Oleh
Astarini Hidayah
I1A006024
Pembimbing
Maret, 2012
0
BAB I
PENDAHULUAN
Field (1976), cedera kepala adalah trauma yang menyebabkan sejumlah resiko
jalan setiap harinya. Lebih dari 3000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan
dan sekitar 15.000 orang mengalami kecacatan seumur hidup. Di Amerika Serikat,
40% kematian pada cedera kepala terjadi akibat kecelakaan. Dengan tingkat
kematian pada cedera kepala berat (CKB) adalah 33% dan pada cedera kepala
sedang (CKS) 2,5%. Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan terjatuh (28%),
kelompok yang berisiko mengalami cedera kepala adalah laki-laki (berisiko dua
kali lipat dibandingkan perempuan), bayi dan anak-anak berusia 0-4 tahun dan
dewasa 15-19 tahun (risiko tertinggi), dengan risiko kematian tertinggi pada
Kekerasan karena benda tumpul (blunt force injures) merupakan kasus yang
paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama kasus yang masuk di
1
bagian Ilmu Kedokteran Forensik. Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan
lalu lintas.5
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus yang didapat dari pemeriksaan luar
seorang korban yang meninggal pada KLLD yang diduga kematian disebabkan
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Kepala
masing masing memiliki kesatuan fungsi. Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang
disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang
tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi
oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai
bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu : fossa anterior tempat lobus frontalis,
fosa media tempat temporalis dan fossa posterior ruang bagi bagian bawah
lapisan yaitu6:
1. Duramater
3
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan
terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari
terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater
dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,
sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari
dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat
epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media
2. Selaput Arakhnoid
Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan duramater sebelah
luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh ruang
potensial, disebut spatium subdural dan dari piamater oleh spatium subarakhnoid
4
3. Piamater
membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyrus dan
masuk kedalam sulcus yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak
supratentorial (terdiri dari fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.
Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk
dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar
5
Gambar 1. Anatomi lapisan otak dan lokasi-lokasi perdarahan yang dapat timbul
pada cedera kepala7
2. Cedera Kepala
berdasarkan anatomi adalah trauma apapun yang mengenai badan di atas batas
cord. Istilah trauma diarahkan ke trauma fisik yang mengenai jaringan hidup oleh
karena kekuatan luar, sedangkan definisi yang terbaru dikemukakan oleh Brookes
et al (1990), yaitu setiap trauma pada scalp termasuk swelling, abrasi atau kontusi,
atau riwayat pukulan pada kepala atau setiap penderita yang dilakukan skull x-ray
segera setelah trauma dan penderita dengan bukti klinis fraktur pada dasar
tengkorak.8
Klasifikasi
6
Berdasarkan mekanismenya, cedera kepala secara luas diklasifikasikan
dengan kecelakaan kendaraan, jatuh dan pukulan, dan cedera kepala penetrans
lebih sering dikaitkan dengan luka tembak dan luka tusuk. Karena pengelolaan
Morphology. Secara morphology dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Skull fracture, dan
menjadi :10
1. Fraktur tengkorak; Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar
tengkorak Fraktur dapat berupa garis/linear, mutlipel dan menyebar dari satu
tengkorak dapat berupa fraktur tertutup yang secara normal tidak memerlukan
subdural, kontusio, dan peradarahan intraserebral), lesi difus dan terjadi secara
bersamaan.
7
3. Cedera kepala terbuka dengan bocornya CSS atau adanya jaringan otak yang
terbuka.
