Anda di halaman 1dari 8

Peningkatan laju pelarutan trimetoprim melalui metode ko-kristalisasi

(Erizal Zaini dan kawan-kawan)

PENINGKATAN LAJU PELARUTAN TRIMETOPRIM


MELALUI METODE KO-KRISTALISASI DENGAN
NIKOTINAMIDA
Erizal Zaini1, Auzal Halim1, Sundani N. Soewandhi2, Dwi Setyawan3
1
Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Andalas
2
Sekolah Farmasi ITB Jl. Ganesha 10 Bandung
3
Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Surabaya

Korespondensi: Dr. Erizal Zaini, M.Si.


Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Andalas
Padang, 25163, Sumatera Barat, e-mail : erizal@ffarmasi.unand.ac.id

ABSTRACT
Co-crystallization of trimethoprim with nicotinamide had been done using solvent (methanol
as a solvent) and melted technique. Koflers hot contact methode was used to identify the
solid state interaction between these two components. The solid phase was characterized by
microscopic, powder X-ray diffraction, thermal DTA and FT-IR spectroscopy analysis.
Dissolution rate profile was performed by paddle methode (Type II USP), distilled water as a
medium. Solid state interaction between trimethoprim and nicotinamide show a formation of
0
conglomerate (simple eutectic) at eutectical point 125 C. Dissolution rate of co-
crystallization product of trimethoprim and nicotinamide increase significantly compare to
physical mixture and intact trimethoprim.
Keywords: co-crystallization, trimethoprim, nicotinamide, eutectic

ABSTRAK
Telah dilakukan ko-kristalisasi trimetoprim dengan bahan tambahan nikotinamida dengan
metode pelarutan (menggunakan pelarut metanol) dan peleburan. Metode kontak panas
Kofler digunakan untuk identifikasi awal pembentukan interaksi antar kedua komponen.
Padatan hasil ko-kristalisasi dikarakterisasi dengan analisis mikroskopik, difraksi sinar-X,
termal DTA dan spektrofotometer FT-IR. Uji laju pelarutan dilakukan dengan metode dayung
(tipe II USP) dengan medium air. Hasil interaksi menunjukkan pembentukan konglomerat
(eutektikal) antara kedua fase kristalin dalam keadaan padat, dengan titik eutektik pada
0
temperatur 125 C. Laju pelarutan trimetoprim hasil ko-kristalisasi meningkat secara
signifikan dibandingkan dengan campuran fisika dan senyawa tunggal trimetprim.
Kata kunci: ko-kristalisasi, trimetoprim, nikotinamida, eutektik

PENDAHULUAN seringkali menunjukkan ketersediaan


hayati rendah dan kecepatan disolusi
Kelarutan merupakan salah satu
merupakan tahap penentu (rate limiting
sifat fisikokimia senyawa obat yang
step) pada proses absorpsi obat (1-3).
penting dalam meramalkan derajat
Berbagai metode untuk
absorpsi obat dalam saluran cerna.
meningkatkan kelarutan dan laju
Obat-obat yang mempunyai kelarutan
disolusi obat telah banyak dilaporkan
kecil dalam air (poorly soluble drugs)
seperti pembuatan dispersi padat,
205
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 205 -212

pembentukan prodrug, kompleks inklusi nikotinamida, trimetoprim baku


obat dengan pembawa dan modifikasi pembanding FI (BPFI) dari PPOM,
senyawa menjadi bentuk garam dan pelarut metanol, etanol, air suling,
solvat (4-5). Salah satu metode kertas Whatman.
menarik dan sederhana yang baru-baru
ini dikembangkan dalam bidang ilmu Pembuatan ko-kristal dengan
bahan dan rekayasa kristal untuk berbagai teknik
meningkatkan laju pelarutan dan
Ko-kristalisasi dari pelarut (solvent
ketersediaan hayati obat-obat yang
technique): Sejumlah trimetoprim dan
sukar larut adalah teknik kokristalisasi
nikotinamida dalam perbandingan
untuk menghasilkan kokristal (senyawa
molar 1:1 dilarutkan dalam metanol.
molekular) dengan sifat-sifat fisika dan
Larutan diuapkan sampai diperoleh
fisikokimia yang lebih unggul. Kokristal
padatan dan disimpan dalam desikator
merupakan material padat yang terdiri
selama 48 jam.
dari dua atau lebih molekul padat yang
membentuk satu kisi kristal yang
Kokristalisasi dari leburan (melted
berbeda dan dihubungkan oleh ikatan
technique): Kokristal trimetoprim dan
antar molekul seperti ikatan hidrogen
nikotinamida dibuat dalam
dan Van der Waals (6).
perbandingan molar 1:1. Nikotinamida
Penelitian ini bertujuan untuk
dilebur dalam cawan penguap,
meningkatkan laju pelarutan obat yang
kemudian sedikit demi sedikit
sukar larut melalui teknik kokristalisasi
ditambahkan trimetoprim ke dalam
dan karakterisasi sifat fisikokimia dan
leburan nikotinamida. Campuran
kristalografik senyawa kokristal yang
dibiarkan memadat pada temperatur
terbentuk. Dalam penelitian ini
ruang dan disimpan dalam desikator.
digunakan trimetoprim sebagai model
obat yang sukar larut air, merupakan
Karakterisasi Sifat Fisikokimia dan
senyawa sintetik antibakteri spektrum
Kristalografik
luas yang bekerja menghambat enzim
reduktase dihidrofolat. Sedangkan Metode Kontak Panas: Metode kontak
nikotinamida (vitamin B3) digunakan dilakukan dibawah mikroskop polarisasi
sebagai pembentuk kokristal (cocrystal yang dilengkapi meja pemanas elekrik
former) yang bersifat inert, dan (Hot Stage). Sejumlah tertentu
mempunyai toksisitas yang rendah. trimetoprim (suhu lebur 200 oC)
Dari studi terdahulu telah dilaporkan diletakkan pada kaca objek dan ditutup,
peningkatan kelarutan dan pelarutan kemudian dipanaskan sampai lebur,
trimetoprim melalui pembentukan biarkan mengkristal kembali. Letakkan
kompleks inklusi dengan -siklodekstrin serbuk nikotinamida tepat pada batas
(7). sisi gelas penutup. Sistem dipanaskan
kembali sampai seluruh nikotinamida
melebur dan leburannya kontak dengan
METODE PENELITIAN
permukaan kristal Trimetoprim. Amati
Bahan dan Alat Percobaan terjadinya pertumbuhan kristal pada
Alat-alat yang digunakan: mikroskop bidang kontak tersebut (8).
polarisasi dilengkapi kamera,
difraktometer sinar-X, DSC/DTA, Analisis mikroskopik dengan mikroskop
spektrofometer FT-IR, spektrofotometri polarisasi: Serbuk trimetoprim,
UV-Vis, oven vakum, alat uji Disolusi, nikotinamida dan senyawa hasil
pH meter, timbangan analitik. interaksi diamati habit dan morfologis
Bahan-bahan yang digunakan: kristal dengan mikroskop polarisasi
trimetoprim (Shouguang Fukang Pharm yang dilengkapi kamera digital.
Co. Ltd) No. batch 200703342,
206
Peningkatan laju pelarutan trimetoprim melalui metode ko-kristalisasi
(Erizal Zaini dan kawan-kawan)

