Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat menjadi
keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung menjadi
teratur.

Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami
asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi,
sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu
BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah
(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital.

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian
BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan
kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan kematian BBL karena asfiksia,
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali
menolong persalinan.

Makalah ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan pada:
menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi, tindakan resusitasi,
asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi. Langkah-
langkah dalam Manajemen Asfisia pada makalah ini ditujukan kepada bidan yang pada
umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.

1.2 Tujuan

1. Demonstrasi menyiapkan resusitasi BBL

2. Menilai dan memutuskan resusitasi BBL

3. Demonstrasi resusitasi BBL pada model

4. Menjelaskan asuhan bayi pasca resusitasi

5. Menjelaskan asuhan bayi pasca lahir

6. Menjelaskan langkah pencegahan infeksi pada resusitasi BBL


BAB II

PEMBAHASAN

2.11 Pengertian Resusitasi

Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).

Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus
Kedokteran, Edisi 2000).

Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran
seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang
berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).

Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah menghidupkan
kembali, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua
komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL).
Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.

2.2 Tujuan Resusitasi

1. Memberikan ventilasi yang adekuat

2. Membatasi kerusakan serebi

3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat alat vital lainnya

4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

2.3 Tanda-tanda Resusitasi Perlu Dilakukan

1. Pernafasan

Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan
tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1
menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika
pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50 x/menit dan menangis, kita
melangkah ke penilaian selanjutnya.

2. Denyut jantung frekuensi

Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak
teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah
dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung
selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:

1. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit.

2. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).

3. Warna Kulit

Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen
tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena
suhu ruang bersalin yang dingin.

2.4 Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi

1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke
posterior.

2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat
anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya

3. Kerusakan neurologis.

4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan /
atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan /
sirkulasi.

5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan


Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat,
bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

2.5 Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir


Bidan harus siap melakukan resusitasi BBL pada setiap menolong persalinan. Tanpa persiapan
kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga. Walau hanya beberapa menit bila BBL tidak
segera bernapas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal. Persiapan yang
diperlukan adalah persiapan keluarga, tempat, alat untuk resusitasi dan persiapan diri (bidan).

2.5.1 Persiapan Keluarga

Sebelum menolong persalina, bicarakan dengan keluarga mengenai kemunginan-kemungkinan


yang terjadi pada ibu dan bayinya dan persiapan persalinan.

2.5.2 Persiapan Tempat Resusitasi

Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi:

Gunakan ruangan yang hangat dan terang.

Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja,
dipan atau di atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin
(jendela atau pintu yang terbuka).

Keterangan:

Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.

Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.

Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan
lampu menjelang persalinan.

2.5.3 Persiapan Alat Resusitasi

Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-
alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:

Kain ke-1: untuk mengeringkan bayi

Kain ke-2: untuk menyelimuti bayi

Kain ke-3: untuk ganjal bahu bayi

Alat penghisap DeLee atau bola karet

Tabung dan Sungkup/Balon dan Sungkup

Kota Alat resusitasi


Sarung Tangan

Jam atau pencatat waktu

Keterangan:

Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan
misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.

Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bias dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk
ecil), digulung setinggi 3cm dan bias disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar
sedikit tengadah.

Alat Penghisap Lendir DeLee

Bola Karet

Tabung dan Sungkup

Balon dan Sungkup

Bagian-Bagian Balon dan Sungkup:

1. Pintu masuk udara & tempat memasang reservar O2

2. Pintu masuk O2

3. Pintu keluar O2

4. Susunan katup

5. Reservoir O2

6. Katup pelepas tekanan (pop-off valve)

7. Tempat memasang manometer (bagian ini mungkin tidak ada)

Keterangan:

Alat penghisap lender DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lender husus
untuk BBL

Tabung dan sungup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam eadaan terpasang dan steril.
Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lender DeLee dalam keadaan steril,
disimpan dalam kotak alat resusitasi.

