Tugas Disaster 1
Tugas Disaster 1
OLEH
KELOMPOK VII
JUMIATIN (P201301301)
I K ADICAHYONO (P201301441)
TAHUN 2013/201
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat limpahan rahmatnya
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan pembahasan prosedur manajemen
bencana
Makalah ini sebagai salah satu bahan untuk membahas mengenai prosedur manajemen
bencana.
Bahan mengenai prosedur manajemen bencana di peroleh dari berbagai sumber. Semoga kita
dapat memanfaatkan makalah ini untuk lebih menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
pembahasan tersebut serta dapat mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas.
Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini sangat kami harapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar isi............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan masalah.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
Daftar pustaka..................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prosedur Operasi Standar bencana merupakan suatu gambaran terstruktur dan tertulis
tentang langkah- langkah yang telah disepakati bersama oleh seluruh institusi pelaksana
tentang siapa yang melakukan apa, saat kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya.
Prosedur dibutuhkan saat pelaksana suatu kegiatan terdiri dari berbagai institusi yang
memiliki kewenangan sendiri- sendiri dan kegiatan tersebut menuntut waktu yang singkat
untuk ditanggapi.
Dalam penanggulangan bencana yang memiliki waktu tanggapan singkat seperti
gempabumi dan tsunami, prosedur merupakan suatu keharusan hingga dapat memintas jalur
koordinasi dan mempercepat upaya penanganan demi memperkecil risiko negatif yang
mungkin timbul.
Dalam situasi keadaan Darurat bencana sering terjadi kegagapan pananganan dan
kesimpang siuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,sehingga
mempersulit dalam pengambilan kebijakan untuk penanganan darurat bencana.
Sistem Koordinasi juga sering kurang terbangun dengan baik, Penyaluran bantuan,
distribusi logistic sulit terpantau dengan baik sehingga kemajuan kegiatan penanganan
tanggap darurat kurang terukur dan terarah secara obyektif. Situasi dan kondisi di
lapangan yang seperti itu disebabkan belum terciptanya mekanisme kerja Pos
Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana yang baik, terstruktur dan sistematis.
Dalam kondisi Kedaruratan Bencana diperlukan sebuah institusi yang menjadi
pusat Komando dan Koordinasi kedaruratan bencana sesuai dengan lokasi dan tingkatan
bencana yang terjadi. Pos Komando dan Koordinasi Tanggap Darurat Bencana dapat
dilengkapi dengan PosKo Lapangan Tanggap Darurat Bencana dengan gugus tugas yang
terdiri dari unit kerja yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan system yang
terpadu dalam penanganan Kedaruratan bencana.
Mengelola bencana tidak bisa dilakukan hanya dilakukan hanya dengan cara dadakan
atau insidentil tetapi harus dilakukan secara terencana dengn manajemen yang baik, jauh
sebelum suatu bencana terjadi melalui suatu proses yang di sebut manajemen bencana.
Sejarah juga di penuhi dengan berbagai peristiwa bencana, misalanya benua
atlantis,letusan gunung visevius di yunani serta gunung krakatau dan merapi di pulau jawa.
Dalam abad modern juga terjadi berbagai bencana seperti tsunami di aceh, gempa bumi di
peru, dan cina di samping bencana yang terjadi akibat perbuatan manusia misalnya bom atom
di hirosima dan nagasaki, chernobyl di rusia, bhopal di india dan kasus lapindo di indonesia.
Peristiwa bencana senatiasa dengan cerita tragis penderitaan manusia yang tidak
habis-habisnya. Menyisakan kerusakan alam dan materi yang tidak ternilai serta hancurnya
peradaban manusia.
Oleh karena itu selama masih hidup di muka bumi yang rawan dengan berbagai
bencana hendaknya manusia senantiasa wasapada dan siaga menghadapi setiap kemungkinan
terburuk yang datang menimpanya.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana prosedur manajemen bencana
2. Bagaimana konsep medis dari luka bakar
3. Bagaimana konsep keperawatan luka bakar
C. Tujuan
1. Mengetahui prosedur manajemen bencana
2. Mengetahui konsep medis luka bakar
3. Mengetahui konsep keperawatan luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN
3) Pasca bencana
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan
dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana.