4. Perburukan neurologik.
Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala
Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada
Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan yaitu:11
3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain
Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala
pergeseran otak dan rotasi otak. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi
peristiwa contre coup dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat
kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam
pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan
Kejadian coup dan countre coup dapat terjadi pada keadaan ketika
pengereman mendadak pada mobil. Otak pertama kali akan menghantam bagian
8
depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke belakang.
otak terlambat dari tulang tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang
tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak
terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan tulang
tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak
otak karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang memperoleh suplai darah
dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila terjadi
primer dan tipe sekunder. Primary brain damage adalah hasil kekuatan mekanik,
yang menghasilkan deformitas jaringan saat injury. Deformitas ini dapat merusak
langsung pembuluh darah, axon, neuron dan glia, yang dapat berupa gambaran
fokal, multifokal dan difus, yang akan memberikan gambaran berbeda satu
meningkatnya TIK.12
9
Tipe Fraktur Pada Cidera Kepala
Jenis fraktur yang terjadi pada cedera kepala meliputi beberapa tipe
yaitu:13
a. Fraktur simple, fraktur simple adalah pecahnya tulang yang tidak disertai
kerusakan kulit.
b. Fraktur linier, fraktur linier adalah pecaahnya tulang kepala yang menyerupai
hilangnya kulit.
fraktur tranversal pada basis kranii, berpotongan pada basis petrosus atau dibagian
belakang tulang sphenoid melalui fosa pituitari kesisi berlawanan. Tipe lain
tumbukan pada puncak kepala. Pada leher sering ditemukan fraktur pada tulang
10
Pola luka pada pengendara kendaraan bermotor memiliki beberapa kondisi
yang berbeda dibandingkan dengan luka pada kecelakaan lalulintas yang lain
2. Luka karena impak sekunder akibat benturan tubuh dengan bagian kendaraan
lawan.
3. Luka sekunder akibat benturan pengendara dengan jalan, tetapi hal ini sering
kepala.
4. Gambaran fraktur yang terbentuk dimana sifat garis patahnya yang linier,
Pemeriksaan Toksikologi
untuk mencari data apakah terdapat obat atau alkohol yang dapat mengakibatkan
11
2. Menentukan tipe dari cedera.
3. Mencari kemungkinan adanya penyakit atau faktor lain yang berperan dalam
Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan
dalam ayat (1), dapat berupa korban mati, koban luka berat dan korban
luka ringan.
4
5. Terdapat korban yang tewas derajat 5
Yang dimaksud kasus tabrak lari (hit and run) adalah suatu kejadian
A. Kemungkinan kejadiannya :
12
1. Setelah menabrak kendaraan tidak berhenti dan pengemudinya
dicuri
dalam selokan
di tempat kejadian misalnya sidik jari pengemudi pada badan korban atau
benda-benda lainnya.
13
terdapat goresan dan bekas cat dengan warna yang berbeda dengan warna
kendaraan
Setelah memberi tanda lokasi, korban segera dibawa ke Rumah Sakit atau
Barang bukti pada kasus tabrak lari dapat dicari pada obyek sebagai
berikut :
bekas ban (dalam bentuk impression atau print), bekas rem pada jalan,
pada baju atau badan korban terdapat bekas ban, pakaian yang tersobek,
bekas cat kendaraan yang menabrak, mark (tanda) bagian yang tertabrak,
pecahan kaca, bagian kendaraan mungkin ada yang patah atau sobek, sidik
14
bekas cat kendaraan yang tertabrak, pecahan kaca kendaraan korban,
secara lengkap. Posisi barang bukti harus terlihat jelas dalam sketsa tersebut
serta harus dilakukan pemotretan terhadap semua obyek. Setelah itu dilakukan
b) setiap jenis barang bukti dimasukkan dalam wadah tersendiri dan diberi
label
c) barang bukti yang tidak bisa diambil dapat diperiksa langsung di tempat
kejadian
a) pecahan cat
b) pecahan kaca
15
pecahan kaca dipisahkan menurut alatnya masing-masing misalnya kaca
c) pakaian korban
d) darah
darah korban harus dipisahkan dari percikan darah yang terdapat pada
diberi pengawet
e) sidik jari
sidik jari harus diambil dan diperiksa oleh ahli doktiloskopi dari
identifikasi
f) jejak ban
jejak ban dalam bentuk impression harus dibuat tuangannya. Jejak ban
dalam bentuk print cukup dipotret tegak lurus dengan memakai skala
g) mark (tanda)
16
laboratorium melalui pos, kurir dan sebagainya dengan memperhatikan segi
BAB III
LAPORAN KASUS
17
Berdasarkan surat permintaan penyidik, Nama: Khoirudin, NRP.
Kepolisian Resort Barito Kuala maka telah dilakukan visum luar oleh Tim
Kedokteran Forensik RSUD Ulin Banjarmasin, pada hari Rabu, tanggal Dua
Puluh Dua Juli Dua Ribu Sembilan, mulai pukul dua puluh dua nol nol sampai
pukul dua puluh tiga nol nol waktu Indonesia Tengah, atas jenazah seorang
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Alamat : Desa Sei. Pantai Rt. 07 Kec. Rantau Badauh Kab. Batola
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari suami korban pada hari Rabu tanggal
22 Juli 2009 pukul 15.00 WITA korban ditabrak motor dari belakang dan korban
terlempar sejauh 3 meter. Oleh warga setempat korban yang tidak sadar dibawa ke
rumah sakit Ansari Saleh untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pukul 18.30
I. PEMERIKSAAN LUAR
1. Keadaan Jenazah
18
Jenazah tidak berlabel terletak di atas meja otopsi ditutup dengan sarung
batik berwarna coklat. Setelah sarung dibuka jenazah memakai baju daster
2. Sikap Jenazah
samping kiri. Lengan kanan dan kiri atas sejajar sumbu tubuh, lengan
kanan dan kiri bawah membentuk sudut sembilan puluh derajat terhadap
Tungkai kanan atas dan bawah sejajar sumbu tubuh, kaki kanan lurus,
depan. Tungkai kiri atas dan bawah lurus sejajar sumbu tubuh, kaki kiri
ke depan-------------------------------------------------------------------------------
3. Kaku Jenazah
4. Bercak jenazah
19
5. Pembusukan Jenazah
6. Ukuran Jenazah
7. Kepala :
a. Rambut
merata-------------------------
c. Dahi
Terdapat luka lecet geser pada dahi kanan dengan panjang satu
centimeter dan lebar tiga milimeter tepat diatas alis. Terdapat luka
lecet geser pada dahi kiri diatas alis dengan panjang setengah
d. Mata
Mata kanan dalam keadaan tertutup, rambut mata hitam tidak mudah
dicabut, kelopak mata bagian luar atas dan bawah tampak berwarna
Bola mata tampak utuh, pada perabaan teraba kenyal, selaput bening
20
mata warna putih kelabu, manik mata ukuran empat milimeter,
Mata kiri dalam keadaan tertutup, rambut mata hitam tidak mudah
dan bengkak. Kelopak mata bagian dalam tampak pucat. Bola mata
tampak utuh, pada perabaan teraba kenyal, selaput bening mata warna
putih kelabu, manik mata ukuran empat milimeter, selaput bola mata
e. Hidung
Dari kedua lubang keluar cairan berupa darah warna merah segar dan
f. Mulut
gigi seri atas satu dan dua kiri dan kanan terlihat. Keluar cairan
g. Dagu
h. Pipi
i. Telinga
8. Leher
21
9. Dada
10. Perut
Permukaan perut datar lebih rendah dengan permukaan dada. Pada daerah
perut dari bawah pusat sampai batas rambut kemaluan tampak bekas
jahitan. Tidak terdapat luka, terlihat warna sama dengan kulit sekitar--------
Jenis kelamin perempuan, rambut kelamin hitam keriting panjang dua koma
Kanan:
- Lengan atas:
- Lengan bawah:
Terdapat luka lecet geser pada lengan bawah bagian belakang berukuran
- Tangan:
Terdapat tiga buah luka lecet geser dan luka memar pada pergelangan
tangan, buku-buku jari jempol dan jari telunjuk dengan ukuran nol
Kiri:
- Lengan atas:
22
Terdapat luka memar berbentuk lingkaran pada daerah siku dengan
- Lengan bawah:
Terdapat luka lecet geser pada lengan bawah bagian belakang dengan
- Tangan:
Terdapat dua buah luka lecet geser pada buku-buku jari telunjuk dan jari
Kanan:
