Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN PRAKONSEPSI PADA IBU DENGAN KASUS

TOKSOPLASMOSIS

Mata Kuliah : PRAKONSEPSI

Dosen Pembimbing : Netty SPd, M.Kes

Oleh

ARTI MARIA SILABAN

NIM : 011211223041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat yang cukup serius. Salah satu di antaranya adalah infeksi protozoa yang
ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan oleh kucing ini mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan
daging mentah atau kurang matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan
keadaan sanitasi lingkungan dan banyaknya sumber penularan.

Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan


penyakit parasit pada manusia yang biasanya terjadi melalui kontak dengan tinja kucing,
makan makanan mentah, atau makanan daging yang terkontaminasi dengan toxo ini. Infeksi
yang disebabkan oleh T. gondii tersebar di seluruh dunia, pada hewan berdarah panas dan
mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, kucing dan berbagai jenis
Felidae lainnya sebagai hospes definitif.

Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired
toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis).
Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi infeksi toxoplasmosis

2. Untuk mengetahui patofisiologi infeksi toxoplasmosis

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi toxoplasmosis

4. Untuk mengetahui cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis


5. Untuk mengetahui dampak infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan

6. Untuk mengetahui pencegahan infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi infeksi toxoplasmosis

Infeksi toxoplasmosis adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii.
Semua orang bisa terkena infeksi toxoplasma. Yang menjadi sumber infeksi toxoplasma
adalah:

1. Tinja / kotoran kucing

2. Hewan potong yang terinfeksi

3. Ibu yang terinfeksi saat hamil

4. Organ / donor yang terinfeksi

Seseorang dapat terinfeksi toxoplasma jika :

1. Makan sayuran / buah yang terkontaminasi tinja kucing yang terinfeksi

2. Makan daging mentah / kurang matang

3. Penularan dari ibu ke janin

4. Transplantasi organ

5. Tranfusi darah

Infeksi toxoplasmosis tidak berbahaya bila mengenai orang dewasa dan anak-anak
yang sistem kekebalanya berfungsi baik, tapi berbahaya bagi janin apabila ibu yang sedang
hamil mengalami infeksi primer (infeksi yang pertama kali sepanjang hidupnya) atau
seseorang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.

B. Patofisiologi infeksi toxoplasmosis

Parasit toksoplasma cenderung untuk masuk ke dalam sel organ ( intrasel ) tubuh
manusia dan terdapat dalam tiga bentuk, yaitu bentuk trofozoit yang beredar dalam darah,
bentuk ookista yang dikeluarkan dalam tinja kucing, dan bentuk kista yang menetap dalam
jaringan tubuh seperti paru, jantung, otot, dan otak. Bentuk kista berupa sebuah kantung yang
di dalamnya berisi beribu-ribu trofozoit T gondii. Kucing adalah tempat hidup utama parasit
toxoplasma, parasit ini dapat berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Adapun
dalam tubuh manusia, unggas dan hewan ternak lain sebagai hospes perantara, parasit ini
berkembang biak secara aseksual, yaitu kemampuan untuk berkembang biak dengan cara
membelah diri.

Di tanah yang tercemar, ookista (toxoplasma) dapat dibawa oleh lalat, kecoak, semut
atau cacing tanah ke berbagai tempat di kebun. Ookista dapat menempel di sayuran, buah-
buahan atau termakan oleh hewan ternak seperti ayam, kambing, anjing, sapi, dan menembus
epitel usus, berkembang biak dengan membelah diri serta menetap dalam bentuk kista pada
organ hewan tersebut.

Bentuk parasit T gondii seperti batang melengkung dengan ukuran lebih kecil dari sel
darah merah (3-6 mm) bergerak dengan gerakan aktinomisin di bawah membran plasma,
dapat menembus sel secara aktif masuk ke berbagai jaringan seperti otot, otak, mata, dan
usus. Kucing yang menderita toksoplasmosis akan mengeluarkan beribu-ribu ookista yang
tetap infektif selama berbulan-bulan di tanah yang tidak terkena sinar matahari.

Ookista yang tertelan akan membentuk trofozoit dan ikut aliran darah serta memasuki
sel berinti organ tubuh atau membentuk kista. Manusia dapat terinfeksi bila menelan ookista
atau makan daging ternak seperti ayam, kambing atau sapi yang mengandung kista dan tidak
dimasak matang.
C. Tanda dan Gejala infeksi toxoplasmosis

Secara umum, infeksi Toxoplasma tidak menunjukkan gejala klinis sehingga


diagnosis terhadap penyakit ini sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari.
Umumnya, penderita hanya merasa demam ringan, lemas, mual, dan pembesaran kelenjar
getah bening. Infeksi parasit ini pada manusia sehat tidak menyebabkan sakit berat karena
sistem kekebalan tubuh dapat menghancurkan parasit ini. Pada keadaan di mana terjadi
penurunan kekebalan seperti pada penyakit AIDS, pemakaian kortikosteroid jangka lama, dan
penderita keganasan dengan kemoterapi, maka parasit yang semula diam dalam bentuk kista
dapat pecah dan tiba-tiba mengganas serta mematikan.

