Anda di halaman 1dari 34

Laporan Kasus Ujian

CEDERA KEPALA BERAT AKIBAT


KECELAKAAN LALU LINTAS

Oleh

Astarini Hidayah
I1A006024

Pembimbing

dr. Iwan Aflanie, Sp.F M.Kes

SMF / BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KEHAKIMAN


FK UNLAM - RSUD ULIN
BANJARMASIN

Maret, 2012

0
BAB I

PENDAHULUAN

Cedera kepala merupakan problem utama kesehatan masyarakat. Menurut

Field (1976), cedera kepala adalah trauma yang menyebabkan sejumlah resiko

kerusakan otak. Anderson dan McLaurin (1980) dengan menggunakan ICD-9,

mendefinisikan cedera kepala sebagai trauma ke otak atau spinal cord.1

Di seluruh dunia, kurang lebih 140.000 orang mengalami kecelakaan di

jalan setiap harinya. Lebih dari 3000 orang meninggal akibat kecelakaan di jalan

dan sekitar 15.000 orang mengalami kecacatan seumur hidup. Di Amerika Serikat,

40% kematian pada cedera kepala terjadi akibat kecelakaan. Dengan tingkat

kematian pada cedera kepala berat (CKB) adalah 33% dan pada cedera kepala

sedang (CKS) 2,5%. Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan terjatuh (28%),

kecelakaan motor (20%), ditabrak (19%) dan pembunuhan (11%). Kelompok-

kelompok yang berisiko mengalami cedera kepala adalah laki-laki (berisiko dua

kali lipat dibandingkan perempuan), bayi dan anak-anak berusia 0-4 tahun dan

dewasa 15-19 tahun (risiko tertinggi), dengan risiko kematian tertinggi pada

dewasa berusia 75 tahun atau lebih.2,3,4

Penyebab tingginya angka kejadian kecelakaan lalu lintas adalah konsumsi

alkohol, tidak mengenakan sabuk pengaman, serta tidak memakai helm.

Kekerasan karena benda tumpul (blunt force injures) merupakan kasus yang

paling banyak terjadi dan selalu menduduki urutan pertama kasus yang masuk di

1
bagian Ilmu Kedokteran Forensik. Cara kejadian yang terutama adalah kecelakaan

lalu lintas.5

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus yang didapat dari pemeriksaan luar

seorang korban yang meninggal pada KLLD yang diduga kematian disebabkan

cedera kepala berat.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Kepala

Kepala secara anatomis tersusun atas struktur yang kompleks, meliputi

kulit kepala, meningen, otak, cairan serebrospinalis, pembuluh darah, yang

masing masing memiliki kesatuan fungsi. Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang

disebut SCALP yaitu; skin atau kulit, connective tissue atau jaringan

penyambung, aponeurosis atau galea aponeurotika, loose conective tissue atau

jaringan penunjang longgar atau pericranium. Kulit kepala memiliki banyak

pembuluh darah sehingga perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan

menyebabkan banyak kehilangan darah, terutama pada bayi dan anak-anak. 6

Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Tulang

tengkorak terdiri dari beberapa tulang yaitu frontal, parietal, temporal dan

oksipital. Kalvaria khususnya diregio temporal adalah tipis, namun disini dilapisi

oleh otot temporalis. Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai

bagian dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga

tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu : fossa anterior tempat lobus frontalis,

fosa media tempat temporalis dan fossa posterior ruang bagi bagian bawah

batang otak dan serebelum. 6

Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3

lapisan yaitu6:

1. Duramater

3
Duramater secara konvensional terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan

endosteal dan lapisan meningeal. Duramater merupakan selaput yang keras,

terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan dalam dari

kranium. Karena tidak melekat pada selaput arachnoid di bawahnya, maka

terdapat suatu ruang potensial (ruang subdura) yang terletak antara dura mater

dan arachnoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural. Pada cedera otak,

pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak menuju sinus

sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat mengalami

robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior

mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari

sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. 6

Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam

dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat

menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan menyebabkan perdarahan

epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media

yang terletak pada fossa temporalis (fossa media). 6

2. Selaput Arakhnoid

Selaput arakhnoid merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang.

Selaput arakhnoid terletak antara pia mater sebelah dalam dan duramater sebelah

luar yang meliputi otak. Selaput ini dipisahkan dari duramater oleh ruang

potensial, disebut spatium subdural dan dari piamater oleh spatium subarakhnoid

yang terisi oleh liquor serebrospinalis. Perdarahan subarakhnoid umumnya

disebabkan akibat cedera kepala. 6

4
3. Piamater

Piamater melekat erat pada permukaan korteks serebri. Piamater adalah

membrana vaskular yang dengan erat membungkus otak, meliputi gyrus dan

masuk kedalam sulcus yang paling dalam. Membrana ini membungkus saraf otak

dan menyatu dengan epineuriumnya. Arteri-arteri yang masuk kedalam substansi

otak juga diliputi oleh piamater.

Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang

supratentorial (terdiri dari fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang

infratentorial (berisi fossa kranii posterior). 6

Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.

Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk

circulus Willisi. Vena-vena otak tidak mempunyai jaringan otot didalam

dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena tersebut keluar

dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus cranialis. 6

5
Gambar 1. Anatomi lapisan otak dan lokasi-lokasi perdarahan yang dapat timbul
pada cedera kepala7

2. Cedera Kepala

Cedera kepala mempunyai definisi yang sangat luas. Terminologi

berdasarkan anatomi adalah trauma apapun yang mengenai badan di atas batas

terendah mandibula. Field (1976) mendefinisikan sebagai trauma yang

menyebabkan sejumlah resiko kerusakan otak. Anderson dan McLaurin (1980)

dengan menggunakan ICD-9, mendefinisikan sebagai trauma ke otak atau spinal

cord. Istilah trauma diarahkan ke trauma fisik yang mengenai jaringan hidup oleh

karena kekuatan luar, sedangkan definisi yang terbaru dikemukakan oleh Brookes

et al (1990), yaitu setiap trauma pada scalp termasuk swelling, abrasi atau kontusi,

atau riwayat pukulan pada kepala atau setiap penderita yang dilakukan skull x-ray

segera setelah trauma dan penderita dengan bukti klinis fraktur pada dasar

tengkorak.8

Penyebab tersering pada kecelakaan kendaraan bermotor adalah alkohol,

penggunaan obat-obatan, keadaan jalan, cara berkendaraan yang tidak berhati-hati

dan ketidakwaspadaan pengendara yang lain.9

Klasifikasi

6
Berdasarkan mekanismenya, cedera kepala secara luas diklasifikasikan

sebagai tertutup dan penetrans. Cedera kepala tertutup biasanya dihubungkan

dengan kecelakaan kendaraan, jatuh dan pukulan, dan cedera kepala penetrans

lebih sering dikaitkan dengan luka tembak dan luka tusuk. Karena pengelolaan

kedua kelompok besar ini sedikit berbeda, dipertahankanlah pengelompokan ini

untuk keperluan deskriptif. 9

Cedera kepala dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, untuk tujuan

praktis dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1) Mekanis, 2) Severity, dan 3)

Morphology. Secara morphology dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Skull fracture, dan

2) Intracranial lesion. Berdasarkan morfologinya cedera kepala dikelompokkan

menjadi :10

1. Fraktur tengkorak; Fraktur tengkorak dapat terjadi pada atap dan dasar

tengkorak Fraktur dapat berupa garis/linear, mutlipel dan menyebar dari satu

titik (stelata) dan membentuk fragmen-fragmen tulang (kominutif). Fraktur

tengkorak dapat berupa fraktur tertutup yang secara normal tidak memerlukan

perlakuan spesifik dan fraktur tertutup yang memerlukan perlakuan untuk

memperbaiki tulang tengkorak.


2. Lesi intrakranial; dapat berbentuk lesi fokal (perdarahan epidural, perdarahan

subdural, kontusio, dan peradarahan intraserebral), lesi difus dan terjadi secara

bersamaan.

Tanpa memperdulikan nilai SKG, pasien digolongkan sebagai penderita

cedera kepala berat bila :11

1. Pupil tidak simetris

2. Pemeriksaan motor tak simetris.

7
3. Cedera kepala terbuka dengan bocornya CSS atau adanya jaringan otak yang

terbuka.

4. Perburukan neurologik.

5. Fraktura tengkorak depressed.

Patofisiologi Cedera Kepala

Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala

Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada

tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.11

Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan yaitu:11

1. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak.

2. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam

3. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain

dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).

Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala

diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak,

pergeseran otak dan rotasi otak. Dalam mekanisme cedera kepala dapat terjadi

peristiwa contre coup dan coup. Contre coup dan coup pada cedera kepala dapat

terjadi kapan saja pada orang-orang yang mengalami percepatan pergerakan

kepala. Cedera kepala pada coup disebabkan hantaman pada otak bagian dalam

pada sisi yang terkena sedangkan contre coup terjadi pada sisi yang berlawanan

dengan daerah benturan.11

Kejadian coup dan countre coup dapat terjadi pada keadaan ketika

pengereman mendadak pada mobil. Otak pertama kali akan menghantam bagian

8
depan dari tulang kepala meskipun kepala pada awalnya bergerak ke belakang.

Sehingga trauma terjadi pada otak bagian depan.11

Pergerakan ke belakang yang cepat dari kepala, mengakibatkan pergerakan

otak terlambat dari tulang tengkorak, dan bagian depan otak menabrak tulang

tengkorak bagian depan. Pada keadaan ini, terdapat daerah yang secara mendadak

terjadi penurunan tekanan sehingga membuat ruang antara otak dan tulang

tengkorak bagian belakang dan terbentuk gelembung udara. Pada saat otak

bergerak ke belakang maka ruangan yang tadinya bertekanan rendah menjadi

tekanan tinggi dan menekan gelembung udara tersebut. Terbentuknya dan

kolapsnya gelembung yang mendadak sangat berbahaya bagi pembuluh darah

otak karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang memperoleh suplai darah

dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila terjadi

pergerakan kepala ke depan.11

Traumatic brain damage. Non-missil injury, dapat dibagi menjadi tipe

primer dan tipe sekunder. Primary brain damage adalah hasil kekuatan mekanik,

yang menghasilkan deformitas jaringan saat injury. Deformitas ini dapat merusak

langsung pembuluh darah, axon, neuron dan glia, yang dapat berupa gambaran

fokal, multifokal dan difus, yang akan memberikan gambaran berbeda satu

dengan yang lainnya.12

Secondary traumatic brain damage terjadi sebagai komplikasi dari

primary brain damage, dan termasuk di dalamnya adalah ischemic damage,

hypoxic damage, cerebral swelling, hidrocephalus, infeksi dan akibat

meningkatnya TIK.12

9
Tipe Fraktur Pada Cidera Kepala

Jenis fraktur yang terjadi pada cedera kepala meliputi beberapa tipe

yaitu:13

a. Fraktur simple, fraktur simple adalah pecahnya tulang yang tidak disertai

kerusakan kulit.

