Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS


DAN PRODUKSI TERNAK UNGGAS

OLEH

KELOMPOK 3

Baiti Sarah 05041281520048


Dhanny Setyawan 05041181520003
Gusty Trianti 05041181520008
M. Alif Rizkilah 05041281520039
Maulana Faris Amrullah 05041181520018
Nurmelianti 05041381520035
Rizkia Hartati 05041181520006

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA

2017
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang semakin
meningkat setiap tahunnya, kebutuhan akan protein hewani seperti daging, susu,
telur semakin meningkat pula. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya
protein hewani bagi pemenuhan gizi. Salah satu sumber protein hewani yang
memiliki nilai gizi tinggi adalah daging. Daging menduduki peringkat teratas
sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, karena cita rasanya yang enak dan kandungan zat gizinya yang tinggi.
Sumber daging yang paling familiar dan sangat sering dikonsumsi oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia adalah ayam, salah satunya adalah ayam broiler.
Ayam broiler sebagai salah satu sumber daging yang memiliki nilai gizi tinggi
merupakan penyumbang terbesar protein hewani asal ternak dan merupakan
komoditas unggulan. Ayam broiler adalah ayam ras yang mampu tumbuh cepat
sehingga dapat menghasilkan daging dalam waktu relatif singkat yakni 4 (lima)
sampai 7 (tujuh) minggu.
Meningkatnya konsumsi daging ayam terutama daging ayam broiler yang
kini menjadi primadona di Indonesia, tidak dibarengi dengan kenaikan populasi dan
produksi ayam broiler itu sendiri. Penyebab utama hal ini adalah manajemen
pemeliharaan yang kurang baik dan belum efektif dalam usaha peternakan ayam
broiler. Hanya sebagian kecil saja dari usaha peternakan ayam broiler yang sudah
menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan
teknologi. Sebenarnya jika dilihat, peluang peningkatan populasi dan produksi
ayam broiler di Indonesia masih sangat terbuka lebar. Hal ini dikarenakan,
Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang sangat baik untuk pengembangan
ayam broiler. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ayam
broiler antara lain adalah perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan serta
pencegahan dan pengobatan penyakit.

1
Universitas Sriwijaya
Pencernaan adalah rangkaian penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat
makanan dalam saluran pencernaan untuk dapat diserap dan digunakan oleh
jaringan-jaringan tubuh. Pada pencernaan tersangkut suatu perubahan fisik dan
kimia dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Proses pencernaan makanan pada ternak
ruminansia relatif lebih komplek dibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak
lainnya.Alat pencernaan terdiri atas saluran yang memanjang mulai dari mulut
sampai ke usus dan berakhir di lubang pelepasan atau anus. Ayam memiliki
pencernaan yang sederhana. Oleh sebab itu hanya tersedia tempat yang sempit
untuk kehidupan jasad renik dalam usus yang diperlukan untuk membantu
mencerna pakan
Unggas termasuk hewan monogastrik, yaitu hewan yang berlambung tunggal
tidak seperti ternak ruminansia atau ternak poligastrik lainnya. Pada ternak
ruminansia atau poligastrik lambung terdiri dari empat bagian, yang mana terdapat
banyak mikroba yang membantu proses perncernaan. Tidak demikian dengan ayam
yang hanya memiliki lambung tunggal, sehingga peranan mikroba sangat sedikit
untuk degradasi makanan yang dicernanya.Lambung unggas, semua alat
pencernaan lainnya hampir sama antara hewan monogastrik dengan hewan
ruminansia. Alat pencernaan pada unggas sedikit berbedapula dengan hewan
monogastrik lainnya. Ukuran panjang saluran pencernaan secara keseluruhan pada
unggas lebih kecil atau lebih pendek dari hewan mamalia.
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus ditelan.
Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur
dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal.
Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama
alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.
Sistem digesti adalah suatu lintasan organ yang menghubungkan antara lingkungan
dengan proses metabolisme alamiah pada hewan. Pencernaan diartikan sebagai
pengelolaan pakan sejak masuk dalam mulut sehingga diabsorbsi. Secara garis
besar fungsi saluran pencernaan adalah sebagai tempat pakan ditampung, tempat
pakan dicerna, tempat pakan diabsorbsi dan tempat pakan sisa yang dikeluarkan.
Sistem pencernaan meliputi saluran pencernaan (paruh, mulut, tenggorok, lambung

