Anda di halaman 1dari 21

- Budaya: vasal, monastik

- Nilai: feodalisme
- Preseden: arsitektur klasik, arsitektur merovingian, arsitektur carolingian, dan arsitektur ottonian
- Contoh: Santa Maria del Naranco, Spanyol; St. Philibert Church, Prancis; St. James Abbey
Church, Hungaria; Santa Maria in Cosmedin, Italia; San Martn de Tours Church, Spanyol;
Cerisy le Foret Abbaye, Prancis; Nivelles Collegiate Church, Belgia; Tum Collegiate Church,
Polandia; Maria Laach Abbey, Jerman; Tewkesbury Abbey, Inggris; Fontevrault Abbey,
Prancis; St. Foy Abbey Church, Prancis; Bonanno Pisano, Guglielmo - Cathedral Square and
Learning Tower of Pisa, Italia
- Unit: apase, ambulatory, cellar, chevet/cradle, nave
- Warisan: struktur: triforium; tipologi: rumah, basilika (gereja), balai kota, kastil, desain
kolom: salvaged coloumn, drum coloumn, hollow coloumn; desain vault: arrel vault, groin vault, ribbed vault; desain
menara

- Keprofesian: ada bersifat archpriest, arsitek terkenal Bonanno Pisano

- Keterangan: Pada saat arsitektur romanesk berkembang di Eropa Barat di saat yang sama
arsitektur islam dan arsitektur mesopotamia sedang berkembang di Arab dan Persia yang
nantinya akan mempengaruhi arsitektur gotik di Eropa Timur

Romawi dengan imperium besarnya hancur, terpecah menjadi Romawi Timur dan Romawi
Barat (Byzantium). Romawi Timur akan terpecah kembali menjadi beberapa kerajaan kecil
(vasal) yang sama-sama berdaulat. Munculnya kerajaan vasal ini merupakan pertanda
dimulainya era feodalisme dimana bangsawan berebut menjadi raja, saling mempertahankan
wilayah kekuasaan, dan melupakan kesejahteraan rakyat dan di sisi lain dimulai dimulai pula
era monastik dimana pendeta Kristen (hasil adaptasi dari kepercayaan Romawi) berlomba
menjadi orang suci, menerapkan agama secara buta tanpa rasio, dan melupakan keimanan
umat. Era ini dikenal dengan nama dark age (zaman kegelapan).

Romawi kecil ini banyak terbagi menjadi beberapa wilayah di Prancis, Jerman, dll. Setiap
kerajaan vasal berlomba untuk mensejahterakan pemimpinnya dan golongan bangsawan.
Ketika rakyat tinggal digubuk-gubuk, penguasa serta pendeta banyak membangun kastil dan
gereja megah adaptasi arsitektur klasik yang difeodalisasi demi penguasa dan menjadi barang
mewah.

Arsitektur romanesk sejatinya adalah perkembangan dari arsitektur klasik. Masih


dengan tipologi yang sama bahkan kembali lagi pada material batu (karena bangunan
perlu tahan api dari demonstrasi rakyat). Yang membedakan arsitektur romanesk
dengan arsitektur klasik adalah teknologi struktur dalam membangun.
Gambar Santa Maria del Naranco, Spanyol

Gambar St. James Abbey Church, Hungaria


Arsitektur Romanesk di atas memperlihatkan bahwa arsitektur ini mengembangkan
arsitektur klasik, dapat dilihat dari tipologi bangunannya yang nyenyerupai Athens
Partenon, Yunani atau Maison Carre, Prancis, hanya saja bangunan ini diberi dinding
pengisi berupa batu, bukan hanya sekedar kolom (gambar 1)

