Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


2.1.1 Definisi
1. Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO, 1961).
2. Neonatus atau bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
bayi dengan berat lahirnya kurang dari 2500 gram (Adele Pilliteri, 1986).
3. Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu,
berat badan lahir rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena
kombinasi keduanya (Manuaba, 1998).
2.1.2 Etiologi
Menurut Maryunani (2013: 316) dalam Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal & Neonatal, bayi berat lahir rendah mungkin prematur (kurang bulan)
mungkin juga cukup bulan (dismatur), yang di uraikan sebagai berikut:
1. Prematur murni
a) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan
atau disebut juga neonatus preterm/BBLR/SMK.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau
BBLR adalah:
1) Faktor ibu:
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Gizi saat hamil kurang
Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok)
Perdarahan antepartum, kelainan uterus, hidramnion
Faktor pekerja terlalu berat
Primigravida
2) Faktor kehamilan:
Hamil dengan hidramnion
Hamil ganda
Perdarahan antepartum
Komplikasi hamil seperti preeklamsia, eklamsia, ketuban pecah
dini
3) Faktor janin:
Cacat bawaan
Infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda
Anomali kongenital
4) Faktor kebiasaan:
Pekerjaan yang melelahkan
Merokok
5) Faktor yang masih belum diketahui
2. Dismatur
a) Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur:
1) Faktor ibu:
Hipertensi dan penyakit ginjal kronik
Perokok
Penderita penyakit diabetes melitus yang berat
Toksemia
Hipoksia ibu
Tinggal di daerah pegunungan, hemoglobinopati, penyakit paru
kronik
Gizi buruk
Pengonsumsi narkotika
Peminum alkohol
2) Faktor uteri atau plasenta:
Kelainan pembuluh darah
Hemangioma (insersi tali pusat yang tidak normal)
Uterus bicornis
Infak plasenta
Tranfusi dari kembar satu ke kembar yang lain
Sebagian plasenta lepas
3) Faktor janin:
Gemelli
Pertumbuhan janin kembar lebih sering mengalami gangguan
dibandingkan janin tunggal yang tampak pada ukuran sonografi
dan berat lahir. Semakin banyak jumlah bayi semakin besar derajat
retardasi pertumbuhan (Klaus, 1998). Pengaruh kehamilan kembar
pada janin dapat menyebabkan berat badan anak yang lebih kecil
dari rata-rata dan malpresentasi. Mortalitas janin meningkat hingga
4 kali dari pada kehamilan tunggal. Hal ini disebabkan oleh
prematuritas, berat lahir rendah, malpresentasi dan anomali
kongenital. Kehamilan kembar juga berpengaruh terhadap
peregangan uterus yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya
partus prematurus (Oxorn, 2003). Selain itu, kebutuhan ibu untuk
pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi
nutrisi anemia ibu hamil yang dapat mengganggu pertumbuhan
janin seperti BBLR (Manuaba, 1998).
Kelainan kromosom
Kelainan kromosom pada janin bisa diturunkan dari salah
satu orang tua yang membawa kelainan kromosom, bisa juga
terjadi secara spontan (dengan sendirinya) pada saat proses
reproduksi. Usia ibu pada saat hamil juga salah satu faktor
penyebab kelainan kromosom. resiko terjadinya kelainan
kromosom pada janin adalah 4 kali lebih besar jika ibu berusia 35
tahun atau lebih.

Cacat bawaan
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan
dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi
kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan
kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20%
meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Infeksi dalam kandungan
Toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpes, sifilis
4) Penyebab lain: Keadaan sosial ekonomi yang rendah
2.1.3 Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi resiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya.
1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak glikogen dan
mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor, dan seng di deposit selama 8
minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai
peningkatan potensi terhadap hipoglikemia dan anemia.
2. Meningkatnya kkal untuk pertumbuhan BBLR memerlukan sekitar 120
kkal/kg/hari dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan koordinasi
antara refleks isap dan menelan. Dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai
kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya
motalitis usus sering terjadi pada bayi prematur.