Analisis pola difraksi sinar- X: mikroskop polarisasi. Perbedaan warna


Penetapan pola difraksi sinar X serbuk dan intensitasnya dipengaruhi oleh
kokristal dilakukan dengan orientasi fragmen, ketebalan dan sinar
menggunakan difraktometer. Kondisi yang diabsorbsi atau diteruskan oleh
pengukuran sebagai berikut, sumber fragmen kristal. Hasil leburan
Cu K, voltase 45 kV, arus 25 mA dan nikotinamida dan trimetoprim yang
kecepatan scanning 0,05o per detik. mengkristal kembali mempunyai bentuk
khas pada masing-masing kristalnya.
Analisis termal diferensial: Analisis Nikotinamida memiliki bentuk habit
dilakukan menggunakan alat DTA. kristal mozaik sferulit (Gambar 1A),
Suhu pemanasan dimulai 20 sampai yang tersusun dari kristal berbentuk
150 o C, dengan kecepatan pemanasan jarum dan membentuk satu pusat
10 o C per menit. pertumbuhan. Sedangkan habit kristal
trimetoprim berbentuk sulur yang
Analisis spektroskopi FT-IR: memanjang (Gambar 1B).
Pembuatan spektrum infra merah
serbuk trimetoprim, nikotinamida dan A
senyawa hasil interaksi dilakukan
dengan mendispersikan sampel pada
pelet KBr yang dikempa dengan
tekanan tinggi. Kemudian diukur persen
transmitan dari bilangan gelombang
400 4000 cm.

Penetapan profil disolusi


trimetoprim
Penetapan disolusi serbuk
trimetoprim murni, dan trimetoprim
hasil interaksi dengan nikotinamida B
dilakukan dengan menggunakan alat
tipe I, medium asam klorida 0,1 N
sebanyak 900 ml, kecepatan putaran
100 rpm, serta suhu 37 + 0,5 0C.
Sampel diambil setelah 5, 10, 20, 30,
45, dan 60 menit. Setiap pemipetan
diganti dengan sebanyak medium yang
diambil pada suhu yang sama sehingga
volume medium disolusi tetap. Masing-
masing larutan yang dipipet diukur
Gambar 1. Mikrofoto habit kristal
serapannya dengan menggunakan
nikotinamida (A) dan
spektofotometer UV-Vis derivatif
trimetoprim (B).
pertama pada panjang gelombang zero
(perbesaran 200x).
crossing nikotinamida. Lalu hitung
konsentrasi trimetoprim terdisolusi
Idenfikasi interaksi dengan metode
dengan menggunakan kurva kalibrasi
kontak panas Kofler
Identifikasi awal untuk mengungkap
HASIL DAN PEMBAHASAN interaksi fisika antar dua komponen
dilakukan dengan dua metode yaitu
Analisis mikroskopik
metode kontak panas Kofler dan
Kristal hasil rekristalisasi leburan
metode reaksi kristalisasi (8,9,10,11).
nikotinamida dan trimetoprim terlihat
Metode kontak panas pertama kali
beraneka warna ketika diamati dibawah
207
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 205 -212

diperkenalkan oleh Lehman dan Kofler komponen (TMP dan NCT) memadat,
(9). Metode ini merupakan teknik yang zona kontak diamati kembali pada
sederhana untuk mengidentifikasi mikroskop polarisasi. Pada Gambar
perilaku fase dalam suatu sistem biner 2.A-D, sisi A.1 merupakan hasil
(dua komponen). Pada metode ini, rekristalisasi leburan NCT dan sisi A.3
salah satu komponen (yang memiliki adalah rekristalisasi leburan TMP.
titik lebur yang lebih tinggi yaitu Kedua komponen menunjukkan habit
trimetoprim dilebur, lalu dibiarkan kristal yang khas. Zona A.2 adalah
memadat kembali (rekristalisasi), zona kontak antara padatan TMP dan
komponen kedua nikotinamida (titik NCT. Pada awal pembentukan zona
lebur lebih rendah) ditempatkan pada kontak, belum teramati adanya habit
sisi lainnya pada gelas objek, kristal baru, melainkan masih dalam
dipanaskan dengan menggunakan alat keadaan fase cair (amorf) (Gambar
pemanas (hot stage) yang dihubungkan 2A). Setelah didiamkan beberapa saat,
dengan mikroskop polarisasi. Pada mulai terbentuk pertumbuhan habit
saat komponen kedua nikotinamida kristal baru pada zona B.2, yang
(NCT) melebur, fase leburan komponen berbeda dari kedua habit TMP dan
NCT akan berdifusi kedalam komponen NCT (Gambar 2B). Preparat sampel
padatan trimetoprim (TMP) dan metode kontak dipanaskan kembali,
melarutkan sebagian padatan TMP fase padatan NCT melebur kembali
pada zona kontak antara sistem biner pada 131 0C, zona kontak melebur
TMP dan NCT. Davis et al, (10), pada 124 0C dan diikuti oleh padatan
menyebutnya sebagai zona TMP pada 199 0C (Gambar 2C dan
pencampuran (mixing zone), yang 2D). Perbedaan habit kristal dan
paling menarik untuk diamati. Sampel perilaku termal, mengindikasikan
dibiarkan memadat (rekristalisasi) pada adanya interaksi padatan antara kedua
temperatur ruang. Setelah kedua komponen NCT dan TMP (9,10).

Gambar 2. Mikrofoto habit kristal hasil interaksi TMP dan NCT dengan metode
kontak panas Kofler A) setelah kontak leburan NCT dan padatan TMP,
B) setelah terbentuk zona kontak, C) peleburan padatan NCT dan
zona kontak dan D) peleburan TMP.

208
Peningkatan laju pelarutan trimetoprim melalui metode ko-kristalisasi
(Erizal Zaini dan kawan-kawan)

Analisis termal DTA berbeda dari kedua komponen


Analisis termal DTA merupakan pembentuknya, ada dua puncak
instrumen analitik yang sangat endotermik yaitu pada 125 0C dan agak
bermanfaat dalam karakterisasi melebar pada 183 0C (Gambar 3). Dari
interaksi dalam keadaan padat (solid termogram DTA mengindikasikan
state interaction) antara dua atau lebih penurunan titik lebur sistem biner hasil
material obat. Analisis termal DTA ko-kristalisasi, yang diduga
digunakan untuk mengevaluasi terbentuknya campuran eutektik antara
perubahan sifat termodinamika yang nikotinamida dan trimetoprim, dengan
terjadi saat materi diberikan energi titik lebur eutektik pada 125 0C.
panas, berupa peristiwa rekristalisasi, Pembentukan eutektikal sejumlah
peleburan, desolvasi, dan transformasi materi obat dengan nikotinamida juga
fase padat, yang ditunjukkan puncak telah dilaporkan, antara lain dengan
endotermik atau eksotermik pada flurbiprofen dan ibuprofen (12,13).
termogran DTA. Pada campuran eutektik, kedua
Termogram DTA nikotinamida dan komponen dapat bercampur sempurna
trimetoprim murni menunjukkan satu dalam berbagai komposisi pada kondisi
puncak endotermik yang merupakan isotrop (leburan), namun eksistensi
peristiwa peleburan padatan masing- masing-masingnya akan diperoleh
masing komponen pada 131 0C dan kembali dalam kondisi anisoptrop
201,5 0C. Serbuk hasil ko-kristalisasi (kristalin). Dengan demikian, baik
nikotinamida dan trimetoprim ekuimolar nikotinamida maupun trimetoprim akan
(1:1 molar) dari pelarut metanol, diperoleh kembali jika kedua komponen
menunjukkan perilaku termal yang diko-kristalisasi kembali.

Gambar 3. Termogram DTA serbuk A) nikotinamida, B) trimetoprim dan C) serbuk


hasil ko-kristalisasi antara nikotinamida dan trimetoprim ekuimolar (1:1
molar).

Analisis Difraksi Sinar-X campuran fisika kedua komponen.


Difraksi sinar-X serbuk merupakan Gambar. 4, menunjukkan difraktogram
metode yang handal untuk sinar-X serbuk padatan hasil interaksi
karakterisasi interaksi padatan antara kedua komponen dengan metode ko-
dua komponen padat, apakah kristalisasi pelarut dan leburan,
terbentuk fase kristalin baru atau tidak. dibandingkan dengan komponen
Jika terbentuk fase kristalin baru dari tunggal kedua komponen dan
hasil interaksi antar kedua komponen campuran fisika kedua komponen
maka akan teramati secara nyata dari tanpa perlakuan.
difraktogram sinar-X yang berbeda dari
209
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 205 -212

Gambar 4. Difraktogram sinar-X serbuk A) trimetoprim, B) nikotinamida, C)


campuran fisika nikotinamida-trimetoprim ekuimolar (1:1 molar), D)
kokristalisasi nikotinamida-trimetoprim ekuimolar (1:1 molar) dari pelarut
metanol dan E) koristalisasi nikotinamida-trimetoprim ekuimolar (1:1
molar) dari fase leburan.

Fase padat nikotinamida dan sebagai campuram eutektik sederhana


trimetoprim menunjukkan derajat (10).
kristalinitas yang tinggi dikarakterisasi
oleh puncak-puncak interferensi khas Analisis spektrofotometri FT-IR
pada pola difraksi sinar-X serbuk Spektrum FT-IR pada Gambar 5,
(Gambar. 4A dan 4B). Trimetoprim menunjukkan bahwa spektrum
memiliki interferensi khas pada 2 theta inframerah campuran fisika sama
= 9,2; 11,7; 15,3; 17,5; 18,6; dan 25,9. dengan spektrum hasil ko-kristalisasi
sedangkan nikotinamida pada 2 theta = nikotinamida dan trimetoprim, yang
14,7; 22,19; 25,8 dan 27,52. menunjukkan tidak terjadi interaksi
Difraktogram sinar-X campuran fisika kimiawi pada saat proses kokristalisasi
(Gambar 4C), merupakan super kedua komponen.
imposisi antara kedua komponen
pembentuknya. Difraktogram sinar-X Uji laju disolusi
padatan hasil interaksi antara Trimetoprim memiliki kelarutan dan
nikotinamida dan trimetoprim memiliki laju disolusi yang rendah dalam air.
pola difraksi yang sama dengan Dengan teknik ko-kristalisasi dengan
campuran fisika nikotinamida- nikotinamida dapat meningkatkan laju
trimetoprim, hanya berbeda dalam disolusi dalam medium air
intensitas puncak interferensi yang dibandingkan dengan campuran fisika
menunjukkan perbedaan derajat dan trimetoprim tunggal (Gambar 6).
kristalinitas. Hal ini mengindikasikan Peningkatan kelarutan dan laju
bahwa ko-kristalisasi antara disolusi trimetoprim dengan
nikotinamida dan trimetoprim tidak kokristalisasi dengan nikotinamida
menghasilkan fase kristalin baru disebabkan berbagai mekanisme,
(senyawa molekular), melainkan diantaranya pembentukan eutektik
konglomerasi kedua fase kristal dalam antara nikotinamida dan trimetoprim
keadaan padat atau seringkali disebut yang memperkecil ukuran partikel

210
Peningkatan laju pelarutan trimetoprim melalui metode ko-kristalisasi
(Erizal Zaini dan kawan-kawan)

trimetoprim. Efek solubilisasi dari dengan beberapa senyawa obat, yang


nikotinamida yang mudah larut air juga disebut dengan efek hidrotropi (14-17).
ikut berkontribusi terhadap peningkatan Hal ini diduga ikut berperan dalam
laju disolusi trimetoprim, karena peningkatan laju disolusi trimetoprim
trimetoprim terdispersi dalam dari campuran fisika, melalui
nikotinamida. Nikotinamida dilaporkan pembentukan kompleks dengan
dapat membentuk kompleks melalui nikotinamida dalam keadaan larutan.
mekanisme donor-akseptor elektron
.

Gambar 5. Spektrum FT-Infra merah A) nikotinamida, B) trimetoprim, C) campuran


fisika nikotinamida-trimetoprim ekuimolar (1:1 molar), dan D) ko-
kristalisasi nikotinamida-trimetoprim ekuimolar (1:1 molar).

100

90
80

70 A
% terdisolusi

60

50
B
40

30
C
20
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Waktu (menit)
Ko-kristal NCT-TMP CF-NCT-TMP TMP tunggal

Gambar. 6. Profil disolusi serbuk A) serbuk hasil ko-kristalisasi nicotinamida dan


trimetoprim ekuimolar (1:1 molar), B) campuran fisika nicotinamida dan
trimetoprim ekuimolar (1:1 molar), dan C) trimetoprim tunggal.

