Anda di halaman 1dari 8

Diagnosis dan Penatalaksanaan

Ulkus Kornea Akibat Jamur

David Yobel
102013408 / C4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
david_private@ymail.com

Pendahuluan
Salah satu organ yang terpenting dalam tubuh manusia adalah mata. Melalui mata,
manusia dapat melakukan banyak hal dalam kehidupannya. Kelainan pada mata pun seringkali
dijumpai dan hal ini dapat menyebabkan gangguan manusia dalam melaksanakan aktivitasnya
sehari-hari, karena itu diperlukan diagnosis dan penanganan yang tepat dalam menyelesaikan
masalah-masalah mata yang seringkali timbul.
Mata dapat melihat dengan adanya cahaya yang masuk melalui media yang disebut
dengan media refraksi. Media refraksi ini terdiri atas kornea, camera oculi anterior, pupil, lensa,
korpus vitreum, dan retina. Gangguan pada salah satu media refraksi ini dapat menyebabkan
penurunan penglihatan. Salah satu media refraksi yang sering terkena adalah kornea, karena
letaknya yang paling depan. Kornea sendiri terdiri atas 5 lapisan, yaitu epitel, membran
bowman, stroma, membrane Descement, dan endotel. Kerusakan pada salah satu lapisan ini,
terutama epitel dapat menyebabkan bakteri, jamur, maupun virus masuk menembus lapisan
kornea dan merusak bagian dalam sehingga orang tersebut mengalami gangguan penglihatan.
Petani merupakan pekerjaan yang masih banyak ditemui di Indonesia. Hal ini
menyebabkan tingginya kerusakan lapisan kornea yang disebabkan oleh jamur. Petani di
Indonesia tidak memakai pelindung mata selama pekerjaannya sehingga seringkali tanaman
tersebut menusuk mata sehingga meninggalkan trauma pada bagian epitel kornea. Hal ini
menyebabkan jamur yang ada pada tanaman dapat masuk ke mata dan menyebabkan
peradangan atau yang disebut dengan keratitis. Apabila peradangan ini dibiarkan maka akan
menyebabkan luka pada kornea yang disebut ulkus kornea.
Isi
Anamnesis
Pada anamnesis yang paling penting ditanya adalah adanya riwayat trauma pada mata
karena pada keratitis fungal, organisme bisa masuk ke dalam lapisan stroma apabila adanya
defek pada kornea akibat suatu trauma. Hal lain yang dapat ditanyakan adalah pekerjaan pasien
terutama yang berhubungan dengan pertanian, perkebunan, dan tanah. Selain itu dapat
ditanyakan juga apabila pasien menggunakan contact lense dalam waktu yang cukup lama,
obat-obatan yang diminum, riwayat penyakit dahulu terutama yang berhubungan dengan mata,
adakah air mata yang sedikit atau kering, dan riwayat keluarga. Hal ini untuk mengetahui
keadaan-keadaan yang dapat membuat pasien dalam keadaan immunocompromised. Hal lain
yang sangat penting untuk ditanyakan adalah adanya riwayat pemakaian obat steroid topikal
karena dapat memperparah perjalanan penyakit tersebut menjadi ulkus kornea.1

Pemeriksaan Fisik
Diagnosis klinis dapat ditegakkan berdarakan analisa dari faktor risiko dan karakteristik
dari kornea. Tanda-tanda non spesifik yang sering ditemui pada kornea dalam pemeriksaan
menggunakan slit lamp adalah injeksi konjungtiva, epithelial defek, suppurasi/nanah, infiltrasi
stroma, dan pembentukan hypopion. Sedangkan tanda-tanda spesifik fungal keratitis adalah
ditemukannya infiltrate granul di epitelium dan stroma kornea dengan batas feathery, tekstur
yang kasar dan terangkat, berwarna coklat-keabuabuan, cincin putih di kornea dengan lesi
satelit yang dekat dengan focus infeksi. Pada kasus yang lebih lanjut juga dapat terbentuk
hypopion, plak endotel, inflamasi camera oculi anterior, sampai menyebabkan ulkus kornea
yang berujung pada perforasi kornea. Penyebaran dari infeksi ini terjadi melalui lapisan-lapisan
pada kornea. Biasanya pasien akan datang dengan sakit mata yang hebat, berair, rasa benda
asing pada mata (seperti ada yang mengganjal), penglihatan kabur yang terjadi secara tiba-tiba,
mata merah, adanya air mata yang berlebihan dan sekret yang keluar dari mata, dan
peningkatan sensitivitas pada cahaya (silau). Penglihatan yang kabur secara tiba-tiba dapat
dicek dengan menggunakan snellen chart untuk mengetahui visus dari pasien. 1,2

Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan penunjang pada ulkus kornea dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan pada kornea. Uji fluorescein, untuk melihat adanya defek epitel kornea.
Fluorescein adalah bahan yang berwarna jingga merah yang bila disinari gelombang biru akan
memberikan gelombang hijau. Bahan larutan ini dipakai untuk melihat terdapatnya defek epitel
kornea, fistel kornea, atau yang disuntikan intravena untuk dibuat foto pembuluh darah retina.
Kertas fluorescein yang dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologik diletakkan pada
sakus konjungtiva inferior. Penderita diminta untuk menutup matanya selama 20 detik,
beberapa saat kemudian kertas ini diangkat. Dilakukan irigasi konjungtiva dengan garam
fisiologik. Pada ulkus kornea ini akan menunjukkan permukaan kornea yang berwarna hijau
yang berarti ada kerusakan epitel kornea. Defek kornea akan berwarna hijau, akibat pada setiap
defek, maka bagian tersebut akan bersifat basa dan memberikan warna hijau pada kornea. Pada
keadaan ini disebut uji fluorescein positif. 1,2
Uji fistel, disebut juga uji Seidel, untuk mengetahui adanya letak dan adanya kebocoran
kornea. Pada konjungtiva inferior ditaruh kertas fluorescein atau diteteskan fluorescein.
Kemudian dilihat adanya cairan mata yang keluar dari fistel kornea. Bila terdapat kebocoran
kornea adanya fistel kornea akan terlihat pengaliran cairan mata yang berwarna hijau mulai
dari lubang fistel. Cairan mata akan terlihat bening dengan disekitarnya terdapat larutan
fluorescein yang berwarna hijau. 1,2
Uji sensibilitas kornea, untuk menilai fungsi trigeminus kornea. Diketahui bahwa
serabut sensible kornea melalui saraf trigeminus. Bila dirangsang akan terdapat refleks aferen
pada saraf fasial dan mata akan berkedip. Pasien yang diminta melihat jauh ke depan
dirangsang dengan kapas kering dari bagian lateral kornea. Dilihat terjadinya refleks mengedip,
rasa sakit, dan mata berair. Bila ada refleks tersebut berarti fungsi trigeminus dan fasial baik.
1,2

Uji placido, untuk melihat lengkungan kornea. Dipakai papan placido dengan gambaran
lingkaran konsentrin putih hitam yang menghadap pada sumber cahaya atau jendela, sedangkan
pasien sendiri membelakangi jendela. Papan plasido merupakan papan yang mempunyai
gambaran garis melingkar konsentris dengan lobang kecil pada bagian sentralnya. Melalui
lubang di tengah plasidoskop dilihat gambaran bayangan plasido pada kornea. Normal
bayangan plasido pada kornea berupa lingkaran konsentris yang berarti permukaan kornea licin
dan regular. Jika lingkaran lonjong berarti adanya astigmatisme kornea, garis lingkaran tidak
beraturan berarti astigmatisme irregular akibat adanya infiltrate ataupun jaringan parut kornea,
lingkaran yang kurang tegas mungkin akibat edema kornea keruh. 1,2

Working Diagnosis
Ulkus kornea adalah suatu keadaan dimana terjadi luka pada permukaan kornea yang
dapat menyebabkan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat nekrosis pada jaringan
kornea. Hal ini seringkali disebabkan oleh adanya peradangan pada kornea yang dibiarkan terus
menerus. Salah satu organisme yang dapat menyebabkan peradangan tersebut adalah fungi atau
jamur. Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur ini biasanya diawali dengan adanya suatu
trauma yang merusak lapisan epithelial kornea. Trauma ini sering disebabkan karena suatu
rudapaksa pada kornea oleh ranting pohon, daun, dan bagian tumbuh-tumbuhan. Diagnosis
pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% terhadap kerokan kornea
yang menunjukkan adanya hifa jamur. Pada agar Sabaroud dilakukan dengan kerokan pada
pinggir tukak kornea sesudah diberikan obat anestetikum kemudian dibilas bersih dan dibiak
pada suhu 25oC. 1