4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi prematur
mempunyai lebih sedikit garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna
dan mengabsorsi lemak dibandingkan bayi aterm. Produksi amylase
pancreas lipase yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan
karbohidrat juga menurun. Kadar lactase juga rendah sampai sekitar
kehamilan 34 minggu.
5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral.
6. Potensi untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh
dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan
bawah kulit memberikan insulusi. Kehilangan panas ini meningkatkan
keperluan kalori.
(Moore, 2004)
2.1.4 Klasifikasi
Menurut Maryunani (2009: 22) dalam Asuhan Kegawatdaruratan dan
Penyulit pada Neonatus, neonatus/bayi yang termasuk dalam BBLR merupakan
salah satu dari keadaan berikut ini:
1. NKB SMK (Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan)
Adalah bayi prematur dengan berat badan lahir yang sesuai dengan masa
kehamilan.
2. NKB KMK (Neonatus Kurang Bulan Kecil Masa Kehamilan)
Adalah bayi prematur dengan berat badan lahir kurang dari normal
menurut usia kehamilan.
3. NCB KMK (Neonatus Cukup Bulan Kecil Masa Kehamilan)
Adalah bayi yang lahir cukup bulan dengan berat badan lahir kurang dari
normal.
Selain itu, BBLR dibagi lagi menurut berat badan lahir, yaitu:
1. Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low
birth weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir
antara 1000 sampai 1500 gram.
2. Bayi dengan berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau
extremely low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 1000 gram.
2.1.5 Diagnosis dan Gejala Klinis
1. Menurut Rustam (1998), diagnosis dan gejala klinik dibagi dua, yaitu
sebagai berikut.
Sebelum bayi lahir. Pada anamnesis sering dijumpai adanya riwayat
abortus, partus prematurus, lahir mati, pembesaran uterus tidak sesuai
dengan usia kehamilan, pergerakan janin yang pertama terjadi lebih
lambat, pertambahan berat badan ibu sangat lambat tidak seperti
seharusnya, sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion,
hiperemesis gravidarum, dan perdarahan antepartum.
Setelah bayi lahir.
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin. Secara klasik tampak
seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak
kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak
ada, kulit tipis, kerang, berlipat-lipat, mudah diangkat.
b. Bayi prematur. Verniks kaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit
sedikit, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, kulit merah
dan transparan.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Pemberian ASI
Mengutamakan pemberian ASI adalah hal yang paling penting, karena:
a. ASI mempunyai keuntungan yaitu kadar protein tinggi,
laktalalbumin, zat kekebalan tubuh, lipase dan asam lemak esensial,
laktosa dan oligosakarida.
b. ASI mempunyai faktor pertumbuhan usus, oligosakarida untuk
memacu motilitas usus dan perlindungan terhadap penyakit.
c. Dari segi psikologis, pemberian ASI dapat meningkatkan ikatan
antara ibu dan bayi.
d. Bayi kecil/berat rendah rentan terhadap kekurangan nutrisi, fungsi
organnya belum matang, kebutuhan nutrisinya besar dan mudah sakit
sehingga pemberian ASI atau nutrisi yang tepat penting untuk tumbuh
kembang yang optimal bagi bayi.
2. Pengaturan Suhu Badan/Thermoregulasi
Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama yang kurang bulan
membutuhkan suatu thermoregulasi yaitu suatu pengontrolan suhu badan
secara:
a. Fisiologis mengatur pembentukan atau pendistribusian panas.
b. Pengaturan terhadap suhu keliling dengan mengontrol kehilangan dan
pertambahan panas.
Berikut ini beberapa cara pencegahan panas pada bayi berat lahir rendah
yang sehat, antara lain:
a. Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok
hangat.
b. Pemeriksaan di kamar bersalin dilakukan di bawah radiant warmer
(box bayi hangat).
c. Topi dipakaian untuk mencegah kehilangan panas melalui kulit
kepala.
d. Bila suhu bayi stabil, bayi dapat dirawat di box terbuka dan
diselimuti.
Sementara itu, pada bayi berat lahir rendah yang sakit, cara untuk
mencegah kehilangan panas, antara lain:
a. Bayi harus segera dikeringkan.
b. Untuk menstransportasi, digunakan transport inkubator yang sudah
hangat.
c. Tindakan terhadap bayi dilakukan di bawah radiant warmer.
d. Suhu lingkungan netral dipertahankan.
Untuk menentukan apakah bayi berat lahir rendah digunakan warmer
atauinkubator adalah berdasarkan situasi dan kondisi bayi. Ada dokter
bayi yang lebih suka menggunakan warmer, karena warmer memberikan
peluang lebih dekat dengan bayi. Sementara dokter bayi lainnya lebih
suka menggunakan inkubator, karena inkbator:
- Dapat mempertahankan suhu udara
- Dapat mengatur kelembaban udara
- Dapat memberikan lingkungan dengan oksigen yang cukup
Pada fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak memiliki radiant warmer
atau inkubator untuk mencegah terjadinya hipotermi, maka tindakan-
tindakan umum yang dapat dilakukan untuk mencegah hipotermi, antara
lain:
a. Mengeringkan tubuh bayi, segera setelah lahir dengan handuk atau
kain yang hangat.
b. Menyelimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering
(bayi dibungkus kain hangat dan kepalanya diberi topi).
c. Meletakkan bayi di lingkungan/ruang yang hangat (suhu ruangan
tidak kurang dari 25 C).
d. Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi.
e. Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong yang basah dengan
yang bersih, kering dan hangat.
3. Metode Kanguru
Metode kanguru merupakan salah satu metode perawatan bayi berat lahir
rendah untuk mencegah hipotermi pada bayi baru lahir, yang
diperkenalkan pertama kali oleh Rey dan Martinez dari Columbia pada
tahun 1979. Rey dan Martinez melaporkan skin to skin contact dapat
meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR
dan prematur. Disebut metode kanguru karena cara ini meniru binatang
kanguru yang biasanya melahirkan bayi imatur dan menyimpan bayinya
di kantung ibunya untuk mencegah kedinginan. Prinsip dasar dari
metode kanguru ini adalah mengganti perawatan BBLR dalam inkubator.
Karena kurangnya fasilitas terutama inkubator dan tenaga kesehatan
dalam perawatan BBLR. Keunggulan metode kanguru ini adalah sebagai
berikut:
a. Bayi mendapat sumber panas alami 36-37 C dari kulit ibu.
b. Mendapatkan kehangatan udara dalam kantung/baju ibu
c. ASI menjadi lancar
d. Dekapan ibu adalah energi bagi bayi
Pada BBLR < 100 gram metode kanguru ditunda sampai usia 2 minggu
atau sampai keadaan bayi stabil.
4. Pemijatan Bayi
Ternyata, dari kebanyakan penelitian melaporkan bayi prematur
yang biasanya lahir dengan berat badan lahir rendah mengalami kenaikan
berat badan yang lebih besar dan berkembang lebih baik setelah
dilakukan pemijatan secara teratur.
Margaret Ribble, seorang psikiater pada tahun 1940 mengamati
bahwa bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang pernapasan dan
peredaran darahnya menjadi lebih baik. Dengan catatan pemijatan
dilakukan dengan tanpa tekanan dan tangan harus bersih sebelum
menyentuh bayi.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Field dan Scafidi
melaporkan manfaat pijatan/sentuhan pada bayi dengan berat lahir
rendah yaitu sekitar 1200-1300 gram yang telah melampaui masa
kritisnya. Setelah diteliti selama 10 hari dengan dilakukan pemijatan tiga
kali sehari selama 15 menit didapatkan hasil: berat badannya 47% lebih
besar dari bayi yang tidak dilakukan pemijatan, bayi berada dalam
keadaan alert active yang lama, bayi dipulangkan lebih cepat 6 hari,
gerak motorik dan perilaku bayi lebih baik.
Bayi dengan berat badan lahir rendah juga mempunyai kebutuhan
emosional, yang ditunjukkan dengan kegelisahan, ketegangan, dan pada
akhirnya timbul dampak kegagalan dalam pertumbuhan.
Tujuan pemijatan pada BBLR:
a. Memicu pertumbuhan berat badan bayi
b. Membantu bayi melepaskan rasa tegang dan gelisah
c. Menguatkan dan meningkatkan sistem imunologi
d. Merangsang pencernaan makanan dan pengeluaran kotoran
e. Membuat bayi tidur lebih tenang
f. Menjalin komunikasi dan ikatan antara bayi atau orang tuanya.
2.1.7 Komplikasi
Terdapat berbagai macam permasalahan pada bayi dengan BBLR atau
prematur, yang dapat menyebabkan resiko antara lain:
a. Jangka pendek
Hipotermia (suhu bayi < 36,5 C akan menyebabkan bayi kehilangan
energi, pernafasan terganggu, bayi menjadi sakit bahkan meninggal).
Sedangkan hipertermia (suhu bayi > 37,5 C, dapat meningkatkan
metabolisme dan menyebabkan dehidrasi).
Hipoglikemia (kadar gula darah kurang dari normal).
Paru belum berkembang.
Gangguan pencernaan (mudah kembung karena fungsi usus belum
cukup baik).
Mudah terkena infeksi (sistem imunitas bayi belum matang).
Anemia (bayi kelihatan pucat oleh karena kadar hemoglobin darah
rendah).
Mudah ikterik.
Pendarahan otak.
Gangguan jantung
b. Jangka panjang
Gangguan pertumbuhan
Gangguan perkembangan
Gangguan penglihatan (retinopati akibat prematur)
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronik
2.1.8 Prognosis
1. Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat
ringannya masalah perinatal misalnya masa gestasi (makin muda masa
gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian),
asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernafasan, perdarahan
intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia,
infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia).
2. Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi,
pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan persalinan dan
pos natal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah
infeksi, mengatasi gangguan pernafasan, asfiksia hiperbilirubinemia,
higlikemia dan lain-lain).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengkajian
Data Subjektif
Data Anak
1. Nama anak : Nama anak untuk mengenal, memanggil, dan menghindari
terjadinya kekeliruan.
2. Jenis kelamin : Untuk mencocokkan identitas kelamin sesuai nama anak,
serta menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan nama
anak dengan pasien yang lain.
3. Anak ke : Untuk mengetahui paritas dari orang tua. Semakin tinggi
paritas ibu dengan jarak kehamilan yang dekat berpeluang
pada terjadinya BBLR.
Data Orang Tua
1. Nama : Nama orang tua untuk mengenal, memanggil, dan menjadi
penanggung jawab anak.
2. Umur ibu
a. Usia ibu < 20 tahun
Usia wanita saat perkawinan dapat mempengaruhi resiko kelahiran,
semakin muda usia ibu dalam perkawinan semakin besar risiko yang
di hadapi bagi keselamatan ibu maupun anak disebabkan belum
matangnya rahim wanita usia muda untuk memproduksi anak. Ibu
cenderung menganggap bahwa ia menjadi jelek setelah hamil dan
tidak menarik lagi, sehingga ibu merasa takut. Ketakutan/kecemasan
yang berlebihan akan berakibat terhadap perkembangan janin yang
sedang dikandung. Maka, kesiapan dari segi fisik dan psikologis
sangat perlu disiapkan.
b. Usia > 35 tahun
Usia diatas 35 tahun telah terjadi sedikit penurunan curah jantung
yang disebabkan oleh kurangnya kontraksi miokardium. Sehingga,
sirkulasi darah dan pengambilan oksigen dari darah di paru-paru yang
mengalami penurunan curah jantung ditambah lagi dengan tekanan
darah yang tinggi dan penyakit ibu yang lain yang akan melemahkan
kondisi ibu sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah ibu ke janin
akibatnya yang dapat mengakibatkan BBLR. (Lukman, 1996)
3. Pendidikan
Untuk mengkaji tingkat pengetahuan ibu terkait faktor-faktor yang
menjadikan ibu memiliki bayi dengan kasus BBLR dan masalah yang
dihadapi nantinya.
4. Pekerjaan
Untuk mengkaji status sosial ekonomi keluarga. Status ekonomi biasanya
erat hubungannya dengan pendapatan seseorang atau keluarga.