211
Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 5 No. 4 Juli 2011: 205 -212

KESIMPULAN crystal screening: A study of


nicotinamide with seven active
1. Teknik ko-kristalisasi antara pharmaceutical ingredients. Cryst
trimetoprim dan nikotinamida dari Growth and Des 2008; 8(5): 1697-
pelarut metanol menghasilkan 1712.
campuran eutektik sederhana. 10. Davis RE, Lorimer KA, Wilkowski MA,
2. Laju disolusi trimetoprim dari ko- Rivers JH. Studies of relationship in
kristalisasi dengan nikotinamida cocrystal systems. ACA Transactions
dapat meningkat secara signifikan 2004; 39: 41-61.
dibandingkan campuran fisika dan 11. Hornedo NR, Sarah JN, Kurt FS,
Yomaira P, Christopher JF. Reaction
trimetoprim tunggal.
crystallization of pharmaceutical
molecular complexes. Mol Pharm
DAFTAR PUSTAKA 2006; 3(3): 362-367.
12. Varma MM, Pandi JK. Dissolution,
1. Racz I. Drug Formulation. New York: solubility, XRD, and DSC studies on
John Wiley and Sons; 1989. Flurbiprofen-Nicotinamide solid
2. Shargel L, Yu A. Applied dispersion. Drug Dev Ind Pharm 2005;
Biopharmaceutics and 31: 417-423.
th
Pharmacokinetics. 4 Ed. New York: 13. Oberoi LM, Alexander KS, Riga AT.
Appleton & Lange; 1999. Study of interaction between Ibuprofen
3. Leuner C, Dressman J. Improving drug and Nicotinamide using differential
solubility for oral delivery using solid scanning calorimetry, spectroscopy
dispersions. Eur J Pharm Biopharm and microscopy and formulation of a
2000; 50; 47-60. fast-acting and possibly better
4. Chiou WL, Riegelman S. ibuprofen suspension for osteoarthritis
Pharmaceutical Applications of Solid patients. J Pharm Sci 2005; 94: 93-
Dispersion System. J Pharm Sci 1991; 101.
60 (9), 1281-1302. 14. Hamza YE, Paruta AN. Enhanced
5. Abdou HM. Dissolution, Bioavaibility solubility of paracetamol by various
and Bioequivalence. Easton, hydrotropic agents. Drug Dev Ind
Pennsylvania: Mack Publishing Pharm 1985; 11(8): 1577-1596.
Company; 1989. 15. Bogdanova SV, Sidzhakova D,
6. Trask AV, Jones W. Crystal Karaivanova V, Georgieva SV.
engineering of organic co-crystals by Aspects of the interaction between
the solid state grinding approach. Top Indomethacin and Nicotinamide in
Curr Chem 2005; 254: 41-70. solid dispersions. Int J Pharm 1998;
7. Li N, Zhang YH, Wu YN, Xiong XL, 163: 1-10.
Zhang YH. Inclusion Complex of 16. Sanghvi R, Evans D, Yalkowsky SH.
trimethoprim with -cyclodextrin. J Stacking complexation by
Pharma Biomed Anal 2005; 39: 824- Nicotinamide: A useful way of
829. enhancing drug solubility. Int J Pharm
8. Soewandhi SN. Antaraksi Fisik 2007; 336: 35-41.
Padatan Pada Kombinasi Senyawa 17. Agrawal S, Pancholi SS, Jain NK,
Aprobarbital dan Isopropilantipirina. Agrawal LP. Hydrotropic solubilization
Jurnal Matematika dan Sains 1999; of Nimesulide for parenteral
4(1): 20-31. administration. Int J Pharm 2004; 274:
9. Berry DJ, Seaton C, Clegg W, 149-155.
Harrington RW, Coles SJ, Horton PN.
Applying hot-stage microscopy to co-

212

All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.

Anda mungkin juga menyukai