TINJAUAN PUSTAKA
Bank adalah badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan
(financial intermediaries), dan memiliki fungsi sebagai penyalur dana dari pihak yang
kelebihan pada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Lukman
Dendawijaya, 2003).
masyarakat dan menyalurkan kembali pada masyarakat serta memberikan jasa lainnya
(Kasmir, 2003). Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, Perbankan adalah
segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh bank, bank harus mengacu pada peraturan Bank Indonesia seperti yang sudah
tertera. Menurut pasal 1 pada UU No. 10 Tahun 1998, Bank adalah badan usaha yang
menyimpan dana dari masyarakat melalui bentuk simpanan dan menyalurkannya untuk
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
adalah bank yang melakukan kegiatannya secara konvensional dan atau sesuai dengan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam pembayaran. Bank umum usahanya
adalah mengumpulkan dana berupa simpanan dalam bentuk giro, deposito, memberikan
yaitu:
Dana sendiri adalah dana yang berasal dari pemegang saham dan pemilik bank. Dana
b. Cadangan-cadangan
c. Laba ditahan
Dana yang berasal dari pihak lain yang berupa sebagai berikut:
Dana masyarakat adalah dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun
badan usaha yang didapat bank dengan menggunakan instrument simpanan yang
c. Tabungan (Savings)
2.1.2 Kredit
Menurut UU No. 10 th 1998, kredit yang dimaksudkan adalan penyediaan uang atau
tagihan yang dapat disamakan dengan itu, didasarkan oleh persetujuan atau kesepakatan
saling meminjam antara bank dan pihak lain. Dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu dengan adanya bunga.
Pasal 3 UU No.10 Tahun 1998 menyatakan bahwa fungsi utama dari perbankan yang
ada di Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, sedangkan
pasal 4 UU. No 10 Tahun 1998 menyatakan bahwa perbankan di Indonesia turut serta dalam
Agar mempermudah dalam memenuhi fungsi dan tujuan kredit bagi bank, maka Siamat
c. Kredit Produktif
Menurut Hasibuan (2005:88) kredit dapat dibedakan berdasarkan sudut pendekatan, yaitu:
a) Berdasarkan Tujuan
a. Kredit konsumtif
c. Kredit investasi
c) Berdasarkan Macamnya
a. Kredit askep
b. Kredit penjual
c. Kredit pembeli
a. Kredit pertanian
b. Kredit perindustrian
c. Kredit pertambangan
e. Kredit koperasi
e) Berdasarkan Jaminan
Kredit yang diberikan adalah berdasarkan kepercayaan, maka pemberian kredit adalah
pemberian kepercayaan. Pada hal ini berarti debitur yakin bahwa kreditur akan mampu
mengembalikan pinjaman kredit sesuai dengan batas waktu dan persyaratan yang telah
2. Adanya kepercayaan pemberian kredit terhadap penerima kredit yang didasarkan atas
4. Adanya persetujuan berupa kesepakatan antara pihak bank dan pihak lainnya.
5. Adanya penyerahan barang,jasa, atau uang dari pemberi kredit ke penerima kredit .
7. Adanya unsur risiko baik dari pihak pemberi maupun pihak yang menerima.
Analisa kredit adalah kajian yang dilakukan untuk mengetahui suatu kelayakan dari sebuah
permasalahan kredit. Dari analisis kredit dapat diketahui apakah nasabah tersebut memiliki
usaha yang layak (feasible), apakah hasil usaha dapat dengan mudah dipasarkan
dapat memenuhi persyaratan bank (bankable), apakah usaha tersebut dapat melunasi
pinjaman dengan tepat waktu. Pembentukan analisis kredit ini berdasarkan dengan pasal 2
UU. No 10 th 1998 tentang perbankan yang akan melakukan usahanya harus berdasarkan
asas ekonomi dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Namun pelaksanaan analisis kreditnya
beracuan pada Uu No. 10 Tahun 1998 pada pasal 1 ayat 11, pasal 8, dan pasal 29 ayat 3.
