Anda di halaman 1dari 3

Nama : Mustakim Masnur

NIM : V100160010
Standar (Baku) Internal

Baku internal merupakan senyawa yang berbeda dengan analit, meskipun demikian
senyawa ini harus terpisah dengan baik selama proses pemisahan. Baku internal dapat
menghilangkan pengaruh karena adanya perubahan-perubahan pada ukuran sampel atau
konsentrasi karena variasi instrumen. Salah satu alasan utama digunakannya baku internal
adalah jika suatu sampel memerlukan perlakuan sampel yang sangat signifikan. Seringkali
perlakuan sampel memerlukan tahapan-tahapan yang meliputi derivatisasi, ekstraksi, filtrasi,
dan sebagainya, yang dapat mengakibatkan berkurangnya sampel. Jika baku internal
ditambahkan pada sampel sebelum dilakukan preparasi sampel, maka baku internal dapat

mengoreksi hilangnya sampel-sampel ini (Rohman, 2009).

Syarat-syarat suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku in ternal adalah:


terpisah dengan baik dari senyawa yang dituju atau dari puncak-puncak yang lain;
mempunyai waktu retensi yang ham-pir sama dengan analit; tidak terdapat dalam sampel;
mempunyai kemiripan sifat-sifat dengan analit dalam tahapan-tahapan penyia-pan sampel;
tidak mempunyai kimiripan secara kimiawi dengan analit; tersedia dalam perdagangan
dengan kemurnian yang tinggi; stabil dan tidak reaktif dengan sampel atau dengan fase
gerak; dan mempunyai respon detektor yang hampir sama dengan analit pada konsentrasi

yang digunakan (Rohman, 2009).

Dengan metode baku internal, kurva baku dihasilkan dengan mempersiapkan


beberapa larutan baku yang mengandung konsentrasi yang berbeda dari senyawa yang
dituju dengan ditambah sejumlah konsentrasi tertentu yang tetap dari larutan baku internal.
Sebagai contoh penggunaan baku internal adalah penetapan kadar metomil dengan
menggunakan baku internal benzanilid (Gambar 1.11).
(Gambar 1.11)

Kromatogram yang diberikan pada Gambar 1.11 menggambarkan metodologi


standar internal. Di sini, metomil dikuantifikasi dengan menggunakan benzanilid sebagai
standar internal. Dengan menggunakan kurva kalibrasi, kandungan metomil yang tidak di-
ketahui dapat dicari dari rasio antara luas kromatogram metomil dibagi dengan luas

kromatogram benzanilid (Rohman, 2009).

Metoda ini mempunyai keuntungan dibandingdengan metoda baku eksternal


karena, dapat mengkompensasi variasi volume injeksi dan juga untuk perubahan yang kecil
dari sensitivitas detektor atau perubahan kromatograti yang bisa terjadi. Selain itu kita juga
tidak perlu menginjeksi dalam jumlah yang sama setiap waktu, maka metoda ini biasanya
mempunyai presisi yang lebih baikdari pada menggunakan baku eksternal. Dari
kromatogram standar dapat dihitung respons faktor relatif sebagai berikut :

C
A
r=
Cs
As

r = respons faktor relatif


C = Konsentrasi Kornponen Sampel
A = Lebar atau Tinggi Puncak Komponen Sampel
Cs = Konsentrasi Baku Dalam
As = Lebar atau Tinggi Baku Dalam
Didalam campuran sampel digunakan rumus berikut :

Cs
Cu= Au x r x
As

Cu = Konsentrasi komponen sampel


Au = Lebar atau Tinggi Puncak
Cs = Konsentrasi Baku Dalam
As = Lebar atau Tinggi Puncak Baku Dalam

Pendekatan lain adalah mengkoreksi setiap lebar puncak pada campuran yang
diketahui dengan mengalikannya dengan respons faktor relatif. Hal ini menghasilkan lebar
Puncak yang diperoleh dengan respons detektor yang sama untuk setiap komponen.
Komposisi dari campuran kemudian diperoleh dengan normalisasi lebar Puncak yang telah
dikoreksi. Untuk bekerja dengan metoda ini sekalilagi kita harus yakin bahwa kita telah
melihat semua komponen didalam campuran sebagai Puncak-puncak yang terpisah pada
kromatogram.

Daftar Pustaka

Rohman, Abdul. 2009. Kromatigrafi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Putra, Effendy De Lux. 2004. Kromatografi cair kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.
Universitas Sumatera Utara:

Anda mungkin juga menyukai