Anda di halaman 1dari 18

EFEKTIFITAS PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL

INDONESIA DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PASAR


MODAL DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30
TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF
PENYELESAIAN SENGKETA DAN PERATURAN OTORITAS
JASA KEUANGAN NO. 1/POJK.07/2014 TAHUN 2014 TENTANG
LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI
SEKTOR JASA KEUANGAN

Oleh:
Christy Natalia Simarmata
110120100034

Komisi Pembimbing:

Dr. Hj. Lastuti Abubakar, S.H., M.H.


Dr. An-An Chandrawulan, S.H., LL.M

TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar
Magister Hukum Program Pendidikan Magister
Program Studi Ilmu Hukum Konsentasi Hukum Bisnis

PROGRAM MAGISTER (S2) ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2015
ABSTRAK

EFEKTIFITAS PERAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA


DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG
ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAN
PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NO. 1/POJK.07/2014 TAHUN
2014 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI
SEKTOR JASA KEUANGAN

Penelitian dalam Tesis ini bertujuan untuk menganalisa sejauhmana eksistensi


peran dari Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) dalam menyelesaikan
sengketa-sengketa pasar modal guna mendukung terbentuknya pasar modal yang
efisien, wajar, dan teratur, serta untuk mengkaji kendala-kendala yang menyebabkan
para pelaku pasar modal yang bersengketa tidak memilih BAPMI sebagai lembaga
alternatif dalam menyelesaikan sengketa di bidang pasar modal. Hal tersebut
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa dengan berkembangnya kegiatan sektor jasa
keuangan di bidang pasar modal, maka diperlukan upaya perbaikan dan
penyempurnaan kelembagaan di pasar modal. Pembentukan BAPMI sebagai lembaga
arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa di bidang pasar modal, diharapkan dapat
memberikan peningkatan kenyaman dan menambah proteksi kepada investor dan
masyarakat melalui penyediaan layanan jasa aterrnatif penyelesaian sengketa. Namun
demikian, sejak didirikan 13 tahun lalu eksistensi BAPMI sebagai lembaga alternatif
yang menyelesaikan sengketa pasar modal belum dimanfaatkan secara maksimal oleh
para pelaku pasar. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan minimnya sengketa yang telah
ditangani oleh BAPMI sampai dengan saat ini.
Metode penelitian yang digunakan dalam Tesis ini adalah pendekatan yuridis
normatif dikarenakan sasaran penelitian dalam penulisan Tesis ini adalah hukum dan
kaidah atau norma, yang meliputi asas hukum dan peraturan hukum konkret.
Spesifikasi penelitian Tesis ini adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku secara menyeluruh dan sistematis yang
kemudian dilakukan analisis pemecahan masalahnya. Penelitian ini bertujuan untuk
menemukan landasan hukum yang jelas dalam meletakan permasalahan hukum dalam
perspektif hukum bisnis, khususnya yang terkait dengan masalah penyelesaian
sengketa pasar modal dengan menggunakan lembaga arbitrase.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, yakni untuk mengoptimalkan
perannya, BAPMI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga yang
berwenang untuk melakukan pengawasan dan pengaturan di bidang pasar modal, telah
membentuk suatu peraturan yang secara khusus mengatur mengenai lembaga alternatif
penyelesaian sengketa di bidang sektor jasa keuangan. Hal tersebut diharapkan dapat
menarik minat para pelaku pasar modal yang bersengketa untuk memilih BAPMI dan
menyelesaikan sengketanya di BAPMI, demi menjamin terpenuhinya kepentingan
konsumen dan masyarakat.
ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF INDONESIAN CAPITAL MARKET ARBITRATION


BOARD ROLES TO SETTLE CAPITAL MARKET DISPUTES IN RELATION
WITH LAW NUMBER 30 OF 1999 REGARDING ARBITRATION AND
ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION AND REGULATION OF THE
FINANCIAL SERVICES AUTHORITY NUMBER 1/POJK.07/2014 OF 2014
REGARDING ALTERNATIVE DISPUTE RESOLUTION INSTITUTION ON
FINANCIAL SERVICES SECTOR

