Anda di halaman 1dari 26

KEBUTUHAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

DALAM WILAYAH PENGEMBANGAN


BANYUWANGI UTARA

Oleh :
Nizam Permana Adi
NRP 3114207811

Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Eko Budi Santoso, MSc. Lie. Rer. Reg.

JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN ASET INFRASTRUKTUR


Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, yang ditunjukkan oleh membaiknya berbagai indikator pembangunan
sumber daya manusia, antara lain meningkatnya pendapatan per kapita; menurunnya angka
kemiskinan dan tingkat pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat pendidikan
masyarakat yang didukung dengan pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang mantap;
meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender;
meningkatnya tumbuh kembang optimal, dan perlindungan anak; menurunnya kesenjangan
kesejahteraan antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antar kelompok masyarakat.

Upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, merupakan tantangan yang
menjadi salah satu tugas pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Perwujudannya berarti adanya
tatanan yang akan menunjang upaya untuk mewujudkan Banyuwangi lebih baik di masa
mendatang. Untuk mempermudah pembangunan maka sesuai dengan karakteristik
wilayahnya, sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Kabupaten
Banyuwangi dibagimenjadi 4 (empat) Wilayah Pengembangan yaitu Wilayah Pengembangan
Utara, Wilayah Pengembangan Tengah Barat, Wilayah Pengembangan Tengah Timur,
Wilayah Pengembangan Selatan. Pada Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara dengan
fungsi yaitu untuk kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan
peternakan, kawasan industri, kawasan pelabuhan, kawasan lindung, dan kawasan wisata
adalah merupakan wilayah pengembangan dengan fungsi kawasan yang lebih banyak dari
pada 3 wilayah pengembangan banyuwangi lainnya (Tengah Barat, Tengah Timur, Selatan).
Pusat pengembangan Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara berada di Kota
Banyuwangi dengan wilayah belakangnya meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri,
Licin dan Glagah. Oleh karena itu untuk mendukung pertumbuhan kawasan yang disebutkan
sebelumnya, dibutuhkan infrastruktur yang baik sehingga menjamin pembangunan dapat
mencapai standar kualitas lokal minimum.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada makalah ini adalah Identifikasi
kebutuhan infrastruktur di Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara.

BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH

2.1 Gambaran umum


Kabupaten Banyuwangi memiliki luas wilayah 5.782,50 km2.Banyuwangi masih
merupakan daerah kawasan hutan karena besaran wilayahyang termasuk kawasan hutan lebih
banyak kalau dibandingkan kawasankawasanlainnya. Area kawasan hutan mencapai
183.396,34 ha atau sekitar31,62%; daerah persawahan sekitar 66.152 ha atau 11,44%;
perkebunandengan luas sekitar 82.143,63 ha atau 14,21%; sedangkan yangdimanfaatkan
sebagai daerah permukiman mencapai luas sekitar 127.454,22ha atau 22,04%. Sisanya telah
dipergunakan oleh penduduk KabupatenBanyuwangi dengan berbagai manfaat yang ada,
seperti jalan, ladang danlain-lainnya.Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu,
KabupatenBanyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta jumlahPulau
ada 13 buah. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besarbagi kemajuan
ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi.

Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur PulauJawa. Wilayah


daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan yangmerupakan daerah penghasil
produk perkebunan; dan dataran rendah denganberbagai potensi produk hasil pertanian serta
daerah sekitar garis pantai yangmembujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah
penghasilberbagai biota laut.Batas wilayah Kabupaten Banyuwangi sebelah utara adalah
KabupatenSitubondo, sebelah timur adalah Selat Bali, sebelah selatan adalah
SamuderaIndonesia dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jember danBondowoso.
Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi KabupatenBanyuwangi terletak di antara 70 43
- 80 46 Lintang Selatan dan 1130 53 1140 38 Bujur Timur.
Diagram 2.1:
Luas Kabupaten Banyuwangi dibedakan Menurut Penggunaannya

Sumber: Banyuwangi Dalam Angka 2010


Topografi wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi bagian barat danutara pada umumnya
merupakan pegunungan, dan bagian selatan sebagianbesar merupakan dataran rendah.
Tingkat kemiringan rata-rata pada wilayahbagian barat dan utara 400, dengan rata-rata curah
hujan lebih tinggi biladibanding dengan bagian wilayah lainnya. Daratan yang datar sebagian
besarmempunyai tingkat kemiringan kurang dari 150, dengan rata-rata curah hujancukup
memadai sehingga bisa menambah tingkat kesuburan tanah.Dataran rendah yang terbentang
luas dari selatan hingga utara dimanadi dalamnya terdapat banyak sungai yang selalu
mengalir di sepanjang tahun.Di Kabupaten Banyuwangi tercatat 35 DAS, sehingga disamping
dapatmengairi hamparan sawah yang sangat luas juga berpengaruh positif terhadaptingkat
kesuburan tanah.
Berdasarkan data statistik, potensi lahan pertanian di KabupatenBanyuwangi berada
dalam peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang danJember. Tidaklah mengherankan kalau
Kabupaten Banyuwangi menjadi salahsatu lumbung pangan di Provinsi Jawa
Timur.Disamping potensi di bidang pertanian, Kabupaten Banyuwangimerupakan daerah
produksi tanaman perkebunan dan kehutanan, sertamemiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai daerah penghasil ternak yangmerupakan sumber pertumbuhan baru perekonomian
rakyat. Denganbentangan pantai yang cukup panjang, dalam perspektif ke
depan,pengembangan sumberdaya kelautan dapat dilakukan dengan berbagai
upayaintensifikasi dan diversifikasi pengelolaan kawasan pantai dan wilayah perairanlaut.

2.1 Gambar Wilayah Administratif Kabupaten Banyuwangi

2.2 Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara


Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2010 2015 ,
Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi 4 (empat) Wilayah Pengembangan yaitu :
Wilayah Pengembangan Utara
Wilayah Pengembangan Tengah Barat
Wilayah Pengembangan Tengah Timur
Wilayah Pengembangan Selatan
2.2 Gambar 4 Wilayah Pengembangan Kabupaten Banyuwangi
Dari empat wilayah pengembangan tersebut, ditetapkan 1 (satu)pusat wilayah pengembangan
yang akan menjadi pusat orientasi dariwilayah-wilayah yang ada di belakangnya. Pusat-pusat
pengembangantersebut ditetapkan berdasarkan hasil analisa orde kota. Pusat kota
yangdimaksud adalah :
1. Banyuwangi yang berfungsi sebagai pusat pengembangan (WP) Banyuwangi Utara.
2. Rogojampi ditetapkan sebagai pusat pengembangan untuk wilayah Banyuwangi Tengah
Timur.
3. Genteng ditetapkan sebagai pusat pengembangan untuk wilayahBanyuwangi Tengah
Barat.
4. Bangorejo ditetapkan sebagai pusat pengembangan untukwilayah Banyuwangi Selatan.

Cluster Banyuwangi Utarayang meliputi Kecamatan Wongsorejo,Kalipuro, Giri, Licin, dan


Glagah dengan pusat pelayanan dan pertumbuhan Kota Banyuwangi.Wilayah Pengembangan
Banyuwangi Utara memiliki fungsi kegiatan yaitu :
kawasan pertanian,
kawasan perkebunan,
kawasan perikanan,
kawasan peternakan,
kawasan industri,
kawasan pelabuhan,
kawasan lindung,
dan kawasan wisata
Gambar 2.3 Peta Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara

Cluster Banyuwangi Utarayang meliputi Kecamatan Wongsorejo,Kalipuro, Giri, Licin, dan


Glagah dengan pusat pelayanan dan pertumbuhan Kota Banyuwangi.Wilayah Pengembangan
Banyuwangi Utara memiliki fungsi kegiatan yaitu kawasan pertanian,kawasan perkebunan,
kawasan perikanan, kawasan peternakan, kawasan industri, kawasan pelabuhan, kawasan
lindung, dan kawasan wisata

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Banyuwangi Utara

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, penduduk KabupatenBanyuwangi pada tahun2010


sejumlah 1.554.997 jiwa, dengan lajupertumbuhan rata-rata selama sepuluh tahun terakhir
(2000-2010) sebesar0,44% dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 269 jiwa/km2.
Meskipunpenduduk Kabupaten Banyuwangi belum tergolong padat, namunpertumbuhannya
harus dikendalikan agar terpelihara keseimbangannyadengan daya dukung wilayah.Dari hasil
Sensus Penduduk 2010, masih tampak bahwa penyebaranpenduduk Kabupaten Banyuwangi
masih tertumpu di Kecamatan Muncar dan Kecamatan Banyuwangi sebesar 6,8persen,
Kecamatan Licin, Glagah dan Giri adalah 3 kecamatandengan urutan terbawah yang memiliki
jumlah penduduk paling sedikit yangmasing-masing berjumlah 27.993 orang, 28.295 orang
dan 33.984 orang.Lajupertumbuhan penduduk Kecamatan Kalipuro adalah yang
tertinggidibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Banyuwangi yakni sebesar 1,72persen.

Kawasan industri terpadu


Kawasan Pelabuhan
Kawasan Agrowisata

Gambar 2.4 Kawasan Strategis di WP Banyuwangi Utara

Pada Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara terdapat 3 kawasan strategis yaitu area
pengembangan Agrowisata, Area Pengembangan Industri Terpadu, dan area pengembangan
pelabuhan. Area pengembangan Agrowisata terletak di pariwisata Gunung Ijen, Area
Pengembangan Industri Terpadu berada di Kecamatan Wongsorejo, dan area Pelabuhan di
Ketapang di Kecamatan Kalipuro.
Gambar 2.5Tata Guna Lahan di WP Banyuwangi Utara

Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara terdapat kawasan perikanan payau di Kecamatan


Banyuwangi, kawasan hutan produksi di kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Kalipuro,
Kecamatan Licin, kawasan industri besar ada di sekitar pelabuhan Ketapang yaitu kecamatan
Kalipuro dan Wongsorejo, Kawasan Tambak di Kecamatan Wongsorejo, serta Kawasan
Pertanian Beririgasi yang hampir tersebar di di seluruh wilayah Banyuwangi Utara.Sisanya
yang tidak tertutup oleh layer yang berwarna pada Peta, merupakan kawasan hutan milik
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dikelola oleh Perhutani.
Tabel. 2.1 Wilayah Perkotaan dan Perdesaan masing masing Kecamatan

Dari table diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Banyuwangi sebagai titik pusat
pengembangan Wilayah Banyuwangi Utara tidak memiliki daerah kawasan perdesaan.
Berbeda dengan kecamatan Wongsorejo dan Licin yang justru hampir seluruh daerahnya
merupakan kawasan perdesaan.Di satu sisi pengembangannya memiliki karakteristik
kawasan perkotaan, di sisi lain kawasan perdesaan. Kedua kawasan tersebut mempunyai
fungsi yang berbeda. Kawasan perdesaan sendiri secara umum dicirikan oleh wilayah yang
mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Sedangkan kawasan perkotaan adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Dengan demikian untuk menjamin hubungan desa-kota yang dinamis (urban-rural linkages),
kota dan desa harus berperan di dalam menjalankan fungsinya masing-masing, agar dapat
terjadi aliran timbal balik yang seimbang antara desa dan kota, yakni terjadinya aliran
manusia (tenaga kerja, pedagang), aliran barang (pertanian, agro industri, kerajinan, barang
kebutuhan), aliran kapital (investasi, tabungan), dan aliran informasi (siaran radio, TV, surat
kabar, telekomunikasi).
Untuk tetap menjamin hubungan desa-kota yang dinamis, maka salah satu usaha yang dapat
dilakukan adalah dengan penataan struktur kawasan pedesaan yang dikembangkan dengan
sistem Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) antar desa. PPL diarahkan dapat terkait dengan
pusat-pusat desa disekitarnya dan dapat memberikan efek menetes secara mikro bagi
kawasan desa disekitarnya. Pusat pelayanan pedesaan akan menginduk pada pusat-pusat Ibu
Kota kecamatan, sedangkan Ibu Kota Kecamatan menginduk pada PKL (Pusta Kegiatan
Lingkungan)/PKLp (Pusat Kegiatan Lingkungan promosi), sedangkan PKL/PKLp akan
menginduk ke PKW (Pusat Kegiatan Wilayah).
Pola penataan struktur ruang pedesaan seperti tersebut di atas juga merupakan upaya untuk
mempercepat efek pertumbuhan dari pusat-pusat Kegiatan Lingkungan/promosi. Pola
penataan system pusat pelayanan dapat dilihat dalam gambar berikut.

Gambar 2.6Struktur Ruang Kawasan Perdesaan

Mengacu pada sistem perkotaan di Jawa Timur, maka kota-kota di Kab. Banyuwangi
termasuk dalam kategori PKW dan PKL dengan memperhatikan jumlah penduduk yang akan
berkembang serta melihat hierarki tersebut di atas, maka kota kota di WP Banyuwangi Utara
ini diklasifikasikan sebagai berikut :
Kota Menengah : Kota Banyuwangi
Kota Desa Besar : Glagah, Giri, Kalipuro, Wongsorejo
Kota Desa Kecil B : Kota Licin
Kelengkapan sarana dan prasarana suatu kota secara tidak langsung akan mencerminkan
tingkat kekotaan suatu wilayah. Berdasarkan kondisi tersebut, sistem pusat kegiatan
perkotaan kota-kota di WP Banyuwangi Utara sebagai berikut ;
Kota Banyuwangi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kota Wongsorejo , Kalipuro sebagai Pusat Kegiatan Promosi (PKLp )
Kota Glagah, Wongsorejo, Giri, Tegalsari, Licin, dan Siliragung sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan (PPK ).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi


Rencana sistem jaringan prasarana transportasi di Kabupaten Banyuwangi meliputi sistem
transportasi darat dengan sub sistem jalan raya dan jalan rel kereta api. Sistem jalan raya
meliputi jaringan prasarana jalan, fasilitas pendukung transportasi jalan raya. Sistem
rel/kereta api terdiri dari jalur rel kereta api, stasiun, kereta api dan fasilitas pendukung
lainnya. Sedangkan sistem transportasi perairan dan udara tidak tersedia di Kabupaten
Banyuwangi.

3.1.1 Rencana Jaringan Jalan


Jaringan jalan di Kab. Banyuwangi sesuai dengan fungsinya yang terdapat di Wilayah
Pengembangan Banyuwangi Utara, sebagai berikut :

a. Jalan Arteri Primer, diantaranya adalah :


Bajulmati (batas Kab. Situbondo-Ketapang)
Jalan Basuki Rahmat
Jalan Yos Sudarso
Jalan Gatot Subroto

b. Jalan Lokal Primer, adalah jalan-jalan yang menghubungkan pusat kegiatan dengan jalan
kolektor

Rencana pengembangan jaringan jalan di yang melewati Banyuwangi Utara, antara lain :

Rencana Jalan Tol

Pengusahaan jalan tol dilaksanakan dengan maksud untuk mempercepat perwujudan jaringan
jalan bebas hambatan sebagai bagian jaringan jalan nasional. Rencana pengembangan jalan
tol berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Timur menjadi alternatif pilihan lain karena upaya
peningkatan jalan arteri sudah melampaui batas maksimal. Rencana pengembangan jalan tol
meliputi Surabaya-Pasuruan-Probolinggo-Situbondo-Banyuwangi.
3.1.2 Angkutan umum
Tersedianya sarana angkutan umum yang mewadahi dan menjangkau seluruh wilayah
merupakan bagian dari sistem transportasi. Data jaringan angkutan umum yang tersedia
memperlihatkan bahwa belum seluruh wilayah Kab. Banyuwangi terjangkau pelayanan
angkutan umum yang tersedia. Pada Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara saja hanya
sekitar 30% kawasan yang tercakup oleh sarana angkutan umum.Kawasan Industri yang akan
direncanakan di Kecamatan Wongsorejo seluas 600 Ha ini juga menjadi prioritas
pengembangan jalur angkutan umum terutama untuk mengangkut tenaga kerja yang berada di
luar kawasan industri. Baik dari Kabupaten Situbondo maupun dari pusat Kota Banyuwangi.

3.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telematika


Rencana pengembangan prasarana telematika diarahkan pada peningkatan jangkauan
pelayanan dan kemudahan mendapatkannya. Dengan melihat potensi yang ada, lokasi mupun
karakter kegiatan yang ada di wilayah perencanaan, sangat mendukung bagi pengembangan
jaringan telepon. Sehingga tingkat kebutuhan telepon di Wilayah Banyuwangi Utara
diperkirakan cukup besar dengan pertimbangan wilayah perencanaan merupakan daerah
dengan perkembangan cukup tinggi.Selain menggunakan telepon kabel, sistem
telekomunikasi saat ini juga bertumpu pada penggunaan telepon seluler. Dalam hal ini,
penyediaan tower Base Transceiver Station (BTS) sangat penting menjangkau ke pelosok
perdesaan sebagai prasarana pendukung. Saat ini Kecamatan Licin yang sebagian besar
terdiri dari perdesaan memiliki jangkauan pelayanan yang paling minim diantara Kecamatan
lain di Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara

3.3 Rencana Pengembangan Sistem Sumber Daya Air


Kondisi saat ini adalah pemenuhan kebutuhan air baku untuk masyarakat Kab. Banyuwangi
belum terpenuhi. Masyarakat memenuhi kebutuhan akan air bersih melalui sumur gali dan
mata air. Pada tahun 2015-2016 diperkirakan Waduk Bajul Mati yang berada di Kecamatan
Wongsorejo akan dapat beroperasi sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah krisis air di
wilayah Banyuwangi utara, seperti Kecamatan Wongsorejo. Untuk mensukseskan program
Pemerintah Kab. Banyuwangi sebagai Lumbung Padi Nasional, terdapat beberapa potensi
yang dapat mendukung bagi pengembangan program tersebut, diantaranya adalah;

1. Proyek pembangunan waduk Bajulmati seluas 115 ha diharapkan mampu menampung air
10 juta m3. Waduk direncanakan akan mengairi sawah seluas 1.800 ha. Selain untuk
keperluan irigasi, waduk Bajulmati juga menjadi sumber air baku untuk air minum dan
industri dengan kapasitas 180 liter/detik. Pada tanggal 01 Desember 2015 lalu telah
dilaksanakan pengisian awal waduk, yang diperkirakan akan siap dimanfaatkan sekitar 4-
5 bulan kedepan apabila cuaca normal.
2. Terdapat beberapa sungai yang membentang dari puncak gunung dan perbukitan yang
ada hingga ke laut yang memungkinkan untuk direkayasa dan dikendalikan serta
dikembangkan sebagai embung atau waduk.
3. Memiliki potensi aquifer yang cukup baik. Sehingga potensi untuk memanfaatkan irigasi
air tanah sangat dimungkinkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan air untuk petani dan
dalam pencetakan lahan pertanian/sawah baru.

Sebagai upaya mengatasi permasalahan kekurangan pasokan air untuk irigasi, maka
direncanakan di WP Banyuwangi Utara untuk membangun 3 buah penampungan air dan 1
buah peningkatan di Kecamatan Kalipuro, yaitu rehabilitasi embung Sumber Trowongan,
Pembangunan Embung Kalipuro I, Pembangunan Embung Kalipuro II, Pembangunan
Sumber Mengarang. Penampungan air tersebut adalah Embung Lider, Waduk Bajulmati,
Embung Kedawang, dan Waduk Singolatri. Dengan adanya keempat penampung air ini
diharapkan pasokan air untuk kepentingan irigasi pada musim kemarau di Kab. Banyuwangi
dapat terpenuhi.

3.4 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi


Adapun pengembangan pelayanan energi listrik yang direncanakan di Wilayah
Pengembangan Banyuwangi Utara antara lain:

1. Peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat pertumbuhan dan daerah
pengembangan berupa pembangunan dan penambahan gardu-gardu listrik.
2. Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang
masyarakatnya belum terlayani.
3. Untuk meningkat dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi pemerataan
pelayanan diseluruh wilayah, maka dapat diasumsikan bahwa setiap kepala keluarga
(KK) akan memperoleh layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang
belum terlayani.
4. Mendorong pembangunan pembangkit listrik mikro hidro seperti yang telah dilakukan di
perkebunan yang dikelola oleh PTPN XII dan Waduk Bajul Mati.
Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya ketentuan
pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan jaringan listrik. khususnya untuk
pengembangan jaringan SUTT dan SUTET diperlukan areal konservasi pada sekitar jaringan
yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan bagi masyarakat.Untuk jaringan SUTUT (Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi)
arahan pengembangannya mengikuti jaringan jalan Arteri Primer Jawa-Bali yang melewati
Wongsorejo dan melintasi selat Bali melalui Ketapang. Selain menyesuaikan dengan kondisi
yang sudah ada, faktor akan dikembangkannya Kecamatan Wongsorejo sebagai wilayah
industri juga menjadi pertimbangan adanya arahan pengembangan SUTUT.

3.5 Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan


3.5.1 Rencana Kebutuhan Sanitasi dan Limbah
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh air kotor/limbah,
perlu dikembangkan penanganan sistem pembuangan air limbah terpusat.

Rencana pengelolaan prasarana air limbah terdiri dari:


1. Mengembangkan sistem setempat yang diarahkan pada sistem publik bagi wilayah yang
tidak terlayani saluran air limbah terpusat;
2. Pengadaan dan mengoptimalkan pelayanan sistem terpusat pada kawasan-kawasan yang
sudah dilayani sistem tersebut;
3. Pengelolaan penanganan air limbah dari kegiatan industri, rumah sakit, hotel, restoran dan
rumah tangga

3.5.2 Rencana Sistem Drainase


Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengembangan sistem drainase di Wilayah
Banyuwangi Utara adalah:

1. Perlu adanya koordinasi dengan wilayah sekitar kawasan rencana untuk pembuatan sistem
drainase yang terpadu untuk menghindari timbulnya genangan air atau banjir di daerah hilir.
2. Menetapkan garis sempadan yang jelas untuk setiap sungai dan waduk/dam:
Sungai besar sekitar 50 100 meter di kiri dan kanan berupa jalur hijau.
Sungai kecil sekitar 5 15 meter di kiri dan kanan berupa jalur hijau.
Sungai yang terdapat di kawasan sendiri dengan sempadan 5 10 meter berupa jalur hijau
atau jalan inspeksi.
3. Pembuatan jaringan drainase baru di setiap jaringan jalan, di samping tetap
mempertahankan sungai-sungai yang ada sebagai saluran primer dan sekunder.
4. Penigkatan dan penambahan fasilitas Sistem drainase yang ada terdiri dari :

Saluran-saluran pematusan primer untuk mengalirkan banjir terutama di wilayah


genangan air (Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Giri) dan juga yang berasal dari
Luar Kab. Banyuwangi diarahkan ke laut.
Pengumpulan limpasan dari area perkotaan melalui saluran-saluran tersier, sekunder, dan
primer dibantu oleh pompa-pompa drainase pada daerah yang tidak memungkinkan
adanya aliran secara gravitasi.
Tanggul laut dengan pintu-pintu laut untuk mencegah arus balik di saluran pematusan
primer selama pasang tinggi (di daerah pantai timur)
Serangkaian saluran-saluran irigasi primer dan sekunder saat ini saluran-saluran ini
memiliki fungsi ganda di musim hujan dengan menerima aliran dari saluran pematusan.
Pengembangan Sistem drainase internal untuk melindungi kawasan perkotaan yang
rendah dari banjir lokal, yaitu dengan membangun rumah-rumah pompa pematusan.

3.5.3 Rencana Persampahan


Berdasarkan kondisi eksisting, TPS yang terdapat di Kab. Banyuwangi berjumlah 23 TPS
(Tempat Pembuangan Sementara). Depo sampah sebanyak 11 unit dan TPA sebanyak 4
lokasi. Lokasi TPS, Depo dan TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tersebar di seluruh Kab.
Banyuwangi. Di WP Kabupaten Banyuwangi Utara ini

Luasan TPS bervariasi tergantung lokasi setempat, rata-rata luasan antara (1x2)m2, (2x2)m2,
(3x3)m2, (3x4)m2. TPS biasanya berada pada lokasi-lokasi dekat perumahan danpasar,
mengingat penghasil sampah terbesar berasal dari rumah tangga dan kawasan perdagangan
seperti di pasar. Sedangkan untuk depo di Kab. Banyuwangi, total terdapat 11 depo yang
tersebar di beberapa kecamatan. Rata-rata depo memiliki luas (10x10)m2.

Keberadaa depo sampah dimungkinkan untuk ditambah jika terjadi perkembangan volume
sampah sebagai akibat penambahan aktifitas pembangunan di Kab. Banyuwangi, agar tidak
terjadi penumpukkan sampah yang dapat mengganggu kualitas lingkungan. Bak amrol
merupakan kendaraan untuk mengangkut sampai yang berbentuk kontainer. Hingga tahun
2013.
3.6 Rencana Pola Ruang
3.6.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung
Penetapan kawasan lindung di Kab. Banyuwangi pada dasarnya merupakan penetapan fungsi
kawasan agar wilayah yang seharusnya dilindungi dan memiliki fungsi perlindungan dapat
dipertahankan, untuk mempertahankan ekosistem sebagai kawasan perlindungan sekitarnya.
Pada WP Banyuwangi Utara, rencana perlindungan kawasan lindung ini banyak
diprioritaskan di Kecamatan Wongsorejo berdasarkan RTRW Kab. Banyuwangi adalah :

1. Kawasan suaka alam laut sekitar pantai Pulau Tabuan Di Desa Bangsring Kecamatan
Wongsorejo.
2. Rencana pengembangan kawasan hutan bakau.
3. Kawasan hutan lindung.
4. Kawasan sempadan pantai, sungai, mata air dan sekitar waduk.
5. Kawasan rawan bencana letusan gunung api di Desa Singowangi dan Desa Wongsorejo.
6. Kawasan rawan bencana banjir rob di Desa Alasrejo, Bajulmati, Bimorejo, Sidodadi,
Sidowangi, Sumberanyar, Sumberkencono
7. Kawasan rawan bencana kekeringan di Desa Wongsorejo, Watukebo, Sumberkencono,
Sidodadi, Bimorejo, Bajulmati, Alasrejo, Alasbuluh

3.6.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Untuk lebih jelasnya rencana pola ruang kawasan budidaya di Kabupaten Banyuwangi dapat
dijelaskan pada sub sub bahasan di bawah ini:

3.6.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi


Kawasan hutan produksi terbatas di Kab. Banyuwangi direncanakan seluas 20.731,71 ha,
yang terletak di Kecamatan Wongsorejo di sekitar Kawah Ijen, Kecamatan Kalipuro di
sekitar Watudodol, di Kecamatan Pesanggaran tepatnya di Gunung Agatamu, Kecamatan
Glenmore dan Kecamatan Kalibaru. Pada kawasan hutan produksi terbatas diperbolehkan
adanya kegiatan dan bangunan secara terbatas dan tidak boleh dikembangkan lebih lanjut
dengan tetap memperhatikan fungsi perlindungan bawahannya sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

Kawasan hutan produksi tetap yang direncanakan di Kab. Banyuwangi seluas 70740,4 ha,
dan terletak di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Glagah, Songgon, Sempu,
Glenmore, Kalibaru, Tegaldlimo, Purwoharjo, Siliragung, Pesanggaran dan Bangorejo.
Terjadi penambahan luasan kawasan hutan produksi tetap berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan RI No. SK.826/Menhut-II/2013 yang menjelaskan perubahan fungsi pokok hutan
lindung yang berada di Kecamatan Pesanggaran menjadi kawasan hutan produksi tetap.

3.6.2.2 Kawasan Hutan Rakyat


Kawasan hutan rakyat yang direncanakan di Kab. Banyuwangi seluas 23.930 ha, dan terletak
di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Banyuwangi. Pengembangan dan diversifikasi
penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk diambil hasil non kayu, seperti buah
dan getah.

3.6.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian


Kawasan pertanian di Kab. Banyuwangi, meliputi pertanian lahan basah (persawahan), dan
pertanian lahan kering (ladang, kebun campur). Untuk Kab. Banyuwangi, dengan adanya
rencana pengembangan Waduk Bajulmati, Waduk Singolatri, Embung Kedawang dan
Embung Lider, diharapkan adanya pencetakan sawah baru dari lahan tegalan/sawah tadah
hujan menjadi sawah.Luas lahan pencetakan sawah baru tersebut direncanakan di Kecamatan
Wongsorejo seluas 390 ha dengan memanfaatkan air dari Waduk Bajulmati. Sedangkan
pencetakan sawah baru juga direncanakan seluas 1.050 ha, meliputi Kecamatan Muncar
seluas 200 ha, Kecamatan Pesanggaran seluas 450 ha dan Kecamatan Tegaldlimo seluas 400
ha dengan memanfaatkan air dari Waduk Singolatri, Embung Kedawang dan Embung Lider.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka luas keseluruhan pencetakan sawah baru di Kab.
Banyuwangi adalah 1.440 ha.

Selain itu, dengan masih bisa dikembangkannya potensi air bawah tanah untuk kegiatan
irigasi, pencetakan sawah baru di Kab. Banyuwangi, masih dapat dilakukan. Apabila hal ini
dapat terwujud maka di Kab. Banyuwangi diperkirakan tidak akan ada tegalan lagi tetapi
berubah total menjadi sawah. Berdasarkan kondisi tersebut, maka luas lahan pertanian lahan
basah yang direncanakan di Kab. Banyuwangi seluas 84.757,39 ha.

3.6.2.4 Kawasan Perkebunan


Berdasarkan kondisi yang ada serta hasil analisis yang dilakukan, Kab. Banyuwangi terutama
Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara merupakan daerah potensial untuk
pengembangan perkebunan tanaman tahunan, yang direncanakan membentang dari arah
utarabarat (IjenRaung) yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga. Sedangkan
wilayah selatanbarat pada umumnya tersebar di Kecamatan Pesanggaran, Siliragung,
Kalibaru, Glenmore. Kawasan perkebunan di Kab. Banyuwangi pada umumnya dikelola oleh
swasta maupun pemerintah dan hanya sebagian kecil saja perkebunan yang merupakan milik
rakyat (masyarakat). Sedang kawasan perkebunan untuk tanaman semusim dan hortikultura
pada umumnya merupakan milik rakyat (masyarakat). Luas perkebunan yang direncanakan di
Kab. Banyuwangi seluas 81.150,60 ha.

3.6.2.5 Kawasan Perikanan


Kawasan pengembangan perikanan di Kab. Banyuwangi dialokasikan disepanjang kawasan
pesisir yang membentang dari arah utara sampai selatan (Selat Bali dan Samudera Indonesia).
Kawasan perikanan dimaksud adalah :

1. Tambak : Lokasi pengembangan areal tambak di Kab. Banyuwangi dialokasikan di


Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar dan Tegaldlimo
dengan luas 1.782,50 ha.

2. Pengembangan perikanan rakyat dialokasikan menyatu dengan lingkungan permukiman


nelayan yang berada disepanjang kawasan pesisir Selat Bali maupun Samudera Indonesia.

3.6.2.6 Kawasan Peruntukan Pertambangan


Kab. Banyuwangi merupakan wilayah yang masuk dalam Zona Tengah di Propinsi Jawa
Timur. Pada zona ini didominasi oleh kelompok mineral agregat dan kelompok alumino
silikat dan mineral lempung. Adapun hasil pertambangan di Kab. Banyuwangi, diantaranya
adalah belerang, batu kapur, tanah liat, batu gunung, pasir dan tanah urug.

3.6.2.7 Kawasan Peruntukan Industri


Pengembangan kawasan industri di Kab. Banyuwangi didasarkan pada potensi sumberdaya
alam yang ada. Kondisi eksisting saat ini, struktur ekonomi Kab. Banyuwangi banyak
bertumpu pada sektor primer yakni sektor pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan
dan perikanan. Sementara sektor sekunder seperti industri pengolahan yang banyak
digunakan sebagai motor penggerak ekonomi wilayah belum mampu mengimbangi sektor
primernya. Sehingga untuk meningkatkan perekonomian wilayah Banyuwangi perlu
dikembangkan kawasan industri yakni antara lain :

1. Kawasan industri yang direncanakan di Kab. Banyuwangi tepatnya pada Wilayah


Pengembangan Banyuwangi Utara di Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo berbentuk
industrial estate, untuk mengolah hasil sumberdaya alam yang ada di Kab. Banyuwangi,
dengan luas sekitar 1.000 ha. Pemilihan Wongsorejo sebagai kawasan industri tak lepas dari
kondisi geografis yang mendukung. Kawasan tersebut juga dekat dengan pelabuhan Tanjung
Wangi maupun Pelabuhan Ketapang. Didukung pula dengan adanya Pembangunan Waduk
Bajulmati yang pemanfaatannya antara lain untuk penghasil energy listrik mikro hydro
sebesar 340kWatt yang memang peruntukan utamanya sebagai penunjang kawasan industrial
terpadu ini.

Gambar 3.1 Lokasi Kawasan Industri Terpadu

2. Sentra industri kecil dikembangkan di setiap kecamatan disesuaikan dengan potensi yang
dimiliki. Pola pengembangannya mengikuti kecenderungan yang ada yakni menyatu dengan
permukiman tenaga kerja dari penduduk lokal dan dikerjakan di tiap rumah. Sentra industri
kecil diarahkan pengembangannya dengan pengendalian terhadap pengembangan
pemanfaatan lahannya serta dikelola limbahnya pada tempat yang sudah berkembang.

- Kecamatan Kalipuro terdapat industri kecil batu bata, kerajinan bambu, kerajinan olahan
kelapa, makanan ringan dan kerajinan kayu.
- Kecamatan Glagah terdapat industri kecil batu bata, kerajinan tempurung kelapa,
keranjinan kayu dan Monte

3.6.2.8 Kawasan Peruntukan Pariwisata


Kab. Banyuwangi dikenal memiliki keindahan alam yang sangat menawan, jargon The
Sunrise of Java, telah mampu memperkenalkan tempat wisatanya ke mata dunia melalui
berbagai event Internasional seperti Banyuwangi Tour de Ijen, International Surfing
Competition dan banyak event lain yang menarik yang dikemas dalam Banyuwangi Festival.
Pengembangan pariwisata di Kecamatan Wongsorejo termasuk dalam WPP I (zona
pariwisata I) yaitu Pantai Kampe dan Pulau Tabuhan. Di Kecamatan Kalipuro terdapat
tempat wisata Argo Perkebunan Kaliklatak, Goa Jepang, Mata Air Sumber Penawar dan
Watu Dodol

3.6.2.9 Kawasan Peruntukan Permukiman


Secara umum kawasan permukiman di Kab. Banyuwangi, berdasarkan penyediaan wilayah
permukimannya dapat dibedakan menjadi :

1. Kawasan permukiman yang dibangun oleh pengembang (developer).


2. Kawasan permukiman yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat atau dibangun
secara swadaya. Kawasan permukiman swadaya umumnya berupa kampong dengan,
kecenderungan memiliki kapling lebih luas serta kawasan permukiman pedesaan dan
permukiman yang dibangun oleh pengembang.
3. Kawasan permukiman yang diperkirakan akan tumbuh sebagai akibat adanya
perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industri dan infrastruktur, diantaranya :

b. Kawasan permukiman yang timbul karena pertumbuhan dan perkembangan kota, seperti
Kecamatan Kota Banyuwangi, Kalipuro, Genteng, Kabat, Rogojampi.
c. Kawasan permukiman yang timbul karena pengembangan Jalan Toll yang melintasi
Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Banyuwangi.
d. Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan kawasan industri di Bangsring
Wongsorejo.
e. Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan bandar udara Blimbingsari dan
Fishery Park Bomo di Kecamatan Rogojampi.
f. Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan jalur lintas selatan yang
melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo,
Siliragung, Pesanggaran, Glenmore dan Kalibaru.
g. Kawasan permukiman yang timbul karena pengembangan lahan peruntukan industri di
Kecamatan Muncar.
Gambar 3.2 Lokasi Pemukiman kota dan Pemukiman Desa WP Banyuwangi Utara

Dapat dilihat dari peta pemukiman diatas bahwa pada Wilayah Pengembangan Banyuwangi
Utara lokasi pemukiman kota (area warna coklat) sebagian besar terdapat di Kecamatan
Kalipuro dan Kecamatan Banyuwangi sebagai pusat pengembangan kota. Sedangkan
Kecamatan Glagah dan Kecamatan Giri memiliki pemukiman kota sebagai dampak akan
pertumbuhan pada Kecamatan Banyuwangi sedangkan Kecamatan Wongsorejo dan
Kecamatan Licin serta Glagah hanya memiliki area pemukiman kota yang sangat kecil
wilayahnya . Sisanya adalah pemukiman desa (area warna kuning) yang paling banyak
terdapat di Kecamatan Wongsorejo dan Licin

3.6.2.10 Rencana Peruntukan Kawasan Pesisir Dan Pulau Pulau Kecil


Kab. Banyuwangi mempunyai panjang pantai 282 km yang berada di 11 kecamatan 3 (tiga)
kecamatan menghadap Samudera Indonesia, 7 (tujuh) kecamatan menghadap Selat Bali dan 1
(satu) kecamatan menghadap Laut Jawa. Di Kab. Banyuwangi setidaknya terdapat 15 pulau
kecil yang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pulau-pulau kecil yang ada di Kab.
Banyuwangi, namun pulau kecil di Banyuwangi Utara hanya Pulau Tabuan saja.

1. Pulau (P) Tabuan (Kecamatan Wongsorejo). Dalam pengembangannya perlu dilakukan


reboisasi terhadap hutan untuk mengembalikan fungsi hutan dan menjaga ekosistem laut
sekitar. Pulau Tabuan dan wilayah pantainya direncanakan sebagai suaka alam laut yang
menjadi salah satu alternatif obyek wisata.

Pulau Tabuan di Kecamatan Wongsorejo merupakan :


1. Zona kawasan lindung yang diarahkan untuk perindungan ekosistem terumbu karang dan
fishing ground ada di sekitar pulau.
2. Zona pengembangan meliputi kawasan perikanan tangkap dan kawasan pariwisata
3. Zona pertanian, yang meliputi pertanian lahan basah, dan pertanian lahan kering, yang
direncanakan di Kecamatan Wongsorejo, Muncar, Pesanggaran, dan Tegaldlimo.

3.6.2.11 Kawasan Andalan di WP Banyuwangi Utara


Kawasan Andalan merupakan kawasan yang di pilih dari kawasan budidaya yang dapat
berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan disekitarnya.
Pengembangan kawasan andalan ini didasarkan pada kondisi dan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing kecamatan.

1. Kawasan andalan kelapa direncanakan dikembangkan dengan pusat pengembangan di


Kecamatan Kabat, dengan sentra pengembangan di Kecamatan Wongsorejo,
Banyuwangi, Giri, Glagah.
2. Kawasan andalan komoditas sapi potong direncanakan dikembangkan dengan pusat
pengembangan di Kecamatan Kalipuro dengan sentra pengembangan di Kecamatan
Wongsorejo, Giri, Glagah.
3. Kawasan andalan komoditas kuda direncanakan dkembangkan dengan pusat
pengembangan di Kecamatan Sempu, dengan sentra pengembangan di Wongsorejo,
Banyuwangi.
4. Kawasan andalan komoditas domba direncanakan untuk dikembangkan dengan pusat
pengembangan di Kecamatan Kalibaru dengan sentra pengembangan di Kecamatan
Wongsorejo, Banyuwangi, Giri.
5. Kawasan andalan perikanan, yaitu sentra pengembangan untuk ikan laut terletak di
Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi. Sedangkan untuk ikan payau terletak di
Kecamatan Banyuwangi.

3.7 Analisa Kebutuhan Infrastruktur


Berdasarkan Rencana Pembangunan pada masing masing sektor di Wilayah Pengembangan
Banyuwangi Utara maka kebutuhan infrastruktur untuk pengembangan wilayah pada
kecamatan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. Kecamatan Usulan Pengembangan Infrastruktur


1. Banyuwangi 1. Infrastruktur kesehatan
2. Pembangunan infrastruktur jalan pedesaan.
No. Kecamatan Usulan Pengembangan Infrastruktur
3. Fasilitas pendidikan
4. Peningkatan dan perbaikan saluran drainase.
6. Pengembangan kawasan perikanan payau
7. Perbaikan jaringan irigasi di saluran tersier
1. Perbaikan permukiman kumuh dan rumah tidak layak huni.
2. Pengembangan kawasan perkebunan
3. Peningkatan/Rehab Embung Sumber Trowongan
4. Pembangunan Embung Kalipuro I
5. Pembangunan Embung Kalipuro II
6. Pembangunan Embung Sumber Mengarang
7. Penyediaan infrastruktur di bidang air minum dan irigasi
2. Kalipuro
8. Penyediaan fasilitas pengembangan industri kecil (batu bata,
kerajinan bambu, kerajinan olah kelapa, makanan ringan dan
kerajinan kayu)
9. Perbaikan dan peningkatan jalan,baik jalan poros desa maupun jalan
lingkungan
10. Perbaikan dan peningkatan jalan menuju lokasi pelabuhan tanjung
wangi dan pelabuhan khusus
3. Giri 1. Pengembangan kawasan perkebunan (durian merah)
2. Peningkatan jalan desa dan jalan lingkungan
1. Pengembangan kawasan perkebunan (durian merah)
2. Peningkatan dan pemeliharaan sistem drainase
3. Peningkatan dan pemeliharaan jalan
4. Licin
4. Penyediaan infrastruktur di bidang air minum
5. Peningkatan jalan desa dan jalan lingkungan
6. Pembangunan embung
1. Penyediaan fasilitas pengembangan industri kecil (batu bata,
kerajinan tempurung kelapa, kerajinan kayu, monte)
5. Glagah 2. Perbaikan dan pemeliharaan jalan poros desa dan jalan lingkungan.
3. Fasilitas kesehatan dan pendidikan
4. Perbaikan permukiman kumuh
1. Penyelesaian Pembangunan Waduk Bajulmati
2. Pembangunan Kawasan Industri Terpadu seluas 600 Ha.
3. Peningkatan dan perbaikan saluran drainase.
6. Wongsorejo
4. Pemanfaatan listrik mikro hidro dari waduk Bajulmati untuk
kawasan industri terpadu
5. Peningkatan jalan desa dan jalan lingkungan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang kondisi di
Wilayah Pengembangan Banyuwangi Utara yaitu :

1. Seluruh Kecamatan pada WP Banyuwangi Utara membutuhkan infrastruktur yang sangat


berpengaruh untuk pertumbuhan wilayah, terutama pada sektor jaringan jalan dan sarana
angkutan karena kondisi eksisting saat ini kualitas jalan yang menghubungkan antar desa
dapat dinilai kurang memenuhi persyaratan.
2. Sebagai Pusat Pengembangan Wilayah Banyuwangi Utara yaitu di Kecamatan
Banyuwangi belum mampu menjadi kota inti pemasaran dari sektor industri kecil-
menengah pada 5 Kecamatan lainnya, mengingat banyaknya industri kecil yang potensial
untuk dikembangkan.
3. Disparitas antara pemukiman kota dan pemukiman perdesaan pada hampir semua
Wilayah di WP Banyuwangi utara menjadi masalah yang serius. Hal ini terbukti dengan
angka kemiskinan tertinggi pada Kecamatan Kalipuro dan Kecamatan Wongsorejo.

4.2 SARAN
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi diharapkan segera merampungkan pembangunan
kawasan industri terpadu di Kecamatan Wongsorejo dan disebagian Kecamatan Kalipuro.
Agar disparitas wilayah pengembangan Banyuwangi Selatan dan Utara tidak begitu jauh
dikarenakan lahan dibagian selatan sangat subur dan sangat mudah dikembangkan sektor
pertanian. Sedangkan sebaliknya sektor pertanian berjalan sangat lamban di Wilayah
Pengembangan Banyuwangi Utara karena sangat tandus. Harapan jangka panjangnya adalah
dengan adanya kawasan industri ini dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebar untuk
meningkatkan kesejahteraan dimana angka kemiskinan tertinggi di Kabupaten Banyuwangi
adalah di Wilayah Banyuwangi Utara pada Kecamatan Kalipuro dan Kecamatan Wongsorejo.
DAFTAR PUSTAKA

Bappeda, Rencana Detail Tata Ruang Kota Wongsorejo, 2014, Kabupaten Banyuwangi

Bappeda, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi, 2014, Banyuwangi

Bappeda, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), 2010, Banyuwangi

Bappeda, Klaster Industri Kabupaten Banyuwangi, 2012, Banyuwangi

Bappeda, Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menegah Bidang Infrastruktur (RPIJM), 2013,
Banyuwangi

Bisnis Jatim. Kawasan Industri di Wongsorejo. 15 Januari 2012.


http://www.banyuwangi.us/2012/08/banyuwangi-siapkan-kawasan-industri.html.

STIA LAN Bandung , Pembangunan Infrastruktur sebagai Pendukung, 2011, Bandung

Anda mungkin juga menyukai