Etiologi dan Epidemiologi


Jamur yang sering menyebabkan infeksi pada mata adalah Moniliaceae (jamur filament
tidak berpigmen terdiri dari Fusarium dan Aspergillus), Dematiaceae (jamur filament
berpigmen, termasuk Curvularia dan Lasiodiplodia), dan jamur ragi (Candida). 1-3
Fusarium merupakan spesies jamur yang sangat sering ditemui di tanah, air, dan
tanaman hamper di seluruh dunia, terutama di iklim yang hangat. Sebuah studi menunjukkan
bahwa hampir dari semua trauma mata yang disebabkan oleh benda vegetative seperti batang
tanaman, ujung daun, dan lain sebagainya disebabkan oleh spesies ini. Infeksi jamur ini pada
pengguna contact lense juga ditemukan walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. 1-3
Fungal keratitis juga lebih sering ditemukan pada pasien pria dibandingkan wanita. Hal
ini mungkin berhubungan dengan trauma pekerjaan. Aspergillus merupakan jamur penyebab
keratitis tersering di seluruh dunia. Tetapi epidemiologi dari keratitis fungal ini bergantung
pada penyebaran iklim. Faktor risiko pada fungal keratitis adalah riwayat trauma, pemakaian
steroid topical, operasi kornea, pria usia muda, dan pekerjaan yang berhubungan dengan
pertanian dan tanah. 1-3
Sedangkan untuk keratitis yang disebabkan oleh Candida lebih sering terkena pada
pasien usia tua, riwayat penyakit mata sebelumnya, keratitis kronis, pemakaian steroid jangka
panjang, dan penyakit immunosupresif. 1-3

Patofisiologi
Ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur biasa diawali dengan infeksi pada kornea
yang disebut keratitis fungal. Fungi dapat masuk ke lapisan stroma kornea dikarenakan adanya
defek pada bagian epitelium dari kornea, yang selanjutnya akan bermultiplikasi dan
menyebabkan reaksi nekrosis jaringan dan inflamasi. Adanya defek pada epitel biasanya
disebabkan karena adanya trauma (pemakaian contact lense, benda asing, post operasi kornea).
Organisme tersebut dapat masuk menembus membrane Descemet dan mendapat akses ke
bagian anterior maupun posterior. Toksin dari jamur tersebut dan enzim proteolitik menambah
kerusakan jaringan. Fungal keratitis dapat juga merupakan perluasan dari fungal
endophthalmitis. Dalam hal ini, organisme menyebar dari posterior menembus membrane
Descemet dan masuk ke dalam stroma dari kornea.4
Pada negara yang maju, fungi bukanlah sebagai penyebab yang umum dari keratitis.
Sedangkan di negara berkembang, infeksi fungal sangat sering ditemukan. Penyebab yang
paling sering adalah karena luka yang didapat dari pertanian atau pekerjaan lainnya yang
berhubungan dengan tanaman dan tanah, seperti ranting pohon, daun, bagian tumbuh-
tumbuhan. Fungi tidak dapat menembus langsung kornea yang masih bagus. Organisme
tersebut membutuhkan luka tembus atau epithelial defek sehingga dapat masuk ke dalam
kornea. Pada saat sudah masuk ke dalam kornea, maka fungi dapat berproliferasi dan menyebar
dalam lapisan kornea tersebut. 4
Organisme yang menyerang defek epitel yang sudah ada biasanya disebabkan oleh
mikroflora normal yang ada di konjungtiva dan adnexa, dimana fungi yang paling sering adalah
Candida. Sedangkan pada posttraumatic infeksi organisme yang paling sering menyerang
adalah fungi berfilamen, seperti Fusarium. Fungi berfilamen berproliferasi di dalam stroma
kornea tanpa melepaskan zat kemotaksis sehingga menyebabkan terlambatnya respon imun
dari orang yang terkena. Sedangkan berbeda pada Candida, fungi ini akan melepaskan
phospholipase A dan lysophpospolipase pada permukaan spora yang membuatnya dapat masuk
ke dalam jaringan. 4
Trauma pada kornea merupakan faktor risiko utama untuk fungal keratitis sehingga
pada pasien dengan riwayat trauma pada kornea, terutama berhubungan dengan tanah atau
pertanian harus diperhatikan dengan baik. Hal ini harus diperhatikan dengan baik karena
seringkali pengobatan keratitis akan diberikan steroid. Steroid topical dapat meningkatkan dan
memperparah terjadinya fungal keratitis. Hal lain yang dapat memperparah adalah pada pasien
yang immunocompromised. 4
Fungal keratitis ini jika dibiarkan dapat menyebar dari kornea menuju ke sclera dan
struktur intraokuler. Fungi dapat menyebabkan infeksi yang lebih berat seperti scleritis,
endophthalmitis, atau bahkan panophthalmitis. Infeksi tersebut lebih susah untuk ditangani dan
biasanya menyebabkan kerusakan mata yang lebih berat. Selain itu fungal keratitis juga dapat
menyebabkan terjadinya luka pada kornea yang semakin parah dan menyebabkan adanya ulkus
kornea. Lama kelamaan ulkus yang dibiarkan ini akan menyebabkan terjadinya nekrosis dari
stroma kornea. Jika hal ini sudah terjadi penyembuhan pun akan menyebabkan ada jaringan
sikatriks pada kornea yang menyebabkan kornea menjadi opak dan visus turun. Hal ini hanya
dapat dihilangkan dengan melakukan transplantasi kornea. 4

