Anda di halaman 1dari 7

MATERI KAJIAN PSIKOLOGI FORUM UKHUWAH ISLAMIYAH

MAHASISWA STAIN WATAMPONE

Masa-Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan
peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa.
Masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut.

1)Masa praremaja (remaja awal)


Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh
sifat-sifat negative pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negative dengan
gejalanya seperti tidak senang, kurang suka bekerja, pesimisitik, dan sebagainya. Secara garis
besar sifat-sifat negative tersebut dapat diringkas, yaitu a) negative dalam prestasi, baik
prestasi jasmani maupun prestasi mental; dan b) negative dalam sosial, baik dalam bentuk
menarik diri dari masyarakat (negative positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap
masyarakat (negative aktif).
2)Masa remaja (remaja madya)
Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorong untuk hidup, kebutuhan akan adanya
teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan
dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dapat dipandang menilai, pantas
dijunjung tinggi dan di puja-puja sehingga masa ini disebut masa merindu puja (mendewa-
dewakan), yaitu sebagai dewa remaja.
Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat di pandang
sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilai-nilai kehidupan tersebut adalah
pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja pedoman, si remaja merindukan sesuatu bayang
dianggap bernilai, pantas dipuja walau pun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk
tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi
tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas,
yaitu pribadi-pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu (jadi personifikasi nilai-
nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan
pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan.

3)Masa remaja akhir


Setelah remaja telah ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa
remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu
menemukan pendirian hidup masuklah individu ke dalam masa dewasa.

4)Masa Usia Kemahasiswaan


Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0 sampai 25,0 tahun. Mereka dapat

Page 1
Kajian Psikologi tentang remaja dan pacaran
digolongkan pada masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya. Dilihat
dari segi perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan
pendirian hidup.

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN REMAJA


Seiring perkembangan dan pertumbuhan fisik, terjadi pula perubahan dan perkembangan di
dalam tubuhnya. Kelenjar kanak-kanaknya telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin
yang memproduksi hormon, sehingga menggalakan Pertumbuhan organ seks yang tumbuh
menuju kesempurnaan.
Organ seks menjadi besar disertai dengan kemampuannya untuk melaksanakan fungsinya.
Pada remaja putri terjadi pembesaran payudara dan pembesaran pinggul. Di samping itu
meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi badan. Sedangkan pada remaja pria mulai
kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / besar. Di samping itu
bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketika dan di atas bibir atasnya (kumis).
Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada remaja putri tetapi hanya diketahui oleh
yang bersangkutan saja, yaitu terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi
basah. Tanda-tanda permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara langsung
terjadi kemampuan reproduksi.

Kebutuhan Remaja
1.Kebutuhan akan pengendalian diri
2.Kebutuhan akan kebebasan
3.Kebutuhan akan rasa kekeluargaan
4.Kebutuhan akan penerimaan sosial
5.Kebutuhan akan penyesuaian diri
6.Kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial

Berbagai konflik yang dialami oleh remaja

1.Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka
2.Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan ketergantungan kepada orang
tua.
3.Konflik antara kebutuhan seks dan kebutuhan agama serta nilai sosial.
4.Konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja ketika ia kecil dulu dengan
prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-
hari.
5.Konflik menghadapi masa depan.

Page 2
Kajian Psikologi tentang remaja dan pacaran
Tugas-tugas perkembangan remaja
William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut :
a.Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b.Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.
c.Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman
sebaya atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
d.Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e.Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
f.Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai. Prinsip-
prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).
g.Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kenak-kanakan.

Penyimpangan atau Kenakalan Remaja


1.Seks bebas di kalangan remaja, yang bisa menyebabkan terjangkitnya penyakit AIDS.
2.Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan kematian dan AIDS
3.Kecanduan Alkohol / minuman keras.
4.Tawuran.
5.Sering berkunjung ke diskotik.
6.Menjajakan diri kepada pria hidung belang.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Pada Remaja


1.Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (memberikan ajaran dan bimbingan tentang nilai-
nilai agama).
2.Sikap perilaku orangtua yang buruk terhadap anak.
3.Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit (miskin/fakir).
4.Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas.
5.Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.
6.Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno.
7.Perselisihan atau konflik orangtua (antar anggota keluarga).
8.Perceraian orangtua.
9.Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.
10.Hidup menganggur.
11.Kurang dapat memanfaatkan waktu luang.
12.Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-
nilai moral).

free Sex Dalam Tinjauan Psikologi

Hasil penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja
mengaku pernah melakukan hubungan seks. Bahayanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut

Page 3
Kajian Psikologi tentang remaja dan pacaran
hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara
umum , tampaknya berkembang semakin serius. Penelitian yang dilakukan Dr Boyke, pada
tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang ke Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18 persen
remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Kelompok remaja yang masuk ke dalam
penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan umumnya masih bersekolah di tingkat
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga
terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Kenyataan ini, tentunya tidak bisa kita biarkan, harus ada upaya-upaya yang integrative untuk
menangani dan mencegah munculnya kasus-kasus seks bebas, mengingat dampaknya yang
sangat membahayakan bagi diri,masyarakat dan keberlangsungannya suatu generasi. Mengapa
kasus free sex lebih banyak terjadi dikalangan remaja?

Dinamika Munculnya Prilaku Seks Bebas dan Penyebabanya

Masa remaja adalah masa penuh perubahan. Semuanya seakan tidak stabil dan
membingungkan, bahkan bagi si remaja sendiri. Perubahan yang paling mudah di lihat, tentu
saja adalah perubahan fisik terutama berkembangnya fungsi-fungsi organis dan psikis. Tinggi
badan bertambah pesat, bentuk badan berubah, yang laki-laki tumbuh kumis, jakun,
mengalami mimpi basah, sementara yang perempuan tumbuh payudara dan mengalami
menstruasi. Proses organis yang paling penting pada masa pubertas ialah kematangan seksual.

Disisi lain, remaja umumnya kurang mengenali organ tubuhnya. Tidak sedikit di antara mereka
yang bertanya pada teman sebaya tentang perubahan fisik yang dialami. Dan tidak sedikit pula
diantaranya yang terjebak informasi salah. Seksualitas menjadi hal yang sangat menarik
perhatian remaja, karena pada saat remaja perangkat seksualnya telah berkembang pesat dan
dorongan seksualpun menjadi hal yang sangat akrab bagi kehidupan remaja. Pada saat itu,
remaja butuh informasi dan pengetahuan atas semua yang terjadi.

Menurut Guntoro Utamadi, Psikolog yang juga pengasuh rubrik Curhat di harian Kompas,
tingkat Pemahaman remaja yang dipengaruhi mitos-mitos lingkungan sekitar, khususnya dari
teman sebaya dapat membahayakan perkembangan mental remaja bila tidak segera didampingi
oleh orang yang dipandang tepat memberi informasi yang benar. Pemahaman remaja terhadap
resiko perilaku yang mereka lakukan seringkali sangat minim. Mereka merasa telah melakukan
berbagai pencegahan dan antisipasi , akan tetapi sebenarnya yang mereka ketahui adalah
informasi yang salah. Dan remaja perempuan, lebih rentan terhadap berbagai resiko dan
berbagai kerugian dari perilaku seksual tersebut. Seperti, resiko kehamilan, aborsi, PMS, lebih
banyak akan diderita oleh perempuan.

Tragisnya, banyak remaja perempuan yang tidak bisa mengatakan TIDAK melakukan
hubungan seks dengan pacarnya. Karena ada anggapan ini satu paket dalam berpacaran. Kalau
tidak, mereka dianggap bukan anak gaul. Karena terpedaya oleh rayuan, ketakutan diputus
pacarnya, sampai dengan ancaman dan paksaan membuat remaja perempuan menjadi beresiko
lebih tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran terhadap tubuh sendiri dan pemahaman
bahwa tubuhnya adalah miliknya dan bertanggung jawab, sangat diperlukan bagi remaja
perempuan. Kemampuan berkata tidak yang sering kali berhubungan erat dengan rasa percaya
diri, harus selalu dilatihkan. Remaja laki-laki juga harus sering diajak mengembangkan
dorongan seksualnya dan menghormati perempuan.

Page 4
Kajian Psikologi tentang remaja dan pacaran
Faktor lain, adalah bahwa masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legistimasi untuk
melakukan seks bebas. Bahkan, saat ini, seks bebas sudah menjadi bagian dari budaya bisnis.
Faktor yang melatarbelakangi hal ini, menurut Boyke, antara lain disebabkan berkurangnya
pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga disebabkan belum adanya pendidikan seks secara
formal di sekolah-sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta VCD porno.

Peran media massa, diakui Maria Hartiningsih, wartawan senior Harian Kompas, mampu
membentuk realitas dari kehidupan. Ketika menghadapi dorongan seks luar biasa, penyaluran
yang dibayangkan remaja adalah hubungan seksual. Dan berbagai media yang menyalurkan
minat mereka itu, tersedia di mana-mana dengan murahnya dan membawa remaja pada
perilaku tidak benar.