2
Universitas Sriwijaya
kelenjar, empedal, usus halus, usus buntu, usus besar, kloaka, anus) dan alat
tambahan (hati, pankreas, lien).
Sistem pencernaan adalah penghancuran bahan makanan (mekanis/
enzimatis, kimia dan mikrobia) dari bentuk komplek (molekul besar) menjadi
sederhana (bahan penyusun) dalam saluran cerna. Tujuan dari pencernaan itu
sendiri adalah untuk mengubah bahan komplek menjadi sederhana. Dan
kegunaanya adalah unuk mempermudah penyerapan oleh vili usus.
Pada hewan bahan makanan yang diubah menjadi energi melalui pencernaan adalah
karbohidrat, lemak, protein. Sedangkan yang langsung diserap berupa vitamin,
mineral, hormon, air.Hewan mempunyai 4 aktivitas makanan, yaitu : prehensi
(mengambil makanan), mastikasi (mengunyah), salivasi (mensekresikan air ludah),
dan deglutisi (menelan). Dalam hal ini deglutisi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain : peristaltik (peristaltik esophagus mendorong bolus ke arah lambung),
tekanan buccopharyngeal (mendorong bolus ke sofagus), dan gravitasi (membantu
memudahkan jalannya bolus).Pada pencernaan terdapat lambung tunggal untuk
hewan carnivora dan omnivora, lambung komplek untuk hewan herbivora, dan
pencernaan pada unggas.
Sistem pencernaan pada unggas terdiri dari dua saluran pencernaan dan organ
asesori. Saluran pencernaan merupakan organ yang menghubungkan proses
metabolic di dalam tubuh. Saluran pencernaan unggas terdiri dari mulut, esophagus,
crop, proventrikulus, gizzard, duodenum, usus halus, ceca, rectum dan kloaka.
Sedangkan organ asesori terdiri dari pancreas dan hati. Pada sistem pencernaan
unggas mempunyai perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan sistem
pencernaan mamalia.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagian-bagian saluran
pencernaan serta mengetahui fungsi dari masing-masing bagian pada saluran
pencernaan broiler dan juga untuk mengetahui karkas yang ada di ayam broiler.
Serta untuk mengetahui proses manajemen peternakan ayam broiler meliputi
manajemen kandang, biosecurity, populasi kandang, pakan dan minum, dan lain
sebagainya.

3
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pencernaan


Sistem pencernaan adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima
makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses
tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya
bisa sangat jauh berbeda.
Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan,
memecahnya menjadi molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut
ke dalam aliran darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan.
Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang
dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecah nya menjadi
bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah.
Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah : mulut, faring, esofagus, lambung,
usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh
melalui anus.

2.1.1. Mulut
Mulut ayam tidak memiliki lidah, pipi dan gigi. Langit-langitnya lunak, tetapi
memiliki rahang atas dan bawah yang menulang untuk menutup mulut. Rahang atas
melekat pada tulang tengkorak dan yang bawah bergelantung. Kedua rahang
berhunungan sebagai paruh. Lidah berbentuk sepeti pisau yang memiliki
permukaan kasar di bagian belakang untuk membantu mendorong makanan ke
esophagus. Di dalam mulut terdapat saliva yang disekresikan oleh kelenjar di mulut
dengan bantuan enzim amilase (Suprijatna et al., 2008). Mulut menghasilkan saliva
yang mengandung amilase dan maltase saliva, tetapi pemecahan bahan pakan di
mulut ini kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk lewat sesaat (Yuwanta,
2004).

4
Universitas Sriwijaya
Menurut Amrullah (2004) bentuk paruh pada unggas disuaikan dengan
bentuk makananya paruh runcing jika makanan utamanya adalah bijian kecil, dan
berbentuk runcing bengkok dapat digunakan untuk menyobek mangsanya dan
memecah bijian yang besar yang keras serta berbentuk seperti sendok sehingga
mudah digunakan untuk menyaring dan menangkap makanan yang bercampur air.
Pengganti fungsi gigi pada mulut unggas terdapat pada lidah dan juga paruh.

2.1.2. Esophagus
Esophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami
pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Esophagus memanjang dari pharynx
hingga proventrikulus melewati tembolok (crop). Organ Esophagus menghasilkan
mukosa yang berfungsi membantu melicinkan pakan menuju tembolok (Yuwanta,
2004). Esophagus berupa pipa tempat pakan melalui saluran ini dari bagian
belakang mulut (pharinx) ke proventrikulus (Suprijatna et al., 2008).

2.1.3. Crop (tembolok)


Sebelum kerongkongan memasuki rongga tubuh, ada bagian yang melebar di
salah satu sisinya menjadi kantong yang dikenal sebagai crop (tembolok).
Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak
ada proses pencernaan di sini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang
dilanjutkan aktivitasnya di tembolok (Suprijatna et al., 2008). Tembolok adalah
modifikasi dari esophagus. Fungsi utama tembolok adalah untuk menyimpan pakan
sementara, terutama pada saat ayam makan dalam jumlah banyak (Yuwanta, 2004).
Menurut Yuwanta (2000), kisaran normal panjang tembolokadalah antara 7 sampai
10 cm.

2.1.4. Proventrikulus
Proventrikulus disebut juga perut kelenjar atau succenturiate ventricle atau
glandular stomach yang mensekresikan pepsinogen dan HCl untuk mencerna
protein dan lemak. Pada proventrikulus lintasan pakan sangat cepat masuk ke
empedal melalui isthmus proventrikulus sehingga secara nyata belum sempat untuk
dicerna (Yuwanta, 2004). Proventrikulus adalah suatu pelebaran dari kerongkongan

5
Universitas Sriwijaya
sebelum berhubungan dengan gizzard (empedal). Di proventrikulus nantinya akan
diproduksi gastric juice (Suprijatna et al., 2008).

