dengan gejala demam, batuk, sesak nafas dan adanya ronki basah halus serta
gambaran infiltrat pada foto polos dada. Pneumonia pada anak merupakan salah
pada anak terutama di negara berkembang. Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun
dan bakteri. Sebagian kecil disebabkan oleh hidrokarbon dan masuknya makanan,
kematian akibat pneumonia adalah kurang gizi, berat badan lahir rendah, tingkat
tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, dan adanya penyakit kronis pada
bayi. Komplikasi yang dapat terjadi pada pneumonia antara lain adalah efusi
disebabkan adanya bakteremia yang terjadi pada umur 28 hari pertama kehidupan.
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan.5,6,7
1
Sepsis terjadi kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab
dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi
pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg. Dalam laporan
WHO yang dikutip Child Health Research Project Spesial Report: Reducing
neonatus terjadi karena berbagai bentuk infeksi seperti infeksi saluran pernafasan,
dari 1.625 neonatus yang datang/lahir di RSCM sejak 1 Februari-30 Juni 2007,
kolestasis. Pasien dengan sepsis dan kolestasis memerlukan perawatan lebih lama
dan mengalami risiko kematian 2,25 kali lebih tinggi dibandingkan pasien sepsis
tanpa kolestasis.10
yang terjadi karena disfungsi transpor asam empedu. Kolestasis adalah kegagalan
aliran cairan empedu masuk duodenum dalam jumlah normal. Dari segi klinis
bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan tubuh.10,11
dan kolestasis yang dirawat di Bagian Bayi RSUD Ulin Banjarmasin dari tanggal
2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Identitas penderita :
Umur : 2 hari
Pendidikan : Aliyah
Pendidikan : Aliyah
ANAMNESIS
Bayi mengalami sesak 1 hari, terlihat hidung bayi kembang kempis saat
bernafas, nafas tidak berbunyi, tidak ada bibir berwarna biru. Bayi masih
3
kuat saat istirahat, menangis atau menyusu. Bayi panas 1 hari SMRS
perlahan-lahan naik dan tidak ada diberi obat penurun panas. BAB cair
tidak ada.
Tidak ada keluarganya yang menderita batuk lama atau batuk berdarah.
5. Riwayat antenatal :
6. Riwayat Natal :
8. Riwayat Perkembangan
4
Tiarap : -
Merangkak : -
Duduk : -
Berdiri : -
Berjalan : -
9. Riwayat Imunisasi :
10. Makanan
- sejak lahir sampai usia 2 hari anak minum susu SGM 3 (3 x 25 cc)
By. R
(2 hari)
5
Susunan keluarga :
Anak tinggal dengan orang tua dan 2 orang saudaranya, di rumah yang
terbuat dari kayu dengan 2 kamar tidur, ventilasi cukup, jendela banyak.
Air untuk MCK (mandi, cuci, kakus) menggunakan air yang diambil dari
sumur bor, sedangkan untuk air minum menggunakan air sumur biasa.
PEMERIKSAAN FISIK
Pengukuran
Suhu : 38,1 C
Panjang/tinggi badan : 50 cm
Lingkar Kepala : 33 cm
6
Turgor : Cepat kembali
Kelembaban : Cukup
Tebal/tipis : Tipis
Distribusi : Merata
Simetris : Isokor
Kornea : Jernih
Serumen : Minimal
7
Hidung : Bentuk : Normal
Leher :
8
Tekanan : Tidak meningkat
Toraks :
Dinding dada/paru :
Pernafasan : abdominal
Perkusi : Sonor/sonor
Jantung :
9
Suara Dasar : S1 dan S2 Tunggal
Lokasi : -
Punctum max : -
Penyebaran : -
Abdomen :
Ekstremitas :
detik
- Ekstremitas bawah : Akral hangat, tidak ada edem dan tidak ada
10
Neurologis :
Lengan Tungkai
Tanda Kiri Kanan Kiri
Kanan
Gerakan Normal normal normal Normal
Tonus Eutoni eutoni eutoni eutoni
Trofi Eutrofi eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus - - - -
Refleks BPR = + BPR = + KPR = + KPR = +
Fisiologis TPR TPR APR APR
Refleks Hoffman Hoffman Babinsky (+) Babinsky (+)
patologis (+), (+),
Tromner (+) Tromner (+)
Sensibilitas Normal normal normal normal
Tanda Laseq (-), Laseq (-),
- -
meningeal Kerniq (-) Kerniq (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan hematologi
Hb : 14,9 g/dl
Eritrosit : 5,11juta/mikroL
Trombosit : 258.000 /l
HCT : 47 vol %
RDW-CV : 165
11
MCV : 91,9 fl
MCH : 29,2 pg
MCHC : 31,7%
Hitung jenis
Basofil :0
Eosinofil :0
Neutrofil : 63,8%
Limfosit% : 25,7%
MID : 10,5%
Monosit :0
Kimia
Hati
SGOT : 35 L
SGPT : 8 L
Imunoserologi
- Suhu : 37,1
12
- pH : 7,290*
- O2 Saturasi : 99,0%
- BE : -12,3 mmol/L
- K+ :5,7 mmol/L
RESUME
Nama : By. R
Umur : 2 hari
hidung saat bernafas, nafas tidak berbunyi, tidak ada bibir berwarna biru. Bayi
masih kuat saat istirahat, menangis atau menyusu. Bayi panas 1 hari SMRS
perlahan-lahan naik dan tidak ada diberi obat penurun panas. BAB cair tidak
ada.
13
Pemeriksaan Fisik
Suhu : 38,1 C
subkostalis (+/+)
normal
Ekstremitas : Akral hangat, edem (-), parese (-),sianosis (-), CRT < 2
detik
14
DIAGNOSA
PENATALAKSANAAN
Monitor: Keadaan umum, tanda vital, SaO2, CRT, tanda hipoglikemi, tanda
hipotermi
USULAN PEMERIKSAAN
leukosit)
PROGNOSIS
15
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
PENCEGAHAN
DISKUSI
Batasan Pneumonia
16
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
pada bayi baru lahir, dan pada bayi gejala yang timbul biasanya tidak spesifik.12
Etiologi Pneumonia
1. Aspirasi Pneumonia
Yaitu pneumonia yang terjadi bila ada cairan yang masuk ke paru-paru,
biasanya karena tersedak. Pada bayi baru lahir, hal ini terjadi apabila bayi tersedak
air ketuban ibu dan setelah bayi berusia beberapa hari, aspirasi juga bisa terjadi
bila air susu yang diisap bukan masuk ke saluran cerna, melainkan ke saluran
pernapasan.
Dewasa ini polusi udara dapat menyebabkan sesak napas pada orang-orang
tertentu terutama mereka yang berbakat alergi. Biasanya ditandai dengan napas
yang berbunyi (ngorok). Bila dibiarkan tanpa diobati, keluhan sesak napas seperti
17
ini bisa berkembang menjadi bronkhitis. Bila kemudian juga tidak diobati tuntas,
Patogenesis Pneumonia
saluran napas dengan cara antara lain inokulasi langsung, hematogen, inhalasi
edema di seluruh alveoli, infiltrasi sel-sel PMN, dan diapedesis eritrosit. Sel-sel
PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli. Dengan bantuan leukosit yang lain
Zona permulaan konsolidasi: terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel
darah merah.
Zona konsolidasi luar: daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan
Zona resolusi: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
18
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis
yang normal.12
napas bagian bawah. Bakteri ini merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu
dan virus dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan,
19
Tanda-tanda pneumonia sangat bervariasi, tergantung golongan umur,
umumnya, diawali dengan panas, batuk, pilek, suara serak, nyeri tenggorokan.
Selanjutnya panas makin tinggi, batuk makin hebat, takipneu, retraksi dinding
dada, sesak napas dan sianosis. Pada bayi (usia di bawah 1 tahun) tanda-tanda
menjadi:12
ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak nafas, air hunger, merintih, dan
sianosis. Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
20
dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Abdomen distensi karena dilatasi gaster
3. Tanda pneumonia
Tanda pneumonia ialah pekak saat perkusi, fremitus melemah, suara nafas
efusi. Pada pemeriksaan fisik terdengar pekak perkusi, fremitus berkurang dan
suara napas melemah. Nyeri dada karena iritasi pleura mungkin hebat dan
mengganggu gerakan dada. Fiction rub dapat terdengar di daerah pleura yang
terkena. Bila efusi pleura bertambah maka sesak napas pun makin bertambah
tetapi nyeri pleura makin berkurang dan berubah jadi nyeri tumpul.
Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas.
Pemeriksaan perkusi dan auskultasi sering tidak ada kelainan. Bila ditemukan
pekak perkusi pada bayi kemungkinan besar telah terjadi efusi pleura dan bukan
Diagnosis Pneumonia
21
menyederhanakan kriteria diagnosis menjadi sejumlah kecil tanda fisik yang
status nutrisi, letargi, sianosis, frekuensi nafas, observasi dinding dada untuk
1. Pneumonia sangat berat, (bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum ),
2. Pneumonia berat (bila ada retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum),
4. Bukan pneumonia (bila tidak ada nafas cepat, tidak perlu di rawat, tidak perlu
Pemeriksaan Penunjang
22
Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia; pada stadium lanjut asidosis
respiratorik.
pemeriksaan mikrobiologik. Pada kasus ini pasien By. R (umur 2 hari) datang
dengan keluhan sesak nafas. Satu hari sebelumnya bayi mengalami panas dan
hidung berair. Pada riwayat persalinan ibu didapatkan ketuban pecah dini 14 jam
hidung, nadi 140 x/menit, suhu 38,1C, frekuensi nafas 88 x/menit, dangkal dan
umur, untuk anak umur 0 2 bulan frekuensi nafas normal 30 50 kali x/menit.
Pada kasus ini frekuensi nafas 88 x/menit sehingga memenuhi kriteria takipneu.
Penatalaksanaan Pneumonia
influenzae.12
Tabel 2. Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur.
12
23
Usia Obat Terapeutik
0-1 bulan Ampisilin + aminoglikosid atau ampisilin + sefotaksim
1-3 bulan Ampisilin + sefotaksim (pertimbangkan eritromisin atau
Klaritromisin bila dicurigai pneumonitis Chlamidya)
3 bulan- 5 tahun Cefuroksim, sefotaksim, atau seftriakson (pertimbangkan
untuk menambah makrolid bila dicurigai Mycoplasma
pneumoniae)
> 5 tahun Makrolid (pertimbangkan untuk menambah sefuroksim pada
pasien yang sakit berat)
Semua umur Tambahkan vankomisin bila dicurigai S.Pneumoniae yang
Resisten. Bila dicurigai infeksi Staphylococcus aureus,
pertimbangkan untuk menambah obat antistafilokokus)
parunya tidak mampu mentransfer oksigen dari udara ke aliran darah dalam
jumlah yang cukup, sehingga kadar oksigen dalam darah menurun ketingkat yang
berbahaya. Bayi-bayi pada umur 0-3 bulan sensitif terhadap hipoksemia, dan lebih
mudah mengalami pernafasan yang tidak teratur dan apnoe. Efek ini selanjutnya
akan menurunkan jumlah oksigen yang masuk dalam darah dan akan
dapat terjadi pada pneumonia antara lain efusi pleura, empiema, abses paru,
24
Monitor: Keadaan umum, tanda vital, SaO2, CRT, tanda hipoglikemi, tanda
hipotermi
Sepsis Neonatal
disebabkan adanya bakteremia yang terjadi pada umur 28 hari pertama kehidupan.
Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah
dan jaringan. Tubuh mengadakan respon keradangan secara luas terhadap infeksi
Sepsis terjadi kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30%
kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi
baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg. Dalam laporan WHO yang
dikutip Child Health Research Project Spesial Report : Reducing perinatal and
sangat tinggi yaitu 50-70%. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam
waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam
setelah lahir.8,9
25
Sepsis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif 70%
Jakarta pada tahun 2002 ditemukan kuman pada sepsis awitan dini meliputi
Patogenesis sepsis
Fetus selama dalam kandungan terlindungi dari bakteri yang berasal dari
ibu karena adanya cairan dan lapisan amnion. Bila terjadi kerusakan, fetus akan
mudah mendapat infeksi. Paparan bayi terhadap bakteri terjadi pertama kali saat
ketuban pecah dilanjutkan saat bayi melalui jalan lahir. Pada saat ketuban pecah,
bakteri dari vagina akan menjalar keatas. Setelah kelahiran, infeksi berasal dari
yang abnormal atau hitung leukosit abnormal dengan ditambah satu kriteria
lainnya.5
26
Definisi SIRS menurut International Pediatric Sepsis Consensus
Conference 2005 adalah suatu proses peradangan yang non spesifik, yang terjadi
setelah trauma, infeksi, luka bakar, pankreatitis atau penyakit lain, dimana sepsis
infeksi.16
Pada stadium lebih lanjut akan terjadi perubahan fungsi berbagai organ
tubuh yang disebut Multi Organ Dysfuntion Syndrome (MODS) berupa gangguan
ditemukan perubahan fisiologis sistem imun baik humoral maupun seluler, yang
pembentukan berbagai komplemen dan antibodi. Salah satu proses yang terjadi
(IL)-1 dan tumor necrosis factor (TNF) akan menimbulkan proses inflamasi dan
septik, disfungsi multi organ dan kematian. Perubahan keseimbangan akan terjadi
apabila terdapat dominasi salah satu sitokin. Dominasi dari sitokin proinflamasi
27
akan menimbulkan renjatan dan disfungsi organ, sebaliknya bila sitokin
bayi. Pada awitan dini, faktor risiko ini dibagi dalam 2 kelompok yaitu: 5,15
- korioamnionitis
- kehamilan ganda
- keputihan pada ibu yang tidak diobati, ibu dengan ISK atau tersangka ISK
28
1) Ibu
bayi.
2. pemberian infus
1. Keadaan umum: menurun (not doing well), malas minum (poor feeding),
2. Sistem susunan saraf pusat: hipotoni, irritable, high pitch cry, kejang,
kembung
29
6. Sistem hematologi: kuning, pucat, splenomegali, petekie, purpura,
perdarahan
Laboratorium
5000/mm3 atau leukositosis > 25.000/mm, hitung neutropenia absolut < 1000/
mm3, rasio I/T neutrofil > 0,2, adanya granular toksik trombositopenia, dan pada
laboratorium
Pada kasus ini, diagnosis suspek sepsis ditegakkan pada hari perawatan
ke-5 didasarkan dari adanya faktor resiko minor dari ibu yang mengalami KPD >
Penatalaksanaan Sepsis
30
Antibiotik profilaksis yang diberikan yaitu prokain penisilin 50.000 UI i.m
1 kali sehari atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari i.v dibagi 2 dosis. Ditambahkan
klinis ketat, pemeriksaan darah lengkap dan CRP secara serial. Jika pada
evaluasi berikutnya gejala klinis membaik, pemeriksaan darah dan CRP normal
dan kultur darah negatif, maka antibiotik dihentikan pada hari ke-7.21
dosis untuk umur < 7 hari, umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan
infeksi, pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif
menyokong infeksi, CRP tetap abnormal dan infeksi terbukti dengan hasil
31
terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah/komponen darah, terapi kejang,
Definisi Kolestasis
hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam duodenum. Dari segi
seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan
tubuh.11,22,23
Klasifikasi Kolestasis
1. Kolestasis ekstrahepatik
Secara umum kelainan ini disebabkan lesi kongenital atau didapat yang
infeksi virus CMV, asam empedu yang toksik, iskemia dan kelainan genetik.
Biasanya penderita terkesan sehat saat lahir dengan berat badan lahir, aktifitas dan
minum normal. Ikterus baru terlihat setelah berumur lebih dari 1 minggu.11,24
2. Kolestasis intrahepatik
a. Saluran Empedu
32
Digolongkan dalam 2 bentuk, yaitu: (a) Paucity saluran empedu, dan (b)
intrahepatik atau hanya saluran ekstrahepatik saja. Kelainan yang disebabkan oleh
ekstrahepatik.11
b. Kelainan hepatosit
empedu yang sedikit, fungsi transport masih prematur, dan kemampuan sintesa
asam empedu yang rendah sehingga mudah terjadi kolestasis. Pada sepsis
terjadinya kolestasis merupakan akibat dari respon hepatosit terhadap sitokin yang
Patofisiologi Kolestasis
bagian kecil. Bagian utama dari aliran empedu adalah sirkulasi enterohepatik dari
33
berhubungan dengan darah portal sedang permukaan apikal (kanalikuler)
filter dan pompa bioaktif memisahkan racun dari darah dengan cara metabolisme
empedu. Salah satu contoh adalah penanganan dan detoksifikasi dari bilirubin
tidak terkonyugasi (bilirubin indirek). Bilirubin indirek yang larut dalam lemak
terkonjugasi yang larut air dan dikeluarkan kedalam empedu oleh transporter
bebas asam empedu. Walaupun asam empedu dikeluarkan dari hepatosit kedalam
empedu oleh transporter lain, yaitu pompa aktif asam empedu. Pada keadaan
dimana aliran asam empedu menurun, sekresi dari bilirubin terkonjugasi juga
Gejala klinis utama pada kolestasis bayi adalah ikterus, tinja akholis, dan
manifestasi klinis dengan cara yang sangat beragam, bergantung pada proses
penyakit.11,25
34
1. Pada kebanyakan kasus, ikterus sklera terlihat sebelum tanda lainnya. Bahkan
2. Pada level bilirubin terkonjugasi yang lebih tinggi, urine gelap mungkin
ditemukan.
