Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN

TERHADAP TAX AVOIDANCE

DISUSUN OLEH

LIMAS MOAT TAMBING

041311333207

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan Negara yang sesuai dengan
UndangUndangRINo.17Tahun2003tentangKeuanganNegaradalamPasal11
menyebutkan bahwa Pendapatan negara terdiri atas penerimaan pajak, penerimaan
bukan pajak, dan hibah.Jadipajakmerupakansalahsatukomponenpentingdalam
penerimaan kasnegara.KarenaitusetiaptahunPemerintah Indonesiamenaikkan
target penerimaan pajak agar dapat melakukan pembiayaan pebangunan negeri
ini.Perbandingan Pendapatan Pajak dan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
yangtermasukpendapatandalamnegeridapatdilihatdigambarbawahini

sumber :bps.go.id dan kemenkeu.go.id ( data diolah )

Diagram tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun penadapatan


nasional Indonesia masih sangat bergantung pada pendapatan dari perpajakan.Hal ini
dapat dilihat dari persentase pendapatan pajak yang terdapat di atas 70 % bahkan
untuk tahun 2016 mencapai 83 % dibandingkan dengan 17 % PNBP. Hal ini
dibuktikan dengan pada tahun 2011 pendapatan pajak sebesar 873,8 trilyun rupiah dan
PNBP sebesar 331,4 trilyun rupiah sedangkan pada tahun 2016 pendapatan pajak
melesat menjadi 1,285,0 trilyun rupiah .

Pajak memang telah menjadi penopang utama dalam pembangunan nasional


Indonesia.Tetapi,Pemungutan Pajak juga tidak bebas dari masalah. Seperti yang

2
diketahui pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak ingin penerimaan pajak yang
besar. Sedangkan dari pihak wajib pajak dalam arti perusahaan ingin membayar pajak
seringan mungkin.Hal ini lumrah karena sebagai perusahaan yang berorientasi pada
keuntungan,perusahaan harus mengeluarkan biaya seminimal mungkin yang salah
satunya adalah biaya pajak. Strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
meminimalkan biaya pajak salah satunya perencanaan pajak (tax planning).

Menurut Suandy (2011) perencanaan pajak merujuk pada proses merekayasa


usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang
minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Meminimalkan pajak yang
masih sesuai peraturan perpajakan disebut tax avoidance. Ada juga yang
meminimalkan utang pajak yang melanggar peraturan perpajakan biasanya disebut
tax evasion .

Tax avoidance menurut Ernest R Mortenson (2008) merupakan usaha untuk


mengurangi,menghindari serta meringankan beban pajak dengan berbagai cara yang
dimungkinkan oleh perundang-undangan perpajakan dengan memperhatikan ada atau
tidaknya suatu pajak yang ditimbulkannya. Meskipun dengan cara ini tidak dilarang
secara hukum, biasanya mendapat sorotan negatif dari kantor pajak dan cenderung
akan diawasi.

Perkembangan dunia bisnis sangat dipengaruhi oleh peraturan perundang-


perundangan karena pajak yang dibayarkan oleh perusahaan itu merupakan beban
pajak yang akan dapat mempengaruhi dari tingkat profitabiltas dari entitas bisnis.
Pajak adalah beban perusahaan yang dampaknya tidak secara langsung berhubungan
dengan keuntungan perusahaan, sehingga mengurangi laba bersih. Oleh karena itu,
pemilik dari perusahaan melakukan tindakan yang dapat mengurangi pajak, Chen et
al.(2010).

Persoalan tentang penghindaran pajak ini nampak agak rumit disebabkan oleh
penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan tidak melanggar aturan koridor
hukum perpajakan yang berlaku, tetapi di satu sisi hal ini dapat mengurangi
pendapatan negara dari sektor pajak. Para pegawai pajak sudah berusaha semaksimal
mungkin agar para wajib pajak tidak masuk ke dalam celah ambiguitas peraturan
perpajakan, sehingga resiko yang diakibatkan seperti denda yang harus dibayarkan

3
lebih besar dari beban pajak yang seharusnya tidak terjadi karena akan membuat citra
perusahaan malu apabila di publikasikan di khalayak umum.

Perkembangan praktik penghindaran pajak ini disebabkan oleh semakin maju


teknologi informasi dan juga sistem perekonomian suatu negara yang semakin
terbuka, sehingga perusahaan akan mengembangkan usahanya bahkan sampai keluar
negeri untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dan juga pastinya akan
melakukan efesiensi pembayaran beban pajak.

