Anda di halaman 1dari 46

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization)

merekomendasikan agar setiap bayi baru lahir mendapatkan ASI

eksklusif selama enam bulan, namun pada sebagian ibu tidak

memberikan ASI eksklusif karena alasan ASInya tidak keluar atau

hanya keluar sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan bayinya.

Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu penyebab ibu

memutuskan memberikan susu formula pada bayinya. UNICEF

menegaskan bahwa bayi yang menggunakan susu formula memiliki

kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya, dan

kemungkinan bayi yang diberi susu formula adalah 25 kali lebih tinggi

angka kematiannya daripada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif

(WHO, 2009).

Menurut data yang diperoleh Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2013 untuk cakupan pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif di

Indonesia sebanyak 54,3%, cakupan data tertinggi adalah Provinsi

Nusa Tenggara Barat sebanyak 79,74%, namun data ini tidak diiringi

dengan data gizi yang baik dimana masih terdapat kejadian gizi buruk

sebanyak 25,7 %, dimana masalah gizi yang terjadi adalah pola asuh

dan perilaku yang tidak sehat (Info Datin Pusat Data Dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI, 2014).


2

Pada tahun 2012 di Indonesia tercatat jumlah bayi lahir hidup

sebanyak 4.462.562 jiwa dari 23.009.874 balita yang ada (Data

Statistik Indonesia, 2012).Untuk wilayah NTB tercatat jumlah bayi

sebanyak 104.225 jiwa dan jumlah balita sebanyak 477.839 jiwa.

Status gizi balita di wilayah NTB yaitu balita ditimbang sebanyak

394.324 jiwa, berat badan naik sebanyak 248.776 jiwa, Bawah Garis

Merah (BGM) sebanyak 6.965 jiwa dan gizi buruk sebanyak 490 jiwa.

(NTB Dalam Angka, 2015).

Beberapa gambaran cakupan ASI Eksklusif di daerah kota

Mataram yaitu, cakupan ASI Eksklusif tertinggi ada di wilayah kerja

Puskesmas Dasan Agung sebanyak 77,78%, Puskesmas Selaparang

sebanyak 73,83%, Puskesmas Mataram 71,39%, Puskesmas Tanjung

Karang 71,36%, Puskesmas Dasan Cermen 67,63%, Puskesmas

Ampenan 67,61%, Puskesmas Pagesangan 65,88%, Puskesmas

Karang Taliwang 58,07%, Puskesmas Cakranegara 55,42%,

Puskesmas Pejeruk 51,88%, Puskesmas Karang Pule 46,89 %.

Puskesmas Karang Pule merupakan Puskesmas yang memiliki

cakupan Asi Ekslusif terendah di Kota Mataram. (Dinas Kesehatan

Kota Mataram, 2015).

Beberapa gambaran tentang kejadian gizi kurang dan gizi

buruk di wilayah Kota Mataram yaitu gizi kurang sebanyak 11.59% dan

gizi buruk sebanyak 2,03% (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Nusa

Tenggara Barat, 2012). Rendahnya pemberian ASI merupakan

ancaman bagi tumbuh kembang anak. Seperti diketahui, bayi yang


3

tidak diberi ASI, setidaknya hingga usia 6 bulan, lebih rentan

mengalami kekurangan nutrisi (Anik, 2012).

Jumlah bayi di Wilayah Puskesmas Karang Pule 772 bayi

sedangkan jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif hanya 362

bayi atau hanya 46,89 % dan untuk kejadian berat badan tidak naik,

BGM, dan gizi buruk untuk wilayah kerja Puskesmas Karang Pule

sebanyak 236 kasus atau sekitar 30,56%(Dinas Kesehatan Kota

Mataram, 2015).

Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa makanan tambahan lain

merupakan cara terbaik pemberian makan bayi dalam 4-6 bulan

pertama kehidupan bayi. Salah satu tanda kecukupan ASI adalah bayi

bertambah berat badannya (Bahiyatun, 2008).

Salah satu usaha untuk memperbanyak ASI adalah dengan

memberi perawatan khusus, yaitu dengan pemberian rangsangan

pada otot-otot payudara, dan untuk mencegah masalah-masalah yang

mungkin timbul pada ibu menyusui, sebaiknya perawatan payudara

dilakukan secara rutin (Bahiyatun, 2008).Ibu bisa mendapatkan

informasi perawatan payudara pada saat mengikuti kelas ibu hamil, di

puskesmas, rumah bersalin, rumah sakit atau pada kunjungan masa

nifas.Tetapi tidak semua ibu mendapatkan informasi dan perlakuan

perawatan payudara, sehingga banyak masalah-masalah menyusui

yang terjadi seperti payudara bengkak, sehingga perlu untuk dilakukan

pendidikan kesehatan.
4

Beberapa penelitian yang dilakukan mengenai perawatan

payudara yaitu oleh Ariu Dewi Yanti dan Liana Anggraeni dengan judul

Efektifitas pijat oksitosin dan perawatan payudara terhadap

Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu Post Partum Di Desa Wonorejo

Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto tahun 2015 dengan hasil

penelitian yaitu ada hubungan perawatan payudara terhadap

kelancaran pengeluaran ASI. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh Anita Widiastuti, dkk dengan judul Pengaruh Teknik Marmet

terhadap Kelancaran Air Susu Ibu dan Kenaikan Berat Badan Bayi di

Puskesmas Grabag Kabupaten Magelang tahun 2014 dengan hasil

penelitian yaitu ibu yang mendapatkan teknik marmet pengeluaran ASI

lebih lancar dan deras dibanding dengan ibu yang mendapatkan

perawatan payudara, tetapi antara teknik marmet maupun perawatan

payudara tidak ada perbedaan signifikan terhadap kenaikan berat

badan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap10

ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule, menunjukkan

bahwa 7 ibu nifas (70,0%) mengalami kesulitan menyusui selama

masa nifas, masalah yang banyak terjadi karena puting susu yang

lecet dan bendungan ASI sehingga ibu memilih untuk memberikan

makanan tambahan sebelum bayi berusia 6 bulan sedangkan 3 ibu

nifas (30,0%) tidak mengalami kesulitan menyusui selama masa nifas

(Puskesmas Karang Pule, 2017).


