BAB I
PENDAHULUAN
c) C (Control)
Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah obat sangat banyak,
yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka pengendalian pada tingkat ini tidak
begitu berat. Persentase kumulatifnya antara 95%-100% (Quick, 1997).
BAB II
ISI
3) Standar pengobatan
Jenis obat yang termasuk kategori A (dalam analisis ABC) adalah benar-benar
yangdiperlukan untuk menanggulangi penyakit terbanyak dan obat tersebut statusnya harus E
dan sebagain V (dari analisa VEN). Sebaliknya jenis obat dengan status N harusnyamasuk
dalam kategori C (Maimun, 2008).
Digunakan untuk menetapkan prioritas pengadaan obat dimana anggaran yang adatidak
sesuai kebutuhan.
Metode gabungan ini digunakan untuk melakukan pengurangan obat. Mekanismenya adalah
sebagai berikut:
1) Obat yang masuk kategori NC menjadi prioritas pertama untuk dikurangi ataudihilangkan
dari rencana kebutuhan, bila dana masih kurang, maka obat kategori NB menjadi prioritas
selanjutnya dan xobat yang masuk kategori NA menjadi prioritas berikutnya. Jika setelah
dilakukan dengan pendekatan ini dana yangtersedia masih juga kurang lakukan langkah
selanjutnya.
2) Pendekatan sama dengan pada saat pengurangan obat pada kriteria NC, NB, NAdimulai
dengan pengurangan obat kategori EC, EB dan EA (Maimun, 2008).
V E N
A VA (9) EA (6) NA (3)
B VB (8) EB (5) NB (2)
C VC (7) EC (4) NC (1)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi dengan Analisis
ABC dan Reorder point terhadap Nilai Persediaan dan Turn Over Ratio di Instalasi Farmasi RS Darul
Istiqomah Kaliwungu Kendal (Tesis). Universitas Diponegoro. Semarang.
Quick dkk, J.D., Hume, M.L., Rankin, J.R.,OConnor, R.W., 1997, Managing Drug Supply, Management Sciences
for Health, 7th printing, Boston, Massachussets.