2.1.5. Empedal (gizzard)


Empedal (gizzard) disebut juga sebagai perut muskular yang merupakan
kepanjangan dari organ proventrikulus. Fungsi utama dari empedal adalah
memecah dan melumatkan pakan serta mencampurkannya dengan air menjadi pasta
yang dinamakan chymne. (Yuwanta, 2004). Biasanya, gizzard mengandung
material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang dan batu kerikil. Partikel
pakan segera digiling menjadi partikel kecil yang mampu melalui saluran usus.
Material halus akan masuk ke gizzard dan keluar lagi dalam beberapa menit, tetapi
pakan berupa material kasar akan tinggal di gizzard untuk beberapa jam (Suprijatna
et al., 2008).

2.1.6. Usus halus


Usus halus merupakan organ utama tempat berlangsungnya pencernaan dan
absoprsi produk pencernaan. Berbagai enzim yang masuk ke dalam saluran
pencernaan ini berfungsi untuk mempercepat dan mengefesiensikan pemecahan
karbohidrat, protein dan lemak untuk mempermudah proses absorpsi. (Suprijatna et
al., 2008). Usus halus (small intestine) dinamakan juga intestinum tenue,
panjangnya bisa mencapai 120 cm dan terbagi menjadi tiga bagian yakni
duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum terdapat pada bagian yang paling atas
dari usus halus dan panjangnya mencapai 24 cm. Pada bagian ini terjadi pencernaan
yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien kasar berupa pati, lemak dan
protein. Jejunum dan ileum merupakan kelanjutan dari duodenum. Pada bagian ini
proses pencernaan dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan pada
duodenum dilanjutkan sampai tinggal bahan yang tidak dapat tercerna (Yuwanta,
2004).
Organ tubuh ini menghubungkan gizzard dengan usus besar. Di dalam rongga
perut usus halus digantungkan oleh selaput penggantung yang disebut mesentrium.
Usus halus berfungsi dalam digesti, absorpsi, penyerapan zatpakan yang larut
dalam garam organik. Usus halus secara anatomis dibagi menjadi tiga bagian yaitu

6
Universitas Sriwijaya
duodenum, jejunum, dan ileum. Segmen yang pertama, duodenum, bermula dari
ujung distal gizzard. Bagian ini berbentuk kelokan, disebut sebagai duodenal loop.
Pankreas mensekresikan pancreatic juice yang mengandung enzim amylase, lipase,
dan tripsin. Jejunum dan ileum merupakan segmen yang sulit dibedakan pada
saluran pencernaan ayam. Beberapa ahli menyebut kedua segmen ini sebagai usus
halus bagian bawah (Suprijatna, 2005).

2.1.7. Usus buntu


Sekum terdiri atas dua seka atau saluran buntu yang berukuran panjang 20
cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia
sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali (Yuwanta, 2004). Pada unggas
dewasa yang sehat, seka berisi pakan lembut yang keluar masuk. Akan tetapi, tidak
ada bukti mengenai peran serta dalam pencernaan. Hanya sedikit air diserap, sedikit
karbohidrat dan protein dicerna berkat bantuan beberapa bakteri atau
mikroorganisme (Suprijatna et al., 2008).

2.1.8. Usus besar


Usus besar (rektum) dinamakan juga intestinum crasum. Pada bagian ini
terjadi perombakan partikel pakan yang tidak tercerna oleh mikroorganisme
menjadi feses. Pada bagian ini juga bermuara ureter dari ginjal untuk membuang
urine yang tercampur dengan feses (Yuwanta, 2004). Pada ayam dewasa,
panjangnya hanya sekitar 10 cm dengan diameter sekitar dua kali usus halus.
Bentuknya melebar dan terdapat pada bagian akhir usus halus ke kloaka (Suprijatna
et al., 2008).Panjang usus besar pada ayam kisaraan normalnya adalah 10 cm
(Fadilah et al., 2007).

2.1.9. Kloaka
Kloaka merupakan penghubung usus besar dan anus, dan muara bagi sisa-sisa
hasil metabolisme dalam bentuk materi faeces dari usus besar, telur dari oviduct
dan urine dari ureter. Kloaka merupakan tempat keluarnya ekskreta karena urodeum
dan cuprodeum terletak berhimpitan (Yuwanta, 2004).

7
Universitas Sriwijaya
Kloaka berbentuk bulat(Suprijatna et al., 2008) dan merupakan merupakan
pertemuan atau muara bagi saluran pengeluaran sistem pencernaan, urinari,
danreproduksi genital(Isnaeni, 2006) saluran umum tempat saluran pencernaan,
saluran urinaria dan reproduksi bermuara.
2.1.10. Vent ( Anus )
Vent (anus) adalah lubang bagian luar dari cloaca. Pada ayam betina,
ukurannya sangat bervariasi karena di pengaruhi oleh masa produksi atau tidak.
Ketika bertelur, ukuran vent lebih besar dari pada tidak berproduksi (Yuwanta,
2004).

2.2. Karkas
Karkas unggas adalah bagian tubuh hasil pemotongan setelah dikurangi
darah, kepala, kedua kaki pada bagian bawah (mulai dari carpus dan tarsus), kulit,
saluran pencernaan, usus, jantung, tenggorokan, paru-paru, limpa, dan hati
sedangkan ginjal sering dimasukkan sebagai karkas. Faktor utama yang
diperhatikan untuk menilai karkas yang dipasarkan adalah; bobot karkas, potongan
karkas yang dapat dijual (cutability) dan kualitas daging. Pada dasarnya, kualitas
karkas adalah nilai karkas yang dihasilkan oleh ternak relatif terhadap suatu kondisi
pemasaran. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah
pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas
daging antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan
termasuk bahan aditif (hormon, antibiotik atau mineral), dan stress. Faktor setelah
pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode
pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan
tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotik, metode
penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi pada suatu otot daging
(Suryanto, 2001).
Untuk memperoleh karkas yang baik, prosessing perlu dilakukan di tempat
pemotongan yang bersih dengan cara yang baik dan benar. Karkas yang baik adalah
karkas yang besih, higienis dengan penampilan menarik. Karkas ayam dibuat
klasifikasinya berdasarkan bagian-bagian tubuh. Selama proses pengolahan akan
terjadi kehilangan berat hidup kurang lebih 1/3 bagian (berat daging siap masak itu

8
Universitas Sriwijaya
nantinya kurang lebih 2/3 dari berat hidupnya) karena bulu, kaki, cakar, leher,
kepala, jeroan atau isi dalam dan ekor dipisah dari bagian daging tubuh dengan
demikian daging siap masak itu hanya tinggal daging pada bagian tubuh tambah
dengan siap masak itu 75% dari berat hidup (Murtidjo dan Bambang, 2003).
Hati unggas berwarna kecoklatan sampai coklat muda kekuningan dengan
bobot 45 sampai 51 g atau 1,7 sampai 2,3 % dari bobot. Warna hati tergantung
pada nutrisi, warna hati yang normal adalah coklat kemerahan atau coklat terang
dan apabila makanan mengandung lemak tinggi warnanya menjadi kuning. Jantung
adalah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut yang
berfungsi memompakan darah ke dalam bilik-bilik atrial dan kemudian
memompakan darah tersebut dari ventrikel menuju ke jaringan dan kembali lagi.
Katup-katup jantung terbuka dan tertutup mengikuti urutan yang tepat agar darah
mengalir kesalah satu jaringan. Persentase bobot jantung yang normal berkisar
antara 0,50 sampai 1,42% dari bobot. Pada pemotongan umur 8 minggu persentase
jantung pada broiler jantan dan betina adalah 0,6% dan pada pemotongan umur 10
minggu untuk broiler jantan adalah tetap dan broiler betina menurun menjadi 0,4%
(Suprijatna, Atmomarsono dan Kartasudjana, 2005).

2.3. Desain Kandang


Kandang termasuk peralatannya merupakan salah satu sarana fundamental
yang secara langsung terut serta menentukan suskses tidaknya suatu usaha
peternakan. Oleh karena itu kondisi kandang harus diperhatikan dengan baik yang
memacu pada prinsip ideal yang senantiasa memberi perhatian pada temperatur
lingkungan, kelembaban udara dan sirkulasi atau pertukaran udara (Pattilesano dan
Sangle, 2011).
Tipe kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa
panggung (litter). Tipe panggung ini menerapkan sistem lantai renggang atau alas
berlubang, dimana jarak terendah lantai dari tanah sekitar 100-170 cm. Tipe
panggung ini lebih bersih karena kotoran langsung jatuh ke tanah, tidak
memerlukan alas kandang sehingga pengelolaan lebih efisien, tetapi biaya
pembuatan kandang lebih besar. Sedangkan Tipe litter lebih banyak dipakai
peternak, karena lebih mudah dibuat dan lebih murah. Pada awal pemeliharaan,

9
Universitas Sriwijaya
kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang
diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas
tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah
8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama
siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam
cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang
penyakit.(Prabowo, 2011).
Umunya peternak ayam broiler di Indonesia menjalankan usaha
pemeliharaan menggunakan kandang sistem all in all out dengan litter atau dikenal
dengan sistem postal. Disatu sisi sistem ini selain memberi keuntungan bagi bternak
dalam pengelolaan secara finansial menguntungkan dan disisi lain menimbulkan
masalah baru. Ini berkaitan dengan keterbatasan litter menyerap air feses sehingga
litter menjadi basah dan meggumpal (Pattilesano dan Sangle, 2011).
Karena kandang menggunakan litter, maka dalam memilih litter harus baik.
Ciri-ciri litter yang baik menurut Anonymous (2011) yaitu dapat menyerap air
sehingga kandang tidak becek, bahan-bahan litter meganding vitamin B12 yang
baik untuk pertubuhan

2.4. Manajemen Pemeliharaan


2.4.1. Persiapan Ayam Broiler
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum
mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya sarana yang
lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna.
Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC,
boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi
boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk
mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987).
Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC
yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena
itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air
minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai
suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata

10
Universitas Sriwijaya
disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada
umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada
keesokan harinya, air minum di tambah suplemen/vitamin (Ginsono,
1986). Ginsono (1986) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC
harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000
kcal.

2.4.2. Pemeliharaan Minggu Pertama


Pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus
karena di dlam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan
tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang
barudibeli satu-persatu dipindahkan ke kandang yang sudah terdapat lampu sebagai
pemanas. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit
untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum
dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air
putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter.
Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan.
Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat
diberi vaksin ND (Murtidjo, 1987).

2.4.3. Pemeliharaan Minggu Kedua


Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan,
namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih
diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar
sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan hingga suhu 320C dengan cra
meninggikan lampu pemanas. Penambahan jatah pakan dan air minum. Ayam
memerlukan pakan 33 gr/ekor.

2.5.4. Pemeliharaan Minggu Ketiga


Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah
lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik
sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan
sehingga 290C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak

11
Universitas Sriwijaya
48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik dan pada minggu dilakukan vaksinasi
ND II (Murtidjo, 1987).

2.5.5. Pemeliharaan Minggu Keempat


Pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan
pemanas lagi. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan
sebesar 65 gram/ekor. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada
malam hari tidak usah diberi penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis,
dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah
habis (Murtidjo, 1987).

2.5.6. Pemeliharaan Minggu Kelima


Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam
diberi pakan 88 gram/ekor. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk
menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali
saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat ccing yang dibeli
(Murtidjo, 1987).

2.5.7. Pemeliharaan Minggu Keenam

Pada pemeliharaan minggu keenam, pengawasan yang berkaitan dengan


performan ayam broiler mulai dilakukan khususnya bagi ayam yang akan
dipasarkan pada akhir minggu keenam, sehingga dengan pengawasan rutin dan
program yang baik bisa dicapi berat badan optimal. Selain itu perlu dilaksanakan
program penerangan tambahan pada malam hari. Dilakukan penambahan jatah
makan dan minum yaitu jatah makan 117 gram/ekor. Program penambahan
penerangan pada malam hari dilakukan mulai pukul 02.00 06.00 dengan intensitas
cahaya 30 watt/20m2 luas kandang. Sebelum ayam dikeluarkan, alat-alat kandang
dikeluarkan terlebih dahulu. Penanggkapan ayam hendaknya dilakukan pada
malam hari. Penangkapan dilakukan dengan bantuan penerangan lampu pijar warna
biru/hijau. Hindarkan perlakuakn kasar, ambil satu-persatu, dan pegang kakinya.
Tempat untuk ayam hasil penangkapan dianjutkan keranjang yang bertepi bulat.
Isilah keranjang sesuai kapasitas dan jangan terlalu padat (Murtidjo, 1987).

12
Universitas Sriwijaya
2.5. Sanitasi Kandang
Sanitasi adalah salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah dan
memberantas mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang berbahaya
terhadap kesehatan ternak. Cara sanitasi yang baik adalah suatu faktor yang penting
dalam manajeman pencegahan penyakit (Mulyantini, 2010). Semua peralatan yang
digunakan harus dicuci bersih agar kuman yang terdapat dalam seluruh peralatan
yang di pergunakan untuk membersihkan kandang dapat mati terbunuh.
Kebersihannya harus dijaga karena kandang yang kotor dapat mengundang
penyakit dan dapat merusak kesehatan ternak (Rasyaf, 2008). Sanitasi merupakan
suatu usaha untuk pencegahan dan penyebaran bibit penyakit 5 pada ternak
sehingga dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit pada ternak (Suprijatna et al.,
2008).

2.8. Tingkat Biosekuriti


Biosekuriti adalah usaha pencegahan penyakit untuk mengoptimalkan
produksi pada unggas. Biosekuriti dapat dibatasi dengan cara membatasi kontak
dunia luar, misalnya dengan penyemprotan desinfektan pada seluruh orang dan
kendaraan yang memasuki areal peternakan, seluruh peralatan harus dicuci bersih
dengan pembunuh kuman (Rasyaf, 2008). Program biosekuriti untuk
meminimalkan atau mencegah bibit penyakit berkembang di area peternakan yang
dapat menimbulkan penyakit pada ternak (Dwi cipto, 2010). Program biosekuriti
merupakan metode paling efisien dan efektif untuk mencegah penyakit yang
meliputi sanitasi secara teratur (sanitasi kandang, sanitasi lingkungan kandang,
sanitasi pegawai), isolasi, vaksinasi (Mulyantini, 2010).

13
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan tempat


Praktikum Nutrisi Ternak Unggas dan Produksi Ternak Unggas dilaksanakan
pada hari Sabtu, 15 April 2017 pukul 09.00 WIB s.d. selesai, bertempat di desa
lembak, Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim.

3.2. Alat dan bahan


3.2.1. Alat
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum ini, yakni sebagai berikut.
1. Alat Tulis 4. Penggaris
2. Pisau 5. Timbangan
3. Gunting 6. Daun Pisang

3.2.2. Bahan
Adapun alat yang diperlukan dalam praktikum ini, yakni sebagai berikut.
1. Unggas (Ayam Broiler)

3.3. Cara kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum sistem pencernaan unggas
yaitu
1. Leletakkan ayam yang sudah disembelih , lalu lalakukan pembedahan dada
unggas yang dimulai dengan mengiris bagian perut ke samping kiri dan kanan
sampai pada bagian dada depan, mengusahakan agar organ dalam tidak
rusak. Pengirisan dilakukan menggunakan pisau.
2. Bagian yang telah diiris dibuka sehingga terlihat organ dalamnya.

14
Universitas Sriwijaya
3. Mengeluarkan dan memisahkan organ reproduksi, pernapasan dan sisakan
organ pencernaan
4. Amati dan ukur organ-organ sistem pencernaan tersebut.

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Pengukuran Sistem Pencernaan Unggas
Berikut ini hasil dari praktikum nutrisi dan produksi ternak unggas yakni
sebagai berikut.

Tabel 1. Sistem Pencernaan Unggas (Ayam Besar)


Organ Pencernaan Panjang
Mulut/ paruh 2,5 cm
Esophagus 5 cm
Proventiculus 4,5 cm
Tembolok 4 cm
Gizzard 5 cm
Duodenum 17 cm
Jejenum 98 cm
Ileum 78 cm
Usus Besar 6,5 cm
Sekum Kanan 17 cm
Sekum Kiri 16 cm
Anus 2 cm

Tabel 2. Sistem Pencernaan Unggas (Ayam Kecil)


Organ Pencernaan Panjang
Mulut/ paruh 1,5 cm
Esophagus 3 cm
Proventiculus 3 cm
Tembolok 1 cm
Gizzard 4 cm
Duodenum 23 cm
Jejenum 34 cm
Ileum 37 cm

15
Universitas Sriwijaya
Usus Besar 12 cm
Sekum Kanan 12 cm
Sekum Kiri 11 cm
Anus 1 cm

Tabel 3. Berat Ayam


Berat Ayam Ayam Besar Ayam Kecil
Bobot badan hidup 1,190 kg 0,375 kg
Bobot badan mati 1,105 kg 0,360 kg
Bobot karkas 0,685 kg 0,205 kg

4.2. Pembahasan
4.2.1. Sistem pencernaan dan karkas pada ayam broiler
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu tentang sistem
pencernaanpada unggas. dapat kita ketahui bahwa organ pencernaanpada unggas
terdiri atas mulut, kerongkongan atau esophagus, tembolok, lambung kelenjar
(proventrikulus), lambung otot (gizzard), usus halus yang terdiri dari duodenum,
jejenum dan illeum, usus besar, usus buntu (secum) dan kloaka. Di samping itu
terdapat kelenjar pencernaan yang berperan sebagai penghasil enzim dalam proses
pencernaan makanan yaitu pankreas, hati dan saluran empedu.Masing-masing alat
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Berdasarkan data yang kami dapatkan dengan menggunakan sampel yaitu
ayam broiler yang berukuran kecil dengan umur 18 hari dan ayam broiler yang
berukuran besar berumur 24 hari. Dari kedua data di atas kami mendapatkan hasil
yang berbeda-beda mengenai ukuran dari setiap organ pencernaan ayam tersebut.
Pada ayam yang berukuran besar organ pencernaan yang terpanjang adalah jejenum
dengan panjang 98 cm sedangkan pada ayam kecil organ yang paling panjang
adalah ileum. Pada organ pencernaan sekum kanan dan kiri pada organ pencernaan
ayam besar memiliki ukuran yang berbeda yaitu sekum kanan dengan ukuran 17
cm sedangkan sekum kiri memiliki ukuran 16 cm. Kemudian tidak berbeda dengan
ayam broiler besar, ayam yang berukuran kecil pun memiliki ukuran yang berbeda
sekum kanan dengan ukuran 12 cm sedangkan sekum kiri adalah 11 cm. Dari kedua
sampel di atas jika dilihat dari sekum memiliiki perbedaan dalam ukuran. Selain itu

16
Universitas Sriwijaya
juga oragan pencernaan yang memiliki ukuran paling kecil pada ayam broiler
berukuran besar yaitu anus 2 cm sedangkan ayam broiler yang berukuran kecil
anusnya memiliki ukuran 1 cm. Selain itu juga organ pencernaan ayam broiler besar
bagian proventikulus memiliki ukuran 4,5 sedaangkan pada bagian eshopagus
memiliki ukuran 5 cm sedangkan jika dilihat dari ayam kecil ukuran proventikulus
3 cm dan ukuran eshopagus yaitu sama 3 cm. Dari kedua organ tersebut ayam yang
berukuran kecil memiliki ukuran yang sama sedangakan ayam broiler besar
memiliki ukuran yang berbeda antara proventikulus dan eshopagus. Jika dilihat dari
ukuran yang berbeda-beda antar organ dari ayam besar maupun kecil karena
disebabkan faktor umur dari kedua ayam tersebut.
Kemudian selain ukuran dari setiap organ pencernaan kami juga
menghitung berat dari bobot badan hidup, bobot badan mati, dan bobot karkas. Dari
hasil yang kami lakukan dilapangan mendapatkan hasil yang berbeda-beda antara
ayam besar dan ayam kecil. Bobot badan hidup ayam besar yaitu 1,190 kg
sedangkan bobot hidup ayam kecil yaitu 0,375 kg, selain itu juga bobot badan mati
ayam besar 1,105 kg sedangkan ayam kecil 0,360 kg serta bobot karkas ayam besar
yaitu 0,685 kg sedangkan ayam kecil yaitu 0,205 kg.
Mulut itu sendiri sebagai alat pengambilan pakan, ayam tidak memiliki gigi
sehingga fungsi pemecahan partikel digantikan oleh paruh dan mulut menghasilkan
kelenjar saliva akan mensekresi enzim mukosa yang berfungsi sebagai pelumas
makanan agar memudahkan masuk ke oesophagus. Di oesophagus (kerongkongan)
terjadi gerakan pristaltik yang akan mendorong makanan turun menuju tembolok
dan dibantu enzim mukosa yang berfungsi membantu melicinkan makanan. Di crop
(tembolok) mengandung banyak kelenjar mukosa yang menghasilkan getah yang
berfungsi untuk melembekkan makanan, fungsi utama tembolok yaitu sebagai
tempat menyimpan pakan sementara yang akan dipengasaman/ pelunakan,
Proventrikulus berfungsi untuk mensekresikan cairan lambung yaitu pepsin, enzim
yang digunakan untuk mencerna protein dan lemak. Gizzard berbentuk oval dengan
dua lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah, fungsi adalah untuk
mencerna makanan secara mekanik dan menghasilkan asam hidrokolit yang
berfungsi menggiling pakan yang keras. Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu
duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum merupakan tempat sekresi enzim dari

17
Universitas Sriwijaya
pancreas dan getah empedu dari hati, jejunum, pada bagian ini pencernaan dan
penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan dilanjutkan sampai tinggal bahan
yang tidak dapat dicerna. Ileum merupakan bagian usus halus yang paling banyak
melakukan absorpsi. Usus buntu berfungsi mencerna pakan yang tersusun atas
serat kasar dengan bantuan mikroba.Usus besar berfungsi sebagai reabsorpsi air
untuk meningkatkan kandungan air dan mengatur keseimbangan air pada unggas.
Kloaka sebagai saluran ekskresi urin dan feses. Vent (anus) adalah lubang bagian
luar kloaka.

4.2.2. Manajemen Produksi ayam Broiler


4.2.2.1. Desain Kandang
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan kunjungan di peternakan
Broiler yang terletak didesa Lembak kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara
Enim, kami melakukan kunjungan pada peternakan yang ditangung jawabkan oleh
Bapak Sawaludin, Bapak Rian, dan bapak Yuda.
Peternakan milik mereka ini didirikan pada Tahun 2005 dimana mereka
menjalani usaha mereka masih menggunakan sistem mandiri dan baru pada tahun
2016 mereka baru bermitra dengan PT JAFPA dan PT CIOMAS ADITAMA
Peternakan ini memiliki luas lahan yang berukuran 20x60 M atau 1200 M2
dan memilik 7 (Tujuh) buah Kandang dimana untuk bagian depan ada 4 Kandang
yang berukuran 36x9 M, dan pada bagian belakang ada 3 kandang dengan ukuran
45x8 M.
Kandang yang digunakan pada Peternakan ini bertipe Panggung dengan
tinggi Kayu penyangga dari tanah sampai lantai kandang berukuran 1,8 M, dimana
setiap 2 M diberi kayu penyangga. Sedangkan dinding kandang terbuat dari Papan
dan Bambu. Sedangkan lantai terbuat dari bambu dan di bagian atasnya terdapat
jaring. Saat ayam masih berusia muda peternak akan menggunakan terpal.
Sedangkan atap terbuat dari daun nipa.

4.2.2.2.Peralatan Kandang
Peralatan yang digunakan pada usaha peternakan ini antara lain Brodder
yang terbuat dari drum/tong kaleng, dimana 1 kandang menggunakan 8 (Delapan)

18
Universitas Sriwijaya
buah Brodder dan bahan bakar yang dipakai untuk brodder ini adalah kayu bakar.
Kemudian alat yang digunakan selanjutnya adalah Tempat pakan dimana 1 kandang
digunakan 72 Buah , sedangkan tempat minum untuk 1 kandang menggunakan
70 Buah, serta diluar area kandang terdapat drum yang berukuran besar untuk
menampung air minum, ini dikarenakan usaha peternakan ini bersifat manual.

4.2.2.3. Populasi Kandang


Dipeternakan ayam memiliki memilik 7 (Tujuh) buah Kandang dimana
untuk bagian depan ada 4 Kandang yang berukuran 36x9 M dimana populasi untuk
masing masing kandang adalah 3000 ekor , dan pada bagian belakang ada 3
kandang dengan ukuran 45x8 M dimana populasi untuk masing-masing kandang
ini

4.2.2.4. Umur dan Berat Panen


Pada saat kami berkunjung ke peternakan itu ayamnya masih berumur 20
hari, sedangkan untuk berat panen biasanya peternak ini menargetkan ayamnya
berumur 34-35 hari dengan bobot panen 1,9-2,0 Kg. Setelah panen dilakukan proses
kering kandang yang biasanya memerlukan waktu setengah bulan atau 15 hari
sampai kandang itu siap lagi diisi untuk DOC yang baru dilakukan tinddakan bio-
security.

4.2.2.5.Manajemen Produksi
Manajemen produksi yang diterapkan oleh peternakan ini
- Grade DOC yang digunakan adalah grade Platinum
- Anak kandang yang terdapat di usaha peternakan ini terdiri dari 3 orang yang
bermukim di sekitar kandang.
- Sumber air berasal dari sumur bor dimana saat pemberian air untuk minum
ayam ditambahkan clorin dengan tujuan untuk mencegah adanya bakteri E. Coli
pada air minum.
- Pakan yang digunakan berasal dari PT. JAFPA
- brodding dilakukan selama 11-12 hari, lama pemakain brodder disesuaikan
dengan cuaca

19
Universitas Sriwijaya
- Litter yang digunakan untuk tiap kandang adalah Sekam dan dibawah sekam
dilapisi Koran. Dimana sekam digunakan selama 17-18 hari dan setiap sehari
sekali koran yang digunakan untuk melapisi sekam diganti.
- Penggunaan terpal pada pemeliharaan doc saat berumur 1-14 hari atau masa
broding terpalnya masih tertutup rapat, setelah berumur diatas 14 hari terpalnya
dibuka separuh dan pada saat berumur 21 hari terpal akan diturunkan/ dibuka
semua. Ketika cuaca dingin terpal itu akan ditutup kembali dengan tujuan untuk
menjaga suhu didalam kandang tetap hangat.
- Pakan saat masih berumur 20 hari diberikan 3x sehari dimana 1 kandang
menghabiskan 5 Karung pakan, sedangkan untuk sampai ke finisher biasnya
pakan yang dihabiskan sebanyak 8 Karung per Kandang dimana pakan
diberikan tetap sama 3 kali dalam sehari.
- Pada umur 24 hari dilakukan pemisahaan antara ayam jantan dan ayam betina,
kemudian ayam betina dipisahkan untuk dikeluarkan terlebih dahulu dengan
tujuan untuk mengurangi kepadadatan populasi didalam kandang. Biasanya
bobot badan ayam betina itu adalah 1 Kg.
- Feses yang terdapat pada peternakan tersebut dimanfaatkan sebagai pupuk dan
dijual.
- Peternakan ayam ini tidak lagi melakukan vaksin karena ayam tersebut hanya
dilakukan pada saat berumur DOC.
- Penyakit yang sering terjadi pada ayam broiler di peternakan tersebut yaitu
e.coli, distokia (kaki lumpuh).

4.2.2.6. Deskripsi Lingkungan Kandang


Keadaan lingkungan sekitar bisa dikatakan kurang baik untuk di jadikan
usaha peternakan ayam broiler dimana kotoran dari ayam tersebut masih
berhamburan dan mengundang araoma yang tidak sedap. Kemudian banguanan dari
knadang tersebut sudah tidak layak digunakan terutama atapnya banyak yang
berlubangan. Selain itu juga lingkungan yang berada disekitar kandang tidak
bersuih dan masih bnayak plastik yang bergantungan serta sampah bekas atap nipah
banyak berhamburan. Terdapat rumput yang berada di antara kandang 1 dengan
kandang lainnya. Brooder yang digunakan tidak terjadga dengan baik masih

20
Universitas Sriwijaya
tergennag oleh air yang akan membuat kaarat pada tempat brooder tersebut. Usaha
peternakan tersebut untuk sumber air hanya terdapat satu sumur bor yang
diguanakan untuk keperluan air minum yang terletak di tengah-tengah peternakan
tersebut. Pada saat akan menaiki kandang di bagian bawah kandang terdapat kapur
yang agar orang yang menaiki kandang tersebut tidak membawa penyakit bagi
ayam yang terdapatdi dalam kandang.

4.2.2.7. Tindakan Bio-Security


Tindakan biosecurity yang terdapat pada usaha peternakan yaitu pada saat
kering kandang di mana memerlukan waktu setengah bulan atau 15 hari. Dimana
pada saat setelah panen kandang dibewrsihkan terlebih dahulu dengan air dan di
sikat dengan menggunakan detergen lalu dibersihkan lagi dengan air yang mengalir
kemudian juga diberi antisektan yaitu formalin setelah itu diberi kapur dengan
tujuan untuk membunuh kuman atau bakteri yang menimbulkan penyakit pada
ayam yang selanjutnya. Sebelum kedatangan DOC ke kandang tersebut brooder,
pakan dan minum harus di siapkan terlebih dahulu sebelum kedatangan DOC agar
suhu di dalam kandang tersebut tetap hangat yang disesuaikan dengan suhu
tubuhnya.
Setiap satu periode tempat pakan dibersihkan dan tempat minum
dibersihkan selama 3 kali sehari. Di area luar kandang sebelum kita masuk
kekandang ditaruh kapur untuk mencegah saat ada yang masuk ke kandang maka
akan menginjak kapur sehingga ini akan mencegah terjadinya penularan penyakit
pada broiler,

21
Universitas Sriwijaya
BAB 5
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dalam praktikum nutrisi
ternak unggas dan produksi ternak unggas dapat ditarik kesimpulan

5.2 Saran

22
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunungbudi IPB.


Bogor.

Cipto,Dwi. 2010. Biosekuriti. Ugm. Yogyakarta.

Fadhilah, R., A. Polana, S. Alam dan E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak Ayam
Broiler. Agromedia Pustaka. Tangerang

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.

Mulyantini. 2010. Manfaat Besar Dari Sanitasi/Kebersihan. IPB:Bogor.

Murtidjo. 1987. Sistem Pemeliharaan Ayam Broiler. Tugas Akhir. Diploma III
Kesehatan Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Pattilesano dan Sangle. 2011. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:.
Jakarta.

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suryanto. 2001. Pemotongan dan Penanganan Daging Ayam.


Kanisius. Yogyakarta.

Suprijatna. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, E., U. Atmomarsonodan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu DasarTernak


Unggas. PenebarSwadaya, Jakarta.

Yuwanta, Tri. 2000. Telur dan Kualitas Telur. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Yuwanta, Tri. 2004. Dasar-dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

23
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

24
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai