BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebijakan otonomi daerah telah membawa dampak terhadap kebijakan otonomi di bidang
pendidikan. Salah satu wujudnya adalah pada kebijakan pengembangan kurikulum, yang semula
bersifat sentralistik (kurikulum dikembangkan oleh pemerintah pusat) menjadi bersifat desentralistik
(kurikulum dikembangkan oleh satuan pendidikan). Dengan demikian penyusunan dan
pengembangan kurikulum harus dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan (sekolah). Produk
kurikulum yang dibuat dan dikembangkan oleh satuan pendidikan itu kemudian diberi nama
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Di satu sisi, perubahan paradigma yang semula hanya sebagai pengguna menjadi
pembuat sekaligus pengguna kurikulum, telah memberikan kesibukan dan beban kerja tersendiri
bagi sekolah. Penyusunan dan pengembangan kurikulum sekarang harus menjadi agenda pokok
dalam program tahunan sekolah dan tentunya akan membutuhkan anggaran tersendiri untuk itu. Di
sisi lain, dengan diberinya kesempatan sekolah untuk menggodok kurikulumnya sendiri dapat
mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Para guru, kepala
sekolah, dan pihak manajemen sekolah dapat lebih meningkatkan kreativitasnya dalam perencanaan
dan penyelenggaraan program-program pendidikan. Sangat memungkinkan juga bagi setiap sekolah,
khususnya SMK, untuk melakukan sinkronisasi kurikulum di tingkat sekolah dengan bantuan
pihak dunia usaha/dunia industri/dunia kerja (du/di/dk), sehingga kurikulum yang dihasilkan akan
memiliki muatan (isi) yang lebih relevan dengan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan du/di/dk.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana format kegiatan singkronisasi kurikulum di tingkat satuan
pendidikan ini, sejauh mana keterlibatan pihak du/di/dk, apa saja yang dilakukan oleh sekolah dan
du/di/dk dalam menyinkronkan materi kurikum sekolah dengan kompetensi-kompetensi yang
dibutuhkan du/di/dk? Tulisan singkat ini akan mencoba memaparkan beberapa saran langkah-
langkah teknis dan batasan ruang lingkup kegiatan singkronisasi kurikulum di tingkat sekolah. Hal ini
penting dibahas dan didiskusikan agar diperoleh format kegiatan yang bisa diajikan acuan untuk
kegiatan sinkronisasi kurikulum di tingkat sekolah. Kita belum punya format baku, karena selama ini
kegiatan sinkronisasi kurikulum lebih banyak dilakukan di tingkat pusat.
2. Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya sekolah
dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu sebelum tahun
pembelajaran baru.
Menyusun rencana
kegiatan meliputi:
1. UU No. 20 Thn 2003 1. pengumpulan data
2. PP No. 19 Thn 2005 Membentuk TPK 2. pembuatan
3. PP No. 38 Thn 2007 sekolah, memberi analisis
4. Permendiknas No. 22, 23, tugas dan konteks
24 Th.2006 pengarahan teknis 3. penyusunan draf,
5. Permendiknas No. 6, 1, pengembangan reviu, revisi,
13, 16, 19, 20, 41 Thn KTSP finalisasi
2007 dokumen KTSP
6. Panduan penyusunan 4. pengembangan
KTSP Tahun 2006 silabus
5. validasi dan
verifikasi
6. pemberlakuan
KTSP
Menetapkan
Dokumen KTSP
pemberlakuan KTSP
dan sosialisasi lengkap dengan
silabus