Penghasilan yang terbatas membuat kelangsungan kehamilannya membuat
berbagai masalah kebidanan. Ketergantungan sosial ekonomi pada
keluarga menimbulkan stress dan nilai gizi yang relatif rendah dapat
menimbulkan berbagai masalah kebidanan sehingga memudahkan
terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Manuaba, 2010).
5. Riwayat pernikahan
Untuk mengkaji apakah kehamilan ini terjadi dengan latar belakang
adanya pernikahan yang sah atau tidak. Jika ibu tidak menikah,
kemungkinan kehamilan ini hasil dari kehamilan di luar nikah atau
pemerkosaan. Bisa jadi ibu tidak menggugurkan kandungannya karena
adanya rasa takut dosa dan bersalah. Hal ini akan berdampak pada
psikologi ibu, yang secara tidak langsung akan berdampak pada janinnya.
Sehingga akan memungkinkan terjadinya kelahiran dengan berat lahir
yang rendah (BBLR).
6. Riwayat hari pertama haid terakhir
Untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan (TP). Apakah persalinan
cukup bulan atau prematur. Jika persalinan terjadi < 37 minggu akan
berdampak pada BBLR.
7. Riwayat persalinan sebelumnya
Pada riwayat persalinan sebelumnya apakah bayi sebelumnya lahir
prematur atau aterm. Pada ibu yang sebelumnya melahirkan prematur akan
memiliki kecenderungan persalinan selanjutnya juga prematur, sehingga
akan berdampak pada terjadinya BBLR.
8. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
Multi gravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat. Jarak terlalu dekat
atau kurang dari dua tahun membuat kondisi ibu belum pulih betul dari
masalah gizi, kehilangan darah serta kerusakan sistem reproduksi akibat
kelahiran yang sebelumnya, sehingga calon bayi mungkin tidak akan
mendapatkan makan yang dibutuhkannya dan berat badan ketika lahir
rendah dan sistem tubuhnya sangat rendah (Depkes RI, 2000).
Jarak yang dianjurkan untuk melahirkan berikutnya adalah berkisar 2-3
tahun karena alat reproduksi sudah siap dan juga rahim serta kondisi ibu
sudah pulih dengan baik (Depkes RI, 2000).
9. Kenaikan berat badan selama hamil
Kenaikan berat badan saat hamil berkaitan dengan faktor ekonomi dalam
keluarga. Jika pertambahan berat badan ibu sangat lambat, tidak seperti
seharusnya. Maka perlu dicurigai adanya pertumbuhan janin yang juga
lebih lambat, sehingga akan terjadi BBLR.
10. Aktivitas
Aktivitas yang berat akan berdampak pada ketuban pecah sebelum
waktunya, hal ini akan menyebabkan persalinan prematur dan terjadilah
BBLR.
11. Penyakit yang diderita selama hamil
a. Toksemia gravidarum (pre eklamsi)
Pre-eklampsia/Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan
pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati.
Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan
menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi
memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya
perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang
masuk ke janin berkurang (Ilyas, 1995).
b. Perdarahan antepartum
Perdarahan ante partum dapat menyebabkan ibu kehilangan Fe dan O2
sehingga dapat menyebabkan ibu menderita anemia, yang akan
mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Fungsi darah
adalah membawa makanan dan oksigen ke janin. Jika suplai
berkurang, akibatnya pertumbuhan organ janin pun akan terhambat
dan menyebabkan BBLR. (Winkjosastro, 2006)
c. Trauma fisik dan psikologis
Trauma adalah benturan fisik yang berpengaruh terhadap janin dan
kandungan. Sekitar 6% kehamilan mengalami komplikasi karena
trauma. Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian
akan kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya.
Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat
mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin,
aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain.
Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala
fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau
merasa malas.
