By Steven B. Schafersman
(Saduran oleh Subowo)
Critical thinking merupakan pokok bahasan yang penting dalam pendidikan modern.
Semua pendidik sangat tertarik dalam mengajar critical thinking kepada mahasiswanya.
Banyak pengajar dan instruktur perlu mendapatkan informasi tentang:
Strategi pengajaran ketrampilan critical thinking
Di mana critical thinking diajarkan?
Bagaimana mengidentifikasi wilayah dalam kuliah yang dapat disisipi
materi critical thinking?
Bagaimana mengembangkan soal-soal untuk menguji mahasiswa tentang
ketrampilan critical thinking?
Dalam pendidikan terjadi peristiwa kegiatan transfer tentang dua hal yang berbeda:
1) Materi/bahan ajar : What to think
2) Cara yang benar dalam memahami dan mengevaluasi bahan ajar: How to
think
Seringkali kita berhasil dalam transfer hal pertama, namun seringkali kita gagal dalam hal
kedua. Untuk mendapatkan kemampuan hal kedua diperlukan kemampuan yang disebut
critical thinking.
Mengapa sebagian besar dari kita, termasuk mahasiswanya, tidak pernah mengembang-
kan ketrampilan critical thinking?
1
Tujuan pendidikan:
1) Tujuan pendidikan pertama (what to think), terlalu dipusatkan kepada
transfer pengetahuan dan kemampuan memiliki pengetahuan dasar, sehingga
siswa hanya memiliki sisa waktu sedikit untuk hal-hal lain.
2) Tujuan pendidikan kedua (how to think) atau critical thinking hanya
merupakan bagian sangat kecil.
Pertimbangan
o Ilmu pengetahuan cepat berkembang
o Informasi semakin banyak
Para pengajar dan penulis buku ajar, percaya bahwa mereka harus mencari
cara untuk transfer informasi faktual sebanyak mungkin namun dalam waktu
yang tersedia.
o Buku ajar tumbuh makin besar
o Akibatnya kurikulum makin padat
o Mahasiswa diharapkan untuk mengingat-ingat dan belajar bahan ajar lebih
banyak lagi
o Memiliki fakta ilmiah dan informasi lebih didahulukan dari mempelajari
metode ilmiah dan konsep-konsep
o Tidak dapat dihindari lagi hal-hal mendasar yang mengikuti tugas-tugas
transfer metode investigasi yang benar, pemahaman dan evaluasi semua data
ilmiah, akan hilang dalam perjalanan. Padahal itu semua adalah critical
thinking.
Keadaan ini makin parah terjadi pada Pendidikan primer dan sekunder. Bahkan di
Amerika Serikat terjadi penurunan kemampuan siswa dalam matematika dan sains
dibandingkan dengan negara-negara industri lain. Bahkan siswa-siswa SMU berada pada
tingkat paling rendah di antara negara-negara industri dalam mata pelajaran matematika
dan sains. Hal ini berdampak pada terjadinya kelemahan dalam berpikir ilmiah dan
critical thinking pada pendidikan tinggi.
Nampak jelas apabila isi informasi dalam salah satu disiplin ilmu bertambah akan
memerlukan waktu lebih lama untuk belajar metode dalam memiliki, memahami dan
mengevaluasi informasi-informasi tersebut, bukan sebaliknya belajar informasi yang
diajarkan ditambah dengan sekian banyaknya informasi baru yang kini belum diketahui,
tetapi sudah pasti dikemudian hari akan diperlukan. Sejujurnya, merupakan hal yang
kontra-prouktif jika hanya mengingat-ingat dan mempelajari fakta-fakta baru yang
akhirnya fakta-fakta lain di kemudian hari akan menggeser fakta yang lama.
Kini buku-buku sains misalnya mempertajam critical thinking dan scientific
method. Mereka memusatkan pada pengajaran kepada siswa melalui cara yang
seharusnya, agar memperoleh pengetahuan baru yang lebih diandalkan, bukan lagi
memberikan fakta-fakta yang berlebihan. Kini dilakukan reformasi kurikulum dalam
sains.