Gambar St. Philibert Church, Prancis


Gambar Santa Maria in Cosmedin, Italia

Arsitektur romanesk menginginkan kesan megah, sehingga bangunan dibesarkan dan


ditinggikan. Namun untuk sebuah bangunan dari batu, arsitektur romanesk
memerlukan teknik baru dalam membangun untuk menyangga strukturnya yang
meninggi (vaulting). Struktur vaulting ini menyebabkan adanya beban samping, untuk
mengatasi itu dibuatlah nave/bracing (dinding massive penyangga) untuk menyangga,
dengan konsekuensi bangunan menjadi lebih lebar dan dengan adanya nave itu bagian
dibawahnya dapat dimanfaatkan menjadi ruangan. Stuktur ini dikenal dengan
istilah triforium.(gambar2)

Gambar struktur triforium pada arsitektur romanesk


Gambar penampang nave pada arsitektur romanesk

Arsitektur Romanesk dikenalkan oleh suku Merovingian, Carolingian and Ottonian (bangsa Franks/Perancis)
melalui arsitektur tradisional mereka (arsitektur merovingian, arsitektur carolingian, dan arsitektur ottonian),
namun perkembangannya semakin pesat saat kerajaan vasal bermunculan. Kerajaan-kerajaan vasal mengambil
kosa kata arsitektur tradisional suku-suku tersebut dan mengelaborasinya dengan arsitektur klasik, sehingga
terciptalah arsitektur romanesk yang menyebar ke seluruh Eropa dengan gaya kerajaan vasalnya tersendiri.
(gambar 3)

Gambar San Martn de Tours Church, Spanyol


Gambar Cerisy le Foret Abbaye, Prancis

Gambar Nivelles Collegiate Church, Belgia


Gambar Tum Collegiate Church, Polandia

Gambar Maria Laach Abbey, Jerman


Gambar Tewkesbury Abbey, Inggris

Arsitektur romanesk berkembang hingga bukan lagi satu massa bangunan, namun meluas menjadi sebuah komplek
bangunan. (gambar 3)

Gambar Fontevrault Abbey, Prancis

Gambar St. Foy Abbey Church, Prancis


Gambar Bonanno Pisano, Guglielmo - Cathedral Square and Learning Tower of Pisa, Italia

Arsitektur romanesk memiliki kosa kata yang khas seperti pada bukaan, kolom, maupun menara. Bentuk bukaan
pada arsitektur romanesk didominasi oleh arch (lengkungan), ada arch menempel pada fasad, arch menjadi curtain
wall (dinding bagian depan), arch menempel pada massa bangunan tambahan, arch berupa susunan kolom,
dan arch hiasan pada bukaan persegi. Contohnya ada pada gambar di bawah ini secara berurut dari kiri ke
kanan(gambar 4)

Gambar bukaan (dari kiri ke kanan) Notre Dame du Puy, Prancis; Saint Ambrogio Chruch, Italia; Nivelles Collegiate
Church, Belgia

Gambar bukaan (dari kirai ke kanan) St. Peter Cathedral, Jerman; Saint Pierre Moissac Abbey, Prancis

Denah pada arsitektur romanesk masih seperti pada arsitektur klasik yang persegi dan lingkaran, namun diberi massa
tambahan sehingga untuk bangunan monastik (gereja) banyak denah yang berbentuk salib.
Gambar denah (dari kirai ke kanan) St. Peter Cathedral, Jerman; Speyer Cathedral, Jerman; Auntun Cathedral, Prancis;
Fontevrault Abbey, Prancis

Kolom sebagai penyalur beban memiliki berbagai macam bentuk yakni, salvaged coloumn yang berbentuk
persegi, drum coloumn yang berbentuk lingkaran, dan hollow coloumn yang besar namun tidak massive. Contohnya
ada pada gambar di bawah ini secara berurut dari kiri ke kanan:

Gambar kolom (dari kiri ke kanan) Mainz Cathedral, Jerman; Durham Cathedral, Inggris; Malmesbury Abbey, Inggris