Karena perubahan yang terjadi pada fisik mempengaruhi aspek
psikologis dan sebaliknya, maka mudah bagi ibu hamil untuk
mengalami trauma. Menurut Shinto, trauma ini ternyata dapat
dirasakan juga oleh janin. Bahkan, janin sudah menunjukkan reaksi
terhadap stimulasi yang berasal dari luar tubuh ibunya. Sementara
dalam masa perkembangan janin, ada masa-masa yang dianggap kritis
yang menyangkut pembentukan organ tubuh. Oleh karena itu, ibu
hamil harus menjaga kondisi fisik maupun psikisnya agar bayinya
dapat tumbuh sehat.
d. Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat
hamil tanpa membedakan apakah penderita perlu mendapat insulin
atau tidak. Pada kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan
turun antara 55-65% dan hal ini merupakan respon terhadap
transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar DMG
asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin.
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi
janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal.
(menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu
terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami
gangguan metabolik (hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia,
hiperbilirubinemia, dan sebagainya) yang juga akan berpotensi pada
kasus BBLR.
12. Obat-obatan yang diminum selama hamil
Konsumsi obat-obatan pada saat hamil: Peningkatan penggunaan obat-
obatan (antara 11% dan 27% wanita hamil, bergantung pada lokasi
geografi) telah mengakibatkan makin tingginya insiden kelahiran
premature, BBLR, defek kongenital, ketidakmampuan belajar, dan gejala
putus obat pada janin (Bobak, 2004).
13. Lingkungan sekitar
Konsumsi alkohol pada saat hamil: Penggunaan alkohol selama masa
hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi spontan), retardasi mental,
BBLR dan sindrom alkohol janin. Selain itu apakah ibu perokok aktif
atau perokok pasif. Rokok memiliki beberapa kandungan zat kimia yang
berdampak pada terjadinya gangguan kehamilan dan janin, sehingga
janin rentan terjadi BBLR.
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum bayi lemah, tidak menangis atau tangisan lemah,
tonus otot hipotoni.
- Kesadaran pada umumnya cukup.
- Denyut jantung 80-120 x/menit.
- Berat lahir 2500 gram
- Panjang badan 45 cm
- Lingkar dada < 30 cm
- Lingkar kepala < 33 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
- Kepala relatif lebih besar dari badannya
- Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
- Lanugo banyak, terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
- Lemak sub kutan kurang
- Ubun-ubun dan sutura lebar
- Rambut tipis dan halus
- Tulang rawan dan daun telinga immature
- Puting susu belum terbentuk dengan baik
- Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristatik usus dapat terlihat
- Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki- laki)
- Bayi masih posisi fetal, otot masih posisi fetal
- Pergerakan kurang dan lemah
- Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnue
- Refleks tonic neck lemah
- Refleks menghisap dan menelan belum sempurna
- Usia kehamilan < 37 minggu
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan)
- Kulit pucat, keriput, tipis
- Verniks caseosa tipis/ tidak ada
- Jaringan lemak dibawah kulit tipis
- Tali pusat berwarna kuning kehijauan
- Mekonium kering
- Usia kehamilan > 37 minggu
(dr.Arief ZR. 2009)
2.2.2 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual
- Diagnosa Aktual : Bayi Ny. ___ lahir pada UK ___ minggu dengan
berat badan lahir rendah.
Data dasar (DS) : HPHT menunjukkan UK < 37 minggu.
Data dasar (DO) : Berat badan bayi < 2500 gram.
- Masalah Aktual : Bayi sulit menyusu
2.2.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
- Diagnosa Potensial : Hipotermi, hipoglikemi, hiperbilirubinemia,
gangguan pencernaan, anemia, perdarahan otak,
gangguan jantung
- Masalah Potensial : Kekurangan nutrisi, mudah terkena infeksi
2.2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan segera dilakukan apabila terdapat masalah potensial yang
kemungkinan akan terjadi.
2.2.5 Intervensi
1. Mandiri
- Segera setelah lahir, bayi dikeringkan dan dibedong dengan popok
hangat dan bersih
R: Bayi dengan BBLR rentan terjadi hipotermi, tubuh bayi yang
masih basah dapat menyebabkan bayi kehilangan panas secara
evaporasi
- Topi dipakaian pada kepala bayi
R: Kehilangan panas secara evaporasi dapat terjadi melalui kulit
kepala.