The purpose of research on this Thesis is to analyze the existence of Indonesian


Capital Market Arbitration Board (BAPMI) roles to settle the capital market disputes
in order to support the establishment of an efficient, fair, and organized market, also
to examine the obstacles why the capital market participants are not choosing BAPMI
as their alternative dispute settlement institution on solving the capital market
disputes. The background of this idea is due to the development of the financial
services sectors in capital market area which also need a refinements and
improvements on the capital market institution. The establishment of BAPMI as an
institution of arbitration and alternative dispute settlement for capital market area,
was expected to provide an improvement of convenience and to add a protection for
the investors and public through the provision of alternative dispute settlement
services. However, since the establishment 13 years ago, the existence of BAPMI as an
alternative dispute settlement institution on capital market area has not been fully
utilized by the capital market participants. This can be evidenced by the minimum
amount of disputes that had been settled by BAPMI up until today.
The research method used in this Thesis is normative-juridical approach, due
to the target of the research in this Thesis are the laws and the principles or norms,
which consisted of the principles of laws and concrete legal regulations. The
specification of this Thesis is descriptive-analytical, which is to describe fully and
sistematically the prevailing laws and regulations in which followed by conducting an
analyze on solving the matters. The purpose of this research is to find a clear legal
basis within laying the legal issues in the perspective of business law, specifically
related to the settlement of capital market issues by utilizing the arbitration institution.
The conclusion that can be drawn from this research, which is to optimize
BAPMIs role, BAPMI and the Financial Services Authority (OJK) as the authorized
institution on supervising and regulating in the capital market area, has established
certain regulations that in particular regulates the alternative disputes settlement
institutions for financial services sector. It is expected to attract the interest of the
capital market participants to choose BAPMI as the disputes settlement institution, in
order to ensure the fulfillment of the interests of consumers and public.
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat, rahmat, dan karunia-Nya, Penyusun dapat menyelesaikan Tesis ini guna

memenuhi syarat ujian untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada Program

Pendidikan Magister Program Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis di

Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, yang berjudul, Efektifitas Peran Badan

Arbitrase Pasar Modal Indonesia Dalam Penyelesaian Sengketa Pasar Modal

Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

1/pojk.07/2014 Tahun 2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di

Sektor Jasa Keuangan.

Penyelesaian Tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Melalui

kesempatan ini, Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Komisi Pembimbing yaitu Ibu Dr. Hj. Lastuti Abubakar, S.H., M.H. dan Ibu Dr. An-

An Chandrawulan, S.H., LL.M. Penyusun juga berterima kasih kepada bapak dan ibu

dosen penguji yang telah memberikan masukan dan sarannya yaitu Bapak Prof. Huala

Adolf, S.H., LL.M., Ph.D, Ibu Dr. Hj. R. Kartikasari, S.H., M.H.dan Bapak Dr.

Tarsisius Murwadji, S.H., M.H.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


1. Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Program Pendidikan Magister Program

Studi Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Bisnis di Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran.

2. Seluruh jajaran Staf Administrasi dan Staf Perpustakaan Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran.

3. Pihak-pihak lainnya yang telah membantu Penyusun dalam penyelesaian

Tesis ini, yang tidak bisa Penyusun sebutkan satu per satu.

Penyusun menyampaikan juga terima kasih yang teramat tulus kepada orang

tua Penyusun, Prof. Dr. Ir. Tualar Cornelius Simarmata, MS dan Dra. Lidwina Irina

Tarigan, adik-adik Penyusun, serta suami Penyusun Ferdinand Jullaga Tambunan,

S.H., terima kasih atas semangat, dukungan dan dorongan moril dan materiil yang

sudah diberikan kepada Penyusun dalam menyelesaikan program studi Magister Ilmu

Hukum Bisnis di Universitas Padjadjaran Bandung.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis Tesis ini masih

terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu, ke depannya kritik dan masukan tentunya

akan sangat berarti bagi pengembangan pokok bahasan yang dikaji dalam Tesis ini.

Akhir kata, Penyusun berharap semoga Tesis ini dapat memberikan kontribusi

sebagaimana tujuan dibuatnya dan dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang

membacanya.