b. Fraktur linier, fraktur linier adalah pecaahnya tulang kepala yang menyerupai

garis tipis tanpa distorsi tulang.

c. Fraktur depresi, fraktur depresi adalah pecahnya tulang kepala dengan

penekanan sebagian tulang kedalam otak.

d. Fraktur compound adalah pecahnya tulang disertai dengan rusak atau

hilangnya kulit.

Cedera kepala yang membahayakan dan mengancam nyawa adalah karena

pengendara jatuh ketanah, yang merupakan 80% penyebab kematian. Cedera

kepala tersering terjadi pada temporoparietal. Komplikasi tersering adalah

terjadinya fraktur basis kranii, dikenal sebagai motorcyclist fracture. Merupakan

fraktur tranversal pada basis kranii, berpotongan pada basis petrosus atau dibagian

belakang tulang sphenoid melalui fosa pituitari kesisi berlawanan. Tipe lain

adalah fraktur lingkaran pada foramen magnum difossa posterior karena

tumbukan pada puncak kepala. Pada leher sering ditemukan fraktur pada tulang

belakang servikal pada 25% kasus.13

Pola Luka Kecelakaan Kendaraan Bermotor

10
Pola luka pada pengendara kendaraan bermotor memiliki beberapa kondisi

yang berbeda dibandingkan dengan luka pada kecelakaan lalulintas yang lain

antara lain :13

1. Adanya impak primer pada tungkai

2. Luka karena impak sekunder akibat benturan tubuh dengan bagian kendaraan

lawan.

3. Luka sekunder akibat benturan pengendara dengan jalan, tetapi hal ini sering

menjadi penyebab kematian karena yang mengalami kerusakan sering bagian

kepala.

4. Gambaran fraktur yang terbentuk dimana sifat garis patahnya yang linier,

sedangkan pada cedera kepala akibat dipukul terjadi fraktur kompresi.

5. Pada pembonceng tidak ditemukan luka yang khas

Pemeriksaan Toksikologi

Pada kasus kecelakaan lalu lintas pemeriksaan toksikologi dan

pemeriksaan histopatologis. Pemeriksaan toksikologi yang dilakukan ditujukan

untuk mencari data apakah terdapat obat atau alkohol yang dapat mengakibatkan

gangguan dalam mengendalikan kendaraan bermotornya. Pada pemeriksaan

histopatologis yang dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit yang kambuh

pada korban sehingga mengakibatkan terjadinya kematian, bukan kecelakaan.13

3. Otopsi Cedera Kepala

Pada cedera kepala otopsi yang dilakukan ditujukan untuk menentukan

penyebab dari kematian yang dilakukan dengan11 :

1. Mencocokan kematian oleh karena cedera yang dialami pada kecelakaan.

11
2. Menentukan tipe dari cedera.

3. Mencari kemungkinan adanya penyakit atau faktor lain yang berperan dalam

terjadinya kecelakaan atau meninggalnya korban.

4. Mencari adanya aktivitas kriminal yang berhubungan dengan kematian.

5. Mendokumentasikan semua penemuan untuk kepentingan peradilan.

Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Tahun 1993 Bab XI : 10

Pasal 93 Ayat (1), kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan

yang tidak di sangka-sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraan

dengan atau pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau

kerugian harta benda.


Pasal 93 ayat (2), korban kecelakaan lalu lintas sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), dapat berupa korban mati, koban luka berat dan korban

luka ringan.

Suatu peristiwa dapat dikatakan sebagai kecelakaan lalu lintas bila:13

1. Terdapat kerusakan pada benda derajat 1


2. Terdapat luka: non visible derajat 2
3. Terdapat luka: minor visible derajat 3
4. Terdapat luka: serious visible derajat

4
5. Terdapat korban yang tewas derajat 5

Yang dimaksud kasus tabrak lari (hit and run) adalah suatu kejadian

tabrakan dimana kendaraan yang menabrak melarikan diri dan berusaha

menyembunyikan identitasnya untuk menghindari tindakan hukum kepadanya.14

A. Kemungkinan kejadiannya :

12
1. Setelah menabrak kendaraan tidak berhenti dan pengemudinya

kemungkinan akan melakukan hal-hal sebagai berikut :

melarikan kendaraan secepat mungkin

berusaha menghindari pengenalan kendaraan misalnya dengan

mematikan lampu (malam hari)

kendaraannya dibawa dan ditinggalkan di suatu tempat yang jauh

dari tempat kejadian kemudian melaporkan bahwa kendaraannya

dicuri

2. Setelah menabrak kendaraan berhenti sebentar dan pengemudinya

kemungkinan maka melakukan hal-hal sebagai berikut :

menyingkirkan korban dan menyembunyikannya

mengatur kecelakaan sendiri misalnya naik sepeda dan jatuh ke

dalam selokan

Dalam hal demikian mungkin akan tertinggal bekas-bekas dari pengemudi

di tempat kejadian misalnya sidik jari pengemudi pada badan korban atau

benda-benda lainnya.

B. Tanda-tanda dari kendaraan yang baru menabrak

Tanda-tanda kendaraan yang mencurigakan :

lari dengan kecepatan tinggi

lampu dan kaca ada yang pecah

mematikan lampu pada malam hari

badan kendaraan penyok

13
terdapat goresan dan bekas cat dengan warna yang berbeda dengan warna

kendaraan

C. Tindakan pertama pada korban manusia

Setelah memberi tanda lokasi, korban segera dibawa ke Rumah Sakit atau

dokter terdekat untuk mendapatkan pertolongan

Bila korban meninggal dimintakan visum et repertum jenazah

Bila korban hidup dapat dimintakan visum et repertum sementara

D. Pencarian barang bukti

Barang bukti pada kasus tabrak lari dapat dicari pada obyek sebagai

berikut :

1) di sekitar tempat kejadian

bekas ban (dalam bentuk impression atau print), bekas rem pada jalan,

pecahan kaca, pecahan cat dan sebagainya

2) pada korban manusia

pada baju atau badan korban terdapat bekas ban, pakaian yang tersobek,

darah, pecahan-pecahan cat, contoh rambut korban, dokumen-dokumen

mengenai identitas korban dan sebagainya

3) pada kendaraan korban yang tertabrak

bekas cat kendaraan yang menabrak, mark (tanda) bagian yang tertabrak,

pecahan kaca, bagian kendaraan mungkin ada yang patah atau sobek, sidik

jari pengemudi kendaraan tersangka

4) pada kendaraan korban tersangka yang menabrak

14
bekas cat kendaraan yang tertabrak, pecahan kaca kendaraan korban,

bagian kendaraan korban yang tersobek atau patah, sobekan/serat baju

korban, rambut korban, percikan darah korban, ban kendaraan tersangka,

bagian-bagian kendaraan tersangka yang rusak, mark (tanda) pada bagian

kendaraan yang menabrak.

E. Pengumpulan barang bukti

Sebelum barang bukti dikumpulkan dibuat sketsa tempat kejadian perkara

secara lengkap. Posisi barang bukti harus terlihat jelas dalam sketsa tersebut

serta harus dilakukan pemotretan terhadap semua obyek. Setelah itu dilakukan

pengumpulan barang bukti sebagai berikut :

a) barang bukti tidak boleh dicampur satu sama lain

b) setiap jenis barang bukti dimasukkan dalam wadah tersendiri dan diberi

label

c) barang bukti yang tidak bisa diambil dapat diperiksa langsung di tempat

kejadian

F. Pengamanan barang bukti

a) pecahan cat

pecahan cat bukti dipisahkan antara cat kendaraan korban dengan

tersangka serta cat bandingan dari kendaraan harus dipisahkan dan

masing-masing dimasukkan dalam wadah tersendiri

b) pecahan kaca

15
pecahan kaca dipisahkan menurut alatnya masing-masing misalnya kaca

depan, kaca lampu, kaca jendela dan sebagainya serta masing-masing

dimasukkan dalam wadah tersendiri

c) pakaian korban

pakaian korban yang tersobek harus dipisahkan dengan sobekannya atau

seratnya yang menempel pada kendaraan tersangka

d) darah

darah korban harus dipisahkan dari percikan darah yang terdapat pada

kendaraan tersangka. Darah segar dimasukkan dalam wadah tersendiri dan

diberi pengawet

e) sidik jari

sidik jari harus diambil dan diperiksa oleh ahli doktiloskopi dari

identifikasi

f) jejak ban

jejak ban dalam bentuk impression harus dibuat tuangannya. Jejak ban

dalam bentuk print cukup dipotret tegak lurus dengan memakai skala

g) mark (tanda)

tanda yang terdapat pada bagian yang bertabrakan dapat diperiksa

langsung oleh pemeriksa ahli pada kendaraannya.

G. Pengiriman barang bukti

Barang bukti setelah dikumpulkan dan dipisah-pisahkan satu sama lain

kemudian dibungkus serta disegel dan diberi label sebagaimana mestinya.

Barang dapat dikirim ke laboratorium kriminal untuk dilakukan pemeriksaan

16
laboratorium melalui pos, kurir dan sebagainya dengan memperhatikan segi

keamanan dan kerahasiaan barang bukti.

BAB III

LAPORAN KASUS

17
Berdasarkan surat permintaan penyidik, Nama: Khoirudin, NRP.

79051914, Nomor surat: B/32/VII/2009/Lantas, tanggal 22 Juli 2009, dari pihak

Kepolisian Resort Barito Kuala maka telah dilakukan visum luar oleh Tim

Kedokteran Forensik RSUD Ulin Banjarmasin, pada hari Rabu, tanggal Dua

Puluh Dua Juli Dua Ribu Sembilan, mulai pukul dua puluh dua nol nol sampai

pukul dua puluh tiga nol nol waktu Indonesia Tengah, atas jenazah seorang

perempuan dengan identitas sebagai berikut:

Nama : Ny. Rusmiah

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Desa Sei. Pantai Rt. 07 Kec. Rantau Badauh Kab. Batola

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari suami korban pada hari Rabu tanggal

22 Juli 2009 pukul 15.00 WITA korban ditabrak motor dari belakang dan korban

terlempar sejauh 3 meter. Oleh warga setempat korban yang tidak sadar dibawa ke

rumah sakit Ansari Saleh untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Pukul 18.30

WITA korban dirujuk ke Rumah Sakit Ulin Daerah Banjarmasin. Korban

meninggal 19.30 WITA setelah mendapatkan perawatan kurang lebih 30 menit.

Hasil pemeriksaan tersebut sebagai berikut :

I. PEMERIKSAAN LUAR

1. Keadaan Jenazah

18
Jenazah tidak berlabel terletak di atas meja otopsi ditutup dengan sarung

batik berwarna coklat. Setelah sarung dibuka jenazah memakai baju daster

motif batik bulat-bulat dan garis-garis berwarna coklat hitam dengan

merek Sinar Agung. Setelah baju dibuka jenazah memakai BH berwarna

coklat tanpa merek. Terdapat tanda-tanda perawatan jenazah berupa ikatan

pada pergelangan tangan dan kaki menggunakan kasa.-------------------------

2. Sikap Jenazah

Jenazah terlentang di atas meja otopsi, dengan wajah menghadap ke

samping kiri. Lengan kanan dan kiri atas sejajar sumbu tubuh, lengan

kanan dan kiri bawah membentuk sudut sembilan puluh derajat terhadap

lengan atas. Telapak tangan kiri menghadap ke belakang di atas perut,

telapak tangan kanan menghadap ke belakang di atas telapak tangan kiri.

Tungkai kanan atas dan bawah sejajar sumbu tubuh, kaki kanan lurus,

telapak kaki kanan menghadap ke bawah dengan jari-jari menghadap ke

depan. Tungkai kiri atas dan bawah lurus sejajar sumbu tubuh, kaki kiri

lurus, telapak kaki kiri menghadap ke bawah dengan jari-jari menghadap

ke depan-------------------------------------------------------------------------------

3. Kaku Jenazah

Terdapat kaku jenazah pada jari-jari tangan yang sukar digerakkan---------

4. Bercak jenazah

Terdapat bercak jenazah pada punggung atas berwarna merah keunguan

yang hilang dengan penekanan------------------------------------------------------

19
5. Pembusukan Jenazah

Tidak tampak pembusukan jenazah-----------------------------------------------

6. Ukuran Jenazah

Panjang badan seratus enam puluh satu sentimeter.------------------------------

7. Kepala :

a. Rambut

Warna rambut hitam, tidak beruban, panjang rambut depan sepuluh

sentimeter, panjang rambut samping tiga puluh sentimeter, panjang

rambut belakang tiga puluh enam sentimeter, sukar dicabut, dalam

keadaan kering dan tidak terikat, distribusi

merata-------------------------

b. Bagian yang tertutup rambut

Tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------------

c. Dahi

Terdapat luka lecet geser pada dahi kanan dengan panjang satu

centimeter dan lebar tiga milimeter tepat diatas alis. Terdapat luka

lecet geser pada dahi kiri diatas alis dengan panjang setengah

centimeter dan lebar dua milimeter-----------------------------------------

d. Mata

Mata kanan dalam keadaan tertutup, rambut mata hitam tidak mudah

dicabut, kelopak mata bagian luar atas dan bawah tampak berwarna

kebiruan dan bengkak. Kelopak mata bagian dalam tampak pucat.

Bola mata tampak utuh, pada perabaan teraba kenyal, selaput bening

20
mata warna putih kelabu, manik mata ukuran empat milimeter,

selaput bola mata berwarna merah.---------------------------------------------------

Mata kiri dalam keadaan tertutup, rambut mata hitam tidak mudah

dicabut, kelopak mata bagian luar bawah tampak berwarna kebiruan

dan bengkak. Kelopak mata bagian dalam tampak pucat. Bola mata

tampak utuh, pada perabaan teraba kenyal, selaput bening mata warna

putih kelabu, manik mata ukuran empat milimeter, selaput bola mata

berwarna putih kekuningan---------------------------------------------------

e. Hidung

Dari kedua lubang keluar cairan berupa darah warna merah segar dan

tidak terdapat luka, memar, ataupun retak tulang-------------------------

f. Mulut

Mulut dalam keadaan terbuka dengan lebar satu sentimater, dengan

gigi seri atas satu dan dua kiri dan kanan terlihat. Keluar cairan

berwarna coklat dari mulut---------------------------------------------------

g. Dagu

Tidak ada kelainan.----------------------------------------------------------

h. Pipi

Tidak ada kelainan.----------------------------------------------------------

i. Telinga

Dari lubang telinga kanan keluar cairan darah----------------------------

8. Leher

Tidak ada kelainan.---------------------------------------------------------------

21
9. Dada

Tidak ada kelainan.---------------------------------------------------------------

10. Perut

Permukaan perut datar lebih rendah dengan permukaan dada. Pada daerah

perut dari bawah pusat sampai batas rambut kemaluan tampak bekas

jahitan. Tidak terdapat luka, terlihat warna sama dengan kulit sekitar--------

11. Alat kelamin

Jenis kelamin perempuan, rambut kelamin hitam keriting panjang dua koma

lima sentimeter. Pada lubang kelamin tidak keluar cairan-----------------------

12. Anggota Gerak Atas

Kanan:

- Lengan atas:

Tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------------

- Lengan bawah:

Terdapat luka lecet geser pada lengan bawah bagian belakang berukuran

satu sentimeter dengan jarak satu sentimeter dari siku-----------------------

- Tangan:

Terdapat tiga buah luka lecet geser dan luka memar pada pergelangan

tangan, buku-buku jari jempol dan jari telunjuk dengan ukuran nol

koma lima sentimeter----------------------------------------------------------

Kiri:

- Lengan atas:

22
Terdapat luka memar berbentuk lingkaran pada daerah siku dengan

diameter empat sentimeter---------------------------------------------------

- Lengan bawah:

Terdapat luka lecet geser pada lengan bawah bagian belakang dengan

panjang dua sentimeter, lebar satu sentimeter dengan jarak empat

sentimeter dari siku--------------------------------------------------------------

- Tangan:

Terdapat dua buah luka lecet geser pada buku-buku jari telunjuk dan jari

tengah dengan ukuran satu sentimeter------------------------------------

13. Anggota Gerak Bawah

Kanan:

Pada paha dan tungkai bawah tidak ada kelainan. Pada kaki didapatkan luka

lecet geser pada ibu jari kaki--------------------------------------------------------

Kiri:

Pada paha tidak ada kelainan. Tungkai bawah terdapat satu buah luka lecet

geser dan luka memar pada lutut dengan ukuran dua sentimeter. Pada kaki

terdapat tiga buah luka lecet geser dan luka memar pada mata kaki bagian

dalam dengan panjang luka memar lima sentimeter dan lebar empat

sentimeter------------------------------------------------------------------------------

14. Punggung

23
Terdapat dua buah luka lecet geser. Luka pertama berukuran panjang tiga

sentimeter, lebar dua sentimeter dengan jarak enam belas sentimeter dari

sumbu tubuh. Luka kedua berukuran panjang tiga sentimeter, lebar satu

sentimeter dengan jarak empat belas sentimeter dari sumbu tubuh------------

15. Pantat

Tidak ada kelainan.------------------------------------------------------------------

16. Dubur

Tidak ada kelainan.-----------------------------------------------------------------

II. PEMERIKSAN DALAM

Tidak ada permintaan pemeriksaan dalam berdasarkan surat visum No.

B/32/VII/2009/Lantas.

III. Pemeriksaan Mikroskopis

Tidak ada permintaan pemeriksaan mikroskopis berdasarkan surat visum

No. B/32/VII/2009/Lantas.

IV. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada permintaan pemeriksaan laboratorium berdasarkan surat visum

No. B/32/VII/2009/Lantas.

V. Identifikasi

Tidak ada permintaan identifikasi berdasarkan surat visum No.

B/32/VII/2009/Lantas.

24
VI. Kesimpulan

1. Telah diperiksa jenazah perempuan berusia empat puluh tahun, panjang

badan seratus enam puluh satu sentimeter (I.6, I.11)------------------------

2. Didapatkan luka lecet geser pada dahi kanan dan kiri, lengan bawah

kanan, tangan kanan, lengan kiri bawah, kaki kanan, tungkai bawah

kiri, kaki kiri serta punggung dan luka memar pada tangan kanan,

lengan kiri atas, tungkai bawah kiri serta kaki kiri akibat persentuhan

dengan benda tumpul (I.7c, I.12, 13, 14).-------------------------------------

3. Keluar cairan berwarna merah segar dari hidung, telinga kanan dan

mulut (I.7e, I.7f, I.7i)-------------------------------------------------------------

4. Adanya tanda-tanda cedera kepala berat berhubungan dengan sebab

kematian orang ini. Sebab kematian pasti tidak bisa ditentukan karena

tidak dilakukan pemeriksaan dalam sesuai dengan permintaan penyidik

(I.7d,I.7e,I.7f,I.7i)----------------------------------------------------------------

5. Saat kematian diperkirakan dua hingga duabelas jam sebelum saat

pemeriksaan (I.3,

I.4)-------------------------------------------------------------

VII. Penutup

Demikian visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada

waktu menerima jabatan dan berdasarkan Lembaran Negara no. 350 tahun

1937 serta undang-undang No.8 tahun 1981--------------------------------------

25
BAB IV
ANALISA KASUS

Tujuan visum adalah untuk menentukan sebab, cara, dan waktu kematian.

Visum dapat menjelaskan terangnya suatu kasus apakah termasuk tindak pidana

atau bukan, di mana kasus ini juga merupakan bagian dari traumatologi. Ada tiga

hal dalam visum yang perlu dilakukan untuk mengetahui sebab kematian korban,

yaitu melalui anamnesis, otopsi dan pemeriksaan tempat kejadian perkara (TKP).

Dalam kasus ini, pemeriksaan dalam (otopsi) dan TKP tidak dilakukan.

Pemeriksaan tambahan seperti mikroskopis dan laboratorium juga tidak dilakukan

karena selain tidak ada permintaan dari penyidik, tidak ada indikasi penyebab

kematian korban akibat penyakit dan asfiksia.

