Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Obat anestesi lokal merupakan obat yang menghambat konduksi
saraf secara reversible. Dalam kedokteran gigi, obat anestesi lokal telah
dipergunakan secara luas untuk mengendalikan rasa nyeri pada perawatan
gigi, khususnya dalam prosedur pencabutan gigi maupun prosedur bedah
mulut lainnya secara lokal.1
Obat anastesi lokal yang terdapat adrenalin dipasaran tersedia
dengan sediaan berbagai konsentrasi yaitu 1 : 50.000, 1 : 80.000, 1 :
100.000 dan 1 : 200.000.2,3 Sediaan yang sering digunakan pada praktik
kedokteran gigi di Indonesia dengan adrenalin 1 : 80.000 dan 1:100.000.
Adrenalin merupakan vasokonstriktor yang paling poten dan paling luas
digunakan dalam bidang kedokteran gigi.2
Obat anestesi lokal memiliki efek vasodilatasi pada daerah
suntikan, yang menyebabkan pembuluh darah melebar sehingga aliran
darah meningkat. Hal ini menyebabkan meningkatnya absorpsi obat
anestesi lokal ke dalam aliran darah, sehingga obat tersebut cepat hilang
dari daerah suntikan, masa kerja dan efektifitas obat menjadi berkurang.4
Penggunaan obat anestesi lokal perlu adanya pertimbangan bagi
pasien dengan riwayat sistemik kardiovaskuler. Sehingga perlu adanya
pengetahuan seberapa jauh pengaruh dari berbagai konsentrasi pada
sediaan yang dijual dipasaran. Adrenalin sebagai vasokonstriktor
mempunyai pengaruh sistemik. Efek sistemik yang menonjol adalah
terhadap sistem kardiovaskular, disamping itu mempunyai efek terhadap
proses metabolik.5

1.2 Rumusan Masalah

1
Apakah terdapat pengaruh antara pemberian anestesi lokal dengan kadar
vasokonstriktor 1 : 80.000 dan 1:100.000 terhadap parameter tekanan
darah?
1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh antara pemberian anestesi lokal dengan kadar
vasokonstriktor 1:80.000 dan 1 : 100.000 terhadap parameter tekanan
darah.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai informasi ilmiah kedokteran gigi khususnya dibidang ilmu
bedah mulut untuk mengevaluasi pengaruh dari isi obat anastesi lokal
dengan kadar vasokonstriktor 1 : 80.000 dan 1 :100.000 terhadap
pengaruh tekanan darah
2. Sebagai informasi yang dapat dijadikan dasar pertimbangan pemilihan
anestesi lokal yang efektif dan aman untuk pasien yang memiliki
riwayat penyakit sistemik kardiovaskuler.
3. Sebagai bahan acuan penelitian lebih lanjut terutama mengenai
pengaruh peran kadar vasokonstriktor 1 : 80.000 dan 1 : 100.000 pada
anestesi lokal terhadap parameter tekanan darah.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Anestesi Lokal


Obat anestesi lokal adalah obat yang bekerja dengan menghambat
impuls saraf, mencegah hantaran impuls saraf perifer dan bersifat
reversibel.1 Berdasarkan sifat ini maka obat anestesi lokal sangat banyak
membantu bidang kedokteran gigi dalam menghilangkan rasa nyeri pada
perawatan gigi. Klasifikasi obat anestesi lokal dibagi dalam 2 kelompok
yaitu senyawa ester dan amida. Kelompok senyawa amida diantaranya
lidocaine, prilocaine, mepivacaine, bupivacaine. Sedangkan procaine,
benzocaine, propoxycaine, tetracaine merupakan kelompok senyawa ester.
Lidocaine (2-Diethylamino 2', 6 acetoxylidide hydrochlorida ) pertama
kali disintesis oleh Nils Lofgen (1943). 6
Obat anestesi lokal secara klinis mempunyai efek vasodilatasi yang
menyebabkan pembuluh darah di daerah kerja obat anestesi lokal melebar
sehingga aliran darah meningkat. Hal ini menyebabkan : (1) mudah terjadi
perdarahan, (2) absorpsi obat ke dalam sistem kardiovaskular meningkat,
sehingga obat tersebut cepat hilang, (3) tingkat plasma obat anestesi lokal
menjadi lebih tinggi sehingga tingkat toksisitas meningkat, (4) masa kerja
menurun karena penyebarannya lebih cepat.6