Gejala Klinis
Riwayat adanya trauma mata seringkali dilaporkan oleh pasien. Biasanya gejala klinis
yang dialami oleh pasien adalah sakit mata yang hebat, berair, rasa benda asing pada mata
(seperti ada yang mengganjal), penglihatan kabur yang terjadi secara tiba-tiba, mata merah,
adanya air mata yang berlebihan dan sekret yang keluar dari mata, dan peningkatan sensitivitas
pada cahaya (silau). Pada mata akan terlihat infiltrate kelabu, disertai hipopion, peradangan,
ulserasi superfisial, dan gambaran satelit. Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan
plaque tampak bercabang-cabang, gambaran satelit pada kornea, dan lipatan Descemet.
Keluhan ini biasanya baru timbuh setelah 5 hari trauma atau 3 minggu kemudian.1,5

Penatalaksanaan
Disarankan pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5%
(keratitis jamur filemantosa, Fusarium), amphoterisin B 0,15%-0,3% (keratitis yeast, Candida,
Aspergillus). Spesies Candida lebih sering terjadi pada kornea yang sudah rusak sedangkan
Fusarium lebih sering terjadi akibat riwayat trauma. Pengobatan antifungal ini diberikan
minimal 12 minggu dan pasien dikontrol secara teratur. Selain itu diberikan juga pengobatan
sistemik fluconazole atau ketoconazole (200-600 mg/hari) untuk ulkus kornea yang lebih
dalam dan sikloplegik. Pengobatan antifungal lainnya juga dapat diberikan fluorinated
pyrimidine (Flucytosine) yang biasanya dikombinasi dengan golongan azole atau amphotericin
B. Bila disertai peningkatan tekanan intraocular diberikan obat oral anti glaucoma. Keratoplasti
dilakukan jika tidak ada perbaikan dengan pengobatan atau timbulnya jaringan parut yang
menganggu penglihatan. 1,5

Komplikasi
Keratitis fungal dapat berlanjut menjadi infeksi okuler lainnya yang lebih berat dan
dapat menyebabkan hilangnya penglihatan atau kebutaan. Infeksi tersebut meliputi scleritis,
endophthalmitis, atau bahkan panophthalmitis. Perforasi pada kornea yang disebabkan adanya
ulkus pada kornea juga dapat terjadi pada kasus-kasus berat. 1,5
Prognosis
Prognosis tergantung pada bagian kornea yang terinfeksi, status kesehatan pasien, dan
waktu diagnosa dapat ditegakkan. Pasien dengan infeksi ringan dan deteksi dini memiliki
prognosa yang baik sedangkan pada pasien dengan infeksi yang sudah menyebar ke sclera atau
intraokuler memiliki prognosa yang buruk. Hampir 1/3 pasien yang mengalami fungal keratitis
akan berlanjut menjadi ulkus kornea dan berakhir pada perforasi.5

Kesimpulan
Keratitis fungal adalah suatu infeksi peradangan pada kornea mata yang disebabkan
oleh jamur. Hal ini sering disebabkan karena adanya trauma pada mata yang dialami oleh petani
yang tidak memakai pelindung mata saat bekerja. Jika keratitis ini tidak mendapatkan
penanganan yang tepat maka dapat menyebabkan terbentuknya ulkus kornea yang bisa berakhir
pada perforasi kornea. Pengobatan pada ulkus kornea pun akan meninggalkan adanya jaringan
sikatriks yang hanya dapat diatasi dengan transplantasi kornea.
Daftar Pustaka

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2014.h.26-9, 152-74.

2. Bruce, James. Oftalmologi. Jakarta: Erlangga; 2008.h.28-35.

3. Rubenstein, David. Kedokteran klinis. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga; 2008.h.145-56.

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus kornea dalam: Ilmu penyakit mata

untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta: Sagung Seto; 2005.

5. Wiajaya N. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga; 2007.h.23-7.

Anda mungkin juga menyukai