II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
2.1.2 Morfologi
banyak dan memiliki tinggi 0,3-1,5 meter. Daun kemangi memiliki ciri-ciri yaitu
merupakan daun tunggal, berbentuk bulat telur, ujung runcing, pangkal tumpul,
pertulangan menyirip, panjang 14-16 mm, lebar 3-6 mm, memiliki tangkai daun yang
panjang (sekitar 1 cm), dan bewarna hijau (Heyne, 1987). Bunga : susunan majemuk
berkarang atau tandan, terminal, dan panjangnya 2,5-14 cm, bunga muncul di ujung
batang, mempunyai daun berbentuk elip, bagian atas bunga berbulu pendek dan kasar,
berbulu. Kelopak: lima, berlekatan berbentuk bibir, satu membentuk bibir atas, bentuk
bulat telur 2-3,5 mm, satu bibir bawah membentuk empat gigi, sisi luar berambut
5
kelenjar, ungu atau hijau. Mahkota: berbibir tiga bibir atas dua bibir bawah, panjang
Tanaman kemangi memiliki lebih dari 30 spesies dan berasal dari negara Asia,
Afrika, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan tetapi pusat keragaman aslinya berasal
dari Afrika (Paton, 1992). Tanaman kemangi dapat tumbuh di daerah tropis maupun
Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai sayuran (Siemonsma and Piluek, 1994
Daun kemangi yang memiliki bau khas dan berwarna hijau ini memiliki kadar
-thujene, -guaiene, -gurjunene, methyl chavicol dan linalool (Kadian and Parle,
2012). Kandungan minyak atsiri di dalam daun kemangi yang diduga sebagai
antifungi adalah methyl chavicol dan linalool yang bereaksi dengan membran sel dan
senyawa golongan fenol yang juga mempunyai efek sebagai antiseptik (Kadian and
Parle, 2012).
2.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi Saprolegnia sp. menurut Bruno and Woo (1999) sebagai berikut :
Kingdom : Protoctista
Divisi : Oomycota
Filum : Heterokonta
Kelas : Oomycetes
Ordo : Saprolegniales
Family : Saprolegniaceae
Genus : Saprolegnia
Spesies : Saprolegnia sp.
7
Jamur Saprolegnia sp. merupakan genus jamur yang termasuk dalam kelas
Oomycetes, multiseluller dan tidak mengandung klorofil. Ciri Saprolegnia sp. yaitu
koloni berwarna putih, zoospora primer tidak encyst sehingga dengan pengamatan
visual tidak terdapat bintik hitam pada ujung hifa. Pengamatan mikroskopis
menunjukkan bahwa Saprolegnia sp. memiliki hifa yang lebih besar dibanding
(Nuryati, 2008). Selain itu hifa pada jamur Saprolegnia sp. tidak mempunyai sekat
pemisah (septa), tetapi bercabang banyak menjadi miselium, inilah yang menyerang
jaringan ikan. Makanan dari jamur Saprolegnia sp. adalah jaringan yang sudah mati.
Jamur Saprolegnia sp. juga memakan jaringan yang terbuka dan busuk yang
disebabkan oleh infeksi bakteri. Hal ini umumnya terjadi pada kepala, insang dan
Jamur Saprolegnia sp. adalah jamur air tawar dan memerlukan air untuk
tumbuh dan bereproduksi. Saprolegnia sp. juga disebut juga dengan jamur "air
dingin" karena menyebar di air dingin. Sebagian besar ditemukan di air tawar, namun
jamur ini juga toleran dengan air payau sehingga ditemukan juga hidup di air payau.
(Durborow et al, 2003). Saprolegnia sp. mempunyai toleransi suhu yang cukup luas
seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual yang meliputi produksi hifa nonsepta yang
utama dalam waktu singkat. Dalam beberapa menit, zoospore ini akan melakukan
encyst dan melepaskan zoospora sekunder. Proses ini diulang beberapa kali (Falk et
al, 2007).
bersatu untuk fertilisasi menghasilkan oospora. Saprolegnia sp. akan terus melakukan
encyst dan melepaskan spora-spora baru didalam proses yang disebut dengan
ditemukan, maka hifa yang menutupi spora akan masuk kedalam substrat tersebut
9
sehingga fase reproduksi seksualnya dapat dimulai. Zoospora sekunder lebih motil
untuk jangka waktu lebih lama (Gupta, 1981). Menurut Bruno and Woo (1999)
zoospore sekunder adalah fase penting dalam siklus hidup Saprolegnia sp. yang
dianggap sebagai patogen sekunder (Whisler, 1996). Tanda-tanda klinis yaitu terdapat
koloni berupa benang-benang putih seperti kapas di sekitar permukaan kulit yang
terinfeksi dan di sekitar daerah infeksi terdapat lingkaran merah yang menunjukkan
pada kepala atau sirip dan dapat tersebar di seluruh permukaan tubuh. Lesi pada
awalnya kecil dan melingkar dan dapat menjadi ulseratif dengan penetrasi melalui
kulit dan masuk ke jaringan otot, kemudian ikan dapat hampir sepenuhnya ditutupi
oleh miselium yang disebakan oleh spora sekunder. Ikan menjadi semakin lemah dan