Kosmetik
Adalah bahan / sediaan untuk bagian luar tubuh manusia, atau gigi dan membran mukosa, untuk
melindungi tubuh.
Pembelajaran mandiri
Pembelajaran yg tdk harus disuruh, atas kemauan diri sendiri tanpa haru sdiruang kelas, bisa dmn
saja, kapan dengan seapa saja. Sepakat!
Riklona:
Klonazepam
Kolmlet:
aplezolam
Definisi masalah
Tuti
Ika: pengawasan thd makanan kadaluarsa, tanpa izin, bisa inisiatif sendiri atau keluhan
masyarakat.
Rasfia
heni: barang titipan yang belum diperiksa lebih detil oleh apt
Praptiwi:
Hennny: perusahaan daftar ke bpom, bpom ke produsen untuk mengecek, bahan dianalisis
oleh bpom. Pengecekan Cara pembuatan oleh bpom (putri). Perusahaan ke mui, keluar izin,
diberi nomor , baru beredar
Bayu: setelah barang beredar diuji secara klinis, obat bisa ditarik lagi jika pada uji tidak
memenuhi syarat
Tuti:
Ika
4. Kekurangan apoteker, tidak ada di apotek dll. Bagaimana sangsinya untuk masing masing obat
psikotropik dan kosmetik?
Bayu: pada penjualan psikotropik= tahap pertama ditegur untuk menurunkan penjualan
psikotropik. Kalo masih bandel beri peringatan kemudian skorsing.
Rasfia: sama seperti delia, bisa jadi dipenjara jika ada pelaporan pelanggaran hukum.
Rasfia: hanya mendampingi apoteker, untuk penyerahan obat adl wewenang apt
Tuti
Praptiwi
Ika: pembelajaran orang dewasa, asumsinya orang dewasa sudah punya kemandirian.
Heni
Ika: produk yang halal, tdk mengandung babi dan terdaftar di MUI
Fannia: aman, sudah uji klinik untuk manusia, dan terbukti tidak toksik
Haram tidak hanya babi dan anjing, tp ada bahn bahan lain yg haram
Tuti: tidak mengumbar penyakit pasien, memberi informasi sbg apt, berperikemanusiaan.
Bayu: menambahkan pendapat tuti, Mengutamakan kepentingan pasien, bukan profit, apt
tdk punya kompetensi untuk diagnosis
Praptiwi:ketentuan jarak pendirian apotek, Menjaga hubungan baik antar paramedis lain
tuti
Rasfia: apt memastikan obat yg diberikan benar dosis, cara, interfal waktu peminuman obat.
fannia
Ika: apt harus tahu bahan bahan pembuat obat, apt bisa membuat, mengelola dan
mengetahui pembuatan obat yang baik. Ketika obat sudah jadi, apt harus mampu
menyimpan, mendistribusikan dan memastikan keamanan obat. Dan menguasai manajemen
keapotekan/ rs. Bisa menjamin keamanan obat untuk pasien. Memastikan pasien faham dg
obatnya. Punya kompetensi untuk prom kes pencegahan penyakit.
Bayu: razia oleh polisi. BPOM berwenang mengecek peredaran obat, jika ada kecurigaan
dilaporkan ke IAI. Kemudian dilanjutkan ke polisi
Putri
Tuti
Putri: atas sepengetahuan apt. Untuk obat obat owa harus diserahkan oleh apt
4. Apotek
4.1 standar pelayanan
kefarmasian di apotek
5. perundang - undangan
Learning objective
1. Untuk mengetahui standar kompetensi dan kode etik apoteker.
Standar kompetensi
a. Apoteker dalam praktek kefarmasiannya harus profesional dan sesuai etika
Kode Etik
Apt dalam menjalankan tugas mengharap rido alloh dan berpegang teguh pada sumpah
apoteker.
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
BAB I kode etik apoteker terdiri dari 8 pasal yang berisi tentang: Seorang apoteker dalam
melakukan kegiatan kefarmasian harus berdasarkan sumpah apoteker, kode etik, standar
kompetensi yang berprinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya. Seorang
apoteker harus mampu untuk menjadi contoh yang baik bagi orang lain dan menjadi sumber
informasi sesuai profesinya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER KEPADA PASIEN
Terdiri dari satu pasal yang berisi bahwa seorang apoteker harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak asasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Dalam bab ibi terdapat tiga pasal, berisi tentang seorang apoteker memperlakukan teman
sejawat sebagaimana ia ingin diperlakukan, saling mengingatkan untuk mematuhi ketentuan
kode etik, mempertebal rasa saling memercayai dalam menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN
Dalam bab ini terdiri dari dua pasal, berisi tentang hubungan apoteker dengan profesi
kesehatan lain yang berlandaskan saling percaya, menghargai, menghormati dengan tujuan
untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan.
BAB V
PENUTUP
Apabila apoteker melakukan pelanggaran terhadap kode etik maka akan diberikan sangsi
sesuai peraturan yang berlaku (kode etik apt).
4. Untuk mengetahui badan badan yang berwenang dalam regulasi dan pengawasan obat
dan kosmetik beserta peranannya
Bpom, depkes, mui, polisi, menkes
6. Untuk mengetahui syarat syarat obat dan kosmetik agar bisa dikatakan aman dan halal.
Pp no 72 98
Persyaratan keamanan :
Sesuai dengan pp n0 72 th 98
Persyaratan aman sesuai buku farmakope, materia medika, kodeks kosmetika indinesia, dan
dengan peralatan yang telah ditetapkan,
Alkoholboleh beredar dengan pencantuman kadar. (Peraturan BPOM TTG IJIN EDAR
KOSMETIK DAN OBAT 2009)
Obat dan kosmetik yang halal harus Mendapat sertifikat halal mui dengan syarat
- td mengandung babi atau produk droduk babi
- td mengandung bahan bahan yang diharamkan, seperti bahan bahan dari organ
manusia, darah, kotoran dll
- semua bahan yg berasal dari hewan harus hewan halal yang disembelih menurut tata
cara syariat islam
- tidak mengandung alkohol atau hamar
- semua tempat penyimpanan, penjualan, pengolahan dan transportasi tidak boleh
digunakan untuk babi. www.lppommuihomepase2005)
- Disucikan sesuai syariat islam(etika farmasi dalam islam, hendri wasito, 2010)
- YANG HALAL ITU YANG BAIK, ALMAIDAH artinya tidak berbahaya Tdk mengandung bahan
bahan bahaya, bahan haram untuk obat dalam, tidak berbahan najis untuk obat luar dan
dalam, tidak terkontaminasi bahan bahan najis dalam proses pembuatan, penyompanan
dan distribusi.
- Untuk regulasi peredaran diatun oleh bpom
10. Untuk mengetahui undang undang yang berkaitan dengan regulasi dan pengawasan obat
dan kosmetik
Peraturan kepala bpom ttg ijin edar produk obat, obat tradisional, kosmetik,
suplemen makanan dan maknan yang bersumber, mengandung, dari bahan
tertentu dan atau mengandung alkohol.
Pp no 72 th 98 ttg pengamana sediaan farmasi dan alkes
Pp bpom th 2011 ttg kriteria dan tatalaksana regristrasi obat.
Pp kepala bpom ttg pengawasan pemasukan obat dan makanan ke wilayah indonesia
no 27 th 2013
Uu perlindungan konsumen no 8 th 1999
Uu ttg kesehatan no 36 th 2009
Kepenkes ri no 82 ttg pencantuman lebel halal pada kemasan
Permenkes ri no 1175 th 2010 ttg izin produksi kosmetika