- Letakkan bayi pada tempat penghangat yang disinari oleh sinar
penghangat.
R: Suhu tubuh bayi akan lebih stabil dan menjadi hangat.
- Pastikan suhu ruangan netral (tidak kurang dari 25 C).
R: Suhu bayi < 36,5 C akan menyebabkan bayi kehilangan energi,
pernafasan terganggu, bayi menjadi sakit bahkan meninggal.
Sedangkan hipertermia, suhu bayi > 37,5 C, dapat meningkatkan
metabolisme dan menyebabkan dehidrasi.
- Memastikan tangan selalu hangat pada saat memegang bayi.
R: Panas tubuh bayi bisa hilang secara konduksi, seperti melalui
tangan bidan saat menyentuh tubuh bayi.
- Mengganti handuk, selimut, kain, popok, bedong yang basah dengan
yang bersih, kering dan hangat.
R: Popok yang basah akan menyebabkan bayi hipotermi.
- Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI kepada bayi, jika
belum bisa menyusu, keluarkan ASI dengan ytangan atau pompa,
berikan pada bayi dengan sendok.
R: ASI dapat membantu bayi memperoleh energi sebagai ganti energi
yang dikeluarkan tubuhnya untuk beradaptasi terhadap suhu yang
berpotensi terjadinya hipotermi. BBLR setidaknya minum setiap 2
jam.
- Menganjurkan dan mengajarkan ibu metode kanguru.
R: Metode Kangaroo mother care (KMC) menjaga bayi kecil tetap
hangat dan tenang karena mekanisme pengaturan suhu tubuh ibu
menyesuaikan dengan kebutuhan suhu tubuh bayi.
- Melakukan pemijatan pada BBLR.
R: Bayi yang lebih banyak dipegang akan terangsang pernapasan dan
peredaran darahnya menjadi lebih baik. Dengan catatan pemijatan
dilakukan dengan tanpa tekanan dan tangan harus bersih sebelum
menyentuh bayi.
- Menjaga bayi dari infeksi
R: bayi dengan BBLR rentan terjadi infeksi karena sistem imun yang
masih sangat lemah.
2. Kolaborasi
- Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk menentukan
tindakan yang harus dilakukan oleh bidan.
R: Mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan asuhan pada
BBLR.
3. Rujukan
- Rujuk ke rumah sakit yang memiliki pelayanan PONEK/PONED
dengan prinsip BAKSOKUDA.
R: Tidak terjadi rujukan yang ditolak hanya karena pelayanan tidak
memadai, sehingga dilakukan rujukan ke tempat lain. Hal ini
menyebabkan bayi tidak segera mendapat penanganan dan
memperburuk keadaan bayi.
- Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
R: Bayi dengan BBLR memiliki sistem pernafasan yang belum
matang, bahkan bisa jadi ada gangguan nafas, terutama pada
BBLR yang prematur.
- USG kepala terutama pada bayi sesuai umur kehamilan.
R: Bayi prematur atau bayi dengan berat < 1500 gram berisiko
terjadinya cerebral palsy, sehingga perlu dideteksi secara dini
dengan USG.
- Inkubator
R: Perlunya dilakukan observasi yang memerlukan bayi untuk
telanjang, seperti pada bayi prematur yang memerlukan observasi
ketat. Karena dengan inkubator bayi dapat telanjang dan suhu
tubuh bayi tetap stabil.
2.2.6 Implemetasi
Mengacu pada intervensi yang telah direncanakan sebelumnya.
2.2.7 Evaluasi
Pada tanggal ___ pukul ___ dilakukan evaluasi pada pasien.
S : UK < 37 minggu
O : Berat badan bayi < 2500 gram
A : Bayi Ny. ___ lahir pada UK ___ minggu dengan berat badan lahir rendah
P : Mandiri, kolaborasi dan rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta: EGC


Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
Maryunani, Anik dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit
pada Neonatus. Jakarta: TIM
Maryunani, Anik dan Puspita, Eka. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal. Jakarta: TIM
Mitayani. 2010. Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaanya. Padang:
Praninta Offset.
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina pustaka
Saefudin, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai