Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di masukkan dalam krus pelatina atau awan porselen yang telah dipijarkan
dan ditara ( diratakan)
Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, ditambahkan air panas,
disaring melalui sinter glass
Bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring, melalui krus
masir/ sinter glass
Dihitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadapa bahan yang
dikeringkan di udara
3. Penetapan kadar abu yang larut dalam air
Abu yang diperoleh penetapan kadar abu didihkan
Dikumpulkan bagian yang tidak larut air selama 15 menit pada suhu
<4500c hingga bobot tetap, ditimbang
4. Penetapan kadar sari yang larut dalam air
Dikeringkan sebuk (4/18) diudara, dimaserasi selama 24 jam 5 gram
serbuk dengan 100 ml air kloform P menggunakan labu bersumbat sambil
berkali kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian didiamkan
selama 18 jam
Dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan diudara.
5. Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Dikeringkan serbuk (4/18) diudara, dimaserasi selama 24 jam. 5 gram
sebuk dengan 100 ml etanol (95%) menggunakan labu bersumbat sambil
berkali kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian didiamkan
selama 18 jam
Dihitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol (95%)
Dihidupkan pemanas, diatur panas hingga toluene mendidih dan mulai ada
teteasan toluene dan air
-
Berat simplisia = 30,005 gram
Berat Simplisia kosong = 0,2525 gram
Berat kertas + simplisia bersih = 24,955 gram
Berat simplisia bersih = 24,7 gram
Kadar
Berat simplisiaberat bersih 30 g24,79 g
x 100 = x 100 =
berat simplisia awal 30 g
17,7 % b/b
7. Penetapan kadar air dengan destilasi toluene
Berat kertas kosong = 2,460 gram
Berat kertas + Simplisia = 12,460 gram
-
Berat simplisia = 10 gram
Volume air yang didapat = 6,2 ml
Kadar
Volume air 36,2 ml
x 100 = x 100 = 62 % b/b
Berat simplisia 10 g
E. Pembahasan
Tujuan pratikum kali ini adalah untuk melakukan uji kemurnian
simplisia. Pada pratikum ini dipraktekkan melakukan berbagai macam uju
terhadap simplisia. Uji yang dilakukan adalah penetapan kadar abu, penetapan
kadar abu yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,
penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan bahan organik asing,
dan penetapan kadar air dengan destilasi toluene.
Simplisia yang digunakan praktikan adalah simplisia dari rimpang
temulawak. Nama latin dari rimpang temulawak adalah curcuma xanthorrhiza.
Tanaman temulawak merupakan tanaman asli Indonesia di Jawa dan Madura.
Temulawak sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat
tradisional.
Banyak kalangan yang mempromosikan temulawak sebagai tanaman
obat khas Indonesia yang sangat efektif untuk mengatasi ganguan lever,
rematik, dan lelah. Juga khasiat sebagai penghilang rasa sakit, anti
bakteri/jamur, anti diabetic, anti diare, anti oksidan, anti tumor, diuretic,
depresi dan lain lain.
Produksi utama dari tanaman temulawak ini adalah rimpang
rimpangannya. Tanaman ini dapat dipanen rimpangnya setelah menguning
atau cukup tua, yaitu apabila daun daun dan batang telah menguning atau
mengering. Cara pemunggutan rimpang temulawak relative mudah dan
praktis, cukup dengan menggali rumpun tanaman bersama akar akarnya.
Pada pertanaman yang baik dan terpelihara secara intensif dapat menghasilkan
rimpang segar sebanyak 10 20 ton perhektar.
Sebelum melakukan berbagai macam uji tersebut. Praktikan diharuskan
untuk membuat simplisia dari rimpang temulawak. Simplisia adalah bahan
alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Rimpang temulawak yang digunakan seberat 3 kilogram
Pertama tama praktikan mencuci bersih setiap rimpang yang ada.
Tujuan dari pencucian ini adalah untuk membersihkan dari tanah yang masih
menempel pada rimpang dan membersihkan jamur yang ada pada rimpang
tersebut. Setelah dicuci bersih, rimpang ini dipotong dengan ketebalan antara
3-5 milimeter. Tujuan pemotongan ini adalah untuk memudahkan rimpang
tersbut supaya cepat kering saat proses penjemuran. Setelah semua rimpang
terpotong tipis, kemudian temulawak ini, ditata diatas nampan untuk
dikeringkan.
Proses pengeringan dilakukan di dalam suatu ruangan yang tidak terpapar
sinar matahari langsung karena dapat merusak dan menghilangkan zat zat
yang ada dlam rimpang. Pengeringan yang baik sebaiknya dilakukan dengan
menutup rimpang yang sudah terpotong dengan kain hitam, agar kotoran dari
luar tidak dapat menempel langsung ke rimpang. Namun karena tidak adanya
kain hitam tersebut, pengeringan hanya dilakukan di dalam ruangan.
Setelah mendapatkan rimpang yang benart benar kering, rimpang
tersebut kemudian disortir. Disortir apakah ada rimpang yang berjamur atau
tidak. Kemudian rimpang diblender hingga menjadi simplisia. Setelah semua
diblender kemudian diayak, untuk mendapatkan simplisia yang benar benar
halus. Rimpang temulawak yang telah kering tadi diambil dahulu 30 gr untuk
uji bahan organic asing.
Setelah mendapatkan simplisa kemudian melakukan uji uji tersebut.