5

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang : Efektifitas Pijat

Oksitosin dan Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran Pengeluaran

ASI pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule

Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas maka

rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah Ada Perbedaan

Efektifitas Pijat Oksitosin dan Perawatan Payudara Efektif Terhadap

Kelancaran Pengeluaran ASI Pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Karang Pule tahun 2017?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas pijat oksitosin dan perawatan

payudara pada ibu postpartum terhadap kelancaran pengeluran

ASI Pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule

Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kelancaran pengeluaran ASI pada ibu

postpartum sebelum diberikan pijat oksitosin di Wilayah Kerja

Puskesmas Karang Pule Tahun 2017.


6

b. Mengidentifikasi kelancaran pengeluaran ASI pada ibu

postpartum setelah diberikan pijat oksitosin di Wilayah Kerja

Puskesmas Karang Pule Tahun 2017.

c. Mengidentifikasi kelancaran pengeluaran ASI pada ibu

postpartum sebelum diberikan perawatan payudara di Wilayah

Kerja Puskesmas Karang Pule Tahun 2017.

d. Mengidentifikasi kelancaran pengeluaran ASI pada ibu

postpartum Setelah diberikan perawatan payudara di Wilayah

Kerja Puskesmas Karang Pule Tahun 2017.

e. Menganalisis efektifitas pijat oksitosin dan perawatan payudara

terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu postpartum di

Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule Tahun 2017.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian. (Notoatmojo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada efektifitas pijat

oksitosin dan perawatan payudara terhadap kelancaran pengeluaran

ASI pada ibu postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Pule

Tahun 2017.
7

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan agar masyarakat terutama ibu nifas diberikan

pendidikan kesehatan atau konseling mengenai perawatan

payudara untuk kelancaran pemberian ASI,dan pijat oksitosin untuk

kelancaran produksi ASI, sehingga mendorong kesadaran bagi ibu

untuk rutin melakukan perawatan payudara dan pijat oksitosin guna

meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapakan mampu memberikan masukan tentang

fektifitas pijat oksitosin dan perawatan payudara pada ibu nifas

agar dapat dijadikan penambahan bahan refrensi di perpustakaan.

3. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Diharapakan dapat menjadi suatu acuan untuk melakukan

pijat oksitosin dan perawatan payudara terutama pada ibu nifas,

sehingga dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi serta

menunjang peningkatan pemberian ASI ekslusif.

4. Bagi Peneliti dan Peneliti Lain

Diharapkan peneliti hendaknya selalu meningkatkan

pengetahuan dan wawasan bukan hanya tentang pijat oksitosin

dan perawatan payudara pada ibu nifas, tetapi juga tekhnik

perawatan dan kesehatan ibu nifas lainnya.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. PerawatanPayudara

a. Pengertian

Perawatan payudara adalah pemberian rangsangan

pada otot-otot payudara. Dengan adanya rangsangan, otot-otot

akan berkontraksi lebih dan kontraksi ini diperlukan dalam

laktasi (Bahiyatun, 2009).

Perawatan payudara sering disebut Breast Care

bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara,

memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga

tidak terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya. Perawatan

payudara dilakukan dengan cara pengurutan. perawatan

payudara yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu

orang lain yang dilaksanakn mulai hari pertama atau kedua

setelah melahirkan (Anggraini Y., 2010).

b. Tujuan Perawatan Payudara

Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan

sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu

sehingga mempelancar pengeluaran ASI, serta menghindari

terjadinya pembekakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga

menjaga kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi

(Anggraini Y., 2010).

8
9

c. Masalah Dalam Menyusui

Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui :

1) Putting susu lecet

Penyebabnya :

a) Kesalahan dalam tehnik menyusui.

b) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk

mencuci puting susu.

c) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui

kurang hati-hati.

2) Payudara bengkak

Penyebabnya : Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak

disusukan secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada

duktus yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan.

Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga dan keempat.

3) Saluran susu tersumbat ( obstuvtive duct )

Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus

lakteferus, dengan penyebabnya adalah :

a) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.

b) Pemakaian BH yang terlalu ketat.

c) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul

tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan

sumbatan.
10

4) Mastitis

Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan

oleh :

a) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.

b) Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan

terjadinya payudara bengkak.

c) BH yang terlalu ketat.

d) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah

terinfeksi.

5) Abses payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini

dikarenakan meluasnya peradangan payudara.Payudara

tampak merah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.

6) Kelainan anatokis pada puting susu (putting tenggelam/datar)

Pada putting susu yang mengalami kelainan dapat diatasi

dengan perawatan payudara dan perasat Hoffman secara

teratur. Jika hanya salah satu putting yang tenggelam maka

masih dapat menyusui di putting yang lainnya.Jika putting

masih tidak biasa diatasi maka untuk mengeluarkan ASI

dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat

diberikan dengan sendok atau pipet.Laktasi terjadi di bawah

pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama hormon-

hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin.Keadaan ini

dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Laktasi


11

mempunyai dua pengertian, yaitu : Pembentukan atau produk

air susu, pengeluaran air susu.

d. Faktor faktor yang Mempengaruhi Perawatan Payudara

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar

menjawab pertanyaan.Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain penting untuk menentukan tindakan

seseorang (Overbehavior) ,karena dari pengalaman dan

penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo,2007).

Mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap

apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja

untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu

tentang apa yang telah di pelajari. Antara lain ibu bisa

menyebutkan, menguraikan, menyatakan bahwa perawatan

payudara sangat penting (Fitriani,2011).

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang di ketahuinya seorang atau ibu yang telah

paham dengan materi yang di berikan dia harus

menyebutkan contoh, menjelaskan, mengumpulkan tentang

materi yang dipelajari misalnya : menjelaskan mengapa

perawatan payudara itu penting. Menggunakan materi yang

telah di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya


12

missal : bias mempraktekkan cara perawatan payudara.

Melakukan penilaian terhadap suatu materi penilaian

berdasarkan suatu criteria yang di tentukan sendiri, missal :

ibu dapat membandingkan antara payudara yang dirawat

rutin dengan tidak dirawat (Fitriani,2011).

2) Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar

atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang

menunjang amanat. Informasi memberikan pengaruh

kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai

tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan

informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan

dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut

(Nursalam,2008).

Oleh karena itu penting untuk memberikan informasi

kepada suami tentang pentingnya memberikan dukungan

pada istri dengan cara mengantarkan istri untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan dan menyimak informasi tentang

perawatan payudara sehingga psikis ibu menjadi lebih

tenang (Nursalam,2008).

3) Dukungan Suami

Dukungan social suami yang sangat diharapkan oleh

sang istri antara lain suami mendambakan bayi dalam

kandungan istri, suami menunjukkan kebahagiaan pada


13

kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri, mengantar

dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdoa untuk

keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam

proses persalinan (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

Ibu pada masa nifas membutuhkan dukungan

emosional dan psikologis dari pasangan dan keluarga

mereka, yang bias memberikan dukungan dengan jalan

membantu dalam menyelesaikan tugas tugas di rumah

agar ibu mempunyai lebih banyak waktu untuk mengasuh

bayinya.Cegah timbulnya pertentangan dalam hubungan

keluarga yang menimbulkan perasaan kurang

menyenangkan dan kurang bahagia (Sulistyawati,2010).

e. Langkah-langkah Perawatan Payudara

Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara

(Anggraini Y., 2010) :

1) Pengurutan Payudara

a) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.

b) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah

putting susu selama 2 menit (10kali) untuk masing-

masing payudara.

c) Handuk bersih 1-2 buah.

d) Air hangat dan air dingin dalam baskom.

e) Waslap atau sapu tangan dari handuk.


14

2) Langkah-langkah pengurutan payudara:

a) Pengurutan yang pertama

Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua

telapak tangan diantara kedua payudara lakukan

pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arak sisi samping

kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan

kebawah atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari

payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk setiap satu

payudara.

b) Pengurutan yang kedua

Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian

dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal

payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap

mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi

kearah putting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.

c) Pengurutan yang ketiga

Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan

tangan lain mengurut dan menggenggam dari pangkal

menuju ke putting susu. Langkah gerakan 20-30 kali.

d) Pengompresan

Alat-alat yang disiapkan :

1) 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan

air hangat dan air dingin.


15

2) 2 buah waslap.

Caranya: Kompres kedua payudara dengan waslap

hangat selama 2 menit, kemudian ganti dengan

kompres dingin selama 1 menit. Kompres bergantian

selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air

hangat. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus

untuk menyusui.

3) Perawatan puting susu

Putting susu memegang peranan penting pada saat

menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang

pada putting susu oleh karena itu putting susu perlu

dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua

wanita mempunyai putting susu yang menonjol

(normal). Ada wanita yang mempunyai putting susu

dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam,

bentuk putting susu tersebut tetap dapat

mengeluarkan ASI jika dirawat dengan benar.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat

putting susu :

a) Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu

(daerah areola mamae), satu payudara diolesi

dengan minyak kelapa sekurang kurangnya 3-5

menit, lama 4-5 kali.


16

b) Jika putting susu normal, lakukan perawatan

dengan oleskan minyak pada ibu jari dan telunjuk

lalu letakkan keduanya pada Putting susu dengan

gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30 kali

putaran untuk kedua putting susu.

c) Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan

tahapan berikut :

(1) Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan

kanan putting susu, kemudian tekan dan

hentakkan kearah luar menjahui putting susu

secara perlahan.

(2) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah

putting susu lalu tekan serta hentakkan kearah

putting susu secara perlahan.

d) Kemudian untuk masing-masing putting digosok

dengan handuk kasar agar kotoran-kotoran yang

melekat pada putting susu dapat terlepas.

e) Akhirnya payudara dipijat untuk mencoba

mengeluarkan ASI. Lakukan langkah-langkah

perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan sore hari,

sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun

untuk membersihkan putting susu karena akan

menyebabkan kulit kering dan lecet. Pengguna

pompa ASI atau bekas jarum suntik yang dipotong


17

ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi

masalah pada putting susu yang terbenam.