Bandung, 7 Juli 2015

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan pasar modal di Indonesia sampai dengan saat ini telah

mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik untuk instrumen yang

berbentuk saham maupun instrumen hutang. Kegiatan pasar modal pada

hakekatnya berbeda dengan kegiatan pasar tradisional yang telah dikenal, yang

terdiri atas pedagang, pembeli dan adanya kegiatan tawar menawar harga. Pasar

modal dapat diartikan sebagai sarana yang mempertemukan antara pihak yang

membutuhkan dana dengan pihak pemberi dana berdasarkan ketentuan yang

telah diatur oleh lembaga, profesi dan aturan yang berkaitan dengan efek.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah

menggariskan bahwa pasar modal mempunyai posisi yang strategis dalam

pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu pasar modal sangat

tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk mengkoordinasikan modal,

dukungan teknis, dan sumber daya manusia dalam pengembangan pasar modal

diperlukan suatu kepemimpinan yang efektif. Perusahaan-perusahaan harus

menjalin kerja sama yang erat untuk menciptakan pasar yang mampu

menyediakan berbagai jenis produk dan alternatif investasi bagi masyarakat.

Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya

bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka pendek, akan tetapi juga
bertujuan untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang. Investor yang

menanamkan dananya di pasar modal harus mampu memanfaatkan semua

informasi untuk menganalisa pasar dan investasinya dengan harapan memperoleh

keuntungan. Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya

kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembali

investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividen yield) maupun

pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain).

Pasar modal sebagai instrumen ekonomi menjadi salah satu pilar

penting bagi masyarakat untuk melakukan investasi dan sekaligus sebagai

sumber pembiayaan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sebagai instrumen

keuangan maka pasar modal hanya akan dapat berkembang dengan baik bila

dibangun berdasarkan prinsip wajar, transparan dan aman. 1 Prinsip tersebut

ditujukan untuk melindungi kepentingan investor (investor protection) yang

dapat melahirkan kepercayaan (trust) di dalam mekanisme pasar.

Guna mengefektifkan hukum pasar modal yang tujuannya untuk

menstimulasi perkembangan pasar perlu diperhatikan beberapa faktor yang

berkaitan dengan pembaharuan hukum untuk kepentingan pasar, penegakan

hukum di bidang pasar modal, dan perlindungan terhadap investor itu sendiri.

Faktor yang berhubungan dengan pembaharuan hukum menjadi kunci utama

karena pasar modal hanya dapat berkembang bila pasar dapat menawarkan

1
Indra Safitri, Peranan Hukum Pasar Modal Dalam Perkembangan Ekonomi Indonesia, Jurnal
Legislasi Indonesia, Vol. 5 No. 2 Juni 2008.
produk baru yang murah dan efisien dalam bentuk efek-efek, serta dapat

memberikan kemudahan dan fasilitas yang menguntungkan.

Penegakan hukum yang efektif akan memastikan bahwa setiap pihak di

pasar modal menjalankan prinsip keterbukaan informasi (disclosure), pedoman

perilaku (behaviour of conduct), benturan kepentingan (conflict of interest) dan

tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Penegakan

hukum juga dibutuhkan dalam penanganan konflik atau sengketa antara para

pihak yang menjalankan pasar modal. Sengketa-sengketa pasar modal tersebut

tentunya perlu mendapatkan penyelesaian agar tidak berkepanjangan dan

merugikan para pihak. Penyelesaian sengketa pasar modal dapat dilakukan

melalui pengadilan atau melalui jalur alternatif penyelesaian sengketa lainnya.

Salah satu kebijakan dalam bidang ekonomi adalah menciptakan

lingkungan pasar modal yang sehat, transparan dan efisien. Peningkatan peranan

di bidang pasar modal merupakan salah satu kebijakan ekonomi yang saling

memperkokoh satu sama lain. Oleh karena itu penegakan hukum di bidang pasar

modal menjadi alat terpenting untuk melindungi kepentingan investor dan publik

dari praktek yang merugikan, baik yang dilakukan oleh emiten maupun oleh

konsultan hukum atau praktisi pasar modal.