Di tingkat industri atau perusahaan fase rehabilitasi di lakukan untuk
mengembalikan jalannya operasi perusaahn seperti sebelum bencana terjadi upaya
rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan yang rusak dan memulihkan jalannya
perusahaan seperti semula.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Proses rekonstruksi adalah tidak mudah dan memerlukan upaya keras dan
terencana dan peran serta semua anggota masyarakat. Sebagai contoh, rekostruksi
aceh pasca tsunami memerlukan waktu dari 5 tahun agar kondisi fisik dan mental
lingkungan dan teknis, serta prasarana ekonomi di bangun kembali dan diharapkan
akan lebih baik di bandingkan kondisi sebelum bencana.
4. Prosedur penanggulangan keadaan darurat kebakaran dalam ruangan
a. Susunan organisasi
Peran kebakaran ruangan terdiri dari :
1. Pengelola gedung
2. Unsur pimpinan
Pengelola gedung sebagai unsur pimpinan umum
Kepala keamanan sebagai kordinator tim kebakaran
Pengawas teknik sebagai koordinator kelompok tekhnisi
Komandan pemadam ini
3. Unsur staff
Petugas telepon
Operator radio
Petugas sound system
Petugas evaluasi
4. Tim Teknisi
Operator panel alarm
Operator lift dan escalator
Operator Ac
Operator listrik
Operator genset
Operator pompa kebakaran
5. Team Security
Kelompok pemadaman
Kelompok evakuasi
Kelompok pengamanan
Kelompok penolong/penyelamat/pppk
Satuan tugas atau satgas peran kebakaran akan segera berfungsi pada saat
terjadi bahaya kebakaran;
B. Konsep medis
1. Definisi
luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringn yang di sebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (smeltzer,
suzanna,2002 )
klasifikasi luka bakar
untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
lika bakar di di klasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. luka bakar karena air panas
c. luka bakar karena bahan kimia
d. luka bakar karena listrik
e. luka bakar karena radiasi
f. luka bakar karena suhu rendah
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Kulit kering, hiperemi berupa eritema,
Dan Tidak di jumpai bulae
Nyeri karena ujung-ujung saraff sensorik teriritasi
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Lika bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis berupa reaksi inflamasi di sertai
proses eksudasi
Di jumpai bulae
Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal
Luka bakar derajat II ini di bedakan menjadi 2 ( dua ), yaitu :
Derajat II dangkal ( superficial )
Kerusakan mengenai bagian suferfisial dari dermis
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh,
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam ( deep )
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis,
Oragan-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel, yang tersisa, biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan
Tidak di jumpai bulae
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya lebih
rendah di banding kulit sekitar
Terjadi koaagulasi protein pada epidermis dan dermis yang di kenal sebagai eskar
Tidak di jumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi 3 kategori, yaitu :
a. Luka bakar mayor
Luka bakar dengan luas lebih dari 25 % pada orang dewasa dan lebih dari
20 % pada anak-anak.
Luka bakar fulthickness lebih dari 20%
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki dan perineum
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat
dan luas lukanya.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
Luka bakar fulthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata,telinga,kaki,dan
perineum
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang di definisikan oleh trofina (1991 ) dan griklak
(1992) adalah:
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang
dari 10% pada anak-anak
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah,tangan dan kaki
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
4. ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan metode yaitu:
Rule of nine
Kepala dan leher : 9%
Dada depan dan belakang : 18%
Abdomen depan dan belakang : 18%
Tangan kanan dan tangan kiri : 18%
Kaki kanan dan kiri : 18%
Genital : 1%
2. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dri sumber panas ke tubuh melalui kondukso
atau radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar di bagi menjadi 3 fase, yaitu :
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistematik.
2. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
( kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertropik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.