2. Air Susu Ibu (ASI)

a. Definisi Air susu ibu (ASI)

Air susu ibu (ASI) adalah suatu lemak dalam larutan

protein,lactose dan garam organic yang disekresikan oleh

kedua belah kelenjar payudara ibu (Ambarwati dan Wulandari,

2009).

b. Manfaat Air susu ibu (ASI)

Manfaat ASI antara lain ialah:

1) ASI dapat melindungi bayi dari penyakit diare, infeksi

telinga, infeksi kandung kemih, diabetes, infeksi paru-

paru,dan kegemukan

2) ASI bias mencegah terjadinya infeksi pada bayi, serta

mendukung perkembangan sistem pertahanan tubuhnya

3) Bayi yang memperoleh ASI ekslusif selama lebih dari 3

bulan memiliki IQ lebih tinggi di bandingkan dengan bayi

yang diberi susu formula

4) Menyusui bayi dapat melindungi ibu dari kanker ovarium dan

payudara, serta peretakan pinggul

5) Menyusui bayi bias mengurangi lemak yang menumpuk

dalam tubuh ibu saat hamil (Prasetyono,2009).


18

c. Struktur Payudara

Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI.

Pada setiap payudara terdapat 20 lobus (lobe), dan setiap

lobus memiliki system saluran (ductsystem). Saluran utama

bercabang menjadi saluran-saluran kecil yang berakhir pada

sekelompok sel-sel yang memproduksi susu, yang

dinamakan alveoli. Saluran melebar menjadi tempat

penyimpanan susu, yang bermuara pada putting payudara.

Adapun sel otot mengelilingi alveoli.

Para ibu perlu mengetahui beberapa hal yang terkait

dengan penyusuan.Beragam hal tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Ukuran payudara tidaklah penting bagi bayi, sebab seorang

ibu dapat menyusui bayinya walaupun payudaranya kecil

2) Sesungguhnya, 97% ibu mampu menyusui bayinya

meskipun puting payudaranya rata atau masuk kedalam

3) Banyak wanita yang telah mengalami bedah payudara,

tetapi bias menyusui meskipun ada juga yang tidak dapat

menyusui bayinya (Prasetyono,2009).

d. Fisiologi Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI)

Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta

meningkat, tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih

dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua

atau ketiga pasca persalinan, kadar estrogen dan


19

progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih

dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI.Dengan

menyusukan lebih dini, terjadi perangsangan putting susu,

terbentuklah proklaktin oleh hipofisis,sehingga sekresi

makinlancar.Dua reflek pada ibu dalam proses laktasi, reflek

proklaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan puting

susu oleh isapan bayi.

1) Reflex Proklaktin Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf

peraba yang terdapat pada putting susu terangsang.

Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke

hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofiseanterior

untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah.

Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli)

untuk memproduksi ASI. Jumlah prolaktin yang disekresi

dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan

stimulasi sapan,yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi

mengisap (Ambarawati dan Wulandari,2009).

2) Reflex Aliran (let down reflex)

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat

menyusu selain mempengaruhi hipofiseanterior

mengeluarkan hormon prolaktin juga mempengaruhi

hipofise posterior mengeluarkan hormone oksitosin. Setelah

oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot

polos yang mengelililngi alveoli dan duktus berkontraksi


20

sehingga memeras ASI dari alveoli, duktulus, dan sinus

menuju putting susu (Ambarawati dan Wulandari,2009).

e. Volume Produksi ASI

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar

pembuat ASI mulai mengahsilkan ASI. Kondisi normal, pada

hari pertama dan kedua sejak bayi lahir, air susu yang

dihasilkan sekitar 50 100 ml sehari. Jumlahnya pun

meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Produksi ASI

semakin efektif dan terus menerus meningakat pada 10-14

hari setelah melahirkan. Kondisi tersebut berlangsung hingga

beberapa bulan kedepan. Bayi yang sehat mengkonsumsi 700-

800 ml ASI setiap hari.Setelah memasuki masa 6 bulan

volume pengeluaran air susu mulai menurun. Sejak saat itu,

kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus

mendapatkan makanan tambahan (Prastyono,2009).

Volume ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi

psikis seorang ibu dan makanan yang dikonsumsinya, oleh

karna itu ibu tidak boleh merasa stress dan gelisah secara

berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume

ASI pada minggu pertama menyusui bayi (Prasetyono,2009).

Jumlah air susu pada ibu yang kekurangan gizi sekitar

500-700 ml setiap hari selama 6 bulan pertama, 400-600 ml

pada bulan kedua, serta 300-500 ml pada tahun kedua

kehidupan bayi. Kekurangan gizi dikarenakan cadangan lemak


21

yang tersimpan dalam tubuh ibu pada masa kehamilan tidak

mencukupi kebutuhan yang kelakakan digunakan sebagai

salah satu komponen ASI dan sumber energy selama

menyusui. Meskipun begitu, peningkatan konsumsi makanan

pada ibu hamil belum tentu meningkatkan produksi air

susunya. Sebenarnya ,gizi dalam makanan yang dikonsumsi

oleh ibu itulah yang menjadi factor dominan yang berpengaruh

terhadap volume produksi ASI (Prasetyono,2009).

f. Kualitas dan Kuantitas ASI

Pada dasarnya, kebutuhan bayi terhadap ASI dan

produksi ASI sangat bervariasi. Oleh karena itu, ibu sulit

memprediksi tercukupi kebutuhan ASI pada bayi. Terkait hal

ini, ibu perlu memperhatikan tanda-tanda kelaparan atau

kepuasan yang ditunjukkan oleh bayi, serta pertambahan berat

badan bayi sebagai indikator kecukupan bayi terhadap ASI. Di

bawah ini hal-hal yang berhubungan dengan kualitas dan

kuntitas ASI (Prasetyono, 2009).

1) Makanan dan Gizi Ibu Saat Menyusui

Makanan yang dikonsumsi oleh ibu pada masa

menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu,

kualitas maupun jumlah air susu yang dihasilkan. Ibu yang

menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap

hari agar bisa menyusui bayinya dengan sukses. 300 kalori

yang dibutuhkan oleh bayi bearsal dari lemak yang ditimbun


22

selama kehamilan. Artinya, ibu yang menyusui tidak perlu

makan berlebihan, tetapi cukup menjaga keseimbangan

konsumsi gizi.

2) Kondisi Psikis

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh factor

kejiwaan, misalnya kegelisahan, kurang percaya diri,rasa

tertekan dan berbagai bentuk ketenangan emosional.

Semuanya itu biasa membuat ibu tidak berhasil menyusui.

Jika ibu mengalami gangguan emosi, maka kondisi itu bias

menganggu proses let down reflek yang berakibat ASI tidak

keluar,sehingga bayi tidak mendapatkan ASI dalam jumlah

yang cukup, dan ia pun akan terus-menerus

menagis.Tangisan bayi membuat ibu menjadi gelisah dan

menganggu proses let down reflek. Semakin tertekan

perasaan ibu karena tangisan bayi, semakin sedikit air susu

yang dikeluarkan.

3) Pengaruh Persalinan dan Klinik Bersalin

Sebagian besar ahli kesehatan berpendapat bahwa

rumah sakit atau klinik bersalin menitik beratkan pada

kondisi kesehatan ibu dan bayi. Akan tetapi, perihal

pemberian ASI kurang mendapatkan perhatian. Sering kali,

makanan pertama yang diberikan kepada bayi susu

formula, bukan ASI. Hal ini memberikan kesan tidak


23

mendidik kepada ibu,dan ibu selalu beranggapan bahwa

susu formula lebih baik dibandingkan dengan ASI.

g. Teknik-Teknik Menyusui

Banyak cara untuk mengatur posisi dan menggendong

bayi serta memegang payudara agar bayi mudah menyusu.

Bisa dicoba berbagai cara yang nyaman untuk anda berdua

setelah bayi lahir.

Langkah-langkah menyusui adalah:

1) Arahkan putting Anda kehidung bayi

2) Usapkan bagian bawah aerola kebibir bawah bayi, jaga

puting agar tetap berada diatas bibir atasnya

3) Ketika bibir bawah bayi melalui payudara, mulutnya terbuka

lebar dan lidahnya menjulur, segera dekatkan

4) Tahan posisi hingga 8-10 hisapan, kemudian lepaskan

tangan Anda dari payudara (Prasetyono,2009).

h. Tanda Bayi Cukup Air Susu Ibu (ASI)

Tanda bayi cukup ASI adalah:

1) Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6

kali

2) Warna seni biasanya tidak bewarna kuning pucat

3) Bayi sering BAB bewarna kekuningan berbiji

4) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun

dan tidur dengan cukup

5) Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam


24

6) Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui

7) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali

bayi mulai menyusui

8) Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi

menelan ASI

9) Bayi bertambah berat badanya (Ambarwati dan

Wulandari,2009)

Tanda kecukupan ASI menurut Utami (2007) antara lain:

1) Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali dalam

sehari

2) Terutama bagi bayi yang berusia < 6 minggu, frekuensi

buang air besar (BAB) paling tidak 2-5 kali sehari. Hal ini

tidak berlaku bagi bayi yang berusia > 6 minggu

3) Pertumbuhan berat badan bayi dan tinggi badan (TB) bayi

sesuai dengan grafik pertumbuhan

4) Perkembangan motorik yang baik. Bayi aktif, motoriknya

sesuai dengan rentang usia.

i. Indikator Kelancaran ASI

Pengeluaran ASI dikatakan lancar bila produksi ASI

berlebihan yang ditandai dengan ASI akan menetes dan akan

memancar deras saat diisap bayi. Adapun indikator kelancaran

pengeluaran ASI antara lain :

1) ASI dapat merembes keluar melalui puting susu.

2) Sebelum disusukan payudara merasa tegang.


25

3) Bayi akan buang air kecil 6 8 kali dalam sehari.

4) Turgor kulit dan tonus otot bayi baik

5) Perilaku bayi yang penuh semangat pada waktu menyusui.

6) Bayi tampak puas yang ditandai dengan :

a) Bayi akan segera tertidur

b) Tidak sering menangis

c) Suka bersosialisasi

7) Terdapat kenaikan berat badan rata-rata 500 gram per bulan

(Soetjiningsih, 2007).

j. Tanda Air Susu Ibu (ASI) kurang

Tanda - tanda jika ASI kurang adalah:

1) Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering sekali

menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama.

Tapi terkadang bayi lebih cepat menyusu. Diduga

produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah

pandai menyusu

2) Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu

3) Tinja bayi keras, keringat atau bewarna hijau

4) Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang

jarang), atau ASI tidak datang pasca lahir

5) Berat badan bayi meningkat kurang dari rata- rata 500 gram

per bulan

6) BB lahir dalam waktu 2minggu belum kembali


26

7) Buang air kecil rata-rata kurang 6 kali dalam 24 jam, cairan

urin pekat, bau dan warna kuning (Ambarwati dan Wulandari,

2009).

3. Pijat ASI

a. Pengertian Pijat ASI

Pijat ASI merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI.Pijat ASI adalah pemijatan pada

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae

kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang

hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan (Yohmi &

Roesli, 2009).

Pijat ASI yang sering dilakukan dalam rangka

meningkatkan ketidaklancaran produksi ASI adalah pijat

oksitosin. Pijat oksitosin, bias dibantu pijat oleh ayah atau

nenek bayi. Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang

refleks oksitosin atau reflex let down. Selain untuk

merangsang refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah

memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak

(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang

pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI

ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, 2007).

b. Langkah-Langkah Melakukan Pijat ASI Teknik Oksitosin


27

Langkah-langkah melakukan pijat ASI dengan metode

oksitosin sebagai berikut (Depkes RI, 2007):

1) Melepaskan baju ibu bagian atas.

2) Ibu miring ke kanan maupun kekiri, lalu memeluk bantal,

namun ada dua posisi alternatif, yaitu: boleh telungkup di

meja seperti ini

Gambar 2.13

Telungkup di Atas Meja

Gambar 2.14
Telungkup di Sandaran Kursi

3) Memasang handuk.
28

4) Melumuri kedua telapak tangan dengan minyak atau baby

oil.

5) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

menggunakan dua kepala tangan, dengan ibu jari menunjuk

ke depan. Area tulang belakang leher, cari daerah dengan

tulang yang paling menonjol, namanya processus

spinosus/cervical vertebrae 7.

Gambar 2.15
Processus Spinosus/Cervical Vertebrae 7

6) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk

gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu

jarinya.
29

Gambar 2.16

Membentuk Gerakan-Gerakan Melingkar Kecil-Kecil

dengan Kedua Ibu Jari

7) Pada saat bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang

kearah bawah, dari leher kearah tulang belikat, selama 2-3

menit.

8) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali.

9) Membersihkan punggung ibu dengan waslap air hangat dan

dingin secara bergantian.

4. Pengaruh Pijat ASI terhadap Jumlah ASI pada Ibu Menyusui

Tidak semua ibu postpartum langsung mengeluarkan ASI

karena pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat

komplek antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam

hormon yang berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin.

Pengeluaran hormon oksitosin selain dipengaruh oleh isapan bayi

juga dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada sistem duktus,

bila duktus melebar atau menjadi lunak maka secara reflektoris


30

dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang berperan untuk memeras

air susu dari alveoli (Soetjiningsih, 2004).

Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

produksi dan pengeluaran.Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon

prolaktin sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh

hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan keluar melalui

rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui

pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan

pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks,

meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai bayinya, sehingga

dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar

(WBW, 2007).

Pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,

neurotransmitter akan merangsangmedulla oblongata langsung

mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterioruntuk

mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada

mengeluarkan air susunya. Pijatan di daerah tulang belakang ini

juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress dan

dengan begitu hormon oksitosoin keluar dan akan membantu

pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting

susu pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi

normal (Guyton, 2007).

Pijat merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI.Pijat adalah pemijatan pada


31

sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai

tulang costaekelima-keenam dan merupakan usaha untuk

merangsang hormon prolaktin dan oksitosinsetelah melahirkan

(Yohmi & Roesli, 2009).

Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon

oksitosin yang dapat menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis

keluar. Penelitian yang dilakukan oleh Eko (2011) menunjukkan

bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin dapat

meningkatkan produksi ASI.Pijat oksitosin bisa dilakukan kapanpun

ibu mau dengan durasi 3-5 menit, lebih disarankan dilakukan

sebelum menyusui atau memerah ASI (Kaltimpos.co.id).Sehingga

untuk mendapatkan jumlah ASI yang optimal dan baik, sebaiknya

pijat oksitosin dilakukan setiap hari dengan durasi 3-5 menit.

Hasil penelitian Siti Nur Endah dan Imas Masdinarsah (2011)

menunjukkan bahwa pengeluaran kolostrum kelompok perlakuan

ratarata 5,8 jam, sedangkan lama waktu kelompok kontrol adalah

ratarata 5,89 jam. Jumlah kolostrum yang dikeluarkan kelompok

perlakuan ratarata 5,333 cc sedangkan kelompok kontrol adalah

ratarata 0,0289 cc. Pijat oksitosin berpengaruh terhadap jumlah

produksi kolostrum dengan Pvalue 0,009, dan pijat oksitosin tidak

berpengaruh terhadap lama waktu pengeluaran kolostrum ibu post

partum dengan Pvalue 0,939.

4. Masa Nifas

a. Pengertian
32

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa

nifas ini yaitu 6 8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling

singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi

dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan

batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas

(puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu 40 hari.

( ambarwati,2008).

b. Laktasi pada masa nifas

1) Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan

pengeluaran air susu ibu (ASI), yang merupakan makanan

pokok terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah. Bagi setiap ibu

yang melahirkan akan tesedia makanan bagi bayinya, dan

bagi si anak akan merasa puas dalam pelukan ibunya,

merasa aman, tenteram, hangat akan kasih sayang ibunya.

Hal ini merupakan faktor yang penting bagi perkembangan

anak selanjutnya.

Produksi ASI masih sangat dipengaruhi oleh faktor

kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih,

kurang percaya diri dan berbagai ketegangan emosional


33

akan menurunkan volume ASI bahkan tidak terjadi produksi

ASI. Ibu yang sedang menyusui juga jangan terlalu banyak

dibebani urusan pekerjaan rumah tangga, urusan kantor dan

lainnya karena hal ini juga dapat mempengaruhi produksi

ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan

tenang.