2.2 Vasokonstriktor
Vasokonstriktor merupakan obat adrenergik, karena efek yang
ditimbulkan mirip perangsangan saraf adrenergik dan secara kimia
menyerupai mediator sistem saraf simpatik sehingga dinamakan sebagai
obat simpatomimetik.7 Kerja obat adrenergik dapat dibagi dalam 7 jenis:

3
(1) perangsangan perifer terhadap otot polos pembuluh darah, kulit dan
mukosa, (2) penghambatan perifer terhadap otot polos usus, bronkus dan
pembuluh darah otot rangka, (3) perangsangan jantung, dengan akibat
peningkatan denyut jantung dan kekuatan kontraksi, (4) perangsangan
SSP, misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan kewaspadaan dan
aktifitas psikomotor, (5) efek metabolik, misalnya peningkatan
glikogenolisis di hati dan otot, (6) efek endokrin, mempengaruhi sekresi
insulin, (7) efek prasinaptik, dengan akibat hambatan penglepasan
neurotransmiter NE dan ACh.8
Vasokonstriktor yang termasuk dalam cathecolamine adalah
adrenalin, noradrenalin, levomordefrin, isoproterenol dan dopamine.
Penambahan vasokonstriktor ke dalam larutan anestesi lokal telah lama
dilakukan, Braun (1901) pertama kali menambahkan adrenalin ke dalam
cocaine.9

2.3 Adrenalin
Adrenalin adalah suatu hormon tubuh yang berasal dari sekresi
medula kelenjar adrenal. Adrenalin juga dapat dibuat secara sintetis.6,8 Di
dalam tubuh manusia sekresi adrenalin dipengaruhi oleh aktifitas saraf
simpatik, seperti diketahui aktifitas saraf simpatik berlangsung bila tubuh
dalam keadaan siap siaga atau bahaya, misalnya pada keadaan stres, baik
berupa stres fisik maupun stres psikis. Adanya stres akan mempengaruhi
terutama sistem endokrin yakni dilepaskannya ACTH dari glandula
pituitaria dan hormon glikokortikoid dari korteks adrenal. Disamping itu
medula adrenal juga akan memproduksi adrenalin dan noradrenalin.10
Efek yang menguntungkan dari adrenalin di antaranya : (1)
vasokonstriksi pembuluh darah sehingga menurunkan aliran darah ke
daerah penyuntikan, (2) mengurangi perdarahan pada daerah kerja, (3)
memperlambat absorpsi obat anestesi lokal ke sistem kardiovaskular
sehingga kadar obat anestesi lokal dalam darah menjadi lebih rendah, (4)
menurunkan tingkat toksisitas obat anestesi lokal, (5) memperpanjang

4
masa kerja obat anestesi lokal.6,8 Pada umumnya pemberian adrenalin
menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergik. Efek yang paling
menonjol adalah efek terhadap otot polos pembuluh darah, jantung dan
otot polos lainnya. 8
Secara umum total adrenalin yang digunakan harus seminimal
mungkin tetapi bisa mempertahankan obat anestesi lokal pada daerah
kerja, sehingga didapat efek anestesi yang adekuat dengan tingkat
toksisitas yang rendah.6 Adrenalin merupakan vasokonstriktor yang paling
poten dan paling luas digunakan dalam bidang kedokteran gigi, tersedia
dalam berbagai konsentrasi yaitu 1 : 50.000, 1 : 80.000, 1 : 100.000 dan 1 :
200.000.2,3