Kepala kolompun memiliki berbagai macam desain tidak lagi mengikuti greek order/roman order, detail datar
dengan dekorasi bentuk, detail dengan mencoak bentuk, detail pahatan wajah manusia, detail pahatan dekoratif,
detail pahatan manusia, dan detail pahatan binatang. Contohnya ada pada gambar di bawah ini secara berurut dari
kiri ke kanan:

Gambar kepala kolom (dari kiri ke kanan) Galaii Bistriei, Rumania; San Martn de Castaeda, Spanyol; Leaning Tower of
Pisa, Italia
Gambar kepala kolom (dari kiri ke kanan) San Martn de Tours Church, Spanyol; San Juan de Duero Monastery, Spanyol;
Grande Sauve Abbey, Prancis

Vault sebagai penyangga memiliki berbagai pemecahan masalah, barrel vault yang hanya berupa arch singular, groin
vault yang berupa arch diagonal untuk mengatasi masalah beban di antara arch singular, dan ribbed vault yang berupa
gabungan antara arch singular dan arch diagonal. Contohnya ada pada gambar di bawah ini secara berurut dari kiri ke
kanan:

Gambar vault (dari kiri ke kanan) Saint Savin-sur Gartempe Abbey Church, Prancis; Mozac Abbey Church,
Prancis; Saint tienne Abbey, Prancis

Menara dengan berbagai macam fungsi juga memiliki berbagai macam desain, menara dengan denah persegi.
menara denah persegi dengan ornamen, menara dengan denah poligon dan penutup prisma, menara massive,
dan menara dengan denah lingkaran dan terpisah dari massa bangunan. Contohnya ada pada gambar di bawah
ini secara berurut dari kiri ke kanan:

Gambar menara (dari kiri ke kanan) San Frediano Basilica, Italia; Plankstetten Abbey, Jerman; Fontevrault
Abbey, Prancis
Gambar menara (dari kiri ke kanan) Tewkesbury Abbey, Inggris; Leaning Tower of Pisa, Italia

Arsitektur romanesk yang populer dan menjadi arsitektur yang khas pada abad pertengahan di Eropapun
mmemberi banyak pengaruh pada tipologi bangunan lain yang non-religi (gereja) seperti rumah, balai kota,
benteng, bahkan kastil (dengan triforium yang didatarkan dan disembunyikan) hingga ke era Perang Salib di
Timur Tengah.

Gambar Pore Romanesque House, Kroasia


Gambar Massa Marittima Civic Hall, Italia

Gambar Conisbrough Castle Keep, Inggris


Gambar Krak des Chevaliers, Syria

Pada saat itu, profesi arsitek meredup. Proses pembangunan dilakukan secara bersama
(guilda) dan dipimpin oleh archpriest (pendeta & arsitek pemimpin gereja), ksatria, atau raja,
oleh karena itu banyak arsitektur romanesk yang tidak diketahui siapa arsiteknya. Arsitektur
romanesk memperlihatkan betapa disiplin, simetri, dan kapitalisnya sebuah nilai budaya.
Periode Romanesque ( Abad 11-12 M )
Posted: December 30, 2010 in Perkembangan Arsitektur
Tags: Ambulatory, Arsitektur Romanesque, Dark Ages, Gereja Penziarah, Norman

3
Istilah Romanesque muncul pada abad ke-19 untuk menunjukkan gaya arsitektur yang dipakai pada abad ke-11 sampai ke-

12, berarti dengan gaya Romawi. Pada Jaman Kegelapan (Dark Ages), tidak banyak terdapat hasil karya arsitektur yang

benar-benar berbeda. Para pembangun meniru karya-karya lama (Romawi) dan mencampurnya dengan ide-ide dari agama

Kristen. Bangunan yang masih banyak selamat adalah gereja.

Mengenal Gereja Romanesque

Gereja Romanesque memiliki karakteristik yang khas, yaitu: busur lengkung

, dapat ditemukan pada pintu, jendela, gang-gang arcade, langit-langit dan lain-lain.