Kesepakatan:
2
Orang berasumsi bahwa siswa yang masuk perguruan tinggi diharapkan telah
menguasai semua keterampilan dasar tentang critical thinking, karena mereka
sudah harus belajar pada saat pendidikan di tingkat dasar dan menengah.
Desakan pengajaran critical thinking sebenarnya berasal dari komunitas bisnis agar
masyarakat luas dapat menghadapi persaingan ekonomi global.
3
9. Critical thinking dapat dilukiskan sebagai metode ilmiah yang
diaplikasikan oleh orang-orang biasa kepada kehidupan normal di dunia,
karena dalam critical thinking berlangsung :
Identifikasi masalah
Perumusan hipotesis
Pengumpulan data yang relevan melalui pencarian
Pengujian dan evaluasi hipotesis
Penarikan kesimpulan secara handal dan logis dari
hasil uji hipotesis dan hasil.
10. Critical thinking adalah kemampuan berpikir secara mandiri dan handal
serta bertanggung jawab dalam membuat keputusan yang mengena pada
kehidupan seseorang.
11. Critical thinking merupakan penyelidikan/investigasi secara kritis.
Mereka yang berpikir kritis akan mengajukan pertanyaan, memberikan
jawaban baru yang menantang keadaan status quo, menemukan informasi baru
yang dapat dimanfaatkan untuk maksud baik maupun buruk, menanyai
pemegang otoritas dan kepercayaan tradisional, menantang doktrin dan dogma
yang diterima, dan seringkali berakhir dengan kepemilikan suatu kekuatan
lebih besar dari jumlah mereka dalam masyarakat
12. Critical thinking memiliki banyak komponen. Kehidupan dapat dilukiskan
sebagai rangkaian berbagai masalah yang berurutan yang setiap orang harus
selesaikan sendiri. Critical thinking tidak lain adalah ketrampilan
penyelesaian masalah (problem solving) yang menghasilkan suatu
pengetahuan yang terpercaya. Manusia secara tetap selalu memproses
informasi. Critical thinking merupakan praktek pemrosesan informasi
tersebut dengan penuh keterampilan, akurat, dan dengan cara yang tertib yang
mengarah kepada kesimpulan yang paling handal, logis, dan terpercaya.
Kesimpulan yang ditarik dapat dipakai untuk mengambil keputusan mengenai
kehidupan, perilaku seseorang, dan kegiatan dengan pengetahuan penuh
tentang asumsi dan konsekuensi dari keputusan tersebut.
4
Mampu membedakan secara logis antara kesimpulan yang benar dan yang
tidak benar
Menunda pertimbangan mengambil keputusan jika tanpa bukti lengkap
yang diperlukan.
Memahami perbedaan antara penguraian alasan dengan rasionalisasi.
Berupaya mengantisipasi konsekuensi yang mungkin timbul dari kegiatan-
kegiatan alternatif.
Mengerti ide tingkat-tingkat kepercayaan
Mampu melihat kesamaan dan analogi yang tidak tampak pada permukaan
Mampu belajar mandiri dan memiliki keinginan untuk bertindak
konsisten.
Mengaplikasikan teknik penyelesaian masalah di luar wilayah yang
dipelajari
Mampu membangun dari masalah-masalah informal yang disodorkan
menjadi sesuatu yang dapat diselesaikan melalui teknik formal, misalnya
matematika, untuk digunakan,.
Dapat mencuplik argument verbal tentang ketidak-relevansian untuk
diungkapkan dalam cara yang esensial
Menanyai seseorang tentang pandangannya dan berupaya mengerti baik
asumsi yang penting dalam pandangan tersebut, maupun implikasi-
implikasi pandangan tersebut.
Peka terhadap perbedaan antara validitas suatu kepercayaan dan intensitas
keterikatannya.
Perhatian terhadap fakta bahwa pemahaman seseorang selalu terbatas,
sering jauh lebih dari yang seharusnya terhadap seorang dengan sikap
yang tidak ingin tahu.
Mengenal kemungkinan kekeliruan pendapat seseorang, probabilitas
adanya bias dalam pendapat-pendapat tersebut, dan bahaya dalam
pembobotan bukti-bukti menurut pilihan personal.
5
pemikiran masalah kemanusiaan dan pengkajian sosial, tetapi hal yang sama dapat
diselesaikan dengan kuliah-kuliah matematika dan sains. Seyogyanya, kuliah-kuliah di
Universitas memberikan critical thinking kepada mahasiswa di samping substansi
disiplin ilmu yang diajarkan.
Ada gunanya jika ditanyakan mengapa metode ilmiah yang kini dikenal dalam samaran
critical thinking, begitu penting untuk pendidikan modern, sehingga beratus program
dalam ribuan sekolah di seluruh negeri (AS) yang sangat berharga bagi perorangan dalam
belajar dan mempraktekkannya. Alasannya yaitu karena metode ilmiah merupakan
metode yang paling kuat yang pernah diciptakan manusia dalam memperoleh
pengetahuan yang relevan dan handal atau dapat dipercaya. Sesungguhnya, hal tersebut
merupakan satu-satunya cara manusia dalam memperoleh pengetahuan yang terpercaya
(pengetahuan yang mempunyai probabilitas sangat tinggi). Nama lain untuk jenis
pengetahuan ini yaitu kepercayaan yang diyakini benar (kepercayaan yang mungkin
benar, karena diperoleh dan diyakini dengan metode yang dipercaya). Pemenang hadiah
Nobel Sir Peter Medawar mengklim:
In terms of fulfillment of declared intentions, science is incomparably the most
successful enterprise human beings have ever engaged upon.
Cara lain untuk menambah pengetahuan seperti mereka yang menggunakan wahyu,
otoritas, keinsyafan moral dan artistik, spekulasi filosofi, pikiran penuh harapan dan
keinginan dan jalan subyektif dan otoritas lain menurut sejarah telah menghasilkan
pengetahuan yang tidak relevan dan tidak terpercaya, dan kini tidak lebih baik. Tetapi
metode yang tidak ilmiah yang menemukan ilmu, walaupun dialami kegagalan yang
berulang dalam mendapatkan ilmu yang terpercaya, lebih popular daripada metode
ilmiah.
Banyak alasan tentang hal tersebut yang dapat dikemukakan, tetapi dua alasan yang
paling penting untuk melakukan cara yang tidak ilmiah, yaitu:
1) Lebih simpatik kepada sifat manusia yang emosional dan penuh harapan
2) Lebih mudah dipelajari dan dipraktekkan daripada metode ilmiah.
Tetapi selain alasan-alasan tersebut, nilai dan kekuatan dalam memiliki pengetahuan
terpercaya --- yang bertentangan dengan pengetahuan yang memuaskan sebagian besar
orang, yang biasanya bersifat tidak terpercaya, menyesatkan, tidak relevan, tidak akurat,
penuh keinginan dan harapan, intuitif dan spekulatif, --- telah menyebabkan pemerintah
modern, kalangan bisnis dan pendidikan mendudukkan upaya ilmiah dalam perhatian
tinggi dan menyebabkan para pemimpin tersebut mempromosikan pengajaran, metode
ilmiah dan manifestasinya yang popular sebagai critical thinking.
Manusia dikondisikan dari sejak lahir mengikuti tokoh-tokoh pimpinan dan dilarang
menanyakan tentang pernyataan para tokoh-tokoh tersebut. Guna mendorong
pengkondisian tersebut, para orang tua dan guru menggunakan berbagai teknik positif
maupun negatif. Sebagian besar orang yang telah dewasa akan terkondisi demikian. Hasil
pengkondisian demikian merupakan antitesis dari sikap investigasi ilmiah maupun
critical thinking.
Orang-orang mengalami pengurangan rasa keingintahuannya dan menurun
keterampilannya dalam melakukan penyelidikan secara independen dalam
menemukan pengetahuan terpercaya.
6
Orang yang berpikir kritis dapat memikirkan dirinya sendiri: mereka dapat
mengidentifikasi masalah-masalah, mengumpulkan informasi yang
relevan, menganalisis informasi dengan cara yang tepat dan sampai
kepada kesimpulan yang terpercaya oleh mereka sendiri, tanpa bergantung
pada orang lain untuk melakukannya guna kepentingan dirinya.