D. Cara mendiagnosa infeksi toxoplasmosis

Toksoplasma dapat ditegakkan dengan mengidentifikasi parasit di sekresi jaringan,


cairan tubuh atau adanya peninggian titer antibodi yang sangat tinggi sampai delapan kali.
Pada kasus-kasus terbatas dan hanya menggunaan test tunggal dengan peninggian titer
antibodi IgM, seseorang sudah dikatakan terinfeksi akut toksoplasma . Walaupun secara
klinis diagnosis penyakit ini sulit ditegakkan, tetapi dapat mudah diketahui apakah seseorang
bebas dari penyakit, sedang sakit atau telah kebal, melalui pemeriksaan darah terhadap
antibodi Toxoplasma dengan teknik Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA).
Pemeriksaan darah seperti ini dapat dilakukan di banyak laboratorium kesehatan, sayangnya
biayanya cukup mahal, sehingga pemeriksaan ini benar-benar dilakukan pada kelompok
wanita yang berisiko tinggi, seperti kelompok wanita yang memelihara kucing, suka makan
daging tidak matang, dan adanya abortus ataupun ada riwayat kematian janin dalam rahim.
Pemeriksaan laboratorium :

1. pemeriksaan parasit secara langsung : rumit, tidak praktis, butuh waktu lama, mahal.

2. pemeriksaan antibodi spesifik Toxoplasma : IgG, IgM dan IgG affinity

IgM adalah antibodi yang pertama kali meningkat di darah bila terjadi infeksi
Toxoplasma. IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap
seumur hidup pada orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi. IgG affinity adalah
kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme penyebab infeksi. Manfaat IgG
affinity adalah pada keadaan IgG dan IgM positif diperlukan pemeriksaan IgG avidity untuk
memperkirakan kapan infeksi terjadi, apakah sebelum atau pada saat hamil. Infeksi yang
terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan, hanya infeksi primer yang terjadi pada
saat ibu hamil yang berbahaya, khususnya pada Trimester I. Tes toksoplasma yang perlu
dilakukan idealnya :

1. Sebelum hamil tes IgG

2. Saat hamil, sedini mungkin (bila belum pernah atau hasil sebelumnya negatif) IgG
dan IgM Toxoplasma .

Bila hasil negatif, diperlukan pemantauan setiap 3 bulan pada sisa kehamilan

Interpretasi datanya adalah :

1. Bila IgG (-) dan IgM (+)

Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3
minggu kemudian dilihat apakah IgG berubah jadi (+). Bila tidak berubah, maka IgM tidak
spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi Toxoplasma.
2. Bila IgG (-) dan IgM (-)

Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk terinfeksi. Bila sedang hamil, perlu dipantau
setiap 3 bulan pada sisa kehamilan (dokter mengetahui kondisi dan kebutuhan pemeriksaan
anda). Lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi.

3. Bila IgG (+) dan IgM (+)

Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga infeksi lampau tapi IgM
nya masih terdeteksi (persisten = lambat hilang).
Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung pada serum yang sama untuk
memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau sesudah hamil.

4.Bila IgG (+) dan IgM (-)

Pernah terinfeksi sebelumnya, bila pemeriksaan dilakukan pada awal kehamilan,


berarti infeksinya terjadi sudah lama (sebelum hamil) dan sekarang telah memiliki kekebalan,
untuk selanjutnya tidak perlu diperiksa lagi.

Bila ada pertimbangan lain, dokter anda akan meminta izin untuk pemeriksaan lanjutan
sesuai kebutuhan.

1. Dampak infeksi toxoplasmosis dalam kehamilan

Toksoplasmosis sering disebut sebagai salah satu penyebab terjadinya kegagalan


kehamilan, dengan berbagai jenis manifestasi klinis seperti abortus, lahir prematur, IUGR,
lahir mati dan lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus,
meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak, retardasi mental, kejang-kejang,
dan gangguan neurologis lainnya.