Pada kasus ini terjadi kekerasan tumpul pada kepala berdasarkan informasi

yang didapatkan dari penyidik merupakan suatu kecelakaan lalu lintas. Kronologis

kejadian diketahui dari pihak polisi dan para saksi mata yang melihat kejadian

yaitu korban sedang berjalan dan ditabrak motor dari belakang sehingga korban

terlempar sejauh 3 meter dan langsung tidak sadarkan diri. Korban dibawa ke RS

Ansari Saleh dan menjalani perawatan sementara kemudian dirujuk ke RS Ulin,

korban sempat mendapatkan perawatan kurang lebih 30 menit di RS Ulin. Dari

awal kecelakaan sampai tiba di RS Ulin korban tidak sadar. Berdasarkan hal itu

cara kematian korban pada kasus ini diduga tidak wajar yaitu kecelakaan. Cara

26
kematian yang tidak wajar antara lain karena kecelakaan, bunuh diri, atau

pembunuhan. Adanya tanda-tanda perlawanan mengarah ke pembunuhan, di mana

ada usaha korban untuk melakukan perlawanan, sedangkan pada kasus kecelakaan

atau bunuh diri, hal tersebut tidak ditemukan.

Pada pemeriksaan luar ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan tumpul

pada kepala yaitu keluar darah warna merah segar pada hidung dan telinga kanan

serta keluar cairan berwarna cokelat dari mulut korban. Hal lainnya yaitu

ditemukan banyak luka lecet geser pada dahi kanan dan kiri, lengan bawah dan

tangan kanan, lengan bawah dan tangan kiri, kaki kanan dan kiri serta punggung

korban. Hal ini menentukan pola trauma. Banyaknya luka lecet geser ini pada

korban mungkin dikarenakan elastisitas kulit korban yang berkurang karena

pengaruh usia. Jadi, bila ada gesekan pada kulit mudah terjadi luka lecet.

Pada keadaan terjadinya keluarnya darah dari hidung dapat menunjukan

adanya beberapa kemungkinan antara lain :2

1. Robeknya pleksus kieselbach atau arteri etmoidalis anterior pada

septum nasi,

2. Terjadinya fraktur os etmoidea atau os sphenoidea, fraktur pada

bagian ini biasanya disertai perdarahan yang banyak. Perdarahan dari hidung

juga dapat merupakan manifestasi fraktur pada daerah lamina et foramina

cribrosa

3. Fraktur dasar tengkorak disertai robekan duramater dan

arachnoidea juga dapat bermanifestasi keluarnya darah disertai cairan otak

27
dari hidung. Gejala yang ditemukan pada kasus ini dapat merupakan suatu

manifestasi dari suatu cedera yang bersifat tunggal atau kompleks.

Secara klinis, fraktur basis dapat dicurigai keberadaannya jika dijumpai

gejala klinis berupa rhinore, otorhea, ekimois periorbital, ekimosis retroaurikuler

atau gangguan pada nervus kraniales terutama N.VII dan VIII. Gejala di atas tidak

semua ada dalam satu kejadian fraktur basis. Manifestasi yang muncul tergantung

dari lokasi fraktur yang terkena. Dalam kasus cidera kepala, umumnya cairan

keluar bercampur darah, sehingga terkadang menyerupai epistaksis. Bedanya

cairan tidak segera membeku karena bercampur LCS. Cara lain untuk

membuktikan adanya LCS tersebut, dapat dilakukan tes halo. Begitu pula dengan

cairan yang keluar dari telinga (otorea) jika bercampur darah, maka tesnya juga

menggunakan tes halo. Otorea yang terjadi dapat berupa keluarnya darah atau

cairan serebrospinal karena pecahnya membrane timpani. Adanya darah pada

telinga ini perlu dibedakan dengan hemotympanum dan perdarahan akibat laserasi

pada saluran telinga luar. Pada kasus ini tidak bisa dilakukan tes karena darah

yang ada sudah mengering.4

Fraktur basiler merupakan fraktur linear yang terjadi di dasar tengkorak

yang berhubungan dengan robeknya lapisan dural. Fraktur linear merupakan yang

tersering pada trauma kepala yaitu 80%. Adanya fraktur ini jika melintasi daerah

arteri meningea media perlu dicurigai terjadinya hematom epidural,

subdural,maupun subarachnoid. Akibat adanya efek massa (hematom)

menyebabkan peningkatan TIK. Akibat adanya peningkatan TIK dan peningkatan

volume intra kranium dapat menyebabkan herniasi cerebelum menyebabkan

28
kematian dalam hitungan menit sampai dengan hari. Peningkatan TIK awalnya

ditandai dengan penurunan GCS, status kesadaran, ukuran pupil, reflek cahaya

pupil, dan kekuatan motorik serta kesimetrisannya

Selain menentukan cara kematian, juga harus ditentukan sebab dan

mekanisme kematian. Pada kasus ini, sebab kematian diduga akibat kekerasan

tumpul berupa kecelakaan lalu lintas. Hal ini berdasarkan penemuan pemeriksaan

luar di atas. Sebab pasti kematian ini tidak dapat ditentukan karena tidak

dilakukan pemeriksaan dalam (otopsi). Pentingnya pemeriksaan dalam pada kasus

kecelakaan lalu lintas bertujuan untuk :

1. Mencocokkan kematian oleh karena cedera yang

dialami pada kecelakaan.