Sikap tersebut memang tujuan pendidikan sains. Critical thinking
membiarkan seseorang menghadapi dan mengerti tentang realitas obyektif
dengan memperoleh pengetahuan terpercaya tentang dunia. Selanjutnya
hal ini mendorong seseorang memperoleh kehidupan yang lebih baik,
mencapai keberhasilan dalam hidupnya, lebih baik dalam menyelesaikan
permasalahan hidup, dan mampu bermufakat dengan existensinya,
mortalitas dan alam semesta.
Seseorang akan lebih bahagia memiliki pengetahuan handal dan hidup
dalam kenyataan obyektif, daripada hidup dalam ketidaktahuan dan
kepercayaan palsu atau tidak bisa dipercaya. Ini merupakan alasan baik
untuk mengajarkan dan belajar critical thinking.
7
Tentu saja para pengajar diperbolehkan mengajarkan critical thinking secara
langsung kepada siswa selama pelajaran berlangsung. Tetapi hal ini tidak
dipersyaratkan atau dianjurkan. Tetaplah pada bahan ajar saudara, tetapi sajikan
masalah critical thinking ini dengan cara sedemikian rupa agar para siswa didorong
berpikir kritis tentang bahan pelajaran yang sedang disampaikan. Hal ini dilakukan
selama kuliah dengan menanyai para siswa dalam cara-cara yang mensyaratkan tidak
saja mereka dapat mengerti bahan pelajaran, tetapi juga dapat menganalisisnya dan
mengaplikasikannya dalam situasi baru.
2. Kegiatan Laboratorium
Dalam kegiatan praktikum kelas sains, para siswa tidak terhindar untuk berlatih
critical thinking. Hal ini disebabkan karena mereka sedang belajar metode ilmiah.
4. Latihan Kuantitatif
Latihan soal matematik dan masalah-masalah yang bersifat kuantitatif mengajarkan
keterampilan penyelesaian masalah yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari
hari. Hal ini jelas mendorong critical thinking.
5. Karya Tulis
Cara yang terbaik mengajarkan critical thinking, yaitu minta kepada siswa untuk
menulis. Kegiatan menulis akan memaksa siswa mengorganisasikan pikiran-pikiran
mereka, merenungkan judul tulisan, mengevaluasi data-data mereka melalui cara
logis, dan menyajikan kesimpulan mereka dengan cara memikat. Penulisan yang baik
merupakan ikhtisar critical thinking.
6. Ujian
Pertanyaan-pertanyaan dalam ujian dapat dibuat untuk meningkatkan critical
thinking. Cara ini lebih berarti daripada ujian yang berisi pertanyaan-pertanyaan
tentang kemampuan menghafal. Hal ini dapat ditrapkan pada ujian esai ataupun tes
obyektif.
Jika anda memutuskan menerima hal ini, hendaknya anda menggunakan satu atau lebih
strategi atau teknik dalam mengajarkan critical thinking dala 4 wilayah pembelajaran
(kuliah, PR, karya tulis dan Ujian).
8
nyata. Maka instruksi dalam kelas seperti: PR, karya tulis dan ujian harus
menitikberatkan keikutsertaan siswa secara intelektual dan secara aktif
Perkuliahan
Percepatan critical thinking dapat diselesaikan selama berlangsungnya perkuliahan
dengan cara setiap kali menghentikan kuliah dan minta pada mahasiswa untuk mencari
dan mengajukan pertanyaan yang cerdik tentang bahan kuliah yang baru saja
disampaikan, dan kemudian menunggu dalam waktu yang cukup untuk menanggapi
mereka. Janganlah segera menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Berilah cukup
waktu untuk mahasiswa berpikir dalam menjawab pertanyaan sebelum diajukan. Bila
guru secara konsisten menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, mahasiswa akan segera
menyadari hal ini dan tidak akan menanggapi.
Mempelajari nama-nama mahasiswa secepat mungkin dan menanyai mahasiswa
tertentu dengan menyebut namanya merupakan hal yang harus diperhatikan. Apabila
seseorang tidak dapat menjawab pertanyaan, dapat dibantu dengan menyederhanakan
pertanyaan, dan membimbing mereka melalui proses berpikir.