Berdasarkan survey Pusat Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta,
jumlah remaja yang mengalami masalah kehidupan seks terutama di Yogyakarta terus
bertambah, akibat pola hidup seks bebas. Mengapa demikian? karena pada kenyataannya
pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari pada kontrol yang mereka
terima maupun pembinaan secara keagamaan. Selain itu, munculnya perilaku seks bebas di
kalangan remaja yang marak belakangan ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi, serta
berkaitan erat dengan pengaruh Napza (narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) .

Dampak Prilaku Seks Bebas

Maraknya seks bebas di kalangan remaja membuat banyak pihak sangat prihatin. Salah satunya
adalah Ketua Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta Ny Hj Ciptaningsih Utaryo.
Pasalnya, hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu sendiri,
tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan. Terlebih anak yang lahir tersebut merupakan
anak yang tidak dikehendaki, sehingga ada kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.

Selain itu,tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan
meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi
sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan
remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan
Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.

Menurut, Siswanto A Wilopo, sekjen IPADI dan Deputi KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN
Pusat, ada 15 juta perempuan remaja melahirkan anak dan sebagian dari mereka sudah
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Setiap tahun, 500.000 perempuan meninggal
dunia karena melahirkan dan lebih dari 65.000 diantaranya adalah remaja perempuan
meninggal karena aborsi tidak aman.

Dari kasus konsultasi yang masuk ke PKBI, permasalahan remaja terutama yang berkaitan
dengan seksualitas telah sedemikian jauh Dan mencapai tahap beresiko tinggi. Walaupun
kasus-kasus seperti kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD), HIV, penyakit menular seksual
(PMS), bahkan kasus terbanyak, akan tetapi jumlah remaja yang telah mengalami hal-hal
tersebut telah mencakup dan membuat kita prihatin serta perlu waspada. Apalagi kalau kita
menyadari kalau jumlah kasus yang muncul dan diketahui hanya merupakan fenomena gunung
es, hanya tampak sedikit di permukaan, kalau kita lengah tiba-tiba semuanya sudah terlambat.

Karena seringnya remaja dijadikan target, penularan virus HIV pada usia 14 20 tahun
mencapai 60 persen sendiri karena suntikan (narkoba).

Page 5
Kajian Psikologi tentang remaja dan pacaran
Penanganan

Penduduk usia 15-24 tahun adalah masa depan dunia. Kalau saja mereka berperilaku produktif
dan terpuji akan menjadi maslahah (kebaikan) bagi bangsa. Namun bila sebaliknya, akan
menjadi masalah bagi bangsa, ungkap Rozy Munir, Ketua Umum IPADI (Ikatan Peminat dan
Ahli Demografi Indonesia) saat berbicara dalam seminar Pengembangan SDM Menuju Penduduk
Berkualitas memperingati hari Kependudukan Sedunia pada tanggal 11 Juli 2003 lalu di
Auditorium BKKBN Jakarta.

Masalah remaja memang menentukan masa depan bangsa. Oleh karena itu, dalam peringatan
hari kependudukan sedunia tahun ini mengambil tema Kesehatan Remaja dan Seksualitas
Remaja. Saat ini , sekitar satu miliar penduduk usia remaja memasuki perilaku reproduksi yang
dapat membahayakan atau justru mengancam kehidupannya.

Lalu, bagaimana sikap kita mengatasi permasalahan yang ada di kalangan remaja? Berikan
pemahaman yang jelas tentang masalah kesehatan reproduksi. Karena, sebagian besar remaja
melakukan perilaku kehidupan reproduksi tidak sehat karena belum tahu benar pentingnya
menjaga kesehatan reproduksi remaja, tukas Siswanto (Sekjen IPADI)

Hal senada diungkapkan Dr Bernard Coquelin, representatif UNFPA (United Nations Population
Fund), bahwa untuk menekankan tingginya jumlah penderita HIV pada remaja di dunia adalah
dengan memberikan pendidikan, informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Akan
dikemanakan remaja kita, bila setiap hari ada 6.000 remaja baik laki-laki maupun perempuan
terinveksi virus HIV. Ini menunjukkan bahwa mereka butuh informasi ini.