Gereja-gereja awal mempunyai atap dari kayu, yang lalu terbakar. Atap lalu digantikan dengan langit-langit lengkung terbuat

dari batu. Dengan demikian maka beban gedung makin berat sehingga dinding perlu dibuat lebih tebal sebagai pendukung.

Pendukung (buttress) rendah dibuat menyender ke dinding untuk menambah daya dukung.

Terdapat dua menara tinggi di bagian depan/barat. Denah menara berbentuk lingkaran, segi empat atau segi delapan, atap

berbentuk kerucut meruncing ke atas. Pahatan dan sculpture adalah fitur penting pada dekorasi pintu masuk utama. Pintu

masuk terletak di bagian dalam dinding yang tebal (beberapa dinding tebalnya mencapai 6m). Di atas pintu

terdapat tympanum, yang biasanya diisi dengan pahatan yang berisi penggalan cerita Injil.
Jendela terlihat kecil dan sempit. Susunan kolom, busur dan pahatan dekorasi di sekeliling jendela membuatnya terlihat lebih

besar.

Denah gereja Romanesque selalu berbentuk salib. Altar diletakkan di timur (menghadap Yerusalem), pintu masuk di barat.
Pada interior tidak terdapat kursi, umat beribadah sambil berdiri. Terdapat ruang bawah tanah (crypt) di bawah altar untuk

menempatkan peninggalan dari para santo (orang suci). Nave dan gang (aisles) dipisahkan oleh barisan kolom dan busur. Di

atas gang terdapat gallery (triforium), yang dapat memberikan view ke nave, digunakan oleh santri gereja pada saat ibadah

(misa). Di atas gallery terdapat koridor sempit (clerestory), tempat jendela-jendela utama.

Susunan di atas disebut dengan susunan tiga tingkat. Susunan ini bervariasi di banyak tempat, bahkan di beberapa tempat

tidak ada tingkat ke-3, digantikan dinding massif dengan jendela.

Susunan Tiga Tingkat

Struktur langit-langit adalah busur tinggi terbuat dari batu. Terdapat jenis barrel vault (sederhana) dan cross vault (busur

bersilang).

Kolom-kolom biasanya besar. Kapital kolom dibuat dengan dasar order Corinthian Romawi atau desain khas Romanesque.
Gereja Penziarah

Pada saat itu berkembang kegiatan berziarah bagi umat Kristen ke Yerusalem, Roma, atau Santiago de Compostela

(Spanyol). Daerah yang dilewati para penziarah terpengaruh, dengan melayani para penziarah dalam perjalanannya. Salah

satu fasilitas yang disediakan adalah gereja untuk para penziarah. Fitur yang khas adalah gang di belakang altar, dikenal

sebagai ambulatory. Para penziarah dapat melewati gang tersebut dan berhenti untuk berdoa tanpa mengganggu aktivitas di

gereja utama.

Penggunaan patung-patung manusia mulai dikenal pada masa ini. Patung/pahatan manusia dipakai sebagai salah satu cara

menyebarkan ajaran Injil. Karena saat itu banyak orang yang buta huruf maka kisah-kisah dalam Injil dibuat dalam bentuk

pahatan sehingga dapat mudah dicerna.


Romanesque Di Sekeliling Eropa

1. ITALIA

Dinding interior dan exterior dilapis marmer. Fasade depan gereja dihiasi oleh baris-baris busur yang menempel pada

dinding.

2. JERMAN

Umumnya terlihat lebih sederhana. Beberapa gereja mempunyai apsis baik di ujung timur atau barat, pintu masuk gereja

diletakkan di samping.
3. INGGRIS

Gaya Romanesque dikenal dengan gaya Norman. Dari luar, bangunan terlihat berat, umumnya mempunyai menara pendek

segi empat. Pada ruang dalam terdapat kolom-kolom menyatu yang berdampingan dengan kolom massif.

Anda mungkin juga menyukai