Menurut Rachmat Firdaus (2004), dalam pemberian kredit sangat diperlukan adanya
perhitungan yang dalam dan meliputi beberapa aspek, prinsip, asas atau persyaratan tertentu
meskipun nyatanya tidak semudah itu diterapkan oleh bank. Ada 3 konsep tentang prinsip
1) Prinsip 5C
1. Character
Character adalah sikap dan watak nasabah dikehidupan pribadi maupun di lingkungan
usaha. Tujuan penilaian karakter adalah untuk mengetahui bagiamana iktikad nasabah
2. Capital
Capital adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki nasabah. Semakin tinggi modal
sendiri suatu perusahaan maka semakin tinggi pula kemampuaannya dalam memenuhi
kewajiban.
3. Capacity
laba. Tujuannya adalah agar dapat mengetahui sejauhmana nasabah dapat memenuhi
4. Collateral
Collateral adalah barang jaminan yang diberikan nasabah pada pihak bank sebagai
5. Condition of Economic
Condition of economic yaitu kondisi ekonomi, politik, sosial, budaya yang bisa
usaha nasabah.
2) Prinsip 5 P
1. Party (golongan)
2. Purpose (tujuan)
3. Payment (Pembiayaan)
5. Protection (Perlindungan)
3) Prinsip 3 R
Menurut Lipsey (1995), suku bunga adalah hatga yang seharusnya dibayar bagi
peminjam uang selama periode waktu tertentu dan dapat dinyatakan dalam
presentase. Sedangkan pendapat Boediono (1998) bunga adalah harga dari dana yang
dapat disalurkan atau diberikan dalam bentuk pinjaman, dan penawaran pinjaman
dapat dibentuk oleh pihak penyimpan yaitu mereka yang mempunyai pendapatan
lebih besar daripada kebutuhannya pada suatu periode tertentu, permintaan pinjaman
Kasmir (2004) mengatakan bahwa bunga adalah balas jasa yang diberikan
oleh bank didasarkan oleh prinsip konvensional pada nasabah yang membeli atau
menjual produknya. . Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) atau harga yang harus dibayar oleh
a) Bunga simpanan
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai tanda balas jasa atau
b) Bunga Pinjaman
Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau
harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Setiap
masyarakat yang melakukan interaksi dengan bank, baik itu interaksi dalam
dananya kepada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito, dan giro akan
dikenai suku 46 bunga simpanan (dalam bentuk %). Suku bunga ini
pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka masyarakat akan
rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat dalam menabung akan
mereka peroleh di masa yang akan datang dari bunga adalah kecil.
Berbeda halnya dengan suku bunga simpanan. Suku bunga ini dikenakan pada
masyarakat yang ingin meminjam dana pada bank. Suku bunga kredit ini sangat bergantung
dari jenis kredit yang diinginkan. Semakin tinggi bank mengenakan suku bunga kredit,
minat masyarakat untuk meminjam kredit semakin berkurang, sebab mereka dihadapkan
dengan jumlah pembayaran kredit ditambah bunga yang tinggi. Dan ini memberatkan
masyarakat yang bersangkutan dalam meminjam kredit, dan melunasi kreditnya di masa
yang akan datang. Namun sebaliknya, apabila bank mengenakan suku bunga kredit
(pinjaman) yang rendah maka minat masyarakat dalam meminjam kredit bertambah besar,
khususnya kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dengan semakin rendahnya
suku bunga kredit, khususnya kredit untuk UMKM, maka akan memicu pertumbuhan, dan
perkembangan jumlah UMKM, yang berarti dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sebab
UMKM selama ini dikenal sebagai penopang jumlah tenaga kerja di Indonesia yang semakin
melimpah, dan agar tidak menganggur. Untuk menentukan tingkat bunga, kreditur
memperhitungkan dana yang harus dikeluarkan berupa bunga tabungan atau deposito serta
faktor kemungkinan bahwa debitur tidak membayar kembali kreditnya tepat waktu sesuai
perjanjian atau bahkan tidak membayar sama sekali. Selain itu, kreditur mempertimbangkan
biaya-biaya yang harus diperhitungkan berupa kerugian akibat penurunan nilai yang terjadi
selama uang dipinjamkan. Jadi, tingkat bunga yang berlaku adalah tingkat bunga yang
