Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam sistem pendidikan Nasional, peserta didiknya adalah semua

warga negara. Artinya, semua satuan pendidikan yang ada harus memberikan

kesempatan menjadi peserta didiknya kepada semua warga negara yang

memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan kekhususanya, tanpa

membedakan setatus sosial, ekonomi, agama, suku bangsa, dan sebagainya.

Hal ini Sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat (1) berbunyi: Tiap-tiap

warga negara berhak mendapatkan pengajaran (Hasbullah, 2008).

Di dalam UU No. 20 Th 2003 Pasal 5 disebutkan ayat (1) setiap

warga negara mempunyai hak yang sama untuk mempeoleh pendidikan yang

bermutu; dan ayat (5) setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan

meningkatkan pendidikan sepanjang hayat (Hasbullah, 2008).

Pembelajaran tidak mengabaikan karakteristik pebelajar dan prinsip-

prinsip belajar. Oleh karena itu dalam program pembelajaran guru perlu

berpegang bahwa pembelajar adalah primus motor dalam belajar. Dengan

demikian guru dituntut untuk memuaskan perhatian, mengelola, menganalis,

dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan dengan (i) perhatian dan motivasi

belajar siswa, (ii) keaktifan siswa, (iii) optimalisasi keterlibatan siswa, (iv)

melakukan pengulangan-pengulangan belajar, (v) pemberian tantangan agar


2

siswa bertanggung jawab, (vi) memberikan balikan dan penguatan terhadap

siswa, dan (vii) mengelola proses belajar sesuai dengan perbedaan individual

siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu pola interaksi antara peserta didik dan pendidik, sumber

belajar dan metode yang digunakan ketika proses belajar mengajar

berlangsung. Penggunaan metode yang tepat pada proses pembelajaran dapat

membantu pendidik dalam menyampaikan materi sehingga peserta didik akan

lebih memperhatikan dan mencapai hasil yang di inginkan.

Berdasarkan observasi awal yang telah dilaksanakan khususnya

dikelas XI IPS, dan umumnya di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu masih

ada permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran, diantaranya guru

masih menggunakan metode konvensional seperti ceramah, mencatat, dan

mengerjakan soal-soal. Guru kurang mengembangkan dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk aktif dan mencari suatu jawaban pada suatu

permasalahan pada mata pelajaran ekonomi, padahal memberikan

kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif pada proses pembelajaran dapat

mempermudah dan membantu guru dalam menyampaikan materi dan

mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan guru. Pada

dasarnya para siswa menyukai cara penyampaian guru yang cukup

komunikatif tetapi siswa hanya duduk dan memperhatikan saja apa yang

disampaikan guru tanpa mempraktekannya, padahal materi yang disampaikan

oleh guru adalah materi tentang Jual Beli yang memerlukan praktik
3

sehingga para siswa lebih paham dan bisa mengambil makna dari materi yang

disampaikan oleh guru. Salah satu cara atau metode yang dapat digunakan

adalah bermain peran atau role playing.

Bermain peran lebih menekankan pada kenyataan dimana para siswa

diikutsertakan dalam memainkan peranan dalam menderamakan masalah-

masalah yang berhubungan dengan sosial. Metode ini dapat mempermudah

siswa dalam memahami materi yang diberikan oleh guru karena metode

bermain peran atau role playing berdasar pada pengalaman siswa pada

kehidupan sehari-hari

Pembelajara sebenarnya menekan pada ketertarikan antara materi

pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga

siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar

dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan metode role playing atau bermain

peran diharapkan membuat siswa lebih mampu memperhatikan ketika proses

belajar mengajar berlangsung sehingga nantinya diharapkan akan mencapai

hasil yang diinginkan.

Secara substansial mata pelajaran ekonomi memiliki kontribusi

dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan dan

menerapkan pelaku ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya tentang

pasar dan jual beli. Dengan metode role playing atau bermain peran para

siswa bisa merasakan dan memaknai apa yang mereka lakukan. Oleh karena

itu, penggunaan metode role playing atau bermain peran diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelaaran ekonomi sehingga


4

mencapai hasil yang diinginkan dalam pembelajaran ekonomi kelas XI IPS

SMA Plus Negeri 7 Bengkulu.

Melihat permasalan di atas, akhirnya penulis tertarik untuk

membahas dalam skripsi dengan judul Meningkatkan Aktivitas Belajar

Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Role Playing Pada Mata

Pelajaran Ekonomi di kelas XI IPS SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu

B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian yang penulis utarakan di atas, mengingat jumlah

kelas XI di SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu cukup banyak yakni ada 10

kelas, untuk itu karena keterbatasan yang penulis miliki, maka pada

kesempatan ini penulis melakukan penelitian di kelas XI IPS4 SMA Plus

Negeri 7 Kota Bengkulu.

C. Rumusan Masalah

Dengan bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas, maka

masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penggunaan metode role playing pada siswa kelas XI IPS

SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu ?

2. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan aktivitas

belajar siswa kelas XI IPS SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu ?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:


5

1. Mengetahui penerapan metode h atau bermain peran dalam pembelajaran

ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.

2. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa melalui model

pembelajaran role playing pada mata pelajaran ekonomi dikelas XI IPS

SMA Plus Negeri 7 Kota Bengkulu.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:

1. Teoritis:

a. Pengembangan teori tentang strategi-strategi pembelajaran pada proses

KBM.

b. Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru dalam pemilihan model

pembelajaran yang tepat, serta bagi para peneliti, penelitian ini dapat

dijadikan referensi dalam penelitian lanjutan berikutnya.

c. Menambah wawasan bagi penulis sendiri dalam rangka

menumbuhkembangkan potensi guru dan berguna sebagai

pengaplikasian ilmu yang dipeoleh selama dibangku kuliah.

2. Praktis

a. Bagi siswa sebagai bahan masukan untuk memposisikan diri sebagai

subyek belajar yang aktif dalam pembelajaran.

b. Bagi guru untuk mengembangkan kemampuannya serta untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS4 SMA Plus Negeri 7

Kota Bengkulu dengan menggunakan model pembelajaran yang


6

inovatif berupa metode role playing akan membuat siswa aktif dalam

menerima pembelajaran.

c. Bagi sekolah membentuk siswa-siswa yang aktif dan kreatif dalam

menghadapi permasalahan dilingkungannya.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aktivitas Belajar

1. Pengertian Aktivitas Belajar

Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran

merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi hasil belajar

siswa. Menurut Djamarah (2008) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan.

Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik

fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas siswa selama

proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan

siswa untuk belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) belajar merupakan tindakan

dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya bisa

dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak

terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh

sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Aktivitas belajar menurut S. Nasution (2011) aktivitas adalah

merupakan keaktifan jasmani dan rohani harus digabungkan. Sedangkan

belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara


8

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas

belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun

mental/non fisik dalam proses pembelajaran atau sustu bentuk interaksi (guru

dan siswa) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor dalamm rangka untuk mencapai

tujuan belajar.

Aktivitas yang diutamakan dalam pembelajaran adalah aktivitas

yang dilakukan oleh siswa. Hal ini sesuai pendapat seorang penulis dari

jombang (Dalam Asmani, 2010) yang menyatakan bahwa guru yang baik

adalah guru yang sedikit bicara banyak diamnya. Maksud dari pernyataan

tersebut adalah guru hanya sebagai fasilitator saja sedangkan siswa yang

harus aktif melakukan berbagai aktivitas dalam proses pembelajaran dengan

melakukan diskusi, kerja kelompok, debat, bertanya dan lempar gagasan.

Kegiatan atau aktivitas siswa yang dilakukan dalam proses pembelajaran

yang demikian akan mewujudkan pembelajaran aktif.

2. Prinsip-prinsip Aktivitas Belajar

Prinsip-prinsip aktivitas dalam belajar dapat dilihat dari sudut pandang

perkembangan konsep jiwa menurut ilmu jiwa. Berdasarkan unsur kejiwaan

seseorang subjek belajar/subjek didik, dapat diketahui bagaimana prinsip

aktivitas yang terjadi dalam belajar itu. Untuk melihat prinsip aktivitas belajar
9

dari sudut pandangan ilmu jiwa ini secara garis besar dibagi menjadi dua

pandangan:

a. Menurut Pandangan Jiwa Lama

John locke dengan konsepnya tabularasa, mengibaratkan jiwa

seseorang bagaikan kertas putih yang tidak tertulis. Kertas putih ini kemudian

akan mendapat coretan atau tulisan dari luar. Terserah kepada unsur dari luar

yang akan menulis, mau ditulis merah atau hijau, kertas ini akan bersifat

reseptif. Konsep ini kemudian ditransfer kedalam dunia pendidikan.

(Sardiman, 2012) .

Berdasarkan konsep tersebut siswa ibarat botol kosong yang diisi air

oleh sang guru. Gurulah yang akan menentukan bahan dan metode,

sedangkan siswa menerima begitu saja. Aktivitas anak terutama terbatas pada

mendengarkan, mencatat, menjawab pertanyaan bila guru memberikan

pertanyaan. Mereka para siswa hanya bekerja karena atas perintah guru,

menurut cara yang ditentukan guru, begitu juga berfikir menurut yang

digariskan oleh guru.dalam proses belajar-mengajar semacam ini tidak

mendorong siswa tidak berfikir dan berkreativitas. Tetapi yang banyak

berkreativitas adalah guru yang dapat menentukan segala sesuatu yang

dikehendaki. Hal ini sudah tidak sesuai dengan hakikat pribadi anak didik

sebagai subjek belajar.

b. Menurut pandangan ilmu jiwa modern

Menurut pandangan ilmu jiwa modern menterjemahkan jiwa manusia

sebagai suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Oleh karena
10

itu, secara alami anak didik atau menjadi aktif, karena adanya motivasi dan

didorong oleh bermacam-macam kebutuhan.anak didik dipandang sebagai

organisme yang mempunyai potensi untuk berkembang. Oleh sebab iti, tugas

pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat

mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini, anaklah yang

beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri. (Sardiman, 2012).

Pada hakekatnya berdasarkan pandangan ilmu jiwa modern dapat

diketahui bahwa siswa siswa sudah memiliki potensi untuk melakukan

sesuatu. Sehingga dalam proses pembelajaran guru harus memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas dalam proses

pembelajaran dengan cara memfasilitasi dan menciptakan kondisi belajar

yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan

aktivitas sebanyak mungkin guna membantu siswa mengembangkan potensi

yang dimilikinya.

3. Jenis-jenis Aktivitas

Sardiman (2012) yang menyatakan bahwa jenis aktivitas yang dapat

dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebagai berikut:

a. Visual activities,

Yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar,

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.


11

b. Oral activities,

Yang termasuk didalamnya seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

musik, pidato.

c. Listening activities,

Sebagai contoh mendengarkan; uraian, percakapan, diskusi, angket,

menyalin.

d. Writing activities,

Seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities,

Misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities,

Yang termasuk didalam antara lain : melakukan percobaan, membuat

konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities,

Sebagai contoh misalnya: menangapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h. Emotional activities,

Seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,

bergairah, berani, tenang, gugup.

Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan di atas,

menunjukan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi.

Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu


12

sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar

menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan

memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan.

Kreatifitas guru mutlak diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan

siswa yang dapat bervariasi itu. Dari jenis-jenis aktivitas belajar yang

dikemukakan di atas maka dijadikan sebagai pedoman membuat lembar

observasi aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajarannya.

Sagala (2011) menyatakan bahwa ada beberapa aktvitas kejiwaan

yang berhubungan erat dengan psikologi pendidikan yaitu:

1. Pengamatan

Setiap manusia yang sehat mentalnya dapat mengenal lingkungan fisik

yang nyata, baik di dalam dirinya sendiri maupun di luar dirinya dengan

menggunakan organ-organ inderanya. Para ahli psikologi membedakan lima

macam modalitas pengamatan yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman,

perasaan, dan perabaan.pengamatan merupakan fungsi sensoris yang

memungkinkan seseorang menangkap stimulasi dari dunia nyata sebagai

bahan yang teramati.

2. Tanggapan

Tanggapan diperoleh dari pengindraan dan pengamatan. Johan

Frederich Herbart mengemukakan bahwa tanggapan ialah merupakan unsur

dasar dari jiwa manusia.


13

3. Fantasi

Fantasi dapat didefinisikan sebagai aktivitas imajinasi untuk

membentuk tanggapan-tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan-

tanggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama

atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Fantasi itu dilukiskan sebagai

fungsi yang memungkinkan manusia untuk berorientasi dalam alam imajinir,

dimana aktivitas imajinis itu melampaui dunia nyata.

4. Ingatan

Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan

pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan meliputi tiga aktivitas yaitu: (a)

menangkap, atau menerima kesan-kesan; (b) menyimpan kesan-kesan; dan (c)

mereproduksi kesan-kesan. Atas inilah ingatan didefinisikan sebagai kecapan

untuk menerima, menyimpan, dan memproduksikan kesan-kesan.

5. Pikiran dan berfikir

Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian

pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Akal adalah

sebagai kekuatan yang mengendalikan pikiran. Sedangkan berpikir berarti

meletakkan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia. Berpikir

sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara

aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. sedangkan bentuk aktivitas

berfikir merupakan-merupakan tingkah laku simbolis, karena seluruh

aktivitas ini berhubungan dengan atau mengenai penggantian hal-hal yang

konkret.
14

6. Perhatian

Perhatian dapat diartikan dua macam yaitu: (a) perhatian adalah

pemusatan tenaga/ kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek dan (b)

perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas

yang dilakukan.

7. Perasaan.

Perasaan adalah pengalaman yang bersifat efektif, yang dihayati

sebagai suka (pleasentness) atau ketidaksukaan (unpleasentness) yang timbul

karena adanya perangsang-perangsang tertentu.

8. Kemauan

Kemauan bukanlah aktivitas maupun usaha kejiwaan, melainkan

kekuatan atau kehendak untuk memilih dan merealisasi suatu tujuan yang

merupakan pilihan diantara berbagai tujuan yang bertentangan. Kekuatan

kemauan bereaksi apabila dipancing oleh adanya usaha memenuhi kebutuhan.

B. Pengertian Siswa

1. Pengertian

siswa atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang

menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Sebab relevan

dengan uraian di atas bahwa siswa atau anak didiklah yang menjadi pokok

persoalan dan sebagai tumpuan perhatian (Sardiman, 2012).

2. Kebutuhan siswa

Menurut Sardiman (2012), Pemenuhan kebutuhan siswa, di samping

bertujuan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi


15

pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya menjadi lebih

menarik. Dengan demikian, akan membantu pelaksanaan proses belajar

mengajar. Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain dapat

disebutkan di bawah ini.

a. Kebutuhan Jasmaniah

Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah,

entah yang menyangkut kesehatan jasmani yang dalam hal ini olah raga

menjadi materi utama.

b. Kebutuhan Sosial

Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesama siswa dan guru

serta orang lain, merupakan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan

sosial anak didik/sosial.

c. Kebutuhan Intelektual

Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu

ilmu pengetahuan. Mungkin ada yang lebih berminat belajar ekonomi, sejarah,

biologi atau yang lain-lain.

3. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan

yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya

sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya (Sardiman,

2012).

Adapun karakteristik siswa yang dapat mempengaruhi kegiatan

belajar siswa antara lain:


16

a. Latar-belakang pengetahuan dan taraf pengetahuan;

b. Gaya belajar;

c. Usia kronologi;

d. Tingkat kematangan;

e. Spektrum dan ruang- lingkup minat;

f. Lingkungan sosial ekonomi;

g. Hambatan-hambatan lingkungan dan kebudayaan;

h. Intelegensia;

i. Keselarasan dan attitude;

j. Prestasi belajar;

k. Motivasi dan lain-lain.

C. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran merupakan terjemahan kata instruction , terdiri

dari dua kegatan utama, yaitu : a) Belajar (Learning) dan b) Mengajar

(Teaching), kemudian disatukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan belajar-

mengajar yang selanjutnya popular dengan istilah Pembelajaran (Instruction)

( Tim Pengembang MKDP, 2012).

Menurut Sudjana (2000) dalam Sugihartono, dkk 2007),

pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh

pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Sedangkan menurut Uno (2009) pembelajaran dalam suatu definisi dipandang

sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat
17

dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat

yang tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan (1) belajar

sesuatu yang mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar,

atau (2) mempelajari pelajaran yang lebih efisien.

Pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya menetapkan

metode pembelajaran yang optimal (Budiningsih, 2012).

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam syaiful segala (2006)

pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

intruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan

pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang

dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat

meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan

kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan

penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Dari berbagai pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaraan merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja

oleh pendidik untuk mentransfer ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan

menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa

dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien sehingga akan

mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin.

2. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil

penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang


18

berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada

tingkat operasional di kelas (Suprijono, 2010).

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial (Suprijono, 2010).

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang

akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran lingkungan pembelajaran, dan pengelola kelas

(Arends dalam Supijono, 2010).

Sedangkan menurut Uno (2009), model pembelajaran berkonotasi

sebagai suatu patron atau pola yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Isi

model pembelajaran tersebut tidak lepas dari berbagai teori yang digunakan

dalam melaksanakan pembelajaran, khususnya berbagai teori yang berkenaan

dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran dan

metode pembelajaran.

Menurut Trianto (2010) fungsi model pembelajaran adalah sebagai

pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan

pembelajaran. Untuk memilih model ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari

materi yang akan diajarkan, dan juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan

dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat kemampuan peserta didik. Di

samping itu pula, setiap model pembelajaran juga mempunyai tahap-tahap

(sintaks) yang dapat dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Antara sintak

yang satu dengan sintak yang lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-
19

perbedaan ini, diantaranya pembukaan dan penutupan pembelajaran yang

berbeda antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menguasai

dan dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang

menjadi ciri sekolah pada dewasa ini.

Menurut Kardi dan Nur dalam trianto (2011) istilah model

pembelajaran mempunyai makna yang lebih bagus daripada strategi, metode,

atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak

dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri khusus model

pembelajaran adalah:

a) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangnya.

Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal.

Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori dengan

mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta tidak

secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangkannya.

b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan

pembelajaran yang akan dicapai).

Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan

dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan

baik serta secara memecahkan suatu masalah pembelajaran.

c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.


20

Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan

sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil

dalam pelaksanaannya.

d) Lingkungan belajar yang diperlikan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta

nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek

penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan pembelajaran.

Pada akhirnya seiap model pembelajaran memerlukan sistem

pengelolaan dan lingkungan belajar yang berbeda. Setiap pendekatan

memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada ruang fisik, dan pada

sistem sosial kelas. Sifat materi dari sistem syaraf banyak konsep dan

informaso-informasi dari teks buku bacaan, materi ajar siswa, di samping itu

banyak keegiatan pengamatan gambar-gambar. Tujuan yang akan dicapai

meliputi aspek kognitif (produk dan proses) dari kegiatan pemahaman bacaan

dan lembar kegiatan siswa (Trianto, 2010)

D. Hakikat Metode Pembelajaran Role Playing

1. Pengertian Metode Pembelajaran Role Playing

Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk

membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan

memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain


21

siswa siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-

peran yang berbeda dan memikirkan perilaku orang lain (Uno, 2009).

Menurut Joice, dkk Role Playing merupakan sebuah model

pengajaran yang berasal dari dimensi pendidikan indivdu maupun sosial.

Model ini membantu masing-maing siswa untuk menemukan makna pribadi

dalam dunia sosial mereka dan membantu memecahkan dilema pribadi

dengan bantuan kelompok sosial.

Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran

sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa

sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang

mungkin muncul pada masa mendatang (Sanjaya, 2011).

Di dalam bermain peran, peran guru menerima peran

noninterpersonal di dalam kelas. Siswa menerima karakter, perasaan, dan

ide-ide orang lain dalam suatu situasi yang khusus. (Hamalik, 2010).

Dalam hal ini guru menghentikan pada saat terjadinya pertentangan

agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari

bermain peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. Role playing disebut

juga metode sosiodrama. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan

tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial (Djamarah dan Zain,

2006).
22

2. Tujuan Metode Role Playing

Bermain peran dalam proses pembelajaran yang ditunjukan agar

siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak-gerik

wajah seseorang dalam hubungan sosial atau manusia.

Menurut Santosa (2010) tujuan bermain peran adalah agar siswa

dapat: (1) memahami perasaan orang lain, (2) menempatkan diri dari situasi

orang lain, (3) mengerti dan menghargai perbedaan pendapat. Dengan

demikian peran mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan,

mampu menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru.

Siswa tersebut juga bisa belajar watak dari orang lain, cara bergaul dengan

orang lain, cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam

situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalah sendiri.

Menurut Sudjana (2011) antara lain; (1) agar siswa dapat

menghayati dan menghargai perasaan orang lain. (2) dapat belajar

bagaimana membagi tanggung jawab. (3) dapat belajar bagaimana

mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan. (4)

merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah.

3. Langkah-langkah Metode Role Playing

Metode role playing (bermain peran) merupakan cara terbaik untuk

memperkuat kecenderungan perilaku berulang termasuk dalam

meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

Menurut Uno (2009) prosedur role playing (bermain peran) terdiri

atas Sembilan langkah, yaitu :


23

a. Pemanasan : Guru berupaya memperkenalkan siswa pada

permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua

orang perlu memelajarinya dan menguasainya.

b. Memilih partisipan : Siswa dan guru membahas karakter dari setiap

pemain dan menentukan siapa yang memainkannya.

c. Menyiapkan pengamat : Guru menunjuk beberapa siswa sebagai

pengamat. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat

disini harus juga terlibat aktif dalam bermain peran.

d. Menata panggung : Dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa di

mana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Penataan panggung ini

dapat sederhana atau kompleks.

e. Memainkan peran : Permainan peran dimulai dan permainan peran

dilaksanakan secara spontan.

f. Diskusi dan evaluasi : Guru bersama siswa mendiskusikan permainan

tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan,

sehingga usulan perbaikan akan muncul.

g. Memainkan peran ulang : Pada permainan kedua ini akan berjalan

lebih baik. Siswa dapat memainkan perannya lebih baik sesuai dengan

skenario.

h. Diskusi dan evaluasi kedua : Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih

diarahkan pada realitas, karena pada saat permainan peran dilakukan,

banyak peran yang melampaui batas kenyataan.

i. Berbagi pengalaman dan kesimpulan : Siswa diajak untuk berbagi


24

pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan

dengan membuat kesimpulan kesimpulan.

Selain itu, menurut Djumingin (dalam dani 2013) langkah-langkah

metode role playing (bermain peran) adalah sebagai berkut :

a. Guru menyuruh menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.

b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari beberapa skenario

yang sudah dipersiapkan dalam beberapa hari sebelum kegiatan

belajar-mengajar.

c. Guru membentuk kelompok yang anggotanya lima orang.

d. Guru memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.

e. Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan

skenario yang sudah dipersiapkan.

f. Setiap siswa berada dikelompoknya sambil mengamati skenario yang

sedang diperagakan.

g. Setelah selesai ditampilkan, setiap siswa diberikan lembar kerja untuk

membahas penampilan kelompok masing-masing.

h. Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya.

i. Guru memberikan kesimpulan secara umum.

j. Evaluasi.

k. Penutup.

Dengan demikian, melalui metode role playing terjadi aktivitas

berbahasa melalui dialog atau percakapan sert.,km,.k,a pertunjukan ekspresi

karakter peran atau tokoh yang dimainkan oleh para pemain, sehingga
25

model bermain peran dapat bermanfaat untuk mengembangkan berbahasa

anak secara ekspresif.

4. Kelebihan dan kekurangan Metode Role Playing

Role playing menurut Djamarah dan Zain (2006) mempunyai

beberapa kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan Metode Role Playing

2. Siswa melatih dirinya memahami dan mengingat isi bahan yang

akan diperankan. Sebagai pemain harus memahai, menghayati isi

cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus

diperankannya. Dengan demikian daya ingatan siswa harus tajam dan

tahan lama.

3. Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu

bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan

pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.

4. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga

dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari

sekolah.

5. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan

sebaik-baiknya.

6. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi

tanggungjawab dengan sesamanya.

7. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar

mudah dipahami orang lain


26

b. Kelemahan Metode Role Playing

1. Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.

2. Banyak memakan waktu.

3. Memerlukan tempat yang cukup luas.

4. Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara pemain dan tepuk

tangan penonton/pengamat.

5 Metode Simulasi

Menurut Udin Syaefudin Saud (2005: 129) simulasi adalah sebuah

replikasi atau visualisasi dari pelaku sebuah sistem, misalnya sebuah

perencanaan pendidikan, yang berjalan pada kurun waktu tertentu.

Menurut Sri Anitah, W. Dkk, metode simulasi merupakan salah satu

metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelompok.

6 Perbedaan Metode Role Playing dengan Metode Simulasi

Metode Role Playing Metode Simulasi

Role playing atau bermain peran Permainan simulasi (simulation

adalah metode pembelajaran sebagai games) yakni suatu permainan di

bagian dari simulasi yang diarahkan mana para pemainnya berperan

untuk mengkreasi peristiwa sejarah, sebagai tempat pembuat keputusan,

mengkreasi peristiwa-peristiwa bertindak seperti jika mereka benar-

aktual, atau kejadian-kejadian yang benar terlibat dalam suatu situasi

mungkin muncul pada masa yang sebenarnya, dan / atau

mendatang. berkompetisi untuk mencapai tujuan

tertentu sesuai dengan peran yang


27

ditentukan untuk mereka.

1. Siswa dalam kelompok bermain 1. Siswa akan menguasai konsep dan

menyelesaikan materi belajar sesuai keterampilan intelektual, sosial dan

kompetensi dasar yang akan dicapai. motorik dalam bidang yang

2. Kelompok dibentuk dari siswa dipelajarinya.

yang memiliki kemampuan yang 2. Pembinaan kemampuan bekerja

berbeda-beda, baik tingkat sama, komunikasi, dan interaksi,

kemampuan tinggi, sedang maupun mengembangkan kemampuan siswa

rendah. Jika mungkin anggota bermain peran dan siswa mampu

kelompok bersal dari ras, budaya, belajar melalui situasi tiruan dengan

suku yang berbeda serta sistem umpan balik.

memperhatikan kesetaraan gender. 3. Lebih banyak menuntut aktivitas

3. Penghargaan lebih menekankan siswa.

pada kelompok daripada masing-

masing individu.

E. Pembelajaran Ekonomi

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Pengertian belajar sangat bermacam-macam artinya. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan,

maka belajar hanya bisa dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu

terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat
28

siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar (Dimyati dan

Mudjiono, 2006) .

Menurut para ahli ada beberapa teori belajar, yaitu ( Dimyati dan

Mudjiono, 2006).

a. Teori belajar menurut skinner

Menurut skinner belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar,

maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responnya menurun. Dalam penerapan teori Skinner, guru perlu

memperhatikan dua hal penting, yaitu (i) pemilihan stimulus yang

diskriminatif, dan (ii) penggunaan penguatan.

b. Teori belajar menurut Gagne

Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil

berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap, dan nilai.Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i)

stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan

oleh pelajar. Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting yaitu

kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar.

c. Teori belajar menurut Piaget

Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab

individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Dengan

adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin

berkembang. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya.


29

Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik,

pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan sosial.

d. Teori belajar menurut rogers

Rogers menyayangkan praktek pendidikan di sekolah tahun 1960-an.

Menurut pendapatnya praktek pendidikan menitikberatkan pada segi

pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh

peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.

Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran

yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal sebagai

berikut:

1. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih

belajarsecara terstruktur.

2. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.

3. Guru menggunakan metode inkuri, atau belajar menemukan

(discovery learning).

4. Guru menggunakan metode simulasi.

5. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati

perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.

6. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

7. Sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram, agar

tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.

Sardiman (2011) mengemukakan bahwa belajar dikatakan berhasil

apabila:
30

1. Belajar menurut esensiasinya memiliki tujuan. Belajar memiliki

makna yang penuh, dalam arti siswa sebagai subyek belajar

memperhatikan makna tersebut.

2. Dasar proses belajar adalah sesuatu yang bersifat eksploriasi serta

menemukan dan bukan pengulangan rutin.

3. Hasil belajar yang dicapai itu selalu memunculkan pemahaman

atau pengertian atau menimbulkan reaksi atau jawaban yang

dipahami dan diterima oleh akal.

4. Hasil belajar itu tidak terikat pada situasi tempat mencapai, tetapi

dapat juga digunakan dalam situasi lain.

2. Mata Pelajaran Ekonomi

Secara institusional Pendidikan Ekonomi merupakan suatu nama

jurusan ataupun program studi yang berada di lembaga pendidikan tenaga

pendidikan (LPTK) dan memiliki kewenangan unttuk melahirkan tenaga

kependidikan di bidang ekonomi (TimPengembang Ilmu Pendidikan, 2007).

Seiring dengan perkembangan jaman dan ilmu pengetahuan

muncullah ilmu yang disebut ilmu ekonomi. Menurut Paul A. Samuelson

(Sukwiaty, dkk, 2009) mengemukakan bahwa:

Ilmu ekonomi sebagai suatu studi tentang perilaku orang dan

masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka dan

memiliki beberapa alternatif penggunaan, dalam rangka memproduksi

berbagai komoditas, untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun


31

masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu

masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mata

pelajaran ekonomi adalah bagian dari mata pelajaran di sekolah yang

mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam usaha memenuhi

kebutuhan hidupnya yang tak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang

terbatas jumlahnya.

3. Tujuan Pembelajaran Ekonomi

Dalam proses pembelajaran terlebih dahulu harus menentukan tujuan

yang ingin dicapai dan merumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh

siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Pengertian tujuan

pembelajaran yang dikemukakan oleh Sudjana (2005) menjelaskan bahwa

tujuan pembelajaran adalah rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau

tingkah laku yang diharapkan dimiliki atau dikuasai sisawa setelah siswa

menerima proses pengajaran. Sedangkan menurut Sanjaya (2011) tujuan

pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang

diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang

diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka mempelajari bahasan

tertentu dalam setiap kali pembelajaran berakhir. Karena hanya guru yang
32

mengetahui karakteristik siswa dan karakteristik materi pelajaran yang

diajarkan, maka yang bertugas merumuskan tujuan pembelajaran adalah guru.

Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam rumusan

indikator tujuan belajar adalah siapa yang harus memiliki kemampuan,

perilaku yang bagaimana yang diharapkan dapat dimiliki, dalam kondisi dan

situasi yang bagaimana subjek dapat menunjukkan kemampuan sebagai hasil

belajar yang telah diperolehnya, dan kualitas dan kuantitas dan tingkah laku

yang diharapkan dicapai sebagai batas minimal (Sanjaya, 2011).

Mata Pelajaran Ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Memenuhi sejumlah konsep ekonomi yang berkaitan peristiwa dan

masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari. Terutama yang terjadi di

lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara.

b. Menampilkan sikap ingin tahu dan terhadap sejumlah konsep ekonomi

yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.

c. Membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawab dengan memiliki

pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi

yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara.

Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai-nilai

sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional

maupun internasional (Permen 22 tahun 2006-standar Isi/Standar Kompetensi

Dasar SM).
33

Ditinjau dari pihak guru materi pembelajaran itu harus diajarkan atau

disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari pihak siswa bahan

ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian

yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mata

pelajaran ekonomi bukanlah mata pelajaran yang bersifat hafalan, sehingga

siswa harus diajarkan untuk berekonomi untuk mengenal berbagai kenyataan

dan peristiwa ekonomi yang terjadi secara nyata maka pembelajaran ekonomi

perlu menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai

dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa serta disesuaikan dengan kondisi agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Karakteristik Bidang Studi Ekonomi

Ada beberapa Karakteristik Bidang Studi Ekonomi sebagaimana

dijelaskan dalam pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian

mata pelajaran ekonomi (Depdiknas, 2003) adalah sebagai berikut:

a. Mata pelajaran ekonomi berangkat dari fakta atau gejala yang nyata.

Kenyataan menunjukan bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas,

sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi

kebutuhan jumlahnya terbatas/ langka.

b. Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan

fakta secara rasional. Agar manusia mampu membaca dan menjelaskan

gejala-gejala ekonomi secara sistematis.


34

c. Umumnya, analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode

pemecahan masalah.

d. Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisis

ekonomi sebab objek dalam ilmu ekonomi adalah pemasalahan dasar

ekonomi.

e. Inti dari ilmu ekonomi adalah alternative terbaik. Apabila sumber ekonomi

keberadaannya melimpah, maka ilmu ekonomi tidak diperlukan bagi

kehidupan manusia.

f. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber oemuas

kebutuhan manusia.
35

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Plus Negeri 7 Kota

Bengkulu. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 4 minggu ( 1 bulan).

yaitu pada bulan Februari 2015.

B. Jenis Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka jenis penelitian yang

dilakukan oleh peneliti berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

suatu penelitian yang dilakukan untuk mengatasi masala-masalah yang ada

dalam proses pembelajaran dan upaya meningkatkan aktivitas dan belajar

siswa (Arikunto, 2006:10). Secara ringkas rancangan penelitian ini dapat

dilihat dalam bagan berikut ini :


36

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 1. Bagan siklus penelitian tindakan kelas (Arikunto dkk, 2006:10 )

C. Subjek Penelitian
4
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Plus

Negeri 7 kota Bengkulu, yang terdiri dari 30 siswa yang terdiri dari 20 siswa

laki-laki dan 10 siswa perempuan.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1)

perencanaan (planning), (2) pelaksanaan tindakan (action), (3) observasi

(observation), dan (4) refleksi (reflektion), Arikunto (2007).


37

Keempat tahap dalam penelitian tindakan kelas tersebut membentuk

sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan yang kembali kelangkah semula.

Jadi satu siklus dimulai dari tahap perencanaan tindakan hingga tahap

refleksi.

Langkah-langkah penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,

yaitu:

1. Siklus 1.

a. Perencanaan tindakan.

Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Membuat skenario pembelajaran.

3) Mempersiapkan materi pembelajaran

4) Menyiapkan lembar observasi siswa.

b. Pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesui dengan skenario yang telah dibuat.

c. Observasi.

Tahap observasi ini dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan

tindakan. Pengamatan kegiatan ini menggunakan lembar observasi

siswa, pengisian lembar observasi menggunakan tanda cek () oleh

pengamat yaitu guru, teman sejawat dan peneliti.


38

d. Refleksi.

Refleksi dilakukan berdasarkan observasi terhadap seluruh kegiatan

pembelajaran. Refleksi ini bertujuan untuk mengisi kegiatan yang sudah

dilakukan dalam proses pembelajaran role playing. Hasil refleksi

digunakan sebgai acuan atau pedeman untuk menyusun rencana pada

siklus II.

2. Siklus II.

Pada siklus II ini peneliti merencanakan dan merancang kembali

tindakan perbaikan yang akan dilakukan sebagai tindak lanjut pembelajaran

siklus I yang urutannya sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan mencakup:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mata pelajaran

Ekonomi dengan menggunakan teknik Role Playing.

2) Membuat Skenario Siswa.

3) Menyusun kisi-kisi soal

4) Menyusun lembar observasi guru dan lembar observasi siswa

beserta indikatornya untuk melihat bagaimana kondisi

pembelajaran di kelas saat menggunakan teknik Role Playing.

5) Mempersiapkan Skenario Siswa yang akan dipergunakan pada

waktu kegiatan bermain peran.

6) Menyiapkan media.

7) Menyusun alat evaluasi berupa soal tes essay.


39

8) Mempersiapkan tempat dimana diskusi akan dilaksanakan.

9) Membentuk kelompok, dengan memberi nomor pada masing-

masing siswa, setiap siswa mendapatkan nomor yang berbeda.

b. Tahap pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap ini adalah upaya

perbaikan dari kegiatan pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran

mencakup:

1) Pendahuluan

a) Guru memberikan apersepsi.

b) Guru memberikan motivasi

c) Guru menuliskan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang

harus dicapai siswa.

2) Kegiatan inti.

a) Siswa mengelompok berdasarkan kelompok yang telah

ditentukan pada pertemuan sebelumnya.

b) Guru mengemukakan masalah

c) Guru membagikan skenario kepada masing-masing

kelompok.

d) Guru menjelaskan hal-hal apa saja yang harus dilakukan

sesuai dengan skenario yang telah ditentukan.

e) Siswa melakukan kegiatan berdasarkan langkah-langkah

kerja yang ada di skenario.

f) Siswa diperbolehkan bergabung dengan anggota kelompok


40

lainnya sesuai dengan nomor masing-masing (sesuai dengan

masing-masing tugas yang diberikan kepada siswa).

g) Guru membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan

peran.

h) Guru membimbing siswa dalam memnyatukan pendapat

pandapat masing-masing siswa.

i) Salah satu kelompok menyajikan hasil diskusi yang diwakili

oleh salah seorang anggota kelompok yang dipanggil sesuain

dengan nomor yang telah ditentukan oleh guru.

j) Siswa melakukan diskusi kelas dan setiap anggota kelompok

boleh menyampaikan pendapat mereka sesuai dengan nomor

dan tanggung jawab mereka masing-masing.

3) Kegiatan penutup.

a) Guru membimbing siswa menarik kesimpulan.

b) Guru memberikan evaluasi berupa post tes.

c) Guru menutup pelajaran dengan memberi kesan dan pesan

yang baik.

c. Tahap pengamatan

Pada pelaksanaan siklus II dilaksanakan pengamatan terhadap

kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung dengan menggunakan

lembar observasi yang telah dibuat. Selama pelaksanaan kegiatan

pembelajaran observasi dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu guru

dan teman sejawat. Pengamat memberikan tanda () terhadap aspek yang


41

diamati berdasarkan indikatornya. Pada akhir pelaksanaan siklus II

diadakan evaluasi yang berupa tes tertulis yang berbentuk esai.

d. Tahap refleksi

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil observasi dan

evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut merupakan rekomendasi bagi

penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

Observasi dukumentasi, dan Wawancara.

1. Metode Observasi.

Metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap objek yang diteliti sebagaimana yang

dikatakan oleh Sutrisni Hadi (Sugiono 2012 : 145), observasi merupakan

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan pshikologi.

Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dengan

berpartisipasi langsung terhadap obyek yang diteliti, dalam hal ini penulis

menggunakan observasi, yaitu dengan cara peneliti mendatangi langsung

daerah atau lokasi serta melaksanakan proses pembelajaran ekonomi

melalui model pembelajaran role playing.


42

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang dilakukan

dengan cara meneliti terhadap buku-buku, catatan-catatan, arsip-arsip

tentang suatu masalah yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.

Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa metode dokumentasi adalah

mencari data data mengenai hal-hal yang berbau variabel yang berupa

catatan, arsip, buku-buku, surat kabar, majalah, notulen, rapat, agenda, dan

sebagainya.

Dalam hal ini metode dokumentasi dipakai untuk memperoleh data

tentang keberadaan sekolah yaitu fasilitas sekolah, keadaan guru dan staf,

karyawan dan keadaan siswa. dengan kata lain metode ini digunakan

dengan jalan melihat dokumentasi sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif

dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil

belajar siswa setelah tindakan. Data dihitung dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Menghitung data hasil observasi aktivitas

Dalam penelitian aktivitas siswa juga digunakan skala likert dengan

rentang 5 sampai dengan 1. Aktivitas siswa yang diukur dari 6 item. Skor

maksimumnya adalah 30, skala terendah 6 dengan kategori sebagai

berikut:
43

R = 30 6

= 24

24
I=
5

= 4,8

=5

Tabel 6. Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa Hasil Nilai Siswa

No Skala Penilaian Kriteria Penilaian Penilaian


1. 26 30 Sangat Baik 5
2. 21 - 25 Baik 4
3. 16 20 Sedang 3
4. 11 15 Kurang 2
5. 6 10 Sangat Kurang 1

Untuk mengrtahui nilai rata-rata aktivitas siswa dan guru dapat

dihitung dengan cara:

x = P1 + P2

Keterangan:

x = Nilai rata-rata

P1 = Total skor pengamat satu

P2 = Total skor pengamat dua

2. Analisis hasil belajar

a. Data tentang peningkatan aktivitas siswa menggunakan rumus T (Tes)

yaitu:
44

M M
=
SEm m

Keterangan:

M1 = Nilai rata-rata dari siklus 1

M2 = Nilai rata-rata dari siklus 2

SE - = standar error perbedaan mean variabel x dan y

(Anas Sugiyono 2006 : 250)

b. Menghitung ketuntasan belajar klasikal dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

NS
= X 100%
N

Keterangan:

KB = Ketuntasan belajar siswa

NS = Jumlah skor yang tuntas

N = Jumlah siswa mengikuti tes

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditinjau meningkatnya

hasil belajar yang tercapai setelah pelaksanaan pembelajaran sebagai nilai

batas tuntas minimal (KKM) adalah 70, jika siswa mendapat nilai sesuai

KKM 70 keatas mencapai 75% maka penggunaan strategi Role Playing

dalam pembelajaran ekonoi dapat meningkatkan hasil belajar siswa (kelas

XI IPS 4 SMA Plus Negeri 7 Kota Bngkulu : 2015)


45

DAFTAR PUSTAKA

B. Uno, Hamzah. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar

mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka

Cipta.

Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasbullah. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo

Persada

Iswandi, DKK.. 2012. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Pembelajaran

PKn dengan Bermain Peran Kelas IV SDN 09. Artikel Penelitian

Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Tanjungpura

Pontianak.

Primasari, DKK. 2012. Penggunaan Model Role Playing Untuk Peningkatan

Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas IV SDN 1 Lundong.

Artikel Penelitian Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas

Sebelas Maret Kebumen.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT

Rajagrafindo Persada.
46

Sudjana, Nana. 2011. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Sinar Baru Algensindo.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.

Bandung : PT Imperial Bhakti Utama.

Tim Pengembang MKDP. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT

Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai