Anda di halaman 1dari 56

PROPOSAL

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN IBU


TENTANG IMUNISASI CAMPAK DI KELURAHAN
KEBUN SARI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PEJERUK
TAHUN 2016

OLEH :

NURUL HIDAYATI
NIM : 13.9.2.053

PRODI STUDI KEBIDANAN (DIII)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2016
2

LEMBAR PERSETUJUAN

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG


IMUNISASI CAMPAK DI KELURAHAN KEBUN SARI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEJERUK
TAHUN 2016

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan siap diujikan
dihadapan Tim Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram

Pembimbing I Pembimbing II

( Srianingsih, SST.MKes ) ( Laila Khairina, SST )

Mengatahui,
Ketua Program Studi DIII Kebidanan

( Dra. Hj. Siti Wathaniah, M.Biomed )


3

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG


IMUNISASI CAMPAK DI KELURAHAN KEBUN SARI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEJERUK
TAHUN 2016

Telah Diuji dan Dipertahankan pada


Tanggal : September 2016

Oleh Tim Penguji

Ketua Penguji,

( Srianingsih, SST.M.Kes )

Penguji I

( Nia Supiana, SST.MMR )

Penguji II

( Laila Khairina, SST )

Mengetahui,
Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram
Dekan,

Hj. Wilya Isnaeni, SKM.MM.


NIDN. 0831126517
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

Rahmat, Karunia, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul Studi Deskriptif

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Campak di Kelurahan Kebun Sari

Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini penulis tidak lepas dari bantuan segenap pihak, oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. TGKH L. Gde M. Ali Wirasakti Amir Murni, Lc.,MA., selaku Rektor

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

2. Hj. Wilya Isnaeni, SKM,MM., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

3. Kurniatun, SST.M.Kes., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

4. Hj. Lale Syifaunnufus, S.Farm., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

5. Ns. Sofian Hadi, S.Kep., selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.

6. Dra. Hj. Siti Wathaniah, M.Biomed., selaku Ketua Program Studi DIII

Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nahdlatul Wathan Mataram.


5

7. Srianingsih, SST.MKes., selaku Pembimbing I yang penuh kesabaran

memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan serta saran-saran yang

bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Laila Khairina, SST., selaku Pembimbing II yang penuh kesabaran

memberikan dorongan, bimbingan, pengarahan serta saran-saran yang

bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Nia Supiana, SST.MMR., selaku Penguji I yang telah meluangkan waktunya

untuk menguji proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan UNW Mataram yang memberikan

bekal ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis

Demi perbaikan dan kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini,

dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan masukan, kritik ataupun

saran dari semua pihak.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat kepada kita semua dan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna khususnya bagi penulis sendiri dan

umumnya bagi pihak lain yang memanfaatkannya

Mataram, September 2016

Penulis
6

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7

A. Konsep Pengetahuan ...................................................................... 7


1. Pengertian................................................................................. 7
2. Tingkat Pengetahuan................................................................. 7
3. Cara Memperoleh Pengetahuan................................................ 10
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan................................ 11
5. Kriteria tingkat pengetahuan..................................................... 14

B. Konsep Imunisasi............................................................................ 14
1. Definisi Imunisasi..................................................................... 14
2. Tujuan Imunisasi c.................................................................... 14
3. Manfaat Imunisasi.................................................................... 15
4. Imunisasi Dasar Pada Bayi....................................................... 16

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 35

A. Kerangka Konsep........................................................................ 35
B. Definisi Operasional.................................................................... 36
7

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................. 37

A. Desain Penelitian......................................................................... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 37
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 38
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 40
E. Data Yang Dikumpulkan ............................................................ 40
F. Instrumen Penelitian ................................................................... 40
G. Cara Pengumpulan Data.............................................................. 40
H. Cara Pengolahan Data................................................................. 41
I. Analisis Data .............................................................................. 43
J. Jadwal Penelitian ........................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
8

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Kerangka Konsep ........................................................................ 35
9

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Definisi Operasional
..........................................................................................................
..........................................................................................................
36
10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 2. Master Tabel

Lampiran 3. Lembar Konsultasi

Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6. Kuesioner
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian

indikator pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan, yang meliputi

indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status

gizi masyarakat. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada

usaha promotif dan preventif salah satunya adalah imunisasi dan upaya

kesehatan lain sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat,

dengan mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM)

serta target MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015.

Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk

intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka

kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif

merupakan prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang

anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut

tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas

umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh, 2008).

Tanpa adanya imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan

meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan

meninggal karena batuk rejan, satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal

karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.00 anak, satu akan menderita

penyakit polio (Proverawati & Andhini, 2010).