4. Pada pasien dengan kolestasis, penampakan lain yang umum adalah pruritus
Diagnosis Kolestasis
dan Ekstrahepatik.25,26
Kolestasis
Data Klinis
Ekstrahepatis Intrahepatis
Warna tinja
- Putih 79 % 26 %
35
- Kuning 21 % 74 %
Berat badan lahir > 3 kg < 3 kg
Umur saat tinja akolis 2 minggu 1 bulan
Gambaran klinis hepar
- Hepar normal 13 % 47 %
- Hepatomegali
Konsistensi normal 12 35
Padat 63 47
Keras 24 6
- Biopsi hepar
Fibrosis porta 94 % 47 %
Proliferasi duktal 86 % 30 %
Trombus empedu intraporta 63 % 1%
lain:25,27
Kimia darah: Dilakukan pemeriksaan kadar bilirubin, SGOT, SGPT,
GGT.28
Pemeriksaan tinja 3 porsi: dapat membedakan kolestasis ekstrahepatik
(selama beberapa hari ketiga porsi tinja tetap dempul) dan intrahepatik
pemeriksaan dilaksanakan dalam tiga fase yaitu puasa, saat minum dan
36
sesudah minum. Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan adanya
atresia bilier. Bila saat atau sesudah minum kandung empedu tidak
dalam usus
Pemeriksan histopatologis: Gambaran histopatologis kolestatis
Pada kasus ini ikterik mulai tampak pada kulit pada saat umur bayi 3 hari
(hari perawatan kedua). Ikterik pada mata muncul pada saat umur bayi 4 hari (hari
neonatus yang terlihat pada kulit yang berwarna kuning, sclera baru akan terlihat
nilai bilirubin total 29,63 mg/dl, bilirubin direk 15,73 mg/dl, dan bilirubin indirek
13,9 mg/dl.
Penatalaksanaan Kolestasis
37
- Asam ursodeoksikolat 3-10 mg/kg/ hari dibagi tiga dosis, peroral. Asam
yang hepatotoksik.
B. Terapi nutrisi25
memberikan tambahan:
- Vitamin E 25 IU/kg/hari
C. Terapi Kausatif
adalah:25
Tranplantasi hepar pada anak dapat dilakukan jika memang penting dan
38
Supalycin 1 X 0,3 cc. Tiap 5 ml sirup mengandung Vit-B1 1,8 mg, vit-B2
0,75 mg, vit-B6 0,3 mg, nikotinamida 5 mg, Ca-pantotenat 3 mg, vit-B12
3 mcg, vit-A palmitat 1800 UI, vit-D2 300 UI, Ca-hipofosfit 30 mg, Ca-
glukonas 250 mg, lisina-HCl 100 mg, vit-C 30 mg. Indikasi pemberian
E, K, A 2 x 1.
39
a
faktor risiko meliputi: bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum
kehamilan berusia 37 minggu), hemolisis dan sepsis.
b
Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat
pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai
ikterus sangat parah dan memerlukan terapi sinar secepatnya. Tidak perlu
menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai terapi sinar
PENUTUP
dengan suspek sepsis dan kolestasis pada seorang bayi laki-laki umur 3 hari
dengan berat badan 3300 gram yang dirawat diruang bayi RSUD Ulin
Banjarmasin. Pasien datang dengan keluhan utama sesak nafas. Diagnosa awal
40
pneumonia ditegakkan berdasarkan alloanamnesa yang dilakukan pada ibu
kandung pasien dan dari hasil pemeriksaan fisik yang pernafasan cuping hidung,
nadi 140 x/menit, suhu 38,1C, frekuensi nafas 88 x/menit, dangkal dan teratur,
retraksi subkosta. Pada kasus ini, diagnosis suspek sepsis ditegakkan pada hari
perawatan ke-5 didasarkan dari adanya faktor resiko minor dari ibu yang
mengalami KPD >12 jam, bayi tampak sakit berat, pernafasan >60x/menit, dan
ikterik pada neonatus yang terlihat pada kulit dan mata dan dari hasil
41