disepakati oleh debitur dan kreditur yang merupakan penjumlahan dari unsur tingkat bunga
dana, premi risiko dan penurunan nilai uang. Jadi dapat disimpulkan bahwa bunga adalah
harga dari dana yang dapat disalurkan oleh perbankan dalam bentuk pinjaman dengan
mempertimbangkan harga pokok perolehan dana (cost of money), risiko kegagalan kredit
Bunga pinjaman komersial didasarkan oleh aspek dan faktor pembentukan komponen
tingkat suku bunga pinjaman, ada faktor Cross Sailing terhadap berbagai macam produk
perbankan untuk menghasilkan Fee Based Income yang berupa komisi dan provisi yang
akhirnya hal itu akan menjadi subsidier tingkat penentu suku bunga (Rudy Tri Santoso,
b) Net Margin
c) Overhead Cost
Modal adalah hal yang paling pokok dari sebuah bank, modal dianggap sebagai
penyangga segala kegiatan bank dan juga diharapkan bisa menjadi penyangga kemungkinan
terjadinya kerugian. Dengan adanya modal, bank diharapkan bisa mendapat kepercayaan dari
masyarakat, jadi bank bisa menghimpun dana dari masyarakat untuk keperluan operasional
Bank wajib memiliki dan menyediakan modal minimum 8% dari aktiva tertimbang
yang dinyatakan dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), menurut Per. Bank Indonesia
No. 3/21/PBI/2001. Perhitungan CAR dalam hal ini memiliki arti bahwa tiap penanaman
bentuk kredit yang mengandung risiko maka harus disediakan jumlah modal yang dapat
(Budiawan, 2008). Dengan rasio ini kita juga dapat memastikan bahwa apabila bank
mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki bank dapat mengcover hal itu
dengan baik.
Sejak tahun 1998-2007 CAR bank yang ada di Indonesia diklasifikasikan menjadi 3
yaitu:
b) Bank take over (BTO) masuk dalam BPPN (Badan Penyehatan Perbankan
Negara) dalam klasifikasi B, dengan CAR -25% sampai dengan < 8%.
c) Bank Beku Operasi (BBO) dalam klasifikasi C, dengan CAR kurang dari -
25%.
yang tercantum dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif. Hasil perhitungan rasio
tersebut akhirnya akan dibadingkan dengan penyertaan modal minimum yang ditentukan oleh
Bank Internasional Statement, yaitu sebesar 8%. Bank memiliki dua cara dalam mengelola
permodalannya: sebagai risk averse yaitu memilih cara aman dengan menyalurkan lewat SBI
atau sebagai risk taker yaitu menggunakan modalnya untuk sesuatu yang lebih memiliki
risiko. Penurunan angka CAR bukan merupakan suatu masalah jika bank masih bisa
memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank International Statement (BIS), yaitu sebesar
Kelancaran dalam pembayaran merupakan hal yang sangat penting bagi bank, karena
bank sebagai lembaga intermediasi yang gunanya untuk menyalurkan kredit dari dan ke
masyarakat. Kelancaran pembayaran oleh debitur juga merupakan keharusan agar kegiatan
operasional bank berjalan dengan baik. Jika terjadi penunggakan pembayaran, maka bank
akan mengalami kesusahan karena tidak mendapatkan kembali modal yang telah
kriteria kredit telah digolongkan menjadi lima yaitu lancer, dalam perhatian khusus, kurang
lancer, diragukan dan macet. Non Performing Loan (NPL) merupakan hasil dari kredit
bermasalah dalam bentuk presentase. NPL juga berarti sebagai pinjaman yang mengalami
kesulitan pelunasan akibat banyak faktor seperti faktor yang disengaja oleh debitur atau
faktur yang tidak disengaja yang berasal dari luar (Meydianawathi, 2006).
Kredit bermasalah yang dimaksudkan diatas adalah kredit yang masuk dalam
Loan Deposit Ratio adalah rasio yang menunjukkan presentase dari hasil perbandingan
seluruh jumlah kredit yang diterima bank dan dana yang diperoleh bank. Lembaga keuangan
dinyatakan liquid apabila bia memenuhi seluruh kewajiban hutang, dapat memenuhi seluruh
permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi adanya penangguhan (Irmayanto, 2011). LDR
menilai kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang telah dilakukan
oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas yang
dimilikinya.