Ada 2 refleks yang sangat dipengaruhi oleh keadaan

jiwa ibu, yaitu :

a) Refleks Prolaktin

Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, ibu

menerima rangsangan neurohormonal pada putting dan

areola, rangsangan ini melalui nervus vagus diteruskan ke

hypophysa lalu ke lobus anterior, lobus anterior akan

mengeluarkan hormon prolaktin yang masuk melalui

peredaran darah sampai pada kelenjar-kelenjar pembuat

ASI dan merangsang untuk memproduksi ASI.

b) Refleks Let Down

Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI

keluar, isapan bayi akan merangsang putting susu dan

areola yang dikirim lobus posterior melalui nervus vagus,

dari glandula pituitary posterior dikeluarkan hormon

oxytosin ke dalam peredaran darah yang menyebabkan

adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air susu,


34

karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke

arah ampula.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diteliti atau diukur melalui penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Kerangka Konsep
Pijat Oksitosin
Variabel Independen Variabel Dependen
Kelancaran Pengeluaran ASI pada ibu Postpartum

Perawatan Payudara

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI :


Makanan
Ketenangan jiwa dan fikiran
penggunaan alat kontrasepsi
Pola istirahat
Isapan Bayi
35

Keterangan :

__________ : Variabel yang diteliti

------------------ : Variabel yang tidak diteliti

Sumber : (Depkes RI, 2008).

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Karang Pule.

Pemilihan lokasi tersebut dengan alasan karena terdapat bayi yang

mengalami masalah gizi, dapat dilihat dari data Status Gizi bayi

balita pada bulan Januari hingga September tahun 2016 yaitu dari

usia bayi 0-5 bulan, terdapat bayi yang bermasalah dengan gizi

sebanyak 34 bayi (11,64%), dan rendahnya cakupan ASI Eksklusif

yaitu 46,89 %.

2. Waktu Penelitian
36

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Juli 2017.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pre

experimental dengan pendekatan one group pretest posttest. Pada

rancangan ini, dilakukan observasi pertama (pre test) sebelum

diberikan intervensi yang memungkinkan menguji perubahan-

perubahan yang terjadi :

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Gambar 2. Rancangan Penelitian

Sumber : (Notoatmodjo, 2014)

Keterangan : 36
1 = Nilai Pretest (sebelum diberi perlakuan)

X = Memberikan perlakuan

2 = Nilai Posstes (sesudah diberi perlakuan)

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yaitu terdiri atas obyek

atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang di tetapkan oleh peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2014)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu postpartum

hari ke 2 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas


37

Karang Pule. Jumlah ibu hamil pada bulan juni- juli 2017 sebanyak

57 ibu hamil.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Sugiyono, 2014).

Dalam penelitian ini, sampelnya adalah sebagian ibu

postpartum hari ke 2 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

ekslusi. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel

minimal yaitu sebanyak 30 orang pada bulan Juni-Juli 2017.

Kriteria Sampel

a. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Ibu post partum hari ke - 2 yang bersedia menjadi sampel

dalam penelitian ini.

2) Orang tua dan keluarga bersedia mengikuti proses penelitian

dari awal hingga akhir penelitian.

b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Ibu post partum dengan bayi meninggal

2) Ibu dan keluarga tidak bersedia mengikuti proses penelitian.

3. Teknik Pengambila Sampel


38

Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

non probability sampling jenis purposive sampling yang merupakan

pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri

dengan mengidentifikasi semua karakteristik populasinya

(Notoatmodjo, 2005).

Menurut Colen, et. al (2007), semakin besar sampel dari

besarnya populasi yang ada adalah semakin baik, akan tetapi ada

jumlah batas minimal yang harus diambil oleh penelitian yaitu

sebanyak 30 sampel. Sebagaimana dikemukakan oleh Baley dalam

Mahmud (2011) yang menyatakan bahwa untuk penelitian yang

menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling

minimum adalah 30.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang

suatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin,

pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan

dan sebagainnya (Notoadmodjo, 2010). Jenis variabel pada penelitian

ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1. Variabel Bebas (independen)

Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen


39

(terikat).Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini

adalah efektifitas pijat oksitosin dan perawatan payudara.

2. Variabel Terikat (dependen)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat karena variabel bebas.Yang menjadi variabel

dependen dalam penelitian ini adalah kelancaran pengeluaran ASI

pada ibu postpartum.

E. Instrumen

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah SAP

Pijat Oksitosin, Checklist Perawatan Payudara, Lembar Observasi dan

Kuisioner.

F. Cara Pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan data primer dan data sekunder .

1. Data primer

a. Data tentang pijat oksitosin dan perawatan payudara sebelum

diberikan perlakuan diperoleh dengan menggunakan alat bantu

lembar observasi dengan cara melihat berapa kali ibu

melakukan pijat oksitosin dan perawatan payudara.

b. Data tentang pijat oksitosin dan perawatan payudara setelah

diberikan perlakuan diperoleh dengan menggunakan alat bantu


40

lembar observasi dengan cara melihat berapa kali ibu

melakukan pijat oksitosin dan perawatan payudara.

2. Data sekunder

a. Data tentang jumlah ibu postpartum diperoleh dari Rekam

Medik.

b. Data tentang gambaran umum Puskesmas Karang Pule

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Langkah pertama setelah data terkumpul maka dilakukan

pengolahan data melalui tahapan sebagai berikut :

a. Editing

Editing yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan

baik berupa daftar pertanyaan atau buku register.Tujuannya

adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan dalam

pengumpulan data.

b. Coding

Coding yaitu mengklasifikasikan data yang telah

dikumpulkan ke dalam kategori.