3. Manifestasi klinis
Penilaian dalam memberikan terapi dn perawatan, luka bakar di klasifikasikan
berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriuan luka.
Luka bakar derajat 1 : merah dan kering, mungkin terdapat bula memucat dengan
tekanan, sedikit atau dengan tidak ada edema,kesemutan super sensitivitas, nyeri yang
hilang dengan pendingin.
Luka bakar derjat 2 : luka yang nyeri, merah atau pucat, berbecak bula, edema, cairan
eksudat,folikel rambut intak, kepucatan, dengan tekanan, sensitive terhadap udara
dingin.
Luka bakar derajat 3 : eskar putih pucat, dan kelenjarkeringat rusak.merah cherry,
cokelat atau hitam, kulit terbuka dengan lemak yang terlihat, edema, tidak memucat
dengan tekanan, tidak nyeri,folikel rambut dan kelenjar keringat rusak
Luka bakar derajat 4 : eskar yang keras dan menyerupai kulit, tidak ada sensasi,
tulang terbakar.
4. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatau sumber panas
kepada tubuh Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik.Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi
atau kimia.Destrusi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi
isi sel.Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan.
Jaringan yang dalam termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karean luka
bakar elektrik atau kontak yang lama agens penyebabnya (burning agent ). Nekrosis
dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut.sebagai selama contoh, pada kasus luka bakar
tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air panas dari
shower dengan suhu 68,9C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis
serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga (fullthickness injur ). Pajanan selama
15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,1C mengakibatkan cedera full-
thicknes yang serupa. Suhu yang kurang dari 44S dapat di toleransi dalam periode
waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
5. Komplikasi
1. Hipertropi jaringan parut.
Terbentuknya hipertropi jaringan parut pada luka bakar dipengaruhi oleh :
2. Kontraktur
Kontaktur dapat menyebabkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa
tindakan yang dapat mencegah kontraltur adalah :
C. KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Biodata
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal MRS, dan
informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur
seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F
dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap
luka bakar agama dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat
disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan
paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul
penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
f. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi perubahan pola
menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan
anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena
klien tidak dapat melakukan sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan.
Hal ini disebabkan karena adanya rasa nyeri .
h. Pemeriksaan fisik
1) keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai
menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
2) TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak
adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang
menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan
kimia akibat luka bakar
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan
kurang
Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi
untuk mengataasi kekurangan cairan
5) Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area
epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6) Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan
kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk
pemasangan kateter.
7) Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan oto menurun karen nyeri
8) Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay
darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
9) Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and
Browder) sebagai berikut
1 th 2 th Dewasa
Bag tubuh
Kepala leher 18% 14% 9%
Genetalia 1% 1% 1%
Diagnosa keperawatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen bencana pada dasarnya dapat di bagi atas tiga tingkatan yaitu pada
tingakat lokasi, tingkat unit, atau daerah dan tingkat nasional atau koporat. Untuk
tingkat lokasi disebut manajemen insiden ( insident managemen ), pada tingkat
daerah atau unit di sebut manajemen darurat ( emergency manajemen) dan pada
tingkat yang lebih tinggi di sebut manajemen krisis (crissis management).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang di sebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (smeltzer,
suzanna,2002 ).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dri sumber panas ke tubuh
melalui kondukso atau radiasi elektromagnetik.
Resiko terjadinya bencana kebakaran dapat menimbulkan masalah fisik yang
kemungkinan diakibatkan oleh bahan kimia, termis, radiasi, ataupun listrik.
B. Saran
1. Di harapkan mahasiswa mengetahui prosedur manajemen bencana.
2. Di harapkan mahasiswa atau pembaca agar waspada dan siaga menghadapi
setiap kemungkinan bencana yang bakal terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol.3.Ed.8. Jakarta
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Dan Nanda. Jilid 2. Jakarta
Ramli Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta
http/dokter gaul.com. khasiat minyak tawon untuk pengobatan luka.
Resiko bencana kebakaran
potensi menimbulkan masalah
fisik.
Pathway
Termis