Oleh:
Aisyah
1210070100168
Pembimbing:
Dr.Dody Faisal,Sp.OG
PENDAHULUAN
aterm atau lebih dari 37 minggu, dimana dalam keadaan normal, selaput ketuban
pecah dalam proses persalinan (Valemhnska, 2009; Parry & Strauss, 1998).
PROM merupakan salah satu komplikasi sering pada kehamilan, yang dapat
1998). Kejadian PROM berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran, dan
preterm terjadi 1% dari semua kehamilan, 70% kasus PROM terjadi pada
ketuban juga berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam
Komplikasi yang disebabkan akibat PROM pada usia kehamilan, antara lain
infeksi maternal dan neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) yang menunjukkan perubahan warna
1
menjadi warna biru. Selain itu, perlu ditentukan pula usia kehamilan dan ada atau
1.2.1 Apa saja faktor predisposisi pada pasien ini sehingga terjadi PROM?
1.2.3 Apakah alat kontrasepsi yang cocok digunakan untuk pasien ini?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui faktor predisposisi pada pasien ini sehingga terjadi PROM.
1.3.3 Mengetahui alat kontrasepsi yang cocok digunakan untuk pasien ini.
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
terdalam yang dibasahi cairan ketuban dibentuk oleh satu lapisan epithelial
kuboidal yang melekat pada membran basalis yang melekat pada lapisan
kompak aselular yang terdiri dari interstitial kolagen. Di luar lapisan kompak ini
terdapat lapisan sel mesenkimal. Lapisan terluar dari ketuban adalah lapisan
chorion. Umbilical amnion melapisi tali pusat (Parry & Strauss, 1998).
Amnion manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7
atau ke-8 perkembangan janin. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion,
mudigah. Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh
berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion
pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam
keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan
kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu,
cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri (Parry &
Strauss, 1998).
3
Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan
merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua
arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk
uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa
menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan
permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa
memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus
pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal (Parry &
Strauss, 1998).
Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki
peptid antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu.
Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein, peptide, hormon,
sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor
fetus secara spontan sebelum onset dari persalinan pada kehamilan aterm. Bila
ruptur yang demikian terjadi sebelum kehamilan aterm (sebelum usia 37 minggu
membrans (PPROM). Hal ini berbeda dari keadaan normal dimana selaput
ketuban akan pecah dalam proses persalinan (Saifuddin, 2008). Dalam keadaan
kehamilan. Hal yang menguntungan dari angka kejadian PROM yang dilaporkan,
bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan daripada yang
kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan
kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian
perinatal pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan PROM pada kehamilan
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina, trauma pada
ibu, malposisi. Ketuban pecah dini premature sering terjadi pada polihidramnion,
Defisiensi nutrisi juga menjadi faktor resiko ibu memiliki struktur kolagen
mewaspadai keluarnya cairan dari vagina dan untuk segera melaporkan kejadian
ini. Hal ini penting, untuk kemudian ditegakkannya segera diagnosis pecah
ketuban karena 3 alasan. Pertama, bila bagi anter bawah janin (presentasi janin)
belum terfiksasi pada pelvis, kemungkinan prolaps dan kompresi dari tali pusat
sangat meningkat. Kedua, persalinan mungkin akan segera terjadi bila kehamilan
mendekati atau telah mencapai usia aterm. Ketiga, bila persalinan tertunda
setelah terjadinya pecah ketuban, resiko infeksi intrauterin semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jarak waktu dengan persalinan (Parry & Strauss,
1998)
atau adanya cairan bening yang mengalir dari canalis servikalis. Meskipun
pecah ketuban, tidak ada yang sepenuhnya dapat diandalkan. Jika diagnosis
tetap tidak dapat dipastikan, terdapat metode lain yang melibatkan pengukuran
pH dari cairan vagina. Normalnya, pH dari sekresi vagina berkisar antara 4,5
sampai 5,5, sedangkan cairan amnion biasanya berkisar antara 7,0 sampai 7,5.
merupakan metode yang sederhana dan cukup dapat diandalkan. Kertas tes
diimpregnasi dengan pewarna, dan warna hasil reaksi strip kertas ini dengan
cairan vagina diintepretasi dengan bagan warna standar (tes lakmus, perubahan
dengan ketuban pecah. Hasil tes positif palsu dapat terjadi dengan adanya
darah, semen, atau bacterial vaginosis pada saat yang bersamaan, sedangkan
hasil negatif palsu dapat terjadi bila cairan yang ada terlalu sedikit (American
Tes lainnya meliputi pembentukan pola seperti bulu dari cairan vagina
yang mengarah pada adanya cairan amnion bukannya sekresi serviks. Cairan
amnion akan mengkristal dan membentuk pola seperti bulu akibat konsentrasi
pada vagina juga telah digunakan untuk mengidentifikasi adanya cairan amnion
oleh Yamada dan koleganya (1998). Identifikasi juga dapat dilakukan sesudah
2.2.5 Penatalaksanaan
Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat sampai air ketuban
Usia 32-37 minggu ada infeksi, beri antibiotik dan induksi, nilai
tanda-tanda infeksi.
Aktif
persalinan.
Ampicillin 3x1gr
Gentamycin 2x80gr
Metronidazole 3x500mg.
Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm, baik dengan
atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Bila terdapat prolaps tali
pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila
mungkin dengan posisi sujud. Kalau perlu kepala janin didorong keatas dengan 2
jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain
hangat yang dilapisi plastik. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi
saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, berikan antibiotic seperti
penisilin prokain 1,2 juta IU IM tiap 12 jam dan ampisilin 1 g per oral diikuti 500
mg tiap 6 jam atau eritromisin dengan dosis yang sama. (Saifuddin, 2008; Bruce
2010).
Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan
lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi
persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvic kurang dari 5
atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvic lebih dari 5, seksio sesarea
bila ketuban pecah kurang dari 5 jam dan skor pelvic kurang dari 5 (Saifuddin,
2008).
didapatkan, baik oleh ibu maupun fetus, melebihi keuntungan yang didapatkan
plasenta abnormal, dan kondisi seperti infeksi herpes genital aktif atau kanker
Pada kehamilan aterm 90% persalinan terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
setelah terjadinya PROM, 70% ibu akan memulai persalinan dalam 24 jam dan
95% dalam 72 jam. Dengan perkembangan klinis yang relatif cepat kearah
mungkin timbul dari PROM adalah infeksi maternal ataupun neonatal dan
infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini yaitu dapat terjadi
koriamnionitis dan pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, dan omfalitis.
dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri, yang merupakan komplikasi paling
serius bagi ibu dan janin (Saifuddin, 2008). Terdapat berbagai macam organisme
hematogenous dari darah ibu, penyebaran langsung dari endometrium atau tuba
fallopi, dan kontaminasi iatrogenik selama prosedur invasif. Dari semua ini,
masuknya organisme yang menimbulkan infeksi awal pada korion dan desidua
disekitarnya pada area yang berada disekitar internal ostium. Hal ini dapat
korioamnion dan menginfeksi cairan amnion. Juga dapat terjadi penyebaran lebih
amnion yang telah terinfeksi. Selain infeksi, dengan pecahnya ketuban terjadi
oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.
yaitu semakin sedikit air ketuban, keadaan janin akan semakin gawat (Saifuddin,
2008).
2.2.7 Prognosis
Prognosis pasien pada kasus ini baik, oleh karena penatalaksanaan yang
bayi.
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. S S
Usia : 22 tahun
No.RM : 13 99 35
Alamat : Paninggahan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suami : Tn. R
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Menikah : 1 kali
3.2 Anamnesa
pada tanggal 20 Desember 2016 jam 11.30 WIB, dengan keluhan keluar air-air
yang banyak dari kemaluan sejak 13 jam yang lalu yang membasahi tiga helai
kain sarung.
13
16
Keluhan Utama:
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 13 Jam yang lalu.
Keluar air-air yang banyak dari kemaluan membasahi 3 helai kain sarung,
bulan, lamanya 5-7 hari, 2-3 kali ganti duk perhari, nyeri haid (-)
kejiwaan.
1.Sekarang
Riwayat Psikososial:
Riwayat Kebiasaan:
Konsumsi alkohol selam hamil (-), merokok selama hamil (-), penggunaan
A. Status Generalis:
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36 C
Sklera icterus ( / )
18
Jantung :
Paru
Extremitas: Akral hangat (+/+), Edema (-/-), Reflex fisiologis (+/+), Reflex
Patologis (-/-)
B. STATUS OBSTETRIKUS
kolostrum (+)
Abdomen
Palpasi:
o L4: Konvergen
o TBA: 2945 gr
o His (-)
o Perkusi: Tympani
Genitalia :
kepala HI-HII
Inspekulo :
Laboratorium
PPT : 10,3 detik (Normal: 9,9-11,8 detik) = kesan: Dalam Batas Normal
HbsAg : Negatif
OKE : NR
Sikap:
o IVFD RL 20 tetes/menit
o Injeksi Ceftriaxon
o Inform consent
Rencana Tindakan:
Observasi
21
22
16.30
16.45 WIB.
7. Tali pusat diklem di dua tempat (5cm dan 10cm diatas abd bayi),
episiotomi
23
Nifas.
Follow Up
Pukul 16.45
PB: 50cm
A/S :8/9
P/ Observasi Kala IV
Ke i uterus
24
WIB Dibawah
Umbiliku
s
17.30 110/70 98 20 36,5c 2 Jari Baik 20cc
WIB Dibawah
Umbiliku
s
17.45 120/80 100 20 36,5c 2 Jari Baik 30cc
WIB Dibawah
Umbiliku
s
18.00 120/80 100 20 36,5c 2 Jari Baik 30cc
WIB Dibawah
Umbiliku
s
2 18.30 130/80 98 17 36,5c 2 Jari Baik 50cc
WIB Dibawah
Umbiliku
s
19.00 120/80 96 18 36,5c 2 Jari Baik 50cc
WIB Dibawah
Umbiliku
19.30 WIB
S: Nyeri luka bekas heacting (+), Demam (-), ASI (-/-), BAK (-),
25
Abdomen:
Perkusi: Timpani
Auskultasi: BU (+)
21 Desember 2016
O:
KU: Sedang,
Kesadaran: CMC
Suhu: 36,5c
Abdomen:
Nyeri Lepas(-),
26
Perkusi: Timpani
Auskultasi: BU (+)
SF 1X300mg (PO)
ANALISA KASUS
RSUD SOLOK dengan keluhan keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak
13 jam yang lalu, jernih dan tidak berbau. Dengan Frekuensi 3 kali ganti