Biasanya tanda-tanda radang otak (encephalitis) dan serebral palsi berkembang dalam
beberapa hari sampai sebulan setelah bayi lahir (Kasper and Boothroyd, 1993; Remington,
1995; Denney, 1999). Prevalensi toksoplasmosis secara serologik pada berbagai populasi di
dunia termasuk di Indonesia mencapai lebih dari 50% (Partono dan Cross, 1975; Samil, 1988;
Decavalas, 1990; Allain, 1998; Jenum, 1998; Sardjono, 2001a), namun apakah
toksoplasmosis memang menyebabkan kegagalan kehamilan dan bagaimana mekanisme
terjadinya hal tersebut, sampai sekarang masih belum dapat dijelaskan dengan baik.

Risiko seorang ibu hamil yang terinfeksi akut dengan toksoplasma menurunkan infeksi
pada bayi bila tidak segera mendapat pengobatan sangat variatif,. Pada kehamilan trimester
pertama risiko penurunan 25 %, trimester kedua 54 % dan 65 % pada trimester ketiga.

1. Pencegahan infeksi toxoplasmia dalam kehamilan

2. Penting melaksanakan pemeriksaan darah terhadap kemungkinan infeksi penyakit ini


pada masa pranikah atau sebelum kehamilan bagi kelompok yang mampu, karena
penyakit ini dapat diobati sehingga dampak negatif seperti keguguran, lahir mati atau
cacat setelah lahir dapat dihindari .

3. Hindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.

4. Bersihkan dan cucilah buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan baik.

5. Bersihkan tangan, alat-alat dapur ( seperti; papan atau alas untuk memotong) yang
dipakai untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk mencegah kontaminasi dengan
makanan lainnya.

6. Jangan minum susu unpasteurized dari hewan..

7. Bila akan membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa menggunakan
sarung tangan, dan cucilah tangan atau sebaiknya serahkan tugas ini kepada anggota
keluarga lainnya, bila sedang hamil.

8. Pakailah sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan,
untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.

9. Untuk yang memelihara kucing :

10. Bila memelihara kucing, maka saat mencoba untuk hamil atau sedang hamil,
serahkanlah tugas membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang lainnya.
11. Bersihkanlah kotoran kucing yang dipelihara setiap hari dan ingat untuk
menggunakan sarung tangan dan selalu mencuci tangan setiap selesai membersihkan.

12. Mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing yang dipelihara.

13. Buanglah kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah, jangan menanam atau
meletakanya di dekat kebun atau taman.

14. Jangan memberi makan daging mentah untuk kucing yang dipelihara.

15. Periksakanlah ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing yang dipelihara terdapat
tanda-tanda sakit.

16. Kucing yang dipelihara didalam rumah, yang tidak diberi daging mentah, dan tidak
menangkap burung atau tikus, biasanya tidak terinfeksi

17. Tidak dianjurkan pemeriksaan skrinig toxoplasma secara masal mengingat biaya
relatif tinggi dan masih tingginya hasil positif palsu dari laboratorium. Hindari para
wanita hamil makan daging yang tidak dimasak matang

G. Pengobatan infeksi toxoplasmia dalam kehamilan

Pengobatan pada ibu yang terinfeksi akut toksoplasma diberikan oleh dokter yaitu antibiotika
spiramycin yang diikuti pyrimetamin dan sulfadiazine, pemberian antibiotika bertujuan
menurunkan risiko menurunnya infeksi pada jabang bayi. Sebaiknya pada wanita yang
terinfeksi diperiksa juga Protein C Reaktif (PCR) dari cairan amnion , untuk menilai adakah
infeksi pada bayinya. Bila Test PCR positif pengobatan cukup dengan pirymthamin dan
sulfadiazine, sedangkan bila tes PCR negatif spyramicin dilanjutkan untuk mencegah risiko
infeksi lanjutan bagi bayinya.

Mengingat risiskonya yang besar pada ibu hamil dan janin, dokter akan memberinya obat
khusus untuk membunuh parasit dan mencegah infeksi toksoplasma aktif atau bertambah
parah. Sementara bagi yang pernah menderita infeksi toxoplasma, hendaknya terus memantau
kondisi tubuhnya dna mengonsumsi obat untuk mencegah aktifnya kembali toxoplasma,
hingga tubuh benar-benar dinyatakan bersih dari parasit.
H. Rangkuman

1. Toxoplasmosis berbahaya bagi janin bila ibu terinfeksi pada saat hamil, khususnya
pada Trimester I

2. Gejalanya tidak spesifik perlu pemeriksaan laboratorium pada awal kehamilan

3. Bila IgG & IgM negatif, hindarilah sumber infeksi yang dapat menyebabkan ibu
tertular dan selanjutnya perlu dilakukan pemantauan sepanjang kehamilan.

4. Bila IgG dan IgM positif belum tentu terinfeksi, tes lanjutan IgG avidity dapat
memperkirakan kapan infeksi terjadi (sebelum atau pada saat hamil)

BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil

Ny. S 27 tahun G3P0Ab2Ah0 umur kehamilan 24 minggu dengan toxoplasmosis

DATA SUBJEKTIF

Seorang ibu hamil dengan umur kehamilan 24 minggu mengeluh merasa lemah, mudah
capek, dan merasa agak pusing seperti akan flu, serta ibu mengatakan memelihara 3 ekor
kucing dan sudah keguguran dua kali, sehingga cemas dengan kehamilannya yang sekarang.

DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : baik kesadaran : Compos Mentis

2. Status emosional : stabil

3. Tanda vital

Tekanan darah : 110 / 80 mmHg

Nadi : 78 kali / menit

Pernafasan : 19 kali / menit

Suhu : 36,60 C

1. BB/TB : 59 kg / 155 cm

Pemeriksaan penunjang

Tanggal 24 Maret 2010 hasil IgG (+) dan IgM (+)

ASSESMENT

1. Diagnosa Kebidanan

Ny S umur 27 tahun G3P0Ab2Ah0 UK : 24 minggu dengan toxoplasmosis

1. Masalah
Ibu mengatakan merasa lemah, mudah capek, dan merasa agak pusing seperti mau flu dan
cemas dengan kehamilan sekarang karena sudah abortus dua kali.

1. Kebutuhan

KIE tentang penyakit infeksi toxoplasmosis

1. Diagnosa potensial

Kehamilan dengan toxoplasmosis berpotensi terjadinya abortus pada ibu, serta lahir prematur,
IUGR, lahir mati dan lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis),
hidrosefalus, meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental,
kejang-kejang, dan gangguan neurologis pada janin.

1. Masalah Potensial

Tidak ada

1. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien

2. Mandiri

Tidak dilakukan

1. Kolaborasi

Laboratorium Pramita untuk pemeriksaan IgG dan IgM darah


1. Merujuk

Untuk pemberian terapi obat dan penanganan selanjutnya dirujuk ke dr. Katia Amanda, SpOg

Planning (Termasuk Pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi)

Tanggal 27 Maret 2010 jam 09.00 WIB

1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya saat ini baik namun menurut hasil pemeriksaan
laboratorium menunjukkan bahwa ibu sekarang positf terkena infeksi toxoplasmosis

2. Menganjurkan keluarga agar memberi dukungan pada ibu

3. Memberikan ibu rasa aman dan nyaman pada ibu

4. Mengajurkan ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya

Ibu mengerti kondisinya saat ini

1. Keluarga berjanji untuk memberikan bantuan psikologis pada ibu

2. Ibu mengatakan sudah merasa lebih aman dan nyaman

3. Ibu mengatakan pikiran dan perasaannya sudah lebih tenang.

1. Memberitahu ibu bahwa kondisi janinnya saat ini baik, namun perlu pemantauan yang
ketat karena kemungkinan bisa terjadi abortus, lahir prematur, IUGR, lahir mati dan
lahir dengan cacat bawaan seperti kebutaan (retinokoroiditis), hidrosefalus,
meningoencephalitis (radang otak), tuli, pengapuran otak,retardasi mental, kejang-
kejang, dan gangguan neurologis lainnya.
ibu mengerti kondisi yang dialami dan kemungkinan yang akan terjadi pada janinnya

1. Memberi dukungan psiklogis untuk mengurangi kecemasan ibu

2. Menganjurkan ibu untuk tetap tenang dan berdoa bahwa kehamilannya akan baik-
baik saja.

3. Meyakinkan ibu, bahwa tim medis akan membantu ibu dengan baik.

4. Melibatkan keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu.

5. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang
berhubungan dengan hewan peliharaannya.

Cemas ibu berkurang

1. Ibu mengatakan sudah lebih tenang

2. Ibu mengatakan, ia yakin bahwa tim medis akan membantunya dengan baik.

3. Keluarga berjanji akan terus memberikan dukungan pada ibu

4. Ibu bersedia mengurangi aktifitas yang berhubungan dengan hewan peliharaannya

5. Memenuhi cairan dan nutrisi ibu

6. Menganjurkan ibu untuk menghindari makan makanan yang dimasak mentah atau
setengah matang.

7. Menganjurkan ibu untuk membersihkan dan mencuci buah-buahan atau sayuran


sebelum dimakan dengan baik.