Pada paha dan tungkai bawah tidak ada kelainan. Pada kaki didapatkan luka
Kiri:
Pada paha tidak ada kelainan. Tungkai bawah terdapat satu buah luka lecet
geser dan luka memar pada lutut dengan ukuran dua sentimeter. Pada kaki
terdapat tiga buah luka lecet geser dan luka memar pada mata kaki bagian
dalam dengan panjang luka memar lima sentimeter dan lebar empat
sentimeter------------------------------------------------------------------------------
14. Punggung
23
Terdapat dua buah luka lecet geser. Luka pertama berukuran panjang tiga
sentimeter, lebar dua sentimeter dengan jarak enam belas sentimeter dari
sumbu tubuh. Luka kedua berukuran panjang tiga sentimeter, lebar satu
15. Pantat
16. Dubur
B/32/VII/2009/Lantas.
No. B/32/VII/2009/Lantas.
No. B/32/VII/2009/Lantas.
V. Identifikasi
B/32/VII/2009/Lantas.
24
VI. Kesimpulan
2. Didapatkan luka lecet geser pada dahi kanan dan kiri, lengan bawah
kanan, tangan kanan, lengan kiri bawah, kaki kanan, tungkai bawah
kiri, kaki kiri serta punggung dan luka memar pada tangan kanan,
lengan kiri atas, tungkai bawah kiri serta kaki kiri akibat persentuhan
3. Keluar cairan berwarna merah segar dari hidung, telinga kanan dan
kematian orang ini. Sebab kematian pasti tidak bisa ditentukan karena
(I.7d,I.7e,I.7f,I.7i)----------------------------------------------------------------
pemeriksaan (I.3,
I.4)-------------------------------------------------------------
VII. Penutup
waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara no. 350 tahun
25
BAB IV
ANALISA KASUS
Tujuan visum adalah untuk menentukan sebab, cara, dan waktu kematian.
Visum dapat menjelaskan terangnya suatu kasus apakah termasuk tindak pidana
atau bukan, di mana kasus ini juga merupakan bagian dari traumatologi. Ada tiga
hal dalam visum yang perlu dilakukan untuk mengetahui sebab kematian korban,
yaitu melalui anamnesis, otopsi dan pemeriksaan tempat kejadian perkara (TKP).
Dalam kasus ini, pemeriksaan dalam (otopsi) dan TKP tidak dilakukan.
karena selain tidak ada permintaan dari penyidik, tidak ada indikasi penyebab
Pada kasus ini terjadi kekerasan tumpul pada kepala berdasarkan informasi
yang didapatkan dari penyidik merupakan suatu kecelakaan lalu lintas. Kronologis
kejadian diketahui dari pihak polisi dan para saksi mata yang melihat kejadian
yaitu korban sedang berjalan dan ditabrak motor dari belakang sehingga korban
terlempar sejauh 3 meter dan langsung tidak sadarkan diri. Korban dibawa ke RS
awal kecelakaan sampai tiba di RS Ulin korban tidak sadar. Berdasarkan hal itu
cara kematian korban pada kasus ini diduga tidak wajar yaitu kecelakaan. Cara
26
kematian yang tidak wajar antara lain karena kecelakaan, bunuh diri, atau
ada usaha korban untuk melakukan perlawanan, sedangkan pada kasus kecelakaan
pada kepala yaitu keluar darah warna merah segar pada hidung dan telinga kanan
serta keluar cairan berwarna cokelat dari mulut korban. Hal lainnya yaitu
ditemukan banyak luka lecet geser pada dahi kanan dan kiri, lengan bawah dan
tangan kanan, lengan bawah dan tangan kiri, kaki kanan dan kiri serta punggung
korban. Hal ini menentukan pola trauma. Banyaknya luka lecet geser ini pada
pengaruh usia. Jadi, bila ada gesekan pada kulit mudah terjadi luka lecet.
septum nasi,
bagian ini biasanya disertai perdarahan yang banyak. Perdarahan dari hidung
cribrosa
27
dari hidung. Gejala yang ditemukan pada kasus ini dapat merupakan suatu
atau gangguan pada nervus kraniales terutama N.VII dan VIII. Gejala di atas tidak
semua ada dalam satu kejadian fraktur basis. Manifestasi yang muncul tergantung
dari lokasi fraktur yang terkena. Dalam kasus cidera kepala, umumnya cairan
cairan tidak segera membeku karena bercampur LCS. Cara lain untuk
membuktikan adanya LCS tersebut, dapat dilakukan tes halo. Begitu pula dengan
cairan yang keluar dari telinga (otorea) jika bercampur darah, maka tesnya juga
menggunakan tes halo. Otorea yang terjadi dapat berupa keluarnya darah atau
telinga ini perlu dibedakan dengan hemotympanum dan perdarahan akibat laserasi
pada saluran telinga luar. Pada kasus ini tidak bisa dilakukan tes karena darah
yang berhubungan dengan robeknya lapisan dural. Fraktur linear merupakan yang
tersering pada trauma kepala yaitu 80%. Adanya fraktur ini jika melintasi daerah
28
kematian dalam hitungan menit sampai dengan hari. Peningkatan TIK awalnya
ditandai dengan penurunan GCS, status kesadaran, ukuran pupil, reflek cahaya
mekanisme kematian. Pada kasus ini, sebab kematian diduga akibat kekerasan
tumpul berupa kecelakaan lalu lintas. Hal ini berdasarkan penemuan pemeriksaan
luar di atas. Sebab pasti kematian ini tidak dapat ditentukan karena tidak
kepentingan peradilan.
6. Menentukan identifikasi mayat khususnya jika
terhadap tubuh korban sehingga penyebab pasti kematian tidak dapat ditentukan.
Lebam mayat atau bercak jenazah terjadi akibat pengumpulan darah dalam
pembuluh-pembuluh darah kecil, kapiler dan venula pada bagian tubuh yang
29
terendah akibat daya gravitasi bumi. Lebam mayat mulai tampak sekitar sekitar
30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal akan tercapai dalam
waktu 8 12 jam post mortal, dan jika dilakukan penekanan lebam mayat masih
dapat menghilang, tetapi jika sudah lebih dari 8-12 jam lebam mayat tidak
menghilang hal ini dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat rusaknya
Kaku mayat atau rigor mortis terjadi akibat perubahan kimiawi pada
protein yang terdapat dalam serabut otot lurik maupun otot polos. Kaku mayat
mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12
jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam akan
menghilang.13
Pada kasus ini, korban dinyatakan meninggal karena fungsi dari parameter
kematian benar-benar tidak berfungsi yaitu paru, jantung dan otak. Pada kasus ini,
saat kematian diperkirakan dua jam sampai duabelas jam sebelum pemeriksaan
karena pada saat pemeriksaan ditemukan lebam mayat yang hilang dengan
30
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas
diakibatkan persentuhan dengan benda tumpul. Pada korban terdapat darah yang
berwarna merah segar pada hidung dan telinga kanan serta luka memar pada
bagian tubuh korban. Adanya perdarahan pada hidung dan telinga serta keluar
dalam. Saat kematian dua jam sampai duabelas jam sebelum saat pemeriksaan.
31
DAFTAR PUSTAKA
32
9. Olson, A david. Head Injury. Http//
www.emedicine.com Department of Neurology, Dekalb Medical
Center,Updated: Oct 2, 2006
33