Cara menyiapkan:

Kain ke-1:

Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera lahir.
Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut ibu, sebelum
persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini
dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.

Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan did eat perineum ibu sampai talipusat telah
diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan tindakan resusitasi.

Kain ke-2:

Fungsi kain ke-2 adalah untu menyelimutiBBL, agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain e-
1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Ain ke-2 ini diletakkan di atas tempat
resusitasi, digelar menutupi permukaan yang rata.

Kain ke-3:

Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Ain digulung setebal kira-kira 3cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.

Alat Resusitasi:

Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender DeLee dan alat resusitasi tabung/balon dan
sungkup diletakkan deat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah diambil sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.

Sarung tangan

Jam atau pencatat waktu

2.5.4 Persiapan diri

Lindungi dari kemungkinan infeksi dengan cara:

Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, masker, penutup kepala,
kaca mata, sepatu tertutup).

Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.


Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau dengan campuran alcohol dan gliserin.

Eringkan dengan kain/tisu bersih.

Selanjutnya gunakan sarung tangan sebelum menolong persalinan.

2.6 Keputusan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan
tindakan resusitasi.

Sebelum bayi lahir:

Apakah kehamilan cukup bulan?

Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah:

Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur


mekonium (warna kehijauan)?

Segera setelah bayi lahir (jika bayi cukup bulan):

PENILAIAN Menilai apakah bayi menangis atau bernapas/megap-


megap?

Menilai apakah tonus otot baik?

Memutuskan bayi perlu resusitasi jika:

Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-


megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi tidak
baik.
KEPUTUSAN
Air ketuban bercampur mekonium.

Mulai lakukan resusitasi segera jika:

Bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-


megap/tidak bernapas dan atau tonus otot bayi
tidak baik:

Lakukan Tindakan Resusitasi BBL.

TINDAKAN Air ketuban bercampur mekonium:

Lakukan resusitasi sesuai dengan indikasinya.

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah lahir,
sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian
cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu
resusitasi.

2.7 Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir

Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus
segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang
kering. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.

Pemotongan Tali Pusat:

1. Pola di atas perut ibu

Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain yang ada di perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah (sedikit ekstensi), lalu selimuti dengan kain, dibuka bagian dada dan
perut dan potong tali pusat. Tali pusattidak usah diikat dahulu, tidak dibubuhkan apapun dan
tidak dibungkus.

1. Pola dekat perineum ibu

Bila tali pusat sangatpendek sehingga cara a) tidak memungkinkan, letakkan bayi baru lahir yang
telah dinilai di atas kain bersih dan kering pada tempat yang telah disiapkan dekat perineum ibu,
kemudian segera klem dan potong tali pusat (tanpa diikat0, jangan bubuh apapun dan tidak
dibungkus. Selanjutnya dipindahkan bayi ke atas kain kira-kira 45cm di atas perineum ibu.

2.7.1 Tindakan Resusitasi Bayi Baru Lahir

Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan atau
tonus otot tidak baik:

Sambil memulai langkah awal:

Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.

TAHAP 1: LANGKAH AWAL

Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah
awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut
meliputi:

1. Jaga bayi tetap hangat

Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu.

Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.

Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat.

Jaga bayi tetap diselimuti dan di bawah pemancar panas.

2. Atur posisi bayi

Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong

Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga
kepala sedikit ekstensi.

3. Isap lendir

Gunakan alat penghisap lender Delee dengan cara sbb;

Isap lender mulai dari mulut dulu, kemudian dari hidung.

Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.

Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau
lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi
lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.

Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb;

Tekan bola di luar mulut.

Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap).
Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.

4. Keringkan dan rangsang bayi

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.

Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini:

o Menepuk/menyentil telapak kaki atau

o Menggosok punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan

5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi

Ganti kain yang telah basah dengan kain kering di bawahnya.

Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bias
memantau pernapasan bayi.

Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit ekstensi.

Lakukan penilaian bayi.

Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.

o Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.

o Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

TAHAP II: VENTILASI

Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untu memasukkan sejumlah volume udara ke dalam
paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bias bernapas spontan dan
teratur.

Langkah-langkah:

1. Pemasangan sungkup

Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.

2. Ventilasi 2 kali

Lakukan tiupan / pemompaan dengan tekanan 30 cm Air


Tiupan awal tabung-sungkup / pemompaan awal balon-sungkup sangat penting untuk membuka
alveoli paru agar bayi bias mulai bernapas dan menguji apakah jalan napas bayi terbuka.

Lihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan / pemompaan perhatikan apakah dada bayi mengembang,

Bila tidak mengembang

o Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.

o Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu.

o Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan pengisapan.

o Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan
sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan 20cm air sampai bayi mulai
menangis dan bernapas spontan.

Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ulang napas.

Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.

Lihat dada apakah dada retraksi dinding dada bawah

Hitung frekuensi napas per menit

Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:

Jangan ventilasi lagi

Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL

Pantau setiap 15 menit untuk pernapasan dan kehangatan

Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membalik jangan
tinggalkan bayi sendiri

Lanjutkan asuhan pasca resusitasi


Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, lanjutkan ventilasi.

4. Ventilasi, setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas

Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan tekanan 20cm air)

Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak
bernapas atau megap-megap:

Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi.

Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.

5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.

Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa

Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan

Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan

Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan

6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tisak teraba, lanjutkan
ventilasi selama 10 menit.

Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba,
jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan Bayi yang
mengalami asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI

Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang merupaan perawatan intensif
selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan
pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan yang diberian sesuai dengan hasil resusitasi
yaitu:

Jika Resusitasi berhasil

Jika Perlu Rujukan


Jika Resusitasi Tidak Berhasil

2.7.2 Tindakan Resusitasi BBL Jika Air Ketuban Bercampur Mekonium

Apakah mekonium itu?

Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau
kehitaman.

Kapan mekonium dikeluarkan?

Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-24 jam pertama).
Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air
ketuban sehingga cairan ketuban berwarna kehijauan. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34
minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala,
monitor bayi dengan seksama karena ini merupakan tanda bahaya.

Apakah yang menyebabkan janin mengeluarkan mekonium sebelum persalinan?

Tidak selalu jelas kenapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang terjadi
hipoksia/gawat janin yang dapat meningkatkan gerakan usus dan relaksasi otot anus sehingga
janin mengeluarkan mekonium. Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin seringkali memiliki
cairan ketuban dengan pewarnaan mekonium (warna kehijauan), misalnya bayi kecil untuk masa
kehamilan (kMK) atau bayi post matur.

Apakah bahaya air ketuban bercampur mekonium warna kehijauan?

Mekonium dapat masuk ke dalam paru bayi selama di dalam rahim atau bayi mulai bernapas
karena dilahirkan. Tersedak mekonium dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.

Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan)?

Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium. Langkah-
langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama
dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:

Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis / bernapas normal /
megap-megap / tidak bernapas?

Jika menangis / bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal/

Jika megap-megap atau tidak bernapas, bua mulut lebar, usap mulut dan isap lender,
ptong tali pusat dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi apapun, dilanjutan dengan
langkah awal.
Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air
ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bias tersedak (aspirasi).

2.8 Asuhan Pascaresusitasi

Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan baik kepada
BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan
BBL dan konseling.

Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap
pertanyaan yang diajukan.

Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan BBL setelah menerima tindakan resusitasi dan
dilakukan pada keadaan:

Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi.

Resusitasi belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit
belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya
memburuk.

Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas
dan detak jantung 0.

2.9 Asuhan Pasca Lahir (Usia 2-24 jam Setelah Lahir)

Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah (kunjungan BBL/Neonatus).
Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam
pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.

Untuk asuhan PASCA LAHIR setelah 24 jam, gunakanlah algoritma Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM).