Cakupan imunisasi di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 86,8%. Berarti

telah memenuhi target Renstra pada tahun 2012 sebesar 85%. Cakupan tiap

provinsi diantaranya Nusa Tenggara Barat (98,4%),Jawa Barat (97,1%), Lampung

(96,7%), DI Yogyakarta (95,5%), Kepulauan Bangka Belitung (94,0%), Jambi

(93,9%), Sumatra Selatan (93,3%), Banten (91,3%),Gorontalo (91,1%),

Bengkulu (90,9%), Jawa Tengah (90,1%), Aceh (89,2%), Sulawesi Selatan

(88,8%), Kalimantan Tengah (86,2%),Sulawesi Tenggara (86,0%), (Kemenkes RI,

2012).

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Provinsi Nusa Tenggara Barat

menunjukkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat berada pada posisi teratas

untuk kelengkapan cakupan imunisasi dasarnya yang ada di Indonesia dengan

cakupan imunisasi BCG pada bayi rata-rata di Provinsi NTB sebanyak 98,65

persen. Cakupan imunisasi BCG di Kabupaten Sumbawa Barat dan Kota

Bima belum mencapai target 85 persen. Cakupan imunisasi DPT 1+HB 1,

DPT 3+HB 3, Polio 3 dan Campak rata-rata di Provinsi NTB sudah diatas

100%. Cakupan imunisasi dasar pada bayi di Kabupaten Lombok Tengah,

Lombok Timur, Sumbawa dan Bima sudah di atas 100% (Dikes Provinsi

NTB, 2015).

Puskesmas merupakan ujung tombak pelaksanaan program imunisasi.

Program imunisasi di puskesmas dilaksanakan baik melalui program rutin

maupun program tambahan untuk Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah

dengan Imunisasi (PD3I) khususnya imunisasi campak. Idealnya bayi harus

mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG satu kali, DPT tiga

kali, Polio empat kali, HB tiga kali, dan Campak satu kali (Depkes RI, 2015).
Target sasaran imunisasi dasar Puskesmas Pejeruk sebanyak 534 orang

(50,09%), tapi baru mencapai 407 orang (76,2%), dari kelurahan pejeruk baru

mencapai 182 orang (89,7%) dengan target 203 orang, pejarakan karya 95

orang (66,9%) dengan target 142 orang, sedangkan kebun sari 130 orang

(68,8%) dengan target 189 orang. Berdasarkan data di atas dapat dilihat

secara rata rata wilayah kebun sari adalah kelurahan dengan cakupan

imunisasi terendah (Puskesmas Pejeruk, 2016)

Berdasarkan data yang didapatkan di Kelurahan Kebun Sari wilayah

Kerja Puskesmas Pejeruk merupakan salah satu Kelurahan yang cakupan

imunisasinya kurang sebanyak 208 orang yang terdiri dari BCG sebanyak 18

orang (8,7%), Polio sebanyak 29 orang (13,9%), campak sebanyak 15 orang

(7,2%), DPT sebanyak 19 orang (9,1%), TT sebanyak 27 orang (13,0%) dan

HB sebanyak 100 orang (48,1%). Dilihat dari data tersebut campak

merupakan imunisasi yang paling rendah terjadi di Kelurahan Kebun Sari

Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk (Puskesmas Pejeruk, 2016).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang : Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi

Campak di Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun

2016

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: Bagaimana Studi Deskriptif Tingkat


Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Campak di Kelurahan Kebun Sari

Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Studi Deskriptif

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Imunisasi Campak di Kelurahan Kebun

Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu yang meliputi : umur, pendidikan

dan pekerjaan di Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas

Pejeruk Tahun 2016.


b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi campak di

Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun

2016.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

wadah profesi kesehatan, secara khusus kebidanan dalam memperkaya

literatur dan sebagai bahan kajian untuk program-program kegiatan yang

berhubungan dengan cakupan imunisasi. Selanjutnya diharapkan dapat

digunakan dalam pengelolahan program pelayanan kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.


2. Bagi Intitusi Pendidikan

Dapat memberikan informasi dan pengembangan keilmuan

khususnya tindakan yang dilakukan untuk mengevaluasi rendahnya

cakupan imunisasi.

3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi penulis tentang tindakan yang dilakukan untuk

mengevaluasi rendahnya cakupan imunisasi.


4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian

selanjutnya dan dapat diteruskan dengan menambahkan variabel penelitian

yang belum pernah diteliti.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga (Notoatmodjo, 2010),


Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang

sekedar menjawab pertanyaan what (apa) tentang objek tertentu.

(Notoatmodjo, 2010)
Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Dalam

menentukan sikap, pengetahuan, pikiran dan keyakinan memegang

peranan penting (Notoatmodjo, 2010).


2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang.Tingkat pengetahuan

seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang mana

makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik menafsirkan

sesuatu.
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan

bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang

diperoleh dari persentuhan panca


7 indera terhadap objek tertentu.

Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat,


mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi dasar manusia dan

bersikap dan bertindak.


Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan dibagi menjadi enam

domain yaitu :
a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat itu

adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemapuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang ketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah

paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya,

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya).Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam kompenen-komponen, tetapi masih dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntetis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun farmasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada. Misalkan dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat

meringkas, dapat menyesuaikan dann sebagainya terhadap suatu teori

atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang ada.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari (Notoadmodjo,

2010) adalah sebagai berikut:

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan


1) Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban.cara coba salah ini dilakukan

dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah

dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.

Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

2) Cara kekuasaan (otoritas)

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah,dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa memuji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau

disebut metodologi penelitian.cara ini mula-mula dikembangkan oleh

prancis bacon, kemudian dikembangkan oleh deobold van


daven.akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang

dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2010)

a. Umur

Menurut Notoatmodjo (2010), umur ibu merupakan salah satu

faktor yang memengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam hal

pemberian imunisasi campak. Untuk ibu yang usia muda cenderung

untuk tingkat pendidikannya rendah sehingga belum memehami akan

manfaat imunisasi, sedangkan ibu yang lebih tua cenderung lebih

banyak pengalaman dan informasi yang didapat mengenai manfaat

imunisasi bagi bayinya.

Hadi (2010) menemukan ada pengaruh antara umur ibu dengan

pemberian imunisasi campak. Ibu yang mempunyai umur < 25 tahun

status imunisasi bayi masih rendah, kemudian meningkat pada umur

ibu 25-29 tahun. Semakin bertambah umur ibu (peningkatan 1 tahun),

bayi cenderung 0,97 kali lebih rendah memperoleh imunisasi Campak

pada umur 0-7 hari dibandingkan ibu yang lebih muda.

b. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang

terhadap perkembangan oranglain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Tidak dapat dipungkiri makin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya

makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika


seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan

nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Notoatmodjo, 2010).


Tingkat pendidikan yaitu kemampuan belajar yang dimiliki

manusia merupakan bakal yang sangat pokok. Juga pendidikan adalah

macam jenjang pendidikan formal yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan belajar siswa, sehingga tingkat pendidikan dan jenis

pendidikan dapat menghasilkan suatu perubahan dalam pengetahuan

siswa/remaja tentang hubungan seksual pranikah. Informasi juga

mempengaruhi pengetahuan yaitu dengan kurangnya informasi tentang

imunisasi campak (Soetjiningsih, 2008).


Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk

mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media massa,

semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula

pengetahuan yang didapat termasuk pengetahuan tentang kesehatan.

Tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :


1) Pendidikan dasar,yang termasuk pendidikan rendah adalah tidak

sekolah, tidak tamat SD, tamat SD dan tamat SMP.


2) Pendidikan menengah, yang termasuk pendidikan sedang adalah

yang telah menamatkan pendidikan di SLTA.


3) Pendidikan tinggi, yang termasuk pendidikan tinggi adalah yang

telah tamat Akademi atau Perguruan Tinggi (Soetjiningsih, 2008).


c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat.

Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan

yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang


yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu

dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari (Helen varney, 2006)


Pekerjaan merupakan aktivitas utama yang dilakukan oleh

seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari. Pekerjaan

dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu bekerja (petani, buruh,

pegawai negeri sipil, swasta, pedagang, wiraswasta) dan tidak bekerja

(IRT) (Nursalam, 2010).

5. Kriteria tingkat pengetahuan


Menurut Arikunto (2009) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu :


a. Baik : hasil presentase 76%-100%
b. Cukup : hasil presentase 56%-75%
c. Kurang : hasil presentase 55%

B. Konsep Imunisasi

1. Defenisi Imunisasi

Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah

bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang

dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT,

campak dan melalui mulut seperti vaksin polio (IGN Ranuh, 2008).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan

kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit.

Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan


penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak

(Supartini, 2010).

2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada

sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit

tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang

terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat

ditularkan melalui manusia, seperti penyakit difteria (Siregar, 2008).

Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seeorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat atau populasi atau bahkan menghilngkan penyakit tertentu dari

dunia seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir lebih

mungkin terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui

manusia, seperti misalnya penyakit difteria.

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini

penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis),

campak (measles), polio, dan tuberculosis. (Notoatmodjo, 2010).

3. Manfaat Imunisasi

Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan

menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi, tetapi juga dirasakan oleh :


a. Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan

kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak

sakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera apabila orang tua

yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

Hal ini mendorong penyiapan keluarga yang terencana, agar sehat dan

berkualitas.

c. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat

dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara. (Proverati 2010)

4. Imunisasi Dasar Pada Bayi

a. Jenis-jenis Imunisasi

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan

pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk

melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya

(Maryunani, 2010).

1) Imunisasi BCG (Bacillus Celmette Guerin)

a) Pengertian

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis


(TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular

(Maryunani, 2010)..

b) Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan

tidak perlu diulang (boster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman

hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus.

Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan

pengulangan (Maryunani, 2010).

c) Usia Pemberian Imunisasi

Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di

bawah 2 bulan. Jika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan

dilakukan tes Mantoux (tuberkulin) terlebih dahulu untuk

mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman

Mycobacterium Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan

bila hasil tes-nya negative. Jika ada penderita TB yang tinggal

serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir

bayi di imunisasi BCG (Maryunani, 2010).

d) Cara Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi BCG dilakukan secara Intra Cutan

(IC) dengan dosis 0.05 cc menggunakan jarum pendek yang

sangat halus (10 mm,ukuran 26).Sebaiknya dilakukan ketika

bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan, tetapi sebaiknya pada

umur 0-2 bulan. Hasil yang memuaskan trlihat apabila


diberikan menjelang umur 2 bulan. BCG dilakukan dilengan

kanan atas atau paha kanan atas (Depkes RI, 2010)

e) Tanda Keberhasilan Imunisasi

Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di

daerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu

kemudian,yang berubah menjadi pustule kemudian pecah

menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak

diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan

meninggalkan tanda parut. Jikapun indurasi (benjolan) tidak

timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan

cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya

perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk kedalam

kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul, antibodi tetap

terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah.

Imunsasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemi

TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain akan

mendapat vaksinasi alamiah (Maryunani, 2010).

f) Efek Samping Imunisasi

Biasanya setelah suntikan BCG setelah 2 minggu akan

terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan

dengan garis tengah 10 mm akan sembuh sendiri denagan

meninggalkan jaringan parut dengan garis tengah 3-7 mm

(Atikah,2009).
g) Kontra Indikasi Imunisasi

(1) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau

menahun, seperti eksim, furunkolis dan sebagainya.

(2) Imunisasi tidak boleh di berikan pada orang atau anak yang

sedang menderita TBC (Atikah, 2009).

2) Imunisasi DPT (diphtheria, pertusis, tetanus)

a) Pengertian

Imunuisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan

untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa

penyakit berikut ini: (a) Penyakit difteri, yaitu radang

tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan

tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang

menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja. (b) Penyakit

pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga

batuk rejan atau batuk 100 hari. Karena sakitnya bisa mencapai

100 hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya sangat khas, yaitu batuk

yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi whoop/

berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau

penderita dapat meninggal karena kesulitan bernapas. (c)

Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh

dengan mulut terkunci / terkancing sehingga mulut tidak bisa

membuka atau dibuka (Maryunani, 2010).


b) Pemberian Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan),

yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga

ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali

di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan

imunisasi TT (Maryunani, 2010).

c) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi

Intramuskular. Suntikan diberikan di paha tengah luar atau

subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc. Pemberian vaksin DPT

diberikan tiga kali mulai bayi berumur 2 bulan sampai 11 bulan

dengan interval 4 minggu.(Depkes RI, 2010)

d) Efek Samping Imunisasi

Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit

demam (sumeng) saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan,

pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat

suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau

bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi.

Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak

dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak (Maryunani,

2010).

e) Kontra Indikasi Imunisasi


Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak yang sakit

parah dan menderita penyakit kejang demam kompleks. Juga

tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga

mungkin sedang menderita batuk rejan dalam tahap awal pada

penyakit gangguan kekebalan. Bila suntikan DPT pertama

terjadi reaksi yang berta maka sebaiknya suntukan berikut

jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja. Sakit batuk,

filek dan demam atau diare yang sifatnya ringan, bukan

merupakan kontra indikasi yang mutlak.(Atikah,2009)

3) Imunisasi Polio

a) Pengertian

Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu

penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat

mengakibatkan lumpuh kaki. Imunisasi Polio adalah imunisasi

yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit

poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.

(Kandungan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan)

(Maryunani, 2010)

b) Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat

adanya imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional.

Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak


buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi

(Maryunani, 2010).

c) Usia Pemberian Imunisasi

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan

atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan,

4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio

selalu dibarengi dengan vaksin DPT (Maryunani, 2010).

d) Cara Pemberian Imunisasi

Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui

mulut. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau

berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu.

Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke

mulut anak atau dengan sendok yang menggunakan larutan

gula. Setiap membuka vial baru harus menggunakan

penetes( dopper) yang baru (Depkes RI, 2010).

e) Efek Samping Imunuisasi

Pada imunisasi polio hampir tidak ada efek samping. Bila

ada, mungkin berupa kelumpuhan anggota gerak seperti pada

penyakit polio sebenarnya (Atikah,2009).

f) Kontra indikasi Imunisasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang

sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan.

Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak


diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan dengan

penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang

menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum,

untuk tidak diberikan imunisasi polio (Maryunani, 2010).

g) Tingkat Kekebalan

Bisa mencekal penyakit polio hingga 90 % (Maryunani,

2010).

4) Imunisasi Campak

a) Pengertian

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk

menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak

(morbili/measles). Kandungan vaksin campak ini adalah virus

yang dilemahkan. Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan

campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia,

antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi

tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit campak

mudah menular, dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah

gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus

morbili ini. Namun, untungnya campak hanya diderita sekali

seumur hidup. Jadi sekali terkena campak, setelah itu biasanya

tidak akan terkena lagi (Maryunani, 2010).

b) Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali

(Maryunani, 2010).

c) Usia Pemberian Imunisasi

Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan

dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi

dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak

umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12

bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada

usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles

Mumps Rubella) (Maryunani, 2010).

d) Cara Pemberian Imunisasi

Sebelum di suntikan vaksin campak terlebih dahulu

dilarutkan dengan pelarut.Kemudian disuntikan lengan kiri atas

secara subkutan (Depkes RI, 2010).

e) Efek Samping Imunisasi

Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin

terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan / bercak

merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7 8 setelah

penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada

tempat penyuntikan (Maryunani, 2010).

f) Kontra Indikasi Imunisasi

Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak

: (a) Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, (b)


Dengan penyakit gangguan kekebalan, (c) Dengan penyakit

TBC tanpa pengobatan, (d) Dengan kekurangan gizi berat, (e)

Dengan penyakit keganasan, (f) Dengan kerentanantinggi

terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik)

(Maryunani, 2010).

5) Imunisasi Hepatitis B

a) Pengertian

Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan

untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis

B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati. Imunisasi

Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah

HbsAg dalam bentuk cair ) (Maryunani, 2010).

b) Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali )

(Maryunani, 2010).

c) Usia Pemberian Imunisasi

Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat

kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada

paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi

berusia 1 bulan, dan usia antara 3 6 bulan. Khusus bayi yang

lahir dari ibu pengidap hepatitis B, selain imunisasi yang

diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan


imunisasi tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B

dalam waktu sebelum usia 24 jam ) (Maryunani, 2010).

d) Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara

intramuskuler (I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha

anterolateral bayi (antero : otot-otot dibagian depan, lateral :

otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan

karena bisa mengurangi efektivitas vaksin ) (Maryunani, 2010).

e) Efek Samping Imunisasi

Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada

tempat suntikan, yang mungkin disertai dengan timbulnya rasa

panas atau pembengkakan. Reaksi ini kan menghilang dalam

waktu 2 hari. Reaksi lain yang mungkin terjadi ialah demam

ringan (Atikah, 2009).

f) Tanda Keberhasilan

Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan.

Tetapi dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui

pemeriksaan darah atau mengecek kadar hepatitis B-nya setelah

anak berusia setahun. Bila kadarnya diatas 1000, berarti daya

tahannya 8 tahun. Diatas 500 tahan selama 5 tahun. Diatas 200


tahan selama 3 tahun. Tetapi bila angkanya 100 maka dalam

setahun akan hilang. Sementara bila angka nol bayi harus

disuntik ulang 3 kali lagi (Maryunani, 2010).

g) Kontra Indikasi Imunisasi

Imunisasi tidak dapat diberikan kepada anak yang

menderita penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil

dengan aman dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan

akan memberikan perlindungan kepada janin selama dalam

kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan

setelah lahir (Atikah, 2009).

h) Tingkat Kekebalan

Cukup tinggi, antara 94 96. Umumnya, setelah 3 kali

suntikan,lebih dari 95 % bayi mengalami respon imun yang

cukup (Maryunani, 2010).

b. Vaksinasi

Adalah merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja

memberikan paparan dengan antigen yang berasal dari

mokroorganisme patogen.Antigen yang diberikan telah dibuat

demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu

mengaktivasi limfosit menghasilkan antibody dan sel memori yang

menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun


cukup memberikan kekebalan dengan tujuan memberikan infeksi

ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon

imun.
Tabel 2.1 Dosis, Cara pemberian, Jumlah pemberian, Intervensi
Dan waktu Pemberian Imunisasi.
Cara Jumlah Waktu
Vaksin Dosis Interval
pemberian pemberian pemberian
BCG 0,05 cc Intracutan di 1 kali - 0-11 bulan
daerah
musculus
Deltoideus
DPT 0,5 cc Intra 3 kali 4 minggu 2-11 bulan
muscular
Polio 2 tetes Diteteskan 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
ke mulut
Hepatitis B 0,5 cc Intra 3 kali 4 minggu 0-11 bulan
muscular
pada paha
bagian luar
Campak 0,5 cc Subkutan, 1 kali 4 minggu 9-11 bulan
biasanya di
lengan kiri
atas

c. Jadwal Pemberian Imunisasi


Tabel 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi
Umur Bayi Jenis Imunisasi
0 - 7 hari Hepatitis B (HB) 0
1 bulan BGC Polio 1
2 bulan DPT HB Hib 1 dan Polio 2
3 bulan DPT HB Hib 2 dan Polio 3
4 bulan DPT HB Hib 3 dan Polio 4 dan
IFV
9 bulan Campak
Sumber: Buku KIA (2015)

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian TAMBAHAN IMUNISASI

Umur Bayi Jenis Imunisasi


18 bulan - 36 bulan DPT-HB-Hib Lanjutan
24 bulan - 36 bulan Campak Lanjutan
Sumber: Buku KIA (2015)
d. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)

1) Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium Diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui

kontak fisik dan pernafasan. Daya tular penyakit ini tinggi. Gejala

awal penyakit adalah : gelisah, aktifitas menurun,

radangtenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam

2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan

tonsil. Komplikasi difteri berupa gangguan pernafasan yang

berakibat kematian (Depkes, 2009).

Penyakit ini pertama kali diperkenalkan oleh Hyppocrates

pada abad ke-5 SM dan epidemi pertama dikenal pada abad ke-6

oleh Aetius. Seorang anak dapat terinfeksi difteria pada

nasofaringnya dan kuman tersebut kemudian akan memproduksi

toksin yang menghambat sintesis protein seluler dan menyebabkan

destruksi jaringan setempat dan terjadilah suatu selaput/membran

yang dapat menyumbat jalan nafas. Toksin yang terbentuk pada

membran tersebut kemudian diabsorbsi ke dalam aliran darah dan

dibawa ke seluruh tubuh. Penyebaran toksin ini berakibat

komplikasi berupa miokarditis dan neuritis, serta trombositopenia

dan proteinuria (Hadinegoro, 2008).


2) Pertusis

Pertusis disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah

penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh Bordetella

Pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui percikan ludah yang

keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek, mata

merah, bersin, demam, dan batuk ringan yang lama-kelamaan

batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat

dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumania Bacterialis yang

dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2009).

Sebelum ditemukan vaksinnya, pertusis merupakan penyakit

tersering yang menyerang anak dan merupakan penyebab kematian

(diperkirakan sekitar 300.000 kematian terjadi setiap tahun).

Pertusismerupakan penyakit yang bersifat toxin-mediated toxin

yang dihasilkan melekat pada bulu getar saluran nafas atas akan

melumpuhkan bulu getar tersebut sehingga menyebabkan

gangguan aliran sekret saluran pernafasan, berpotensi

menyebabkan sumbatan jalan nafas dan pneumonia (Hadinegoro,

2008).

3) Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium

Tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak

menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk

kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot
pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot

perut, berkeringat, dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala

berhenti menetek antara 3 sampai dengan 28 hari setelah lahir.

Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi

kaku (Depkes, 2009, hlm.13). Tetanus dapat ditemukan pada anak-

anak, juga dijumpai kasus tetanus neonatal yang bersifat fatal.

Komplikasi tetanus yang sering terjadi antara lain laringospasme,

infeksi nosokomial dan pneumonia ostostatik (Hadinegoro, 2008).

4) Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosa disebut juga batuk darah. Penyakit ini

menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal

penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam, dan

keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk

terus-menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain

tergantung padaorgan yang diserang. Komplikasi tuberkulosis

dapat menyebabkan kelemahan dan kematian (Depkes, 2009).

5) Campak

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Myxovirus viridae measles. Disebarkan melalui udara (percikan

ludah) sewaktu bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal

penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek,

konjunctivitis (mata merah) selanjutnya timbul ruam pada muka


dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki.

Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga,

dan infeksi saluran nafas (pneumonia). Prioritas utama untuk

penanggulangan penyakit campak adalah melaksanakan program

imunisasi lebih efektif (Depkes, 2009).

6) Poliomielitis

Poliomielitis adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang

disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus

polio tipe 1, 2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak di

bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute

flaccid paralysis=AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui

kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai

dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada

minggu pertama sakit. Komplikasi poliomielitis adalah kematian

bisa terjadi karena kelumpuhan otot-otot pernafasan terinfeksi dan

tidak segera ditangani (Depkes, 2009).

Kata polio (abu-abu) dan myelon (sumsum), berasal dari

bahasa Latin yang berarti medulla spinalis. Infeksi virus mencapai

puncak pada musim panassedangkan pada daerah tropis tidak ada

bentuk musiman penyebaran infeksi. Virus polio sangat menular,

pada kontak antarrumah tangga (yang belum diimunisasi) derajat

serokonversi lebih dari 90% (Suyitno, 2008).


7) Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit kuning yang disebabkan oleh

virus hepatitis B yang merusak hati. Penularan penyakit secara

horizontal yaitu dari darah dan produknya melalui suntikan yang

tidak aman melalui tranfusi darah dan melalui hubungan seksual.

Sedangkan penularan secara vertikal yaitu dari ibu ke bayi selama

proses persalinan. Gejalanya adalah merasa lemah, gangguan perut,

dan gejala lain seperti flu. Warna urin menjadi kuning, tinja

menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun

kulit. Komplikasi hepatitis B adalah bisa menjadi hepatitis kronis

dan menimbulkan pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati

(Hepato Cellular Carsinoma), dan menimbulkan kematian

(Depkes, 2009).

Infeksi virus hepatitis B menyebabkan sedikitnya satu juta

kematian/tahun. Saat ini terdapat 350 juta penderita kronis dengan

4 juta kasus baru/tahun. Infeksi pada anak umumnya asimtomatis

tetapi 80-95% akan menjadi kronis dan dalam 10-20 tahun akan

menjadi sirosis dan atau karsinoma hepatoseluler. Oleh karena itu,

kebijakan utama tata laksana virus hepatitis B adalah memotong

jalur transmisi sedini mungkin. Vaksinasi universal bayi baru lahir

merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan prevalens

virus hepatitis B dan karsinoma hepatoseluler (Hidayat, 2008).


Tahun 1992 Hepatitis B dimasukkan kedalam program

imunisasi. Tahun 1995 imunisasi hepatitis B diberikan kepada

semua bayi di negara endemis tinggi. Tahun 1997 imunisasi

hepatitis B diberikan kepada semua bayi disemua negara diseluruh

dunia. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi 0-7 hari

karena : 3-8 % ibu hamil merupakan pengidap (carrier), 45,9 %

bayi tertular saat lahir dari ibu pengidap, penularan pada saat lahir

hampir seluruhnya berlanjut jadi hepatitis menahun. Pemberian

imunisasi HB sedini mungkin akan melindungi 75 % dari yang

tertular (Depkes, 2010).


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variable yang satu dengan variable yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Karaktristik ibu yang


melakukan imunisasi campak
pada bayinya
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan

4. Pengalaman
5. Informasi Imunisasi Campak

Pengetahuan ibu
1. Baik

2. Cukup
Keterangan :
_______ : Diteliti
----------- : Tidak diteliti
Sumber : (Notoatmodjo, 2011)
Gambar 2.1 : Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional
35
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2010).

Table 3.1. Definisi Operasional


Definisi Alat
No Variable Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1 Umur Lama hidup Kuesioner a. <20 tahun Nominal
b. 20-35 tahun
responden yang
c. > 35 tahun
dihitung dari sejak
lahir sampai saat
penelitian dilakukan
2 Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner a. Dasar (Tidak Ordinal
terakhir yang Sekolah, Tidak
ditempuh oleh Tamat SD,
responden Tamat SD,
SMP)
b. Menengah
(SLTA)
c. Tinggi
(Perguruan
Tinggi)
3 Pekerjaan Aktivitas utama yang Kuesioner a. Bekerja Nominal
b. Tidak Bekerja
dilakukan oleh
responden
4 Pengetahuan Pengetahuan yang Kuesioner 1. Baik (76-100%) Ordinal
2. Cukup (56-
ibu tentang dimiliki oleh ibu
75%)
imunisasi mengenai imunisasi
3. Kurang (<56%)
campak campak
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

bersifat deskriptif yaitu peneliti ingin mengamati karakteristik ibu dan tingkat

pengetahuan ibu tentang imunisasi campak. Penelitian deskriptif adalah

penelitian yang dimaksudkan menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal yang

lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan

penelitian. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu setiap

subjek penelitian hanya di observasi satu kali saja dan pengukuran terhadap

variabel dilakukan pada saat yang sama (Notoatmodjo, 2010)

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan di Kelurahan Kebun

Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.

a. Tersedianya jumlah ibu yang mengikuti imunisasi campak di

Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2015

sebanyak 15 orang.

b. Belum pernah dilakukan penelitian yang serupa

c. Lokasi mudah dijangkau oleh peneliti

2. Waktu Penelitian
37
Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan September Tahun

2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai

karakteristik tertentu, karakteristik subyek ditentukan sesuai dengan ranah

dan tujuan penelitian (Sastroasmoro, 2008)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi

di Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2015

sebanyak 82 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010)

Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi

umur 9-12 bulan di Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas

Pejeruk pada bulan Oktober tahun 2016

3. Tehnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik Accidental Sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan

terhadap orang atau benda yang kebetulan dijumpai (Sugiyono, 2010).

Pada penelitian ini cara pengambilan sampel adalah ibu yang mengikuti
imunisasi campak yang kebetulan dijumpai atau sedang berkunjung ke

Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.

Adapun kriteria-kriteria penentuan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kriteria Inkluisi
Kriteria inkluisi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu di penuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai sampel. Yang

termasuk kriteria inkluisi dalam penelitian ini adalah :


a) Ibu yang mengantarkan bayinya untuk mengikuti imunisasi

campak ke posyandu dan mau menjadi responden.


b) Ibu yang tinggal di Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja

Puskesmas Pejeruk
c) Ibu yang bisa baca tulis
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat di

ambil sebagai sampel. Yang termasuk kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah :


a) Ibu yang mengantarkan bayinya untuk mengikuti imunisasi

campak ke posyandu dan tidak mau menjadi responden


b) Ibu yang tidak bisa baca tulis

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini adalah

karakteristik ibu yang meliputi : usia, pendidikan dan pekerjaan dan

pengetahuan ibu tentang imunisasi campak.


E. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk data primer

yang meliputi : data karakteristik ibu dan pengetahuan ibu tentang imunisasi

campak menggunakan alat bantu kuesioner di Kelurahan Kebun Sari Wilayah

Kerja Puskesmas Pejeruk.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi penelitian (Sanjaya, 2011). Instrumen

yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.

G. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian (Saryono, 2010). Data primer dalam penelitian ini yaitu :

a. Data tentang karakteristik ibu yang meliputi : umur, pendidikan dan

pekerjaan di Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk

Tahun 2016
b. Data tentang pengetahuan ibu tentang imunisasi campak di Kelurahan

Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.


2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Saryono,


2010). Data sekunder tentang gambaran umum Kelurahan Kebun Sari

Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016

H. Cara Pengolahan Data


Pengolahan data yang dipakai dengan cara : (Budiarto, 2008)
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan yang meliputi : karakteristik ibu yang

meliputi : umur, pendidikan dan pekerjaan serta pengetahuan ibu tentang

imunisasi campak.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori :


a. Data tentang karakteristik diolah dan dikelompokkan menurut :

1) Umur
a) <20 tahun (kode 1)
b) 20-35 tahun (kode 2)
c) > 35 tahun (kode 3)
2) Pendidikan
a) Dasar (kode 1)
b) Menengah (kode 2)
c) Tinggi (kode 3)
3) Pekerjaan
a) Bekerja (kode 1)
b) Tidak Bekerja (kode 0)
4) Data tentang pengetahuan ibu yang mengikuti imunisasi campak

diolah dan dikelompokkan menurut :


a) Baik (kode 1)
b) Cukup (kode 2)
c) Kurang (kode 3)
3. Scoring
Data tentang pengetahuan ibu diolah dengan skor dimana skor

jawaban untuk jawaban yang benar adalah 1, dan skor untuk jawaban yang

salah adalah 0, kemudian skor dijumlah dan dibagi dengan skor maksimal

kemudian dikalikan dengan 100%. Sehingga secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Sp
100
Sm
P=

P = Persentase skor perolehan

Sp = Skor yang diperoleh

Sm = Skor maksimal

Kemudian data pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kategori:

1) Baik, jika 76%-100%


2) Cukup, jika 56%-75%
3) Kurang, jika 55%.
4. Tabulating
Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

ke master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana atau membuat tabel kontigensi.

I. Analisa Data

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat

yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase

dari tiap variabel yaitu karakteristik ibu dan pengetahuan ibu tentang

imunisasi campak.
Analisa Univariat dapat di hitung dengan rumus :

n
P= x 100
N

Keterangan :

P = Besar persentase

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

J. Jadwal Penelitian
Tabel 4.1 Jadwal Penelitian

Juni Juli Agustus 2016 September


No Uraian Kegiatan 2016 2016 2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan judul
dan studi pustaka
2 Pengambilan data
3 Penyusunan
proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan data
7 Penyusunan KTI
8 Konsul KTI
9 Ujian KTI
10 Revisi KTI
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi).


Jakarta : Rineka Cipta.

Buku Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2015.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2015. Laporan Nasional Riset


Kesehatan Dasar. Jakarta: Pusat penelitian pengembangan kesehatan.

Dinas Kesehatan Kota Mataram, 2015. Target Sasaran Imunisasi. Mataram :


NTB.

Hadinegoro, 2008. Difteria, tetanus, pertusis. Dalam I.G.N. Ranuh, Hariyono


Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro, Cissy B. Kartasasmita, Ismoedijanto,
Soedjatmiko: Pedoman imunisasi di indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia

Hidayat, 2008. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Yogyakarta :


Salemba Medika.

Ismail, 2009. Education Games Panduan Praktis Permainan yang menjadi Anak
Anda Cerdas, Kreatif dan shaleh.

Lienda, 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Imunisasi


pada Anak Usia 12-23 Bulan di Jawah Barat dan Jawa Tengah Tahun
2007. Skripsi FK UI. Jakarta.

Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Proverawati, 2010. Imunisasi dan Vaksinasi. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Ranuh, 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Badan


Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Riskesdas, 2015. Cakupan Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Rukiyah & Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta:


Trans Info Media

Sastroasmoro, 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Edisi ke-3.


Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :
Alfabeta

Supartini, 2010. Buku Ajar Konsep Dasar Kebidanan. Jakarta : EGC.

Suyitno, 2008. Pedoman imunisasi di indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Ikatan


Dokter Anak Indonesia.
DUMMY TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kelompok Umur di Kelurahan


Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.

No Umur n %
1 < 20 tahun
2 20 35 tahun
3 > 35 tahun
Jumlah

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan


Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.
No Pendidikan n %
1 Dasar
2 Menengah
3 Perguruan Tinggi
Jumlah

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Kebun


Sari Wilayah Kerja Puskesmas Pejeruk Tahun 2016.

No Pekerjaan n %
1 Bekerja
2 Tidak Bekerja
Jumlah

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Pengetahuan Ibu tentang


Imunisasi Campak di Kelurahan Kebun Sari Wilayah Kerja Puskesmas
Pejeruk Tahun 2016.

No Pengetahuan n %
1 Baik
2 Cukup
3 Kurang
Jumlah

Anda mungkin juga menyukai