8. Menganjurkan ibu untuk tidak minum susu unpasteurized dari hewan.

9. Menganjurkan pada ibu untuk makan dan minum yang cukup.

10. Melibatkan keluarga untuk membantu ibu agar makan dan minum yang cukup.
Ibu bersedia untuk menuruti saran bidan yaitu:

1. Menghindari makan makanan yang dimasak mentah atau setengah matang.

2. Membersihkan dan mencuci buah-buahan atau sayuran sebelum dimakan dengan


baik.

3. Tidak minum susu unpasteurized dari hewan.

4. Makan dan minum yang cukup.

5. Keluarga berjanji akan membantu ibu agar makan dan minum yang cukup.

1. Kegiatan sehari- hari ibu :

2. Menganjurkan ibu untuk membersihkan tangan, alat-alat dapur (seperti; papan atau
alas untuk memotong) yang dipakai untuk mengelola daging mentah, hal ini untuk
mencegah kontaminasi dengan makanan lainnya.

3. Menganjurkan ibu bila membersihkan sampah atau tempat sampah, jangan lupa
menggunakan sarung tangan, dan mencuci tangannya atau sebaiknya serahkan tugas
ini kepada anggota keluarga lainnya, karena ibu sedang hamil.

4. Menganjurkan ibu untuk memakai sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan
kebun atau perkarangan, untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan
yang terinfeksi.

ibu dan keluarga bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu :

1. Membersihkan tangan, alat-alat dapur (seperti; papan atau alas untuk memotong)
yang dipakai untuk mengelola daging mentah.
2. Membersihkan sampah atau tempat sampah, ibu tidak lupa menggunakan sarung
tangan, dan ibu akan mencuci tangannya atau akan menyerahkan tugas ini kepada
anggota keluarga lainnya.

3. Memakai sarung tangan bila ingin mengerjakan pekerjaan kebun atau perkarangan,
untuk menghindari kontak langsung dari kotoran hewan yang terinfeksi.

1. Karena ibu memelihara kucing :

2. Maka saat ibu sedang hamil, serahkanlah tugas membersihkan kotoran kucing kepada
anggota yang lainnya, membersihkan kotoran kucing yang dipelihara setiap hari dan
ingat untuk menggunakan sarung tangan dan mencuci tangan setiap selesai
membersihkan.

3. Menganjurkan ibu untuk mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing
peliharaan

4. Menganjurkan ibu untuk tugas membuang kotoran kucing dilakukan oleh anggota
keluarga lain yaitu dengan membuang kotoran dalam plastik dibuang di tempat
sampah dan tidak menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman.

5. Menganjurkan ibu untuk jangan memberi makan daging mentah untuk kucing
peliharaan.

6. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kucingnya ke dokter hewan bila melihat


bahwa kucing peliharaan ibu terdapat tanda-tanda sakit.

ibu bersedia untuk melakukan saran bidan yaitu:

1. Menyerahkan tugas membersihkan kotoran kucing kepada anggota yang lainnya.

2. Mencuci tangan setiap selesai bermain dengan kucing peliharaan

3. Keluarga bersedia membuang kotoran kucing dalam plastik ke tempat sampah, dan
tidak menanam atau meletakanya di dekat kebun atau taman.
4. Tidak memberi makan daging mentah untuk kucing peliharaan.

5. memeriksakan kucingnya ke dokter hewan bila melihat bahwa kucing peliharaan ibu
terdapat tanda-tanda sakit.

6. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium pramita untuk memgecek IgG dan IgM
serta merujuk ke dokter untuk pemberian obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan
ibu.

Telah dilakukan kolaborasi dengan laboratorium pramita dan dilakukan rujukkan pada dokter
sehingga ibu sudah diberikan obat-obatan dan sudah mendapatkan tindakan kuretase dari
dokter

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=1&ved=0CAgQFjAA&url=http
%3A%2F%2Fpdfdatabase.com%2Ftoxoplasma-pada-
kehamilan.html&rct=j&q=toxoplasmosis+dalam+kehamilan&ei=wRmvS4TtFYy1rAe57PSm
AQ&usg=AFQjCNHfFM_uvgZ_QamzZzE9FEgv8H3C8g

http://www.harianku.com/2008/12/bahaya-virus-toxoplasma-pada-ibu-hamil.html

http://74.125.153.132/search?
q=cache:XVnADqk_0PQJ:www.harianku.com/2008/12/bahaya-virus-toxoplasma-pada-ibu-
hamil.html+toxoplasmosis+dalam+kehamilan&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id

http://khanzima.wordpress.com/2010/10/22/toxoplasmosis-pada-ibu-hamil/

Anda mungkin juga menyukai