Bimbingan melalui proses berpikir ini dengan menanyakan data apa yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan, dan memberi saran bagaimana cara memanfaatkan data
tersebut dalam membuat jawaban untuk pertanyaan, dan kemudian menggunakan data
secara benar dalam menyusun jawaban.
Tentu saja anda boleh mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang merupakan
informasi faktual, misalnya tentang masalah-masalah yang baru saja diuraikan dalam
perkuliahan. Banyak mahasiswa mempunyai masalah mengenai pertanyaan-pertanyaan
faktual ini, karena mereka tidak menaruh perhatian dalam kelas selama kuliah
berlangsung. Mereka sebenarnya tidak pernah belajar bagaimana mendengarkan kuliah
dan mereka tidak tahu bagaimana cara membuat catatan tertulis maupun catatan dalam
hati. Atau mereka tidak mengerti bagaimana mereview catatan-catatan dari buku ajar
sebagai persiapan menghadapi ujian.
Tipe mendasar critical thinking yaitu mengerti bagaimana mendengarkan secara aktif
sebuah kuliah. Mengikuti perkuliahan bukanlah dengan cara mendengarkan secara pasif.
Banyak mahasiswa tidak mengerti bagaimana cara mengikuti kuliah dalam kelas, karena
mereka tidak pernah diajari hal tersebut dan mereka dapat memperoleh pengetahuan
tersebut melalui sistem pendidikan sampai situasi sekarang --- kelas anda --- tanpa perlu
mempraktekkannya. (saran dari Schafersman: ada buku baik untuk dibaca atau
disarankan kepada mahasiswa: How to Speak, How to Listen by Mortimer J Adler).
Mungkin bijak untuk mulai menanyai dengan jenis pertanyaan faktual, sehingga para
mahasiswa akan sadar jika mereka harus memperhatikan uraian dalam kuliah. Tetapi
tujuan critical thinking mensyaratkan bahwa akhirnya anda mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang menuntut mahasiswa berpikir tentang jenis argumen yang melibatkan
sebab-akibat atau premis dan kesimpulan. Hal ini memaksa mereka menggunakan alasan
yang berasal dari data atau informasi yang sekarang mereka miliki dari uraian kuliah
yang sedang berlangung untuk mencapai kesimpulan baru atau memahami tentang pokok
bahasan yang sedang diuraikan pengajar.
Contoh dalam kuliah ilmu kimia, sesudah disajikan informasi tentang reaksi kimia,
anda dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiswa untuk menjelaskan
reaksi kimia yang mereka alami setiap hari dengan campuran bahan-bahan kimia di
9
tempat umum. Tanyakan misalnya agar mereka menjelaskan jenis reaksi yang terjadi
(oksidasi, reduksi, dan sebagainya) dengan bantuan pengetahuan mereka tentang bahan
reaktan dan pengetahuan baru tentang reaksi kimia.
Sesudah pekuliahan selesai, sebelum waktu usai, mintalah kepada mahasiswa menulis
sejenak tentang hal-hal yang paling penting dalam pembelajaran dalam kelas tersebut,
dan tidak kalah pentingnya menulis mengenai satu hal yang mereka masih rancu. Dr.
Huston mengatakan bahwa saran ini merupakan latihan critical thinking yang penting
yang dapat kita lakukan. Para guru akan mendapatkan segera umpan balik mengenai hal-
hal yang masih perlu mereka pahami. Secara teknis, cara ini dinamakan classroom
research atau classromm assessment. Menurut Dr. Huston latihan tersebut juga
meningkatkan keterampilan menulis para mahasiswa.
Saran-saran Dr. Huston tentu saja akan meningkatkan critical thinking. Dalam kelas,
mahasiswa didorong mengajukan pertanyaan-pertanyan. Tanggapilah selalu secra positif
pertanyaan-pertanyaan tersebut, janganlah sekali-kali ditepiskan penanyanya. Sebaliknya
hargailah penanya tersebut (misalnya dengan menjawab: Pertanyaan bagus.atau Saya
bertaruh bahwa kamu ingin mengetahui hal itu.). Pertanyaan dari mahasiswa
menunjukkan bahwa mereka kritis tentang bahan yang diuraikan guru; doronglah pikiran
tersebut!