Algoritma MTBM untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan
pengobatan serta tindak lanjut.catat seluruh langkah ke dalam formulir tata laksana bayi muda.

o Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.

o Bila klasifikasi kuning, bayi harus dikunjungi kembali dalam 2 hari.

o Bila klasifikasi hijau, berikan nasihat untuk perawatan BBL di rumah.

Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL
dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah.
2.10 Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi menurut Jenis Alat Resusitasi:

Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam resusitasi
dan cara pencegahan infeksinya:

Meja resusitasi:

Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air, dikeringkan
dengan udara/angin.

Tabung resusitasi

Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2 minggu, atau
setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi
kalau alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi Tabung/Balon Resusitasi
dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan
pencegahan infeksi.

Sungkup silicon dan katup karet: dapat di rebus.

Alat penghisap yang dipakai ulang:

Lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi (dekontaminasi, pencucian dan DTT)

Kain dan selimut:

Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/ udara atau sinar
matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat menjadi
keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung menjdi teratur

Penilaian awal terhadap bayi untuk dilakukan resusitasi adalah :

Bayi tidak cukup bulan

Bayi megap-megap/tidak bernapas


Tonus otot bayi tidak baik.

Air ketuban bercampur mekonium.

Langkah-langkah resusitasi, yaitu:

TAHAP 1: LANGKAH AWAL

1. Jaga bayi tetap hangat;

2. Atur posisi bayi

3. Isap lendir

4. Keringkan dan rangsang bayi

5. Atur kembali posisi kepalabayi dan selimuti bayi

TAHAP II: VENTILASI

1. Pemasangan sungkup

2. Ventilasi 2 kali

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

4. Ventilasi setiap 30 detik hentian dan lakukan penilaian ulang napas

5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi

6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi

TAHAP III: ASUHAN PASCARESUSITASI

Jika Resusitasi Tidak Berhasil

Jika Resusitasi berhasil

Jika Perlu Rujukan

Contoh SOP Kebidanan


1. NAMA PEKERJAAN : Pemeriksaan ANC
2. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas KIA dalam pelaksanaan pelayanan pemeriksaan Ibu
hamil ( ANC ).

3. SASARAN :
Petugas KIA dalam mempersiapkan alat / sarana untuk memberikan pelayanan
pemeriksaan Ibu hamil.

4. URAIAN UMUM :
Persiapan ruangan dan alat lengkap, alat pemeriksaan (timbangan, ukuran panggul, tensi
dan alat suntik ).
Persiapan Vaksin TT dalam cold chain, tablet Fe dan Vitamin.
Pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan.
Penyuluhan.
Pencatatan / rujukan.

5. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima kunjungan ibu hamil di Ruang KIA setelah mendaftar di loket
pendaftaran.
b. Petugas melakukan Anamnesa :
Menanyakan Identitas.
Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu.
Menanyakan riwayat menstruasi.
Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi.
Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga.
Menanyakan keluhan pasien.
Mempersilahkan Ibu hamil ke Laboratorium untuk periksa Hb dan golongan darah
( untuk Bumil dengan K1 ), pemeriksaan Hb diulang pada umur kehamilan trimester III,
serta pemeriksaan laboratorium lainnya ( seperti protein urin, reduksi urin ) atas indikasi.
c. Petugas melakukan pemeriksaan :
Tinggi Badan, Berat Badan, LLA, Tekanan darah.
Petugas melakukan Inspeksi kepada pasien.
Mengukur ukuran panggul ( bila ada indikasi : TB < 145 cm ).
Memeriksa TFU, posisi janin, presentasi janin.
Pemeriksaan DJJ.
d.Petugas memberikan Imunisasi TT1 sambil memberitahukan ulangan TT2 yang akan
datang.
e.Petugas memberikan penyuluhan ( gizi bumil, Hygiene perorangan, perawatan
payudara selama kehamilan, pentingnya periksakan kehamilan secara rutin sesuai umur
kehamilan ), pesan supaya pada saatnya nanti melahirkan di tenaga kesehatan.
f. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort Hamil.
g. Petugas menulis resep ( Kalsium Laktat, Fe, Vitamin ).
h.Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan rujuk ke RSU / dokter
spesialis serta melakukan kunjungan rumah pasien ( perkesmas ).
i. Petugas merujuk ke Ruang Pengobatan / Gilut pada pemeriksaan pertama ( K1 ) atau
bila ada indikasi.
j. Petugas mencatat ke kohort ibu sesuai Kartu Ibu.