Tax avoidance diukur dengan menggunakan perhitungann BTD (book tax


differences) yang menunjukan bahwa selisih antara laba komersial dan laba menurut
fiskal. Karena perusahaan bertujuan untuk meningkatkan laba, sedangakan naiknya
tingkat laba maka akan berbanding lurus dengan meingkatnya beban pajak. Sehingga
melalui perhitungan book tax differences kita akan mengerti seberapa besar tingkat
suatu perusahaan melakukan tax avoidance.

Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan


hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah kinerja
perusahaan, Haruman (2008). Sehingga melalui penerapannya dapat berguna untuk
mengurangi agency cost, yaitu biaya yang harus ditanggung pemegang saham akibat
pendelegasian wewenangnya kepada manajemen, menurunkan cost of capital sebagai
dampak dikelolanya perusahaan secara sehat dan bertanggung jawab, meningkatkan
nilai saham perusahaan, serta menciptakan dukungan stakeholders terhadap
perusahaan (license to operate). Konsep Corporate Governance dapat didefinisikan
sebagai serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu
perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para
pemangku kepentingan (stakeholders), CGPI (2008).

Tetapi juga di corporate governance terdapat perbedaan kepentingan antara


manajer dengan pemangku kepentingan yang mempunyai keterkaitan dengan
pengambilan keputusan perpajakan yang disebabkan oleh baik buruknya tata kelola
perusahaan tersebut. Corporate governance dalam penelitian ini menggunakan 4
proksi, yaitu struktur dari proksi komisaris independen, proksi kompisisi kepemilikan
institusional, proksi kepemilikan manajerial dan proksi keberadaan komite audit .

4
Karena, jumlah penerimaan negara dari pajak sangat besar maka pemerintah
harus memiliki masukan dan informasi yang dapat dipakai untuk membuat regulasi
dan peraturan perpajakan yang dapat mencegah perusahaan untuk melakukan
penghindaran pajak. Masyarakat juga membutuhkan suatu standar agar dapat
mengetahui dari kepatuhan perusahaan dalam membayar pajak, karena pajak adalah
indikator pembangunan nasional. Masyarakat juga berhak menilai dan menjadikan
referensi untuk berkonsumsi atau berinvestasi terhadap suatu perusahaan. Oleh karena
itu meskipun penghindaran pajak tidak dilarang di peraturan perpajakan tetapi
reputasi dari suatu perusahaan itu sendiri dapat dinilai oleh masyarakat dan salah satu
indikatornya adalah kepatuhan membayar pajak.

Setiap pembuatan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan, masing masing


individu memiliki peran yang cukup besar terhadap kebijakan yang dibuat oleh
perusahaan, termasuk kebijakan perpajakan. Contohnya dengan basic kemampuan
akuntansi dan keuangan yang dimiliki oleh pemilik perusahaan, independensi
komisaris, dan komite audit bisa mempunyai peranan yang cukup signifikan terhadap
penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan. Beberapa penelitian terdahulu telah
menemukan hasil yang berbeda mengenai pengaruh latar belakang keahlian akuntansi
atau keuangan komite audit dan independensi komisaris terhadap penghindaran pajak.
Seperti pengujian yang dilakukan oleh Robinson, et al. (2012), mereka menemukan
bahwa pada saat latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan yang dimiliki oleh
komite audit pada tingkat yang tinggi maka perusahaan cenderung untuk melakukan
tindakan penghindaran pajak yang rendah risiko. Namun demikian, saat komite audit
memiliki tingkat latar belakang keahlian selain dari akuntansi atau keuangan yang
lebih tinggi maka perusahaan akan cenderung melakukan penghindara pajak yang
memiliki risiko. Hasil yang berbeda didapatkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Armstrong, et al. (2015), mereka mengungkapkan bahwa tingginya persentase komite
audit yang memiliki latar belakang keahlian akuntansi atau keuangan cenderung
memiliki tingkat penghindaran pajak perusahaan yang rendah, dan sebaliknya saat
persentase komite audit yang memiliki latar belakang keahlian akuntansi atau
keuangan pada tingkat yang rendah, maka cenderung tingkat penghindaran pajak
perusahaan tinggi. Faktor individu selain dari latar belakang keahlian akuntansi atau
keuangan komite audit, melainkan independensi dewan komisaris juga merupakan
faktor yang dapat berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

5
Dengan semakin banyaknya komisaris independen diharapkan dapat mengawasi
pihak eksekutif dan juga mereduksi masalah agensi. Hasil yang diperoleh dengan
tingkat presentase komisaris independen dengan tax avoidance hasilnya juga
beragam. Dalam pengujian yang dilakukan oleh Lanis dan Richardson (2011), mereka
menyimpulkan bahwa semakin tinggi proporsi jumlah anggota dari luar lingkup
perusahaan pada jajaran dewan komisaris maka tax aggressiveness yang dilakukan
oleh perusahaan akan cenderung berkurang. Namun demikian, hasil pengujian yang
berbeda didapatkan oleh Timothy (2010), bahwa persentase anggota dewan komisaris
berpengaruh signifikan positif terhadap tingkat penghindaran pajak.

Penghidaran pajak juga dapat disebabkan oleh kepentingan yang dimililki oleh
pemegang saham. Kepentingan ini dapat dilihat dari dua sisi , yaitu kepentingan
mayoritas dan kepentingan minoritas . Dan penelitian yang meneliti kepemilikan
perusahaan dan penghindaran pajak juga cenderung memiliki hasil yang berbeda.
Perbedaan kepentingan masing masing para pemilik modal perusahaan juga harus
diketahui tujuannya. Demikian dengan kepemilikan eksekutif agar bisa menyesuaikan
kepentingan pemilik saham dan manajemen, hal ini akan menambah motivasi
manajemen untuk meningkatkan kinerja dan melakukan efesiensi dalam perusahaan
menurut Irawan dan Farahmita (2012)

Salah satu elemen penting dalam corporate governance adalah transparansi.


Transparansi terhadap pemegang saham dapat dicapai dengan melaporkan hal-hal
terkait perpajakan pada pasar modal dan pertemuan para pemegang saham.
Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak semakin dituntut
oleh otoritas publik. Alasannya adalah adanya asumsi bahwa implikasi dari perilaku
pajak yang agresif, pemegang saham tidak ingin perusahaan mereka mengambil posisi
agresif dalam hal pajak dan akan mencegah tindakan tersebut jika mereka tahu
sebelumnya.

Penelitian tentang corporate governance dengan tax avoidance jarang dijumpai


di Indonesia karena sulitnya akses data mengenai pembayaran pajak perusahaan yang
sudah di laporkan pada laporan keuangan arus kas, karena laporannya yang untuk
pembayaran pajak masih bercampur dengan pajak-pajak perusahaan yang lain
contohnya seperti PPn,PBB, denda, dan sanksi pajak . Penelitian ini ditujukan untuk
mencari tahu korelasi antara corporate governance yang mempengaruhi perilaku

6
perusahaan dalam menentukan strategi perpajakannya dengan contoh tax avoidance.
Dengan sampel perusahaan yang memasuki kategori LQ 45 Bursa Efek Indonesia.

1.2RumusanMasalah

1. Apakah jumlah presentase dewan komisaris independen berpengaruh


signifikanterhadaptaxavoidance?
2. Apakahkepemilkanberpengaruhterhadappraktektaxavoidance?

3. Apakah dengan adanya komite audit terdapat pengaruh terhadap tax


avoidance?

4. Bagaimanakah corporate governance yang diproksikan dengan presentase


dewan komisaris independen , kepemilikan institusional, dan komite audit
secaraseimultanberpengaruhsignifikanterhadaptaxavoidance?

1.3TujuanPenelitian

1. Untukmenganalisispengaruhcorporategovernanceyangdiproksikandengan
presentasedewankomisarisindependenterhadaptaxavoidance
2. Untukmenganalisispengaruhcorporategovernanceyangdiproksikandengan
kepemilikaninstitusionalterhadaptaxavoidance

3. Untukmenganalisispengaruhcorporategovernanceyangdiproksikandengan
komiteauditterhadaptaxavoidance

4. Untukmenganalisispengaruhcorporategovernanceyangdiproksikandengan
presentasedewankomisarisindependen,kepemilikaninstutisionaldankomite
auditterhadaptaxavoidance

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kalangan Investor : Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan


wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai tax avoidance dan
menjadi pertimbangan agar dapat mengetahui hubungan corporate
governance dengan tax avoidance

7
2. Akademisi : Jadi bahan referensi dan juga agar dapat dikembangkan lagi buat
penelitiannya berikutnya di perusahaan perusahaan sejenis.

3. Perusahaan : Agar dapat menjadi bahan masukan bahwa pentingnya pegaruh


penerapan corporate governance terhadapa kegiatan tax avoidance dalam
operasional perusahaan, agar perusahaan dapat terhindar dari kebingungan
mengenai peraturan perpajakan tentang tax avoidance dan tax evasion. Hal ini
dapat meminimalkan resiko yang akan dialami perusahaan sehingga
perusahaan dapat merancang mekanisme pembayaran pajak yang sesuai
terhadap negara

8
9

Anda mungkin juga menyukai