Selama kuliah hendaknya disertakan informasi historis dan filosofis tentang matematik
dan sains, yang membuat mahasiswa mengerti bahwa semua pengetahuan ilmiah dan
matematik telah dipeoleh oleh seorang yang mempraktekkan critical thinking pada masa
lalu. Pengetahuan tersebut kadang-kadang diperoleh dengan tindakan penuh keberanian
atau pekerjaan dengan ketekunan yang penuh dengan kesengsaraan dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan yang tampaknya mungkin tidak dapat diatasi.
10
Kegiatan Laboratorium
Banyak kuliah-kuliah sains mempunyai laboratorium yang berkaitan. Latihan-latihan
dalam laboratorium sains yang semuanya merupakan pembelajaran critical thinking yang
sangat baik. Alasannya sudah jelas. Di sini para mahasiswa mempelajari metode ilmiah
secara nyata dipraktekkan. Metode pembelajaran critical thinking sangatlah terang dan
jelas sehingga tampak aneh jika critical thinking tidak lebih ditingkatkan pada
pendidikan primer dan sekunder yang dengan sederhana dimulai dari Kelas I dengan
instruksi sains dan meminta siswa lebih banyak belajar sains. Anda akan harus
memutuskan sendiri, mengapa hal tersebut tidak dikerjakan. Kiranya cukuplah uraian
pada bahasan ini.
11
Penulis tersebut menyatakan:
The ultimate goal of these exercises is to improve students ability to compose a
concise, logically, persuasive line of reasoning about why a claim should be
either conditionally accepted or not accepted.
Latihan Kuantitatif
Penyelesaian masalah adalah critical thinking, maka kuliah-kuliah seperti matematika,
kimia, fisika, yang mensyaratkan penyelesaian masalah-masalah matematika dengan
sendirinya mengajarkan critical thinking pada keadaan tertentu dengan hanya mengikuti
kurikulum tradisional. Jika mahasiswa diminta untuk menyelesaikan masalah
matematika, mereka mengerti atau tanpa mengerti mempraktekkan critical thinking.
Masalah-masalah matematika, ilmu kimia dan fisika tentu saja tergolong hanya sebagian
dari critical thinking, tetapi bagian kecil tersebut justru merupakan hal yang penting.
Sesungguhnya semua kuliah-kuliah sains, termasuk --- kuliah yang secara tradisi tidak
memerlukan keterampilan penyelesaian masalah pada tingkat pengantar, seperti biologi,
geologi, oseanografi, astronomi dan ilmu lingkungan hidup --- seharunya mulai
menyisipkan beberapa masalah matematika dalam kurikulum. Menanyai mahasiswa
untuk menyelesaikan masalah dalam sains menjadikan mereka berpikir tentang alam dan
realitas dalam skala empiris dan kuantitatif, yang merupakan komponen kunci critical
thinking.
Tetapi satu hal, telah dibuat oleh Guru Besar matematika, Robert H. DeVore. Dia
menyatakan: janganlah membuat kesalahan dalam mempercayai bahwa mengajar
manipulasi matematik saja akan membimbing kearah critical thinking. Banyak masalah-
masalah aljabar dan matematika dan latihan-latihan akan memberi mahasiswa suatu
kemudahan dalam memanipulasi angka-angka, tetapi tidak akan critical thinking. Dr.
DeVore percaya bahwa masalah kata-kata matematik, yang meminta pada mahasiswa
untuk mendekati dunia empiris dari titik pandang numerik atau kuantittif merupakan hal
esensial dalam mempercepat critical thinking. Sesungguhnya dia merasa bahwa siswa
matematika yang tidak cenderung mengambil kuliah-kuliah matematika peringkat lebih
tinggi sangat mungkin perlu dididik dalam konteks masalah kata-kata. Jelaslah
mahasiswa yang diberi masalah matematika diminta menyelesaikanya dalam sains, pada
dasarnya terus bekerja pada masalah kata, sehingga masalahnya dengan sendirinya
terletak di sini.
12