PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai metode pembelajaran mahasiswa Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Tujuan Khusus
- Mahasiswa mengenal alat pengukuran Antopometri
- Mahasiswa mampu melakukan kegiatan pengukuran Antopometri
- Mahasiswa memahami bagaimana proses dan cara pengukuran
Antopometri
- Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pemeriksaan serta
menginteprestasikanya.
C. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan tentang cara melakukan pengukuran
Antopometri.
2. Memberikan pengetahuan tentang cara menganalisa hasil pengukuran
Antopometri
3. Memberikan stimulasi untuk dapat memecahkan masalah terkait
Antopometri
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap Antopometri
BAB II
METODE
A. ANTROPOMETRI
1. Tempat dan Watu
1
Praktikum dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro, Ruang Laboratorium Terpadu Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro. Dan dilaksanakan pada tanggal 2
Juni 2017 pukul 10.00-12.00 WIB.
b. Lembar Data
2
Masyarakat Universitas Diponegoro. Langkah terakhir hitung persentil dan
standar deviasi dari data yang sudah di dapatkan.
4. Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Editing: meneliti kelengkapan, kejelasan, konsistensi dan
kesinambungan data
b. Koding: pengklarifikasian jawaban responden dan pemberian kode data
untuk memudahkan langkah selanjutnya.
c. Tabulasi: pengelompokkan data ke dalam tabel tertentu
3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.7 ANTROPOMETRI
4
tile 95
No Nama Jenis Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Jarak Tingg Lebar Lebar
. Kelami duduk mata bahu siku lipat i lipat bahu pingg
n (cm) (cm) duduk duduk duduk lutut- lutut (cm) ul
(cm) (cm) (cm) pantat (cm) (cm)
(cm)
1. Amirul L 97 88 69.5 24.5 53 40 43 31
2. Irwan L 87 77.5 61 23.5 46 39 42 30
3. Hayu P 83.2 72 50.6 15.9 44 43 35.3 26.5
4. Annisa P 81.3 71.4 53 18.7 41.6 37.3 36 28.4
5. Johan L 93.5 83.5 65 32 42 43 41 28.5
6. Ida P 81 72 56 24 42 38 37 34.5
7. Indri P 84 76 59 25 27.5 35 36 34
8. Verlina P 84 72 58 26 38 34 37 30
9. Novi L 87.5 76.5 62.5 26.5 63 39 43.7 34.1
10. Wiwik P 84 71 58 20 52 36 35.8 30
11. Jesica P 82 70.4 52.1 20 45 41.4 36 31.5
12. Qifran L 87 75 58 21 47 41.6 43.5 31.5
13. Kemala P 88.6 70.7 60.9 26.8 43 38 37 31.5
14. Romi L 95 78.1 66 27.1 46.3 41.5 39.7 28.4
15. Dinda P 85.2 72.8 57.6 13 35 48 34 30
16. Riky L 88.2 78.2 59.8 23.3 29 42 38 32
17. Iwan L 91.5 81 63 26.5 46 42 40 27.5
18. Zalffa P 82.5 73 58 24.5 40 45 38 26
19. Rada P 73 63 50 14 46 44 39 32
20. Feby P 82 69 52 18 40 38 37 31
Rata-rata 26.47
68.7 13.95 35.23 5
80.6 50.57 28.925 34.95 5
Standar
95.1 83.725 66.175 27.345 53.5 45.15 43.51 34.12
Deviasi
5
Percentile
85.875 74.555 58.5 22.515 43.32 40.29 38.45 30.42
5
Percentile 5.5587 5.2609 4.8546 7.8975 3.512 2.908 2.385
5.54815 27 78 53 41 219 336 835
95
Untuk menghindari sikap dan posisi kerja yang tidak nyaman ini,
pertimbangan-pertimbangan ergonomis antara lain menyarankan hal seperti
mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan sikap dan posisi
membungkuk atau menyamping dengan frekuensi kegiatan yang sering atau
jangka waktu yang lama. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jarak jangkauan
maksimum yang bisa dilakukan. Pengaturan posisi kerja dalam hal ini dilakukan
dalam jarak jangkauan normal. Pekerja tidak seharusnya duduk pada saat bekerja
dalam waktu yang lama dengan kepala, leher, punggung berada dalam sikap atau
posisi miring. Pekerja tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau
periode waktu yang lama dengan posisi kerja yang tidak ergonomis. (Nurmianto,
2003)
6
Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar peralatan kerja dan fasilitas
kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya khusus yang menyangkut
dimensi ukuran tubuh. Dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh 2 hal pokok
yaitu situasi fisik atau situasi kerja yang ada. Meskipun pekerja yang sehat sudah
diseleksi secara ketat dan diharapkan akan mampu beradaptasi dangan situasi dan
kondisi lingkungan fisik kerja yang bervariasi dalam hal temperatur, kelembaban,
getaran, kebisingan dan lain sebagainya, akan tetapi stress akibat kondisi
lingkungan fisik kerja akan terus berakumulasi. Perancangan sistem kerja harus
memperhatikan prosedur-prosedur untuk mengekonomisasikan gerakan-gerakan
kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja.
(Madyana, 1996).
Analisis Hasil
Lebar Meja
70 cm : 56,425 cm
7
Panjang Meja
160 cm : 97,085 cm
a. Tinggi-kursi
Perbandingan hasil tinggi kursi dengan tinggi lipat lutut dengan
menggunakan persentil 5 memiliki hasil:
Tinggi kursi : Tinggi lipat lutut
40 cm : 34,95 cm
8
Kesimpulan : Tinggi kursi tidak ergonomis, karena dengan
persentil 5 (tinggi siku duduk terkecil II responden)
tidak dapat menjangkaunya.
b. Panjang kursi
Perbandingan panjang kursi dengan jarak lipat pinggul menggunakan
Persentil 95 memiliki hasil ;
Panjang kursi : Jarak lipat pinggul
45 cm : 53,5 cm
Kesimpulan : Panjang kursi tergolong ergonomis, karena dari
persentil 95 (jarak lipat lipat pinggul terbesar) dapat meletakkan
kakinya dengan nyaman saat duduk di kursi.
c. Lebar kursi
Perbandingan lebar kursi dengan lebar pinggul menggunakan persentil
95 didapatkan hasil:
Lebar kursi : Lebar pinggul
48 cm : 34,12 cm
b. Lebar Pintu
Perbandingan hasil lebar pintu dengan lebar bahu responden dengan
menggunakan persentil 95 memiliki hasil:
Lebar pintu : Lebar bahu Responden
54 cm : 43,51 cm
9
Kesimpulan : lebar pintu ergonomis, karena dengan persentil 95 (lebar
bahu responden terbesar) tidak dapat menjangkaunya.
BAB IV
KESIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
12