Ialah kalimat yang disampaikan sudah sesuai kaidah tetapi penyampaiannya tidak lugas, padat,
tidak logis, dan menyulitkan komunikan untuk memahaminya.
b. Kata penjelas tak efektif (kata dijelaskan dengan deret kata yang rumit padahal bentuk aslinya
lebih jelas)
contoh: Rudi membeli baju dengan kerah pendek yang biasa dipakai untuk shalat di masjid yang
umumnya berwarna putih dan berlengan panjang. Kalimat tersebut dapat diganti: Rudi
membeli baju koko.
Contoh: pemenang terbaik ke-2 diraih oleh Sujarwo. kalimat tersebut dapat diganti: pemenang
ke-2 diraih oleh Sujarwo. Kata terbaik dihilangkan karena bermakna paling baik, jadi tidak ada
terbaik kedua, terbaik itu selalu pertama.
Ialah kalimat yang dapat dipahami maknanya oleh komunikan karena sudah terbiasa
diucapkan/ditulis tetapi tidak memenuhi kaidah (aturan kebahasaan) kalimat yang baik/cermat.
Artinya, nyambung tapi salah.
contoh:
1. Dengan mengucap bismillah, acara ini dibuka. (tidak bersubjek/siapa yang membuka
acara tidak disebutkan).
2. Adik membaca (tidak disertai objek padahal predikat membaca membutuhkan objek
contoh buku/komik,dsb)
Pilihan kata tidak tepat Contoh: Jalan akbar itu menghubungkan Gresik dengan Lamongan
(kata akbar tidak tepat seharusnya raya biarpun bersinonim
Penggunaan kata tugas yang salah
Kata tugas (pada, di, ke, dari, daripada, kepada) harus sesuai kegunaannya.
Kesalahan yang sering terjadi: kata tugas pada untuk menyebut tempat/orang contoh:
Pada bukit itu ditemukan Candi, Ia memberi uang pada pengemis. Kata tugas daripada
untuk makna asal contoh: Benda itu terbuat daripada karet.
ialah kalimat yang memenuhi kaidah sebagai kalimat dan maknanya mudah dipahami. kalimat ini
bisa juga disebut kalimat efektif. Artinya, nyambung dan benar. Syarat-syaratnya:
a. tidak menyimpang dari kaidah bahasa (Gramatikal), misal harus ada S-P, Predikat butuh objek
harus disertai objek, dsb.
Contoh untuk jenis ini Bisa diperbandingkan dengan dua kriteria sebelumnya yakni kalimat yang
komunikatif tetapi tidak cermat dan kalimat yang tidak komunikatif tetapi cermat.
Kelas kata
b. Kata sifat (adjektiva): menerangkan sifat, watak, tabiat. umumnya berfungsi sebagai predikat,
objek, dan penjelas subjek. bisa disertai kata lebih, kurang, sangat, paling, se-diulang-nya, tidak,
terlalu, sedikit, dsb.
c. kata keterangan (adverbial) memberi keterangan pada verba, sifat, benda predikatif, atau
kalimat. contoh: agak, alangkah, amat, pernah, belum, sudah, tidak, saling, dsb.
d. Kata benda (nomina): mengacu pada sesuatu (konkret/abstrak). berfungsi sebagai subjek,
objek, pelengkap, dan keterangan. ciri-ciri: dapat diingkari dengan kata bukan dan bisa disertai kata
yang + sifat atau yang sangat + sifat. contoh. buku yang baru, angin yang sejuk.
e. Kata ganti (pronominal); -nya (orang ketiga), -mu(orang kedua), -ku(orang pertama), dsb.
f. Kata bilangan (numeralia); tentu (satu, kesatu, kedua, dsb) dan tak tentu (banyak, beberapa,
segelintir, sedikit, para, dsb)
g. Kata tugas
Terdiri atas: kata sandang (sang, para, si, sri, tuan, dsb), kata depan (di, ke, dari, pada, kepada, dsb),
kata hubung/konjungsi (dan, atau, sehingga, maka, ketika, bahwa, dsb), partikel (kata Tanya, pun,
lah, kah, tah, yah, dsb), kata seru/interjeksi (hai, wow, amboi, duh, brengsek, dsb)
Tema adalah hal yang menjadi dasar/pedoman menyusun karangan. Bisa pula berarti hal/ide apa
yang ingin ditulis dalam karangan. Ciri utama tema adalah berupa kata/frase (bukan kalimat) dan
masih bersifat umum/menyeluruh. contoh Lalu Lintas, bahaya kecanduan rokok, perpustakaan
sekolah, dsb.
Topik merupakan hasil rincian dari tema yang berupa pokok-pokok pikiran. topik bisa dikatakan
penjabaran dari tema karangan sehingga bentuknya lebih khusus. contoh: kemacetan lalu lintas di
kota besar, bahaya kecanduan rokok bagi perokok usia dini, manfaat perpustakaan sekolah, dsb.
