PENDAHULUAN
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat menjadi
keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung menjadi
teratur.
Menurut WHO, setiap tahunnya, kira-kira 35 (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami
asfiksia, hamper 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi,
sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu
BBL yang meninggal. Penyebab kematian BBL di Indonesia adalah bayi berat lahir rendah
(29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital.
Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi penyebab utama kematian
BBL adalah pelayanan antenatal yang berkualita, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan
kesehatan neonatal oleh tenaga professional. Untuk menurunkan kematian BBL karena asfiksia,
persalinan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan keterampilan
manajemen asfiksia pada bayi baru lahir. Kemampuan dan keterampilan ini digunakan setiap kali
menolong persalinan.
Makalah ini berisi materi pelatihan Manajemen Asfiksia pada BBL yang difokuskan pada:
menyiapkan resusitasi, mengambil keputusan perlunya dilakukan resusitasi, tindakan resusitasi,
asuhan pasca resusitasi, asuhan tindak lanjut pasca resusitasi dan pencegahan infeksi. Langkah-
langkah dalam Manajemen Asfisia pada makalah ini ditujukan kepada bidan yang pada
umumnya bekerja secara mandiri dalam memberikan pelayanan kesehatan.
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Resusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002).
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus
Kedokteran, Edisi 2000).
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran
seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang
berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah menghidupkan
kembali, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua
komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL).
Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat alat vital lainnya
1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan
tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1
menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika
pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50 x/menit dan menangis, kita
melangkah ke penilaian selanjutnya.
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak
teratur. Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah
dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung
selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian:
1. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai
warna kulit.
2. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk
dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif).
3. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai
sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan.
Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen
tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena
suhu ruang bersalin yang dingin.
1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke
posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat
anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan /
atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan /
sirkulasi.
Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya meja,
dipan atau di atas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas dan tidak berangin
(jendela atau pintu yang terbuka).
Keterangan:
Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.
Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 watt atau lampu petromak. Nyalakan
lampu menjelang persalinan.
Sebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga harus disiapkan alat-
alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
Keterangan:
Kain yang digunakan sebaiknya bersih, kering, hangat dan dapat menyerap cairan
misalnya handuk, kain flannel, dll. Kalau tidak ada gunakan kain panjang atau sarung.
Kain ke-3 untuk ganjal bahu. Ganjal bahu bias dibuat dari kain (kaos, selendang, handuk
ecil), digulung setinggi 3cm dan bias disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar
sedikit tengadah.
Bola Karet
2. Pintu masuk O2
3. Pintu keluar O2
4. Susunan katup
5. Reservoir O2
Keterangan:
Alat penghisap lender DeLee adalah alat yang digunakan untuk menghisap lender husus
untuk BBL
Tabung dan sungup/balon dan sungkup merupakan alat yang sangat penting dalam
tindakan ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam eadaan terpasang dan steril.
Tabung/balon serta sungkup dan alat penghisap lender DeLee dalam keadaan steril,
disimpan dalam kotak alat resusitasi.
Cara menyiapkan:
Kain ke-1:
Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera lahir.
Bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi baru lahir di atas perut ibu, sebelum
persalinan akan menyediakan sehelai kain di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Hal ini
dapat juga digunakan pada bayi asfiksia.
Bila tali pusat sangat pendek, bayi dapat diletakkan did eat perineum ibu sampai talipusat telah
diklem dan dipotong kemudian jika perlu dilakukan tindakan resusitasi.
Kain ke-2:
Fungsi kain ke-2 adalah untu menyelimutiBBL, agar tetap kering dan hangat. Singkirkan kain e-
1 yang basah sesudah dipakai mengeringkan bayi. Ain ke-2 ini diletakkan di atas tempat
resusitasi, digelar menutupi permukaan yang rata.
Kain ke-3:
Fungsi kain ke-3 adalah untuk ganjal bahu bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi
kepala bayi. Ain digulung setebal kira-kira 3cm diletakkan di bawah kain ke-2 yang menutupi
tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.
Alat Resusitasi:
Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lender DeLee dan alat resusitasi tabung/balon dan
sungkup diletakkan deat tempat resusitasi, maksudnya agar mudah diambil sewaktu-waktu
dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi BBL.
Sarung tangan
Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastic, masker, penutup kepala,
kaca mata, sepatu tertutup).
Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk mengambil keputusan guna menentukan
tindakan resusitasi.
Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Segera setelah lahir,
sambil meletakkan & menyelimuti bayi di atas perut ibu atau dekat perineum, lakukan penilaian
cepat usaha napas dan tonus otot. Penilaian ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu
resusitasi.
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan harus
segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang
kering. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan di atas perut ibu atau dekat perineum.
Bidan yang sudah terbiasa dan terlatih meletakkan bayi di atas kain yang ada di perut ibu dengan
posisi kepala lebih rendah (sedikit ekstensi), lalu selimuti dengan kain, dibuka bagian dada dan
perut dan potong tali pusat. Tali pusattidak usah diikat dahulu, tidak dibubuhkan apapun dan
tidak dibungkus.
Bila tali pusat sangatpendek sehingga cara a) tidak memungkinkan, letakkan bayi baru lahir yang
telah dinilai di atas kain bersih dan kering pada tempat yang telah disiapkan dekat perineum ibu,
kemudian segera klem dan potong tali pusat (tanpa diikat0, jangan bubuh apapun dan tidak
dibungkus. Selanjutnya dipindahkan bayi ke atas kain kira-kira 45cm di atas perineum ibu.
Bila bayi tidak cukup bulan dan atau tidak bernapas atau bernapas megap-megap dan atau
tonus otot tidak baik:
Beritahukan ibu dan keluarga, bahwa bayi mengalami kesulitan untuk memulai
pernapasannya dan bahwa Anda akan menolngnya bernapas.
Mintalah salah seorang keluarga mendampingi ibu untuk member dukungan moral,
menjaga ibu dan melaporkan bila ada perdarahan.
Langkah awal diselesaikan dalam waktu 30 detik. Bagi kebanyakan bayi baru lahir, 5 langkah
awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi bernapas spontan dan teratur. Langkah tersebut
meliputi:
Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap terbuka, potong tali pusat.
Pindahkan bayi ke atas kain di tempat resusitasi yang datar, rata, keras, bersih, kering dan
hangat.
Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan menempatkan ganjal bahu sehingga
kepala sedikit ekstensi.
3. Isap lendir
Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, TIDAK pada waktu memasukkan.
Jangan lakukan pengisapan terlalu dalam 9jangan lebih dari 5cm ke dalam mulut atau
lebih dari 3cm ke dalam hidung), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi menjadi
lambat atau bayi tiba-tiba berhenti napas.
Masukkan ujung penghisap di rongga mulut dan lepaskan 9lendir akan terhisap).
Untuk hidung, masukkan di lubang hidung.
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit
tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernapas.
Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi muka dan dada agar bias
memantau pernapasan bayi.
Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, tidak bernapas atau megap-megap.
o Bila bayi megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untu memasukkan sejumlah volume udara ke dalam
paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bias bernapas spontan dan
teratur.
Langkah-langkah:
1. Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung.
2. Ventilasi 2 kali
o Periksa posisi sungkup dan pastikkan tidak ada udara yang bocor.
o Periksa cairan atau lender di mulut. Bila ada lender atau cairan lakukan pengisapan.
o Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30cm air (ulangan0, bila dada mengembang, lakukan
tahap berikutnya.
Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan dengan balon dan
sungkup sebanyak 20 kali dalam 30 deti dengan tekanan 20cm air sampai bayi mulai
menangis dan bernapas spontan.
Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau pemompaan, setelah 30 detik
lakukan penilaian ulang napas.
Jika bayi mulai bernapas spontan atau menangis, hentikan ventilasi bertahap.
Jika bernapas > 40 per menit dan tidak ada retraksi berat:
Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL
Katakan kepada ibu bahwa bayinya kemungkinan besar akan membalik jangan
tinggalkan bayi sendiri
Hentikan ventilasi setiap 30 detik, lakukan penilaian bayi apakah bernapas, tidak
bernapas atau megap-megap:
Jika bayi sudah mulai bernapas spontan, hentikan ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi.
Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas, teruskan ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian
lakuan penilaian ulang napas setiap 30 detik.
5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi.
Jelaskan kepada ibu apa yang terjadi, apa yang Anda lakukan dan mengapa
Catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam medic persalinan
Bila dipastikan denyut jantung bayi tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tisak teraba, lanjutkan
ventilasi selama 10 menit.
Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap tidak terdengar dan pulsasi tali pusat tidak teraba,
jelaskan kepada ibu dan berilah dukungan kepadanya serta lakukan pencatatan Bayi yang
mengalami asistol (tidak ada denyut jantung0 selama 10 menit kemungkinan besar mengalami
kerusakan otak yang permanen.
Setelah tindakan resusitasi, diperluan asuhan pasca resusitasi yang merupaan perawatan intensif
selama 2 jam pertama. Penting sekali pada tahap ini dilakukan konseling, asuhan BBL dan
pemantauan secara intensif serta pencatatan. Asuhan yang diberian sesuai dengan hasil resusitasi
yaitu:
Mekonium adalah feses pertama dari BBL. Mekonium kental pekat dan berwarna hijau
kehitaman.
Biasanya BBL mengeluarkan mekonium pertama kali sesudah persalinan (12-24 jam pertama).
Kira-kira 15% kasus mekonium dikeluarkan sebelum persalinan dan bercampur dengan air
ketuban sehingga cairan ketuban berwarna kehijauan. Mekonium jarang dikeluarkan sebelum 34
minggu kehamilan. Bila mekonium telah terlihat sebelum persalinan dan bayi pada posisi kepala,
monitor bayi dengan seksama karena ini merupakan tanda bahaya.
Tidak selalu jelas kenapa mekonium dikeluarkan sebelum persalinan. Kadang-kadang terjadi
hipoksia/gawat janin yang dapat meningkatkan gerakan usus dan relaksasi otot anus sehingga
janin mengeluarkan mekonium. Bayi-bayi dengan risiko tinggi gawat janin seringkali memiliki
cairan ketuban dengan pewarnaan mekonium (warna kehijauan), misalnya bayi kecil untuk masa
kehamilan (kMK) atau bayi post matur.
Mekonium dapat masuk ke dalam paru bayi selama di dalam rahim atau bayi mulai bernapas
karena dilahirkan. Tersedak mekonium dapat menyebabkan pneumonia dan mungkin kematian.
Apa yang dapat dilakukan untuk membantu seorang bayi bila terdapat air ketuban bercampur
mekonium (warna kehijauan)?
Siap untuk melakukan resusitasi bayi apabila cairan ketuban bercampur mekonium. Langkah-
langkah tindakan resusitasi pada bayi baru lahir jika air ketuban bercampur mekonium sama
dengan pada bayi yang air ketubannya tidak bercampur mekonium hanya berbeda pada:
Setelah seluruh badan bayi lahir: penilaian apakah bayi menangis / bernapas normal /
megap-megap / tidak bernapas?
Jika menangis / bernapas normal, potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak
dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan Langkah Awal/
Jika megap-megap atau tidak bernapas, bua mulut lebar, usap mulut dan isap lender,
ptong tali pusat dengan cepat, tidak diikat & tidak dibubuhi apapun, dilanjutan dengan
langkah awal.
Keterangan: Pemotongan Tali Pusat dapat merangsang pernapasan bayi, apabila masih ada air
ketuban dan mekonium di jalan napas, bayi bias tersedak (aspirasi).
Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan baik kepada
BBL ataupun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pemantauan, asuhan
BBL dan konseling.
Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap
pertanyaan yang diajukan.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan BBL setelah menerima tindakan resusitasi dan
dilakukan pada keadaan:
Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi.
Resusitasi belum / kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah resusitasi 2 menit
belum bernapas atau megap-megap atau pada pemantauan didapatkan kondisinya
memburuk.
Resusitasi tidak berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernapas
dan detak jantung 0.
Sesudah pemantauan 2 jam pasca resusitasi, bayi masih perlu asuhan pasca lahir lebih lanjut.
Asuhan pasca lahir dapat dilakukan dengan cara kunjungan rumah (kunjungan BBL/Neonatus).
Tujuan dari asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam
pertama kesehatan bayi setelah mengalami tindakan resusitasi.
Untuk asuhan PASCA LAHIR setelah 24 jam, gunakanlah algoritma Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM).
Algoritma MTBM untuk melakukan penilaian, membuat klasifikasi, menentukan tindakan dan
pengobatan serta tindak lanjut.catat seluruh langkah ke dalam formulir tata laksana bayi muda.
o Bila pada penilaian menunjukkan klasifikasi merah, bayi harus segera dirujuk.
Ajari ibu dan atau keluarga untuk menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL
dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah.
2.10 Pencegahan Infeksi
Berikut ini adalah beberapa contoh alat dan bahan habis pakai yang digunakan dalam resusitasi
dan cara pencegahan infeksinya:
Meja resusitasi:
Basuh dengan larutan dekontaminasi dan kemudian cuci dengan sabun dan air, dikeringkan
dengan udara/angin.
Tabung resusitasi
Lakukan dekontaminasi, pencucian secara teratur misalnya setiap minggu, tiap 2 minggu, atau
setiap bulan tergantung frekuensi resusitasi. Selalu lakukan ke 3 langkah pencegahan infeksi
kalau alat digunakan pada bayi dengan infeksi. Pencegahan infeksi Tabung/Balon Resusitasi
dilakukan setiap habis digunakan. Pisahkan masing-masing bagian sebelum melakukan
pencegahan infeksi.
Lakukan dekontaminasi dan pencucian kemudian dikeringkan dengan angin/ udara atau sinar
matahari kemudian simpan di tempat yang bersih dan kering.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Resusitasi merupakan upaya untuk mengembalikan bayi baru lahir dengan asfiksia berat menjadi
keadaan yang lebih baik dapat bernafas atau menangis spontan dan denyut jantung menjdi teratur
3. Isap lendir
1. Pemasangan sungkup
2. Ventilasi 2 kali
5. Siapkan rujukan jika bayi belum bernapas spontan sesudah 2 menit resusitasi
3. SASARAN :
Petugas KIA dalam mempersiapkan alat / sarana untuk memberikan pelayanan
pemeriksaan Ibu hamil.
4. URAIAN UMUM :
Persiapan ruangan dan alat lengkap, alat pemeriksaan (timbangan, ukuran panggul, tensi
dan alat suntik ).
Persiapan Vaksin TT dalam cold chain, tablet Fe dan Vitamin.
Pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan.
Penyuluhan.
Pencatatan / rujukan.
5. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima kunjungan ibu hamil di Ruang KIA setelah mendaftar di loket
pendaftaran.
b. Petugas melakukan Anamnesa :
Menanyakan Identitas.
Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu.
Menanyakan riwayat menstruasi.
Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi.
Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga.
Menanyakan keluhan pasien.
Mempersilahkan Ibu hamil ke Laboratorium untuk periksa Hb dan golongan darah
( untuk Bumil dengan K1 ), pemeriksaan Hb diulang pada umur kehamilan trimester III,
serta pemeriksaan laboratorium lainnya ( seperti protein urin, reduksi urin ) atas indikasi.
c. Petugas melakukan pemeriksaan :
Tinggi Badan, Berat Badan, LLA, Tekanan darah.
Petugas melakukan Inspeksi kepada pasien.
Mengukur ukuran panggul ( bila ada indikasi : TB < 145 cm ).
Memeriksa TFU, posisi janin, presentasi janin.
Pemeriksaan DJJ.
d.Petugas memberikan Imunisasi TT1 sambil memberitahukan ulangan TT2 yang akan
datang.
e.Petugas memberikan penyuluhan ( gizi bumil, Hygiene perorangan, perawatan
payudara selama kehamilan, pentingnya periksakan kehamilan secara rutin sesuai umur
kehamilan ), pesan supaya pada saatnya nanti melahirkan di tenaga kesehatan.
f. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort Hamil.
g. Petugas menulis resep ( Kalsium Laktat, Fe, Vitamin ).
h.Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan rujuk ke RSU / dokter
spesialis serta melakukan kunjungan rumah pasien ( perkesmas ).
i. Petugas merujuk ke Ruang Pengobatan / Gilut pada pemeriksaan pertama ( K1 ) atau
bila ada indikasi.
j. Petugas mencatat ke kohort ibu sesuai Kartu Ibu.
.. ..
Pengertian Pemeriksaan fisik pada ibu pasca persalinan.
Tujuan Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
Indikasi Ibu pasca persalinan, mulai dari 24 jam pertama hingga 6 minggu.
Persiapan alat a. Tensi
b. Stetoskop
c. Sarung tangan (handscoon)
d. Kom berisi kapas sublimat dan air DTT
e. Bengkok
f. Larutan chlorine 0,5%
Persiapan pasien Menyapa klien dengan ramah
Memposisikan pasien dengan baik
Menutup ruangan/menjaga privasi klien.
Prosedur 1. Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscoon.
2. Melakukan infrome consent
3. Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
4. Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva
pucat/tidak, sclera ikterus/tidak, muka udema/tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia,
Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-2002,Philadelphia,USA.
Mahlmeister.L.R. dan Katharyn A.M. 1990. Comprehensive Maternity Nursing : Nursing Process and
the Childbearing Family. Edisi II, Philadelphia, Lippincot Company.
Mochtar Rustam,1998,Sinopsis Obstetri fisiologi dan Obstetri Patologi,Penerbit EGC,Jakarta.
Piliteri, A.1998. Maternal and Child Health Nursing : care of Childbearing and childbearing Family,
Edisi III, Philadelphia, Lippincot Company, USA.