BAB II

ARBITRASE SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PENYELESAIAN

SENGKETA DI BIDANG PASAR MODAL

A. Pasar Modal sebagai Institusi Jasa Keuangan

Salah satu amanat dari Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia 1945 Amandemen IV adalah untuk memajukan kegiatan perekonomian

yang merupakan salah satu penunjang kegiatan pembangunan nasional. Mengingat

pentingnya kegiatan di sektor ekonomi, maka pemerintah Indonesia berusaha

melakukan pembaharuan dalam berbagai sektor di bidang ekonomi.

Salah satu sektor yang cukup menjanjikan adalah kegiatan ekonomi

keuangan, khususnya di bidang pasar modal. Kebijakan dalam sektor ekonomi

tersebut antara lain adalah mengembangkan pasar modal yang teratur, wajar, dan

efisien serta dapat melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Pasar modal

menunjang pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.2

Mulanya kegiatan pasar modal mengacu pada ketentuan-ketentuan

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang Penetapan Undang-Undang

Darurat tentang Bursa (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 79) sebagai Undang-

Undang (Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67).

2
Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
BAB III

PENYELESAIAN SENGKETA DI BIDANG PASAR MODAL PADA BADAN

ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

A. Alternatif Penyelesaian Sengketa Pasar Modal pada Badan Arbitrase Pasar

Modal Indonesia

Para pelaku pasar modal yang bersengketa dapat memilih Badan

Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI) sebagai lembaga alternatif penyelesaian

sengketa diluar pengadilan, selama sengketa yang timbul diantara para pihak

tersebut memenuhi syarat sebagai berikut:3

1. Sengketa perdata yang timbul diantara para pihak di bidang atau terkait

dengan pasar modal;

2. Terdapat kesepakatan diantara para pihak yang bersengketa bahwa

persengketaan akan diselesaikan melalui BAPMI;

3. Terdapat permohonan tertulus (pendaftaran perkara) dari pihak-pihak yang

bersengketa kepada BAPMI;

4. Persengketaan tersebut bukan merupakan perkara dalam ruang linkgup

hukum pidana dan/atau hukum administratif.

3
Lingkup Layanan BAPMI, http://www.bapmi.org, tanggal 15 April 2015, pkl. 20.00.
BAB IV

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI EFEKTIFITAS PERAN BADAN

ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA DALAM PENYELESAIAN

SENGKETA PASAR MODAL

A. Efektifitas Peran BAPMI dalam Menyelesaikan Sengketa Pasar Modal untuk

Mendukung Pasar Modal yang Efisien, Wajar, dan Teratur

Pasar modal merupakan salah satu kegiatan yang dapat mendukung

terjadinya perkembangan yang significant di bidang ekonomi keuangan dan dapat

menunjang pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)

mendefinisikan kegiatan pasar modal sebagai kegiatan yang berkaitan dengan

Penawaran Umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan

efek.4

Dalam arti luas, pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan

terorganisir, termasuk bank-bank komersil dan semua perantara di bidang

keuangan, surat berharga atau klaim jangka pendek dan atau panjang primer yang

tidak langsung.5

4
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
5
Adrian Sutedi, op.cit, hlm. 2.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan uraian-uraian pada Bab I sampai

dengan Bab IV dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

Upaya yang dilakukan oleh BAPMI dan Otoritas Jasa Keuangan untuk

meningkatkan efektifitas peran BAPMI sebagai salah satu lembaga alternatif

penyelesaian sengketa untuk sektor jasa keuangan bidang pasar modal, yakni

melalui pembentukan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2014

tentang Lembaga Alternatif Penyelesaiaan Sengketa di Sektor Jasa Keuangan

(POJK 1/2014), yang mewajibkan setiap lembaga jasa keuangan untuk menjadi

anggota lembaga alternatif penyelesaian sengketa di sektor jasa keuangan yang

telah ditetapkan oleh OJK dalam Daftar Lembaga Alternatif Penyelesaian

Sengketa. BAPMI juga telah melakukan pembenahan pada peraturan yang

dibentuknya yang disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di pasar

modal hingga saat ini, yakni dengan dibentuknya peraturan dan acara untuk

setiap layanan penyelesaian sengketa yang diberikan BAPMI secara terpisah

satu dan lainnya.


2. Kendala yang dihadapi oleh BAPMI dalam memberikan perlindungan hukum

terhadap pelaku pasar modal, yakni tingkat kesadaran yang dimiliki oleh

pelaku pasar modal untuk mengakui legitimasi dari BAPMI masih rendah. Hal

tersebut dikarenakan pada umumnya terhadap putusan arbitrase di Indonesia,

pihak yang kalah kerap meminta pengadilan untuk campur tangan terutama

dalam hal eksekusi. Atas permohonan pembatalan putusan arbitrase yang

diajukan kepada pengadilan negeri, seringkali hakim kembali memeriksa

pokok perkara yang sudah diperiksa dan diputus pada tingkat arbitrase. Pasal

70 UU Arbitrase dan APS yang dapat menjadi celah diajukannya permohonan

pembatalan kepada pengadilan atas putusan arbitrase. Ketidaktahuan

masyarakat dan investor yang disebabkan oleh karena kurangnya sosialisasi

terhadap lembaga BAPMI itu sendiri. Stigma yang melekat bahwa

penyelesaian sengketa melalui arbitrase dirasa lebih mahal dibandingkan

proses pada pengadilan, juga menjadi kendala yang dihadapi oleh BAPMI.
DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Achmad Fauzan, Penyelesaian Sengketa Internasional, Tarsito, Bandung, 1986.

Adrian Sutedi, Segi-segi Hukum Pasar Modal, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009.

, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses (Penebar


Swadaya Grup), Jakarta, 2014.

Alan Redfern and Martin Hunter, Law and Practice of International Commercial
Arbitration (Second Edition), Sweet and Maxwell, London, 1991.

Anuraga, et.al, Pengantar Pasar Modal (Edisi Revisi), Rineka Cipta, Jakarta,
2001.

Bambang Sanggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 1998.

Bambang Sutiyoso, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,


Gama Media, Yogyakarta, 2008.

Blacks Law Dictionary, Eight Edition, West Publishing Co., 2004.

Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, Konflik Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2004.

Eman Suparman, Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk


Penegakan Keadilan, Tatanusa, Jakarta, 2004.

Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta,


2011.

Gatot Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta, 2006.

Harahap, M. Yahya, Arbitrase, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

H. Priyatna Abdurrasyid, Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, PT.


Fikahati Aneska, Jakarta, 2002.
H. Salim dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013

I.P.M. Ranuhandoko, Terminologi Hukum Inggris-Indonesia, Sinar Grafika,


Jakarta, 2003.

John W. Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Proyek Elips, Jakarta, 1997.

Joni Emirzon, Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan (Negosiasi,


Mediasi, Konsiliasi, dan Arbitrase), Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2000.

Lastuti Abubakar, Transaksi Derivatif di Indonesia Tinjauan Hukum tentang


Perdagangan Derivatif di Bursa Efek, Books Terrace & Library, Bandung,
2009.

M. Irsan Nasarudin, et.al, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana


Prenada Media Group, Jakarta, 2010.

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum Dalam


Pembangunan Nasional Lembaga Penelitian Hukum dan Kriminolog
Fakultas Hukum UNPAD, Binacipta, Bandung, 1976.

Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum), PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999.

M. Syamsudin, Mahir Menulis Legal Memorandum, Kencana, Jakarta, 2007.

Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT Go Public dan Hukum Pasar Modal


Indonesia, Citra Aditya Bhakti, Bandung, 1997.

Notonegoro, Pembangunan Hukum dan Agraria, Bina Aksara, Jakarta, 1984.

Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan Negeri, PT


Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013.

Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Sembiring, Sentosa, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik


Indonesia Tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan,
Nuansa Aulia, Bandung, 2008.

Sitompul, Asril, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, Citra


Aditya Bakti, Bandung, 2004.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982.

Subekti, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Jakarta, 1981.

Sudargo Gautama, Undang-Undang Arbitrase Baru 1999, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999.

Sudikno Merto Kusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,


1979.

, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1996.

Suyud Margono, ADR dan Arbitrase Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2002.

T.O Ihromi, Beberapa Catatan Mengenai Metode Kasus Sengketa yang


Digunakan dalam Antropologi Hukum, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,
1996.

B. SUMBER ARTIKEL

Hikmahanto Juwana, Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional oleh


Pengadilan Nasional, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 21 Oktober-November 2002,
hlm. 68.

Indra Safitri, Peranan Hukum Pasar Modal Dalam Perkembangan Ekonomi


Indonesia, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 5 No. 2 Juni 2008.

C. UNDANG-UNDANG

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Amandemen IV

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Kekuasaan Kehakiman

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan


Herzien Inlandsch Reglement (H.I.R) Regelmen Indonesia yang diperbaharui
(R.I.B)

Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-
715/BL/2012 tentang Dana Perlindungan Pemodal

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan


Konsumen Sektor Jasa Keuangan

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga


Alternatif Penyelesaiaan Sengketa di Sektor Jasa Keuangan

Peraturan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia No. 01/BAPMI/12.2014


tentang Peraturan dan Acara Pendapat Mengikat

Peraturan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia No. 02/BAPMI/12.2014


tentang Peraturan dan Acara Mediasi

Peraturan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia No. 03/BAPMI/12.2014


tentang Peraturan dan Acara Adjudikasi

Peraturan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia No. 04/BAPMI/12.2014


tentang Peraturan dan Acara Arbitrase

D. PUTUSAN

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 513/PDT.G-ARB/2012/PN.JKT.PST

Putusan Kasasi Mahkamah Agung No. 169 K/Pdt.Sus-Arbt/2013

E. SUMBER LAINNYA

Achmad Zein Umar Purba, BAPMI dan Penyelesaian Sengketa Pasar Modal,
http://bapmi.go.id, tanggal 11 Agustus 2011, pkl. 13.25.

Bacelius Ruru, Penyelesaian Sengketa di Pasar Modal Melalui Mekanisme


Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, http://www.bapmi.org, tanggal 28
Oktober 2011, pkl. 14.00.

Dedi Harianto, Beberapa Faktor Penghambat Pelaksanaan Keputusan Arbitrase


Asing di Indonesia, http://repository.usu.ac.id, tanggal 11 Agustus 2011, pkl.
15.45.
Definisi Adjudikasi, http://www.bapmi.org, tanggal 19 April 2015, pkl. 16.00.

Definisi Arbitrase, http://www.bapmi.org, tanggal 21 April 2015, pkl. 01.00.

Definisi Layanan Adjudikasi, http://www.bapmi.org, tanggal 16 April 2015, pkl.


22.30.

Definisi Mediasi, http://www.bapmi.org, tanggal 16 April 2015, pkl. 01.50.

Definisi Pendapat Mengikat, http://www.bapmi.org, tanggal 16 April 2015, pkl.


01.00.

Dian Ihsan Siregar, Kasus Pasar Modal Sudah Minim Terjadi,


http://ekonomi.metronews.com, tanggal 6 Maret 2015, pkl. 20.50.

Didik J Rachbini, Analisis Ekonomi, Investasi dan Pasal 33,


http://suaramerdeka.com, tanggal 19 Oktober 2011, pkl. 15.23.

FAQ atas Peraturan OJK tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa


(LAPS) di Sektor Jasa Keuangan, http://www.ojk.go.id, tanggal 24 April
2015, pkl. 02.03.

Lingkup Layanan BAPMI, http://www.bapmi.org, tanggal 15 April 2015, pkl.


20.00.

Lingkup Jasa, http://www.bapmi.org, tanggal 29 Oktober 2011, pkl. 16.35.

Minim, Kasus Sengketa Pasar Modal yang Masuk ke BAPMI,


http://www.kabarbisnis.com, tanggal 28 Oktober 2011, pkl. 14.30.

Panitia Pembentukan Badan Pasar Modal Indonesia, Press Release No. PR


01/PPBAPMI/VII/02, http://bapmi.go.id, tanggal 16 September 2011, pkl.
11.22.

Pendanaan BAPMI, http://www.bapmi.org, tanggal 24 April pkl. 17.30.

Pendirian BAPMI, http://www.bapmi.org, tanggal 29 Oktober 2011, pkl. 16.30.

Rekapitulasi Sengketa, http://www.bmai.or.id, tanggal 24 April 2015, pkl. 17.00.

SIPF Indonesia, http://www.indonesiasipf.co.id, tanggal 5 Juli 2015, pkl. 13.00.

Anda mungkin juga menyukai