Anda di halaman 1dari 3

ASAL USUL GUNUNG SANJAYA

Disebuah kampung kecil ada seorang ustadz muda yang bernama ustadz Sanjaya. Ia
seorang ustadz kelas kampung yang tidak terkenal seperti Ustadz-ustadz yang lain. Ia
hanya seorang guru ngaji yang mengajarkan baca tulis Quran dimusholla dekat rumahnya
setiap setelah sholat magrib. Ia juga sangat disenagi anak-anak dikampung nya, karena
sang ustadz selalu berdongeng kepada anak-anak setiap setelah belajar mengaji sambil
menunggu sholat isya.

Seperti biasa sebelum memulai belajar ngaji, ustadz Sanjaya berdongeng kepada
anak-anak. Ustadz Sanjaya pun memulai ceritanya. Baiklah anak-anak, seperti biasa
ustadz akan menceritakan dongeng tentang Kodok dan si Kera. Dan sang ustadz bertanya
kepada anak-anak. Ada yang tahu cerita Kodok dan si Kera ? Secara serentak anak-anak
menjawab, Tidak ustadz. Lalu ustadz Sanjaya pun memulai ceritanya. Setelah mengahiri
dongengnya ustadz Sanjaya pun kembali memberikan nasihat dari cerita tersebut. Tidak
terasa waktu sholat isya pun telah tiba, dan ustadz Sanjaya pun mengaja anak-anak
didiknya sholat berjamaah. Setelah sholat anak-anak pun pamitan kepada ustadz Sanjaya
untuk pulang kerumah mereka masing-masing.

Keesokan harinya, ustadz Sanjaya didatangi oleh bapak kepala desa dan
menawarkan kepada ustadz Sanjaya untuk mengisi ceramah dimasjid yang mana
jamaahnya orang dewasa. Lalu ustadz Sanjaya pun menolak tawaran bapak kepala desa.
Maaf pak, bukannya saya menolak tawaran bapak, tapi saya hanya seorang guru ngaji
bukan penceramah, lebih baik bapak cari ustadz yang lebih berpengalaman dari saya kata
ustadz Sanjaya. Baiklah kalau begitu, saya pamit pulang dulu kata bapak kepala desa
dengan nada kecewa.

Dalam perjalanan pulang bapak kepala desa pun bertemu dengan warga kampung.
Bagaimana pak, apa ustadz Sanjaya mau untuk memberikan ceramah dimasjid? tanya
warga. Bapak kepala desa pun menjawab dengan nada kecewa tawaran saya ditolak
ustadz, karena dia merasa hanya seorang guru ngaji. Salah satu dari warga pun angkat
bicara. itu sih alasan ustadz Sanjaya saja, padahal dia takut ketahuan ilmunya dibawah
kita. Lalu bapak kepala desa pun kembali menyahut. jangan suudzon dulu, mungkin
sang ustadz ingin fokus mengajar ngaji anak-anak saja. Kalau dia menerima tawaran saya,
dan ternyata ceramah sang ustadz bagus, beliau lebih sering undang untuk ceramah. Jadi,
kasihan anak-anak didik ustadz akan lebih sering tidak mengaji.

Memang ustadz Sanjaya banyak yang suka dan juga banyak yang benci. Ustadz
Sanjaya pun sering difitnah macam-macam oleh orang-orang yang tidak menyukainya.
Pada suatuhari salah satu anak didik ustadz Sanjaya dipukul oleh orang tuanya karena
tidak mau membantu ibunya dirumah dan lebih memilih main kerumah ustadz. Karena
takut ketahuan sudah memukul anaknya dan ditambah ada rasa benci dengan ustadz
Sanjaya, sang ibu pun berniat untuk memfitnah ustadz Sanjaya. Lalu dia pun melapor
kepada bapak kepala desa. Selamat sore pak, saya mau melaporkan kelakuan ustadz
Sanjaya. Kata ibu dari anak itu. Memangnya ada apa dengan sang ustadz? Tanya bapak
kepala desa. Sang ibu pun Menjelaskan. Begini pak, ustadz Sanjaya suda memukul anak
saya karena anak saya tidak bisa mengaji. Ini pak anak saya badannya biru akibat
dipukul. Sambil menunjukkan badan anaknya kepada bapak kepala desa. Lalu bapak
kepala desa pun bertanya langsung kepada anak itu. Apa benar seperti itu nak? Karena
takut dengan ibunya anak itu pun menganggukkan kepalanya. baiklah kalau begitu saya
akan memanggil ustadz Sanjaya kerumah saya nanti malam. Sambung bapak kepala desa.
Akhirnya ibu dan anak itu pun pamit pulang kerumahnya.

Karena merasa belum puas dengan laporan kepada bapak kepala desa, ibu itu pun
kembali memfitnah ustadz Sanjaya dan memberitahukan kepada warga kampung. Dengan
nada emosi salah satu warga angkat bicara. Itu sudah keterlaluan, nanti malam setelah
magrib kita langsung saja menghakimi ustadz Sanjaya. Beberapa warga pun setuju
dengan tawaran itu.

Seperti malam-malam sebelumnya, setelah sholat magrib ustadz Sanjaya mengajar


anak-anak mengaji. Setelah mengaji sang ustadz pun kembali berdongen. Belum sempat
memulai dongengnya, terdengar suara dari luar musholla dengan nada yang kasar. Ustadz
keluar kamu! lalu sang ustadz pun keluar, dan terlihat banyak warga didepan musholla.
Belum sempat ustadz Sanjaya menanyakan tujuan kedatangan warga, salah satu warga
langsung menyeret sang ustadz kehalaman musholla. Ustadz Sanjaya pun dikeroyok oleh
warga, sehingga sang ustadz tidak mampu keluar dari kerumunan warga yang
memukulinya. Karena tidak sanggup menahan keroyokan warga, sang ustadz pun tewas
diantara kerumunan warga. Karena merasa bersalah sudah membunuh sang ustadz, warga
pun langsung mengubur jenazah ustadz Sanjaya dibelakang musholla.

Hari demi hari kuburan sang Ustadz pun bertambah tinggi. Setelah bertahun-tahun,
akhirnya kuburan ustadz Sanjaya pun menjadi sebuah gunung yang sangat indah, dan
terdapat air terjun didalamnya. Sehingga sampai saat ini banyak dikunjungi warga lokal
sampai dunia.

Anda mungkin juga menyukai