Pertama adalah uji penetapan abu. Tujuan penetapan kadar abu ini untuk
menetapkan tingkat pengotoran oleh logam logam dan silikat. Simplisia
ditimbang sebanyak 3 gram kemudian diletakkan pada cawan yang tahan
panas, untuk dipijarkan didalam tungku apai sampai simplisia tadi berubah
menjadi abu. Lalu didinginkan sebentar kemudian ditimbang. Hasil
penimbangan abu adalah 0,0798 gram. Setelah dihitung kadar, didapat kadar
abu adalah 2,66% b/b.hal ini sesuai dengan teori, karena kadar abu menurut
teori kurang dari 4,4 %.
Praktikan kemudian melakukan uji penetpan kadar abu yang tidak larut
dalam asam. Abu yang tadi sudah duiperoleh, kemudian dibagi dua, untuk uji
ini dan uji selanjutnya. Sebagian abu dimasukkan dalam 25 ml asam kolorida
pekat dan dipanaskan selama 5 menit. Kemudian disaring dengan sinter glass
hingga diperoleh abu. Lalu dipijarkan lagi. Tujuan pemijaraan ini adalah untuk
mendestruksi senyawa organic yang mempunyai karbon sehingga akan
menguap dan yang tertinggal hanya bahan anorganik baik logam / non logam.
Setelah dihitung kadar didapat 0,34 % b/b. menurut hasil tersbut. Praktikan
sudah sesuai dengan teori. Kerena menurut toeori kadar abu tida larut dalam
asam adalah tidak lebij dari 0,74 % b/b.
Uji selanjutnya adalah uji penetapan kadar abu yang larut dalam air. Uji
dilakukan untuk mengetahui kandungan terendah zat yang larut dalam air.
Sebagaian abu yang telah dibagi dua tadi dilarutkan dalam aquadest dan
dipanaskan 5 menit. Kemudian di pijarkan dan ditimbang abu. Setelah
disaring terlebih dahulu. Dipijarkan dan ditimbang abu, setelah disaring
terlebih dahulu. Abuyang larut dalam air adalah 0,0381 gram. Kadar yang
diperoleh adalah 2,53% b/b. hasil dari praktikan sudah sesuai dengan teori.
Menurut teori, kadar sari yang larut dalam air, tidak kurang dari 8,9 % b/b.
kadar tersebut adalah kadar sari yang larut dalam air, bukan kadar abu yang
larut air.
Penentuan kadar ini digunakan untuk menentukan bahan anorganik baik
logam/non logam. Semakin meningkatnya kadar abu, bahan anorganik
semakin banyak, sehingga bahaya dan toxic.
Uji berikutnya adalah uji penetapan kadar sari yang larut dalam air. Uji
ini dilakukan dengan maserasi 5 gram serbuk dengan 100 ml air klorofom
pekat. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan beberapa kali
pengocokan, pengadukan pada suhu kamar. Tujuan penambahan air adalah
untuk melarutkan kandungan kimia yang larut dalam air (polar). Berat ekstrak
yang didapat adalah 0,2176 gram. Sehingga kadar penetapan sari yang larut
dalam air adalah 21,76 % b/b. menurut teori kadar sari yang larut air adalah
tidak kurang dari 8,9% b/b sehingga dapat dikatakan hasil pratikum sudah
sesuai teori. Tujuan penambahan kloroform adalah sebagai pengawet untuk
mencegah pertumbuhan mikroba.
Uji selanjutnya adalah uji penetapan kadar sari yang larut etanol.
Langkah yang dilakukan sama dengan pengujian kadar sari yang larut dalam
air, hanya yang ditambahkan/yang dimaserasi adalah serbuk 5 gram dengan
100 ml etanol. Berat ekstrak yang didapat adalah 0,1670 gram dan kadar yang
didapat adalah 16,7% b/b. hasil tersebut sudah sesuai dengan teori, karena
menurut MMI, kadar sari yang larut etanol adalah tidak kurang dari 3,5 %
b/b.
Uji selanjutnya adalah uji penetapan bahan organic asing. Tujuan uji ini
adalah untuk memisahkan bahan asing dan bahan pengotor dirimpang.
Rimpang yang kering dan belum diserbukkan sebanyak 30 gram tadi
kemudian dihitung beratnya. Berat sudah dibersihkan dari organic asing
adalah 24,7 gram. Kadar yang didapat adalah 17,67% b/b. hasil tersebut tidak
sesuai dengan teori. Menurut MMI, hasil kadar penetapan organic asing
adalah tidak kurang dari 2% b/b. hal ini dikarenakan pembersihan bersifat
subyektif menurut mata praktikan, sehingga dapat berbeda satu dengan yang
lain.
Uji terakhir adalah uji kadar air dengan destilasi toluen. Tujuan uji ini
untuk mengtahui kandungan air yang ada di simplisia. Destilasi toulen
dilakukan untuk simplisia yang menganduk minyak atsiri. Untuk simplisia
yang tidak mengandung minyak atsiri dapat menggunakan susut kering
metode grafimetri. Toluene digunakan karena toluen tidak bercampur dengan
air kadar yang didapat dalam uji ini adalah 62 % v/b
F. Kesimpulan
Uji kemurnian simplisia digunakan untuk menetapkan atau menentukan
kualitas kemurnian simplisia yang dilakukan dengan penetapan kadar abu.
Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, penetapan kadar abu yang
larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut air, penetapan kadar sari yang
larut etanol, penetapan bahan organic asing, dan penetapan kadar air dengan
destilasi toluene.
Menurut praktikum yang sudah dilakukan, simplisia dari rimpang
temulawak dapat dikatakan murni, karena masuk dalam hamper semua kadar
uji.
G. Daftar Pustaka.
Depkes RI, 1995, Materi Medika Indonesia, Jilid 6, Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Hal. 69
Depkes RI, 1979, Materi Medika Indonesia, Jilid 6, Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Hal. 74
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, FARMAKOPE
INDONESIA EDISI IV, 1995, Jakarta: Departemen Ksehatan