LDR digunakan sebagai indikator penilai likuiditas suatu bank dengan membagi jumlah
kredit dengan jumlah dana (Amalia dan Herdiningtyas, 2005). LDR juga menunjukkan
kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana untuk debiturnya dengan modal yang
dimiliki sendiri oleh bank maupun dana yang sumbernya berasal dari masyarakat. Presentase
LDR yang ditentukan oleh Bank Indonesia adalah maksimum 110% (Achmad dan Kusno,
2003). Tujuan perhitungan LDR adalah untuk mengetahui sejauh mana kondisi bank dalam
menjalankan kegiatan operasional dan kegiatan usahanya (Agus Sawir, 2011). LDR juga
berikut :
LDR = Jumlah Kredit yang Diberikan / DPK + Modal Inti + KLBI x 100%
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar
bank). Dana pihak ketiga giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antar bank)
Baas dan Schrooten (2009) melakukan penelitian dengan tema Relationship Bank and
SMEs mendapatkan hasil penelitian bahwa keterbatasan informasi yang diberikan dari SME
Sri Mintarti dan Zaki Baridwan (1995) melakukan penelitian dengan tema Pengaruh
Informasi Akuntansi Terhadap Keputusan Kredit yang Daimbil Oleh Bank dan Hubungannya
dengan Pengambilan Kredit Pinjaman Debitur mendapatkan hasil bahwa Informasi akuntansi
Akuntabilitas Publik (Studi Kasus pada Perusahaan Rokok Trubus Alami)mendapatkan hasil
bahwa Dari semua siklus akuntansi (transaksi sampai dengan neraca saldo setelah
penutupan), Perusahaan Rokok Trubus Alami hanya menerapkan sebagian, yaitu dari
Keuangan dan Prospek Implementasi SAK ETAP yang menggunakan metode analisis regresi
berganda. Dengan hasil yang didapatkan adalah kualitas laporan UMKM masih sangat rendah
Modal Kerja Terhadap Usaha Kecil dan Menengah (Studi Kasus Pada Bank BRI KCP Sukun
Menghasilkan penelitian bahwa faktor seperti nilai agunan, umur usaha, omset usaha, dan
pemberian kredit oleh Bank BRI KCP Sukun. Nilai agunan dan omset usaha berpengaruh
cukup signifikan bagi pemberian kredit, serta memiliki prioritas tinggi. Sedangkan umur
usaha dan jumlah tanggungan tidak menjadi prioritas utama dalam keputusan pemberian
kredit.
Rosita Ayu Saraswati (2012) dengan judul Peranan Analisis Laporan Keuangan,
Penilaian Prinsip 5C Calon Debitur dan Pengawasan Kredit Terhadap Efektivitas Pemberian
Kredit pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Temanggung. Menghasilkan penelitian yaitu
peningnya posisi keuangan bagi perbankan yang menyetujui permohonan kredit, prosedur
penlaian laporan keuangan, penilaian prinsip 5C calon debitur yang dilakukan bank,
keefektifan pengawasan kredit, dan mencegah dan meminimalisir terjadinya kredit macet.
Hasil penelitian ini adalah proses analisis laporan keuangan, prosedur penilaian laporan
keuangan calon debitur, prinsip penilaian 5C pada debitur dinilai sudah cukup efektif. Hal ini
terbukti bahwa hampir 100% kredit yang diberikan sudah merupakan kredit yang efektif.
Wawan Setiawan (2006) dengan judul Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap
Usaha Debitur Mikro pada PT Bank Jabar Banten. Metode yang digunakan Wawan Setiawan
(2006) adalah dengan wawancara dan penyebaran kuisioner pada nasabah PT Bank Jabar,
hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah ternyata terdapat korelasi antara
pemberian kredit di PT Bank Jabar Banten dengan debitur usaha mikro. Yaitu adanya
peningkatan dalam kinerja keuangan melalui rasio profit margin, return on asset dan return
on equity.
Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Pada PT Bank Mandiri Cabang Imam Bonjol.
Metode yang digunakan adalah metod regresi, dengan sampel 40 orang nasabah yang
kreditnya telah disetujui oleh Bank Mandiri. Suroso (2013) menggunakan 12 variabel dalam
penelitiannya, yaitu 7 variabel informasi akuntansi dan 5 variabel bukan informasi akuntansi.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa informasi akuntansi tidak semua berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan kredit, sedangkan informasi yang bukan akuntansi tetapi
mempengaruhi keputusan pemberian kredit bank adalah jaminan dan pengalaman pimpinan
calon debitur.
Bunga bank adalah balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan sebuah prinsip
yaitu prinsip konvensional kepada nasabah (Kasmir, 2002). Kenaikan suku bunga akan
diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman, jadi suku bunga pinjaman bisa jadi lebih tinggi
dan nantinya akan membuat bank memperoleh laba dari kegiatan itu (Sri Susilo, 2000).
Kenaikan suku bunga sangat bermanfaat karena bisa menarik minat masyarakat untuk
mengajukan kredit pada bank, merupakan kabar baik juga untuk para pemegang deposito.
Apabila suku bunga kredit meningkat maka permintaan kredit akan menurun, demikian pula
sebaliknya apabila suku bunga kredit menurun maka permintaan kredit akan meningkat
Jadi, suku bunga kredit dianggap akan mempunya pengaruh pada penyaluran kredit
UMKM:
2.3.2 Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Penyaluran Kredit UMKM
permodalan bank dalam menyediakan dana bagi keperluan pengembangan usaha serta
bank (Ali, 2004). Semakin besarnya CAR yang dimiliki oleh bank maka akan menunjukkan
bahwa sumber daya finansial yang dimiliki bank semakin besar pula. Apabila bank memiliki
CAR diatas 20%, maka bank akan memiliki pertumbuhan kredit 20% - 25 % dalam setahun (Wibowo,
2009). Sudarto (2004) dan Budiawan (2008) berpendapat bahwa CAR memiliki pengaruh terhadap
Jadi, Capital Adequacy Ratio (CAR) dianggap akan mempunya pengaruh pada
UMKM.
2.3.3 Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Penyaluran Kredit UMKM
Non Performing Loan (NPL) adalah rasio yang digunakan bank dalam mengukur
kemampuan untuk megcover risiko kegagalan dalam pengembalian kredit oleh debitur
(Darmawan, 2004). NPL mencerminkan risiko kredit, apabila NPL semakin besar maka
risiko kredit yang ditanggung bank juga semakin besar (Ali, 2004). Default risk atau risiko
kredit adalah risiko yang dihadapi bank apabila terjadi tidak terbayarkan kredit oleh debitur.
Risiko kredit atau default risk yang nornmal adalah sekitar 3% - 5% dari total seluruh jumlah
kreditnya. NPL menjadi penyebab perbankan dalam penyaluran kredit, NPL yang besar
sering menyulitkan bank dlam menyalurkan kreditnya (Sentausa, 2009). Harmanta dan
Ekananda (2005) dan Budiawan (2008) beranggapan bahwa NPL berpengaruh terhadap
penyaluran kredit.
Jadi, Non Performing Loan (NPL) dianggap akan mempunyai pengaruh pada
H3 = Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM
2.3.4 Pengaruh Loan Deposit Ratio (LDR) terhadap Penyaluran Kredit UMKM
Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang
diberikan dengan dana yang diberikan bank, LDR berhubungan dengan likuiditas
(Dendawijaya, 2000).
Apabila bank memiliki LDR yang tinggi, maka bank memiliki risiko pinjaman tidak
tertagih yang cukup tinggi dan mampu membuat bank mengalami kerugian (Susilo, 2000).
Maka dari itu Bank Indonesia telah menetapkan standar LDR yaitu 85% - 93%.
Jadi Loan Deposit Ratio (LDR) dianggap mempunyai pengaruh terhadap penyaluran
kredit UMKM.
H4 = Loan Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM
2.4 Hipotesis dan Model Analisis
UMKM.
H3 = Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM
H4 = Loan Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit UMKM