Judul merupakan identitas sebuah karangan. Khusus karya ilmiah (nonfiksi), judul bisa menjadi acuan
tema apa yang akan dibahas dan merupakan pengejawantahan atas isi karangan. Sebagai identitas,
judul harus dibuat semenarik mungkin dengan kalimat/kata yang lugas dan padat. Contoh: Awas
Macet!, Rokok gerogoti tubuh anda, menguak manfaat perpustakaaan sekolah, dsb.
Selain tiga hal tersebut, sebelum menyusun sebuah karangan perlu dibuat tujuan karangan. ini
dilakukan untuk menjadikan karangan lebih terarah. Selain itu, tujuan juga dapat menentukan jenis
karangan apa yang cocok. Apakah narasi (bercerita), deskripsi (menggambarkan), eksposisi
(menjelaskan/memberitahu), persuasi (mengajak), maupun argumentasi (berpendapat).
Jenis karangan
1. Narasi (cerita): menitikberatkan pada alur dan urutan waktu, berbentuk kronologis. Umumnya
berupa peristiwa/kejadian,cerita fiksi, cerpen, dsb. Contoh:
Pada saat itulah, Aku berlari sekencang mungkin. Tiba-tiba tanpa sengaja Aku Menabrak sebuah
gerobak kecil. Aku mengerang kesakitan. Selang beberapa menit kemudian, dari sisi gerobak,
muncullah seorang gadis berwajah cantik. Kami pun saling meminta maaf atas apa yang telah terjadi.
2. Deskripsi (gambaran): menitikberatkan pada penggambaran agar apa yang dilihat, dirasakan,
dialami penulis bisa terlihat, terasakan, dan teralami orang lain/yang membaca. Contoh:
Rumah itu tampak megah. Bangunannya mencerminkan kesan kuno namun artistik. Besarnya sekitar
10 x 25 m. Dominasi warna biru menjadinya tampak asri. Pintu rumah tersebut terbuat dari ukiran
kayu jati dengan motif ala jepara. Selain itu, Terali pagar yang kokoh namun terkesan ramah dengan
warna hijaunya memberi arti tersendiri.
Pendidikan yang baik adalah yang berorientasi pada ketercapaian siswa dalam memperoleh ilmu,
pengetahuan, dan pengalaman. Tidak hanya terfokus pada pembangunan infrastruktur dan segi fisik
belaka. Selain itu, siswa juga diberikan pelayanan yang ekstrabaik sehingga tidak ada lagi istilah siswa
melayani guru tetapi sekolah memberikan pelayanan kepada siswanya agar mereka, setelah lulus,
bisa hidup dengan layak, patuh pada norma dan fokus atas apa yang dicita-citakan.
4. Argumentasi (pendapat): menitikberatkan pada penyampaian opini agar disetujui oleh orang
lain/yang mendengar/yang membaca. Argumentasi yang baik harus disertai:
b. Alasan atas sikap yang disampaikan secara logis dan tepat sasaran
Kalimat penjelas: Di dalam rokok terdapat nikotin yang dapat menyebabkan penyakit kanker,
jantung, dsb. Hasil pembakarannya juga mengandung racun. Asap yang dihisap mengandung CO2
yang sangat berbahaya bagi tubuh (pola kesimpulan alasan-alasan)
Ide pokok paragraf adalah tema yang jadi acuan penjabaran/penjelasan. Ide pokok bisa
terdapat pada kalimat utama, bisa pula merupakan inti sari paragraf. Yang membedakan ide pokok
dengan kalimat utama adalah bentuknya lebih ringkas (bukan kalimat tetapi frase). Contoh: ide
pokok paragraf di atas adalah bahaya rokok.
Kalimat tanya
Ialah kalimat yang yang ditujukan agar memperoleh respon/jawaban, baik berupa kata-kata
maupun tidak, dari orang yang diberi pertanyaan.
penggunaan kata Tanya: apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana (5W+1H), berapa,
bilamana, dari mana, dsb
Menguji. Contoh: Sebutkan syarat kalimat efektif? (diberikan guru kepada siswa)
Apakah benar kamu yang terpilih jadi perwakilan pelajar teladan? (benar/salah)
Apakah kamu sudah mandi? (sudah/belum)
Kalimat Tanya Retoris (tidak memerlukan jawaban karena baik yang bertanya maupun yang
diberi pertanyaan pasti sudah tahu jawabannya.)
Menyuruh. contoh: Bagaimana kalau lantai ini dibersihkan supaya enak dilihat?
Parafrasa
Ialah kalimat/kata yang dibentuk sendiri (kata-kata baru) untuk menguraikan maksud/makna yang
tersembunyi dari teks asli. parafrase bisa berupa kata, frasa, maupun kalimat. Istilah ini juga berarti
penggunaan kata/frasa kepada kata yang sepadan/bersinonim, mengubah kalimat aktif menjadi
pasif/sebaliknya, mengubah kalimat langsung menjadi tidak langsung, mengubah bentuk uraian
menjadi rincian, mengubah wacana panjang menjadi rangkuman/ringkasan.