6 variabel
bebas yang dianalisis, ada 2 variabel yang menyatakan ada hubungan antara
variabel bebas dengan kejadian keracunan pestisida pada istri petani bawang
merah. Variabel tersebut yaitu keikutsertaan istri dalam kegiatan pertanian
dengan nilai p-value=0,042 (p<0,05), tingkat risiko paparan dengan nilai p-
value=0,002 (p<0,05). Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan
antara keikutsertaan istri dalam kegiatan pertanian dengan kejadian keracunan
pada istri petani bawang merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes
Kabupaten Brebes, istri yang tidak mengikuti kegiatan pertanian menjadi
faktor protektif untuk istri yang ikut dalam kegiatan pertanian.

36
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat
atau konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan merusakkan lingkungan hidup, sehingga dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lain. Apabila limbah mengandung salah satu pencemar
yang terdapat Peraturan Pemerintah, dengan konsentrasi sama atau lebih
besar maka limbah tersebut merupakan limbah B3.ketika seorang pekerja
yang terpapar oleh racun dari limbah B3 itu sendiri hal ini akan
mengakibatkan timbulnya kasus keracunan. Dimana Racun yaitu Racun
adalah sesuatu yang bila masuk kedalam tubuh kita menyebabkan keadaan
tidak sehat dan bisa membahayakan jiwa. Racun dapat berupa obat yang
diminum dengan dosis yang berlebihan, seperti misalnya obat penghilang
rasa nyeri dan pusing yang banyak dijual ditoko obat bebas, obat tidur dan
lain-lainnya. Bisa juga zat-zat kimia seperti obat pemati serangga, cairan
pembersih rumah tangga atau terkena serangan gigitan ular, serangga, atau
terhisap gas-gas melalui paru-paru, pestisida yang terserap melalui pori-pori
kulit dan lain-lain.sedangkan keracunan atau yang lebih di kenal dengan
istilah intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang mengikuti masuknya
suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi,

37
persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain
menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat
kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam
tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Mekanisme terjadinya
kasus keracuna yaitu disebabkan oleh adanya kontaminasi antara manusia dan
bahan kimia yang berpotensi untuk menimbulkan keracunan. Sedangkan
untuk pengelolaan limbah B3 itu sendiri perlu dilakukan dengan cara yang
tepat yaitu pengelolaan secara fisik,kimia maupun biologi

B. SARAN
Dengan semakin berkembangannya teknologi saat ini maka semakin cepat
pula perkembangan sebuah indutri . hal ini mengakibatkan semakin
meningkatnya produksi suatu indutri yang berakibat pada peningkatan bahan
yang digunakan. Untuk itu diperlukan perhatian khusus terhadap limbah yang
dihasilkan oleh tiap-tiap industri sehingga limbah tersebut tidak menimbulkan
masalah di kemudian hari.

38
DAFTAR PUSTAKA
http://www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/cegahracunumum.pdf.
Diakses tanggal 7 february 2016

http://eprints.undip.ac.id/43894/3/Galih_Aryyagunawan_G2A009106_Bab2K
TI.pdf. Diakses tanggal 7 february 2016

https://www.academia.edu/6509942/MAKALAH_TOKSIKOLOGI diakses 6
february 2016

http://www.slideshare.net/bundasembilan/tugas-ekotoksikologi-rumah-sakit-
teknik-lingkungan-49373134 diakses tanggal 7 february 2016

http://www.slideshare.net/IndriatiDewi/17682785-
makalahpencemaranlingkunganhidupbidangindustri diakses tanggal 10
february 2016
http://www.slideshare.net/chiomeiwiedhy/bahan-berbahaya-dan-beracun-
27334141 diakses tanggal 10 february 2016
http://www.perbidkes.com/2015/10/keracunan-pengertian-gejala-macam-
jenis.html diakses tanggal 7 february 2016
http://www.menlh.go.id/rancangan-peraturan-pemerintah-rpp-tentang-
pengelolaan-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-limbah-b3-dan-dumping-
limbah-b3/ diakses tanggal 11 february 2016
https://www.academia.edu/11297327/Pengelolaan_Limbah_B3_PT._Vico_In
donesia diakses tanggal 12 february 2016

39
http://www2.pom.go.id/public/siker/desc/produk/cegahracunumum.pdf.
diakses tanggal 12 february 2016
https://www.academia.edu/12941695/Ekotoksikologi_di_Rumah_Sakit
diakses tanggal 12 february 2016
Sumamur ,dalam buku Higiene perusahaan dan keselamatan kerja diakses
tanggal 15 february 2016

40

Anda mungkin juga menyukai