2. Menentukan tipe dari cedera
3. Mencari adanya faktor atau penyakit lain yang

mungkin berperan pada kejadian kecelakaan lalu lintas.


4. Mencari adanya aktivitas kriminal yang

berhubungan dengan kematian


5. Mendokumentasikan semua penemuan untuk

kepentingan peradilan.
6. Menentukan identifikasi mayat khususnya jika

korban terbakar atau termutilasi.


Berdasarkan surat permintaan visum, hanya diminta pemeriksaan luar

terhadap tubuh korban sehingga penyebab pasti kematian tidak dapat ditentukan.

Pemeriksaan dalam mutlak diperlukan untuk menentukan sebab pasti kematian,

sehingga proses penegakkan hukum dapat berjalan dengan lancar.

Lebam mayat atau bercak jenazah terjadi akibat pengumpulan darah dalam

pembuluh-pembuluh darah kecil, kapiler dan venula pada bagian tubuh yang

29
terendah akibat daya gravitasi bumi. Lebam mayat mulai tampak sekitar sekitar

30 menit setelah kematian somatis dan intensitas maksimal akan tercapai dalam

waktu 8 12 jam post mortal, dan jika dilakukan penekanan lebam mayat masih

dapat menghilang, tetapi jika sudah lebih dari 8-12 jam lebam mayat tidak

menghilang hal ini dikarenakan telah terjadi perembesan darah akibat rusaknya

pembuluh darah ke dalam jaringan disekitar pembuluh darah tersebut.13

Kaku mayat atau rigor mortis terjadi akibat perubahan kimiawi pada

protein yang terdapat dalam serabut otot lurik maupun otot polos. Kaku mayat

mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai puncaknya setelah 10-12

jam post mortal, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam akan

menghilang.13

Pada kasus ini, korban dinyatakan meninggal karena fungsi dari parameter

kematian benar-benar tidak berfungsi yaitu paru, jantung dan otak. Pada kasus ini,

saat kematian diperkirakan dua jam sampai duabelas jam sebelum pemeriksaan

karena pada saat pemeriksaan ditemukan lebam mayat yang hilang dengan

penekanan. Kaku jenazah pada jari-jari tangan.

30
BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus cedera kepala karena kecelakaan lalu lintas

pada seorang perempuan berusia 40 tahun yang mengakibatkan kematian

diakibatkan persentuhan dengan benda tumpul. Pada korban terdapat darah yang

berwarna merah segar pada hidung dan telinga kanan serta luka memar pada

bagian tubuh korban. Adanya perdarahan pada hidung dan telinga serta keluar

cairan berwarna cokelat dari mulut tersebut berhubungan dengan penyebab

kematian tanpa mengesampingkan sebab lain karena tidak dilakukan pemeriksaan

dalam. Saat kematian dua jam sampai duabelas jam sebelum saat pemeriksaan.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Fernside, M.R., dan Simpson, D.A., 1997,


Epidemiology. Dalam P. Reilly and R. Bullock, Head Injury, Pathophysiology
and Management of Severe Closed Injury, Chapman and Hall Medical,
London. P:3-6.

2. Utami HD, Rusman AA, Basworo W. Perkiraan


Kelainan Di dalam Kepala Melalui Pemeriksaan Luar Pada Cedera
Kepala dengan Perdarahan Keluar Dari Lubang Hidung dan Telinga
dalam pertemuan ilmiah tahunan PDFI. Yogyakarta: 2006.

3. Dawodu ST. Traumatic brain injury (TBI)-


definition, epidemiology, pathophysiology. Emedicine. March 2009.
(http://www.google.com, diakses Juni 2010).

4. Pangilinan PH. Classification and complications of


traumatic brain injury. Emedicine. Apr 2008. (http://www.google.com, diakses
Juni 2010).

5. Apuranto H. 2007. Luka akibat benda tumpul


dalam Buku Ajar ilmu kedokteran Forensik dan medikolegal edisi ketiga.
Surabaya : Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UNAIR

6. Prahara Yuri Cedera Kepala (Head Injury)


Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru 2008

7. Khan AN. Skull fractures. Emedicine. February


2010. (http://www.google.com, diakses Juni 2010).

8. Bernstein, M.P., dan Mirvis S.E., 2005, Rapid


multidetector imaging assesses multiple injuries in stable patients, Trauma CT
offers one-stop diagnosis. Melalui
<http://www.neurosurgerytoday.orglwhat/patent C/head. ash.

32
9. Olson, A david. Head Injury. Http//
www.emedicine.com Department of Neurology, Dekalb Medical
Center,Updated: Oct 2, 2006

10. Muharsanto, Peni. Gambaran Hasil Pemeriksaan


Luar Jenazah Pada Korban Kecelakaan Lalu Lintas di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru Periode 1 Januari 2005-31 Desember 2007.

11. Dr. Syaiful Saamin, Cedera kepala SMF Bedah


Saraf RS. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang. 2008

12. Blumbergs P.C., 1997, Pathology, dalam P. Reilly,


Head Injury, Pathophysiology and Management of Severe Closed Injury.
Chapman and Hall Medical, London, p: 39.

13. Idries AM. Kecelakaan Transportasi Dalam :


Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama.Jakarta: Binarupa
Aksara, 1997.h. 169-207

14. Abdussalam. 2006. Forensik. Jakarta : Restu Agung

33

Anda mungkin juga menyukai