Standar Operasional Prosedur Postpartum

PERAWATAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PADA IBU MASA NIFAS / POSTPARTUM
Perawatan Masa Nifas
A. Pengertian
Periode post partum ( puerperium ) atau juga sering disebut masa nifas adalah masa sejak
ibu melahirkan bayi ( bayi lahir ) sampai 6 minggu ( 42 hari ) kemudian. Kadang juga disebut
masa trimester IV ( Piliteri, 1998 ).
B. Implikasi Keperawatan
Pada masa nifas terjadi perubahan dalam hal fisik dan psikologis ibu berkaitan dengan
perubahan kondisi dari hamil, melahirkan dan adanya bayi yang baru sebagai anggota keluarga.
Kondisi akan sangat kompleks bila terjadi perubahan yang tidak diinginkan, misalnya tindakan
bantuan pertolongan persalinan dengan alat, operasi, kematian/kecacatan bayi, kelahiran anak
pertama, kelahiran yang tidak diinginkan dsb. Kondisi ini menuntut peran perawat yang
komprehensif untuk membantu dan menfasilitasi adaptasi ibu pada masa nifas, proses
pengembalian fungsi (involusi uterus dan vagina, serta organ reproduksi lain) secara retrogresif
sekaligus perawatan bayi secara menyeluruh. Jadi dalam masa nifas ada dua aspek yang harus
diperhatikan perawat yaitu ibu (keluarga) dan bayi.
C. Perubahan Fisiologis
Selama masa nifas ibu akan mengalami beberapa perubahan dalam tubuhnya sebagai berikut ;
a) Rahim : secara berangsur-angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum
hamil
b) Luka-luka pada jalan lahir akan sembuh dalam 6-7 hari bila tidak disertai infeksi
c) Rasa mules yang disebabkan oleh kontraksi rahim,biasanya berlangsung 2-3 hari setelah
persalinan
d) Keluarnya cairan yang berasal dari jalan lahir: Pada 2 hari setelah persalinan akan keluar cairan
yang berupa darah segar yang berwarna merah dan sisa air ketuban (lochea rubra). Pada hari ke
3-7 cairan akan berwarna merah kekuningan (lochea serosa) berisi darah dan lendir. Pada hari ke
7-14 cairan akan berwarna kuning dan tidak ada darah lagi. Setelah 2 minggu cairan berwarna
bening. Apabila selama masa tersebut dijumpai cairan nanah berbau busuk berarti terjadi infeksi.
e) Ibu memulai tugas baru yaitu menyususi bayi
f) Ibu mulai menstruasi kembali.
D. Komplikasi Masa Nifas
a) Perdarahan
b) Infeksi
c) Gangguan psikologis : depresi
d) Gangguan involusi uterus
E. Penatalaksanaan
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit, terutama
pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti
suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan
profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, antibiotik untuk mencegah infeksi.
F. Diagnosa Keperawatan
A. Pada Ibu
a. Nyeri berhubungan dengan trauma jalan lahir, episiotomy
b. Resiko infeksi berhubungan dengan episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan
c. Cemas berhubungan dengan peran baru, kesulitan menyusui
d. PK: perdarahan
e. Perubahan peran keluarga
f. Perubahan pola seksualitas
g. Kurang pengetahuan
B. Pada Bayi
a. Tidak efektifnya proses menyusu
b. Resiko infeksi
c. Resiko/actual bersihan jalan napas tidak efektif
d. Resiko/actual hypotermi
e. PK; distress pernapasan
G. Tujuan Perawatan Masa Nifas
1) Menjaga ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2) Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan KB.
H. Program Perencanaan dan Pelaksanaan
Kjg Waktu Tujuan
n
1 6-8 Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
jam Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila
post perdarahan berlanjut.
partum Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
2 6 hari Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
post di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
partum Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
minggu
post
partum
4 6 Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu
minggu maupun pada bayinya.
post Menberikan konseling untuk KB
partum

I. Tindakan Pada Ibu Nifas Normal


TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN
1. Kebersihan Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang
diri bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
2 kali dalam sehari.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan
Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya.
3.Latihan Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik
otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu
ke dada tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak
5 kali.
4. Gizi Ibu menyusui harus:
Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
Diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang
cukup.
Minum sedikitnya 3 liter / hari
Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
5.Perawatan Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Payudara Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.
Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 6
jam.
Apabila payudara bengkak lakukan:
a. Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5 menit
b. Urut payudara ( seperti Breast Care).
c. Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
d. Susukan bayi setiap 2 3 jam sekali
e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
perkawinan merah berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 2 jarinya
atau Rumah ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tangga Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
hubungan seksual setelah 40 hari.
7. Keluarga KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
Berencana tentang KB adalah sebagai berikut:
Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
Kelebihan dan keuntungan KB
Efek samping
Bagaimana memakai metode yang benar
Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Nifas/Postpartum
Prosedur tetap Pemeriksaan fisik pada ibu nifas
No dokumen: No revisi: Halaman:

.. ..
Pengertian Pemeriksaan fisik pada ibu pasca persalinan.
Tujuan Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
Indikasi Ibu pasca persalinan, mulai dari 24 jam pertama hingga 6 minggu.
Persiapan alat a. Tensi
b. Stetoskop
c. Sarung tangan (handscoon)
d. Kom berisi kapas sublimat dan air DTT
e. Bengkok
f. Larutan chlorine 0,5%
Persiapan pasien Menyapa klien dengan ramah
Memposisikan pasien dengan baik
Menutup ruangan/menjaga privasi klien.
Prosedur 1. Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscoon.
2. Melakukan infrome consent
3. Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
4. Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva
pucat/tidak, sclera ikterus/tidak, muka udema/tidak.

5. Melakukan pemeriksaan payudara:


Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas kepala,
kemudian palpasi payudara kiri secara sistematis sampai ke ketiak,
raba adanya masa, benjolan yang membesar, pembengkakkan ata
abses.
Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi payudara kanan
hingga ketiak.
6. Melakukan pemeriksaan abdomen:
Periksa bekas luka jika operasi baru.
Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas pubis
(involusi uteri).
Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau kelembekan (konsistensi
uterus)
7. Memeriksa kaki untuk:
Varises vena.
Kemerahan pada betis.
Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema maka
perhatikan tingkat edema, pitting jika ada.
8. Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda human
positif/tanda-tanda tromboflebitis).
9. Mengenakan handscoon.
10. Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan
perineum (dengan menggunakan handscoon dan memasang perlak):
Memposisikan pasien litotomi.
Melakukan vulva hygine.
Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).
Perhatikan perineum (bekas jahitan).
11. Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.
12. Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%.
13. Pasien dirapikan dan membereskan alat.
14. Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan dengan handuk
yang bersih.
15. Mendokumentasikan hasil tindakan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia,
Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-2002,Philadelphia,USA.
Mahlmeister.L.R. dan Katharyn A.M. 1990. Comprehensive Maternity Nursing : Nursing Process and
the Childbearing Family. Edisi II, Philadelphia, Lippincot Company.
Mochtar Rustam,1998,Sinopsis Obstetri fisiologi dan Obstetri Patologi,Penerbit EGC,Jakarta.
Piliteri, A.1998. Maternal and Child Health Nursing : care of Childbearing and childbearing Family,
Edisi III, Philadelphia, Lippincot Company, USA.

Anda mungkin juga menyukai