2.5 Tekanan Darah


Tekanan darah merupakan parameter fisiologis yang
peningkatannya akan menimbulkan faktor resiko untuk hipertensi dan atau
kardiovaskuler.11 Beberapa faktor dapat berpengaruh terhadap derajat
tekanan darah. Faktor yang paling umum berpengaruh tampaknya adalah
jenis kelamin. Tekanan darah pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Hal lain yang juga dapat berpengaruh adalah tinggi badan dan
berat badan. Tekanan maksimal pada puncak denyut umumnya disebut
sebagai tekanan sistolik, sedangkan tekanan terendah disebut sebagai
tekanan darah diastolik.11
Secara singkat sistolik berarti kontraksi, oleh karena itu secara
fisiologis dianggap terjadi kira-kira dengan menutupnya katup A-V dan
akan berakhir kira-kira sesuai sesuai dengan membukanya katup A-V.
Secara klinis tidak mungkin untuk menentukan kapan katup A-V
membuka, tetapi karena waktu antara penutupan dan pembukaan katup
hanya singkat saja, maka tekanan darah sistolik diukur sebagai suatu
interval waktu antara bunyi jantung pertama dan kedua. Sedangkan
tekanan darah diastolik dianggap sebagai interval waktu antara penutupan
katup aorta pulmonalis dan penutupan katup A-V. 11

5
2.6 Kerangka Teori

Vasokonstriktor

Meningkatkan respon Tekanan sistolik


ransangan Reseptor meningkat
adrenergik.7 Tekanan diastolik
meningkat

Tekanan darah11
Faktor faktor yang
berpengaruh terhadap
tekanan darah:
Jenis kelamin
Tinggi dan Berat badan
Peningkatan respon
adrenergik

6
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Umur, jenis kelamin, berat badan,


rasa cemas dan sakit (variabel
perancu)

tekanan darah awal kelompok tekanan darah akhir dengan


kontrol perlakuan vasoknstriktor 1 :
80.000 (T1)
(variabel terikat)
(variabel terikat)

Umur, jenis kelamin, berat


badan, rasa cemas dan sakit
(variabel perancu)

tekanan darah akhir dengan


tekanan darah awal perlakuan vasokonstriktor 1
kelompok kontrol : 100.00 (T2)
3.3
(variabel terikat) (variabel terikat)

Hipotesis
Terdapat peningkatan parameter tekanan darah setelah penyuntikan anestesi
lokal dengan kadar vasokonstriktor 1:100.000 dibandingkan dengan anastesi
local dengan kadar vasokonstriktor 1 : 80.000

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

7
Jenis penelitian ini merupakan eksperimental klinis

4.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Poli Bedah Mulut, RSGM FKG UI, Jakarta. Waktu
penelitian akan dilakukan pada Bulan januari april tahun 2021

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pasien yang datang ke Poli Bedah Mulut
RSGM FKG UI untuk keperluan pencabutan gigi ataupun operasi
odontektomi

4.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi :

1. Pria atau wanita berusia 35 - 50 th

2. Keadaan umum baik

3. Tekanan darah normal (< 120/80)

4. Bersedia mengikuti/berpartisipasi menjadi subjek penelitian

5. Terdapat indikasi pencabutan gigi

Kriteria Eksklusi :

1. Memiliki penyakit sistemik dan mengkonsumsi obat-obatan (antidepresan


trisiklik, Phenothiazine, Inhibitor oksidase monoamin, bloker non
selektif dan Cocaine) dalam 6 bulan terakhir
2. Pasien alergi terhadap lidocaine 2%

8
4.5 Besar Sampel

Besar subjek yang dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan rumus,


minimal berjumlah 32 subjek untuk masing-masing kelompok dan dipilih
sesuai dengan kriteria.

n = [ (Z+ Z) X SB ] 2 = 32
d
Z: tingkat kemaknaan : 0,01, Z: 2,576.
Z: power penelitian :80 %, Z: 0,842.
SB : simpang baku :10
d : selisih rerata ke 2 kelompok : 5

4.6 Cara Kerja

- Pasien yang sudah memenuhi kriteria sampel diukur detak jantung dan
tekanan darah dengan tensimeter elektronik. Setelah itu diberitahu akan
dilakukan penyuntikan
- Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok I untuk anestesi lidokain
HCL 2% dengan vasokonstriktor 1 : 80.000 (obat I) sebanyak 2 ampul,
kelompok II untuk anestesi lidokain HCL 2% dengan vasokonstriktor
1:100.000 (obat II) sebanyak 2 ampul.
- Kelompok I dan kelompok II diberikan topikal anestesi pada regio yang
akan dianestesi, setelah itu dilakukan dua kali penyuntikan menggunakan
teknik infiltrasi pada rahang atas, 0,6 ml di bukal dan 0,4 ml di palatal atau
lingual.

9
- Injeksi anestesi lokal dilakukan oleh satu orang operator, lalu satu orang
operator lainnya melakukan pengukuran tekanan darah
- Pengukuran tekanan darah dilaksanakan setelah 10 menit perlakuan injeksi
vasokonstrikor dilakukan.
- Masing-masing operator tidak diberi tahu kandungan anestesi lokal yang
digunakannya (double - blind study)
- Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter elektronik
- Tabulasi data dari kelompok I dan kelompok II dan data di analisis dengan
SPSS 22

4.7 Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas (independent)


- Lidokain HCL 2% dengan epinefrin 1 : 80.000
- Lidokain HCL 2% dengan epinefrin 1:100.000
b. Variabel terikat (dependent)
- Tekanan darah : sistolik dan diastolik
c. Variabel perancu yang dikendalikan (confounding)
- Usia
- Rasa takut/cemas
- Rasa sakit
- Berat badan

- jenis kelamin

4.8 Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Satuan Skala


Anestesi Lidokain HCL 2% dengan 1 : Kategori
lokal 80.000 (obat I) dan Lidokain k
HCL 2% dengan epinefrin 1 :
100.000. (obat II) diberikan

10
dengan cara infiltrasi,
sebelumnya diberikan anestesi
topikal pada daerah yang akan
dilakukan anestesi. Dosis
infiltrasi menurut Malamed 0,6
ml di bagian bukal, 0,4ml di
bagian palatal atau lingual
dengan disposible syringe 2,5
cc merek Terumo dengan
ukuran jarum 27G X 1/2.
Tekanan Tekanan darah arteri maksimal Tensimeter mm/Hg Numerik
darah yang diukur dengan tensimeter
sistolik elektronik merek Omron
model MX3, secara
oscilometri, pengukuran
dilakukan sebelum
penyuntikan anestesi lokal,
dan 10 menit setelah
penyuntikan.
Tekanan Tekanan darah arteri minimal Tensimeter mm/Hg Numerik
darah yang diukur dengan alat
diastolik pengukur elektronik merek
Omron model MX 3, secara
oscilometri, pengukuran
dilakukan sebelum
penyuntikan anestesi lokal,
dan 10 menit setelah
penyuntikan.

4.9 Analisis Data


Data dianalisa dengan menggunakan uji T-test tidak berberpasangan bila
distribusi data normal atau uji Mann Whitney U jika distribusi tidak

11
normal dengan batas kemaknaan p < 0.05 untuk mengetahui pengaruh
anestesi lokal dengan kadar vasokonstriktor 1 : 80.000 dan 1 : 100.000
terhadap parameter tekanan darah setelah penyuntikan.

4.10 Bahan dan Alat

12
a. Anestesi topikal gel Procaine
b. Lidokain HCL 2 % dengan epinefrin 1 : 80.000
c. Lidokain HCL 2 % dengan epinefrin1:100.000
d. Kapas atau kassa
e. Kaca mulut No. 3
f. Pinset
g. Disposible Syringe 2,5 CC, merek Terumo dengan ukuran jarum 27 G x

h. Alat pencatat tekanan darah merek OMRON model MX 3, buatan
Jepang.
i. Alat pencatat waktu setelah penyuntikan anastesi local menggunakan
stopwatch merek Samsung.

13
4.11 Alur Tata Laksana Penelitian

Lolos Komisi Etik FKG

Izin Direktur RSGM-P UI

Populasi Penelitian
(Seleksi Subjek)

Informed Consent

Grup 1 (n = 32) Grup 2 (n = 32)


Vasokonstriktor 1 : 80.000 Vasokonstriktor 1:100.0000

Pengukuran I: Pengukuran I:
Tekanan darah sistolik Tekanan darah sistolik
Tekanan darah diastolik Tekanan darah diastolik

Infiltrasi anestesi local Infiltrasi anestesi lokal


dengan dengan
Vasokonstriktor 1 : 80.000 Vasokonstriktor 1:100.000

Pengukuran II Pengukuran II

Analisa dan tabulasi data

Laporan Hasil Penelitian


14
BAB 5
HASIL PENELITIAN

Hasilpengolahandatadaritotalpopulasitarget,diperolehnilaireratatekanan
darah sebelum perlakuan dan setelah perlakuan pada masing masing kadar
vasokonstriktor1:80.000dan1:100.000,sebagaiberikut:

Nilaitekanandarah Mean(SD) Nilaip

TD_vasokontriktor_1:80.000 .(.) 0,.....

TD_vasokontriktor_1:100.000 ..()

Tabel4.1hasilanalisaujittestindependent

Berdasarkanhasilanalisisujittestindependentdidapatkannilaipvalue=0.....,
dengannilaialfa=0.05.halinimenunjukkanbahwatidakadaperbedaan
bermaknaantaraperlakuandenganmenggunakankadarvasokonstriktor1:80.000
dan1:100.000secarastatistikdengannilaip>0.05.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Levin L, Lin S. Local Anesthetic Efficacy And Systemic Influence Of 4 %


Articaine Hcl Vs 2 % Lidocaine Hcl With 1: 100.000 Epinephrine: A
Randomized Controlled Prospective Study. 2012;5(4).
2. Sunaryo. Anestesi Lokal. Dalam : Ganiswara SG (ed). Farmakologi Dan Terapi
edisi 4. Jakarta : Gaya Baru. 1998 : 234 42
3. Nitiprodjo Al. Efek Adrenalin Yang Terdapat Pada Anestesi Lokal
Terhadap Denyut Jantung Dan Tekanan Darah. Fakultas Kedokteran Gigi.
1993 : 5-6
4. Matsumura K, Miura K, Takata Y, Kurokawa H, Kajiyama M, Abe I, et al.
Changes in blood pressure and heart rate variability during dental surgery.
Am J Hypertens 1998;11:1376-80.
5. Nagata T, Mishima Y. Anesthetic management of a patient with
deteriorated cardiac function following cardiopulmonary resuscitation.
Kurume Med J 2010;57:81-4.
6. Malamed SF. Handbook Of Local Anesthesia 6th ed. St Louis : Mosby
2006 : 37 58
7. Achar S. Kundu S. Principles Of Office Anesthesia Part I. Infiltrative
Anesthesia. American Family Physician. 2002 ; 66 : 91 4
8. Setiawati A. Adrenergik. Dalam : Ganiswara SG (ed). Farmakologi Dan
Terapi. Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru 1998 : 57 63
9. Elad S, Admon D, Kedmi M, Naveh E, Benzki E, Ayalon S, et al. The
cardiovascular effect of LA with articaine plus 1:200,000 adrenalin versus
lidocaine plus 1:100,000 adrenalin in medically compromised cardiac
patients: A prospective, randomized, double blinded study. Oral Surg Oral
Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2000;105:725-30.
10. Berne RM. Levy MN. Principles Of Physiology 3rded. St Louis : Mosby.
2000 : 572 77
11. Guyton AC, Textbook of Medical Physiology 7thed. San Fransisco : WB
Sounders Co. 1993 : 260 272

16
17

Anda mungkin juga menyukai