Sebagian besar, remaja yang telah aktif secara seksual (baik yang berstatus kawin atau tidak)
pada usia kurang dari 20 tahun, belum menyentuh pelayanan reproduksi (termasuk pelayanan
kontrasepsi), pencegahan dan perawatan kesehatan seksual menular dan HIV/AIDS serta
perawatan kehamilan dan persalinan. Sehingga, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan
suatu bekal pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks
secara vulgar. Pendidikan Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan
pengetahuan tentang organ reproduksi, tetapi juga bahaya akibat pergaulan bebas, seperti
penyakit menular seksual dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa
terhindar dari percobaan melakukan seks bebas.

Hal lain yang diperlukan dalam menangani kasus-kasus seks bebas yang semakin marak adalah,
dengan memberikan pemahaman yang tepat tentang seks. Pengetahuan seks yang hanya
setengah-setengah tidak hanya mendorong remaja untuk mencoba-coba, tapi juga bisa
menimbulkan salah persepsi. Dalam kaitan dengan hubungan seksual, bisa diambil contoh ada
remaja yang berpendapat, kalau hanya sekali bersetubuh, tidak bakal terjadi kehamilan. Atau,
meloncat-loncat atau mandi sampai bersih segera setelah melakukan hubungan seksual bisa
mencegah kehamilan.

Bagi sebagian orang, seks memang masih dianggap tabu dan konsumsi orang dewasa.
Sehingga, berbicara mengenai seks harus secara pribadi. Padahal justru pada masa remaja,
pendidikan seks harus dimulai diberikan. Pada masa ini mereka sedang mengalami perubahan
organ-organ seks, baik primer maupun sekunder. Jika tidak diberikan pengetahuan yang cukup,
ditakutkan malah salah arah. Alasan lain adalah, bahwa pengetahuan seks sangat penting dan
bagaimanapun seks berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Jika konsep mengenai seks yang

Page 6
Kajian Psikologi tentang remaja dan pacaran
diterima salah, maka banyak akibat dan risikonya. Serta, penanganan aktivitas seks juga bisa
tidak tepat.

Oleh karena itu, sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu
definisi kata seks itu sendiri. Seks memang memiliki definisi yang luas. Namun, jika kita
berbicara mengenai seks secara keseluruhan, maka yang dimaksudkan adalah pendidikan
mengenai jenis kelamin.

Definisi seks, dapat dikelompokkan menurut beberapa dimensi, Di antaranya:

Dimensi Biologis

Berkaitan dengan alat reproduksi. Di dalamnya termasuk pengetahuan mengenai hormon-


hormon, menstruasi, masa subur, gairah seks, bagaimana menjaga kesehatan dan gangguan
seperti PMS (penyakit menular seksual), dan bagaimana menfungsikannya secara optimal
secara biologis.

Dimensi Faal

Mencakup pengetahuan mengenai proses pembuahan, bagaimana ovum bertemu dengan


sperma dan membentuk zigot dan seterusnya.

Dimensi Psikologis

Seksualitas berkaitan dengan bagaimana kita menjalankan fungsi kita sebagai mahluk seksual
dan identitas peran jenis. Mengapa pria dipandang lebih agresif daripada wanita?

Dimensi Medis

Adalah pengetahuan mengenai penyakit yang di oleh hubungan seks, terjadinya impotensi,
nyeri, keputihan dan lain sebagainya.

Dimensi Sosial

Seksualitas berkaitan dengan hubungan interpersonal (hubungan antar sesama manusia).


Seringkali, hambatan interaksi ditimbulkan oleh kesenjangan peran jenis antara laki-laki dan
perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor budaya dan pola asuh yang lebih memprioritaskan
posisi laki-laki. Anggapan tersebut harus diluruskan karena jenis kelamin tidak menentukan
mana yang lebih baik atau berkualitas.

Dari hasi survai oleh WHO tentang pendidikan seks membuktikan, pendidikan seks bisa
mengurangi atau mencegah perilaku hubungan seks sembarangan, yang berarti pula
mengurangi tertularnya penyakit-penyakit akibat hubungan seks bebas. Dan, pendidikan seks
yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak azasi manusia serta nilai-nilai kultur dan
agama sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.

Hanya yang jadi masalah hingga kini, Pendidikan seks di Indonesia masih mengundang
kontroversi. Sekalipun untuk tujuan pendidikan, anggapan tabu untuk berbicara soal seks masih
menancap dalam benak sebagian masyarakat. Akibatnya, anak-anak yang berangkat remaja
jarang yang mendapat bekal pengetahuan seks yang cukup dari ortu (orang tua). Padahal tidak
jarang para remaja sendiri yang berinisiatif bertanya, tapi justru sering disambut dengan
kemarahan.

Page 7
Kajian Psikologi tentang remaja dan pacaran

Anda mungkin juga menyukai