1) Data tentang pijat oksitosin dan perawatan payudara, diolah

dan dikelompokkan menjadi :

a) Dipijat 3 hari : diberikan kode 1

b) Dipijat < 3 hari : diberikan kode 2

2) Data tentang kelancaran ASI, dikelompokkan menjadi :

a) Pengeluaran ASI lancar : diberi kode : 1


41

b) Pengeluaran ASI tidak lancar : diberi kode : 2

c. Tabulating

Tabulating yaitu mengelompokkan data sesuai dengan

kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap sub variabel yang

diukur dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi

frekuensi.

1) Data tentang perawatan payudara dan pijat oksitosin diolah

secara deskriptif dan ditabulasi dengan menggunakan tabel

frekuensi.

2) Data tentang kelancaran ASI, diolah secara deskriptif dan

ditabulasi dengan menggunakan tabel frekuensi.

2. Analisa Data

Langkah terakhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa

data. Selanjutnya data dimasukkan ke dalam computer dan

dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solutions).

Analisa data bertujuan untuk mempermudah interpretasi data

dan menguji hipotesis pada penelitian. Pada penelitian ini terdapat

dua macam analisis data yaitu :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan

terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.Tujuan dari analisis


42

ini adalah untuk menjelaskan karakterikstik masing-masing

variabel yang diteliti, baik itu variabel terikat maupun variabel

bebas dalam penelitian (Hidayat, 2008). Data ditampilkan dalam

persentasi dan tabel yaitu usia ibu post partum pada penelitian

ini.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel, yaitu distribusi

responden berdasarkan pijat oksitosin dan perawatan payudara

dan distribusi responden berdasarkan kelancaran pengeluaran

ASI.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel untuk

mengetahui hubungan dari kedua variabel.Teknik analisis

bivariat yang digunakan adalah uji T-test yang digunakan untuk

menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari

dua data apakah berbeda atau tidak. Batasan signifikasi, jika p

value <0,05 maka hasil hitungan statistic bermakna, sebaliknya

jika p value >0,05 berarti hasilnya tidak bermakna. Dalam

penelitian ini analisis bivariat berfungsi untuk mengetahui

apakah terdapat efektifitas pijat oksitosin dan perawatan

payudara pada ibu postpartum terhadap kelancaran pengeluran

ASI Pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Karang

Pule Tahun 2017


43

H. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Alat Skala
No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur
Ukur Ukur
1. Pijat Pijatan pada tulang Ceklist 1. Dipijat 3 hari Nominal
Oksitosin belakang sampai 2. Dipijat < 3 hari
dengan tulang costae
ke V dan ke VI
(sejajar dengan
payudara) dilakukan 2
kali sehari selama 20-
30 menit)
2. Perawatan Suatu tindakan yang Ceklist 1. Dilakukan Nominal
Payudara dilakukan oleh perawatan
responden untuk payudara 3 hari
merawat payudara 2. Dilakukan
terutama pada masa perawatan
nifas untuk payudara < 3 hari
memperlancarkan
pengeluaran ASI
3. Kelancaran Pengeluaran ASI Ceklist 1. ASI Lancar : Rasio
Pengeluaran dikatakan lancar bila a. Frekuensi BAK
ASI produksi ASI > 6 Kali/Hari
44

berlebihan yang b. Frekuensi


ditandai dengan ASI Menyusu > 8
akan menetes dan kali/hari
akan memancar deras 2. ASI Tidak Lancar :
saat di isap bayi. a. Frekuensi BAK
< 6 Kali/Hari
b. Frekuensi
Menyusu < 8
kali/hari
c. Frekuensi BAK
> 6 Kali/Hari
d. Frekuensi
Menyusu < 8
kali/hari

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R,E., Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas.Jogjakarta:


Mitra Cendika Press.

Anggraini Y, 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta :


PustakaRihama.

Anik, 2012.Majemen Laktasi. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Ariu Dewi Yanti dan Liana Anggraeni, 2015.Efektifitas pijat oksitosin dan
perawatan payudara terhadap Kelancaran Pengeluaran ASI Pada
Ibu Post Partum Di Desa Wonorejo Kecamatan Trowulan
Kabupaten Mojokerto.

Bahiyatun.2008. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Depkes RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi


(KADARZI).Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Depkes RI.


45

Depkes NTB, 2015. Jumlah Bayi Lahir Hidup. Mataram : NTB.

Dinas Kesehatan Kota Mataram, 2015.Cakupan ASI Ekslusif. Mataram :


NTB.

Eko, 2011.Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Dapat


Meningkatkan Produksi ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Tebu
Ireng.

Fitriani, S.2011. Promosi Kesehatan. Cetakan 1.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Guyton A.C. and J.E. Hall, 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 9.


Jakarta: EGC.

Hidayat, 2008.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:Salemba


Medika.

Kementerian Kesehatan RI, 2014. Cakupan Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Eksklusif di Indonesia.Jakarta : Depkes RI.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan IlmuPerilaku.Jakarta :


Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku


Kesehatan.Jakarta : Rineka cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian


keperawatan.Jakarta : EGC.

Puskesmas Karang Pule, 2017. Cakupan ASI Ekslusif. Mataram : NTB.

Prasetyono, 2009.Buku Pintar ASI Eksklusif.Jogjakarta : Diva Pres.

Soetjiningsih, (2004.Tumbuh Kembang Remaja dan


Permasalahanya.Jakarta : Sagung Seto.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi


(Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

Sulistyawati, 2010.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta:


Andi Offset.

WHO, 2009.Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta : Depkes RI.


46

Yohmi, E. dan Roesli, U., 2008. Manajemen Laktasi. In: Ikatan Dokter
Anak Indonesia. Bedah ASI.Jakarta: Balai penerbit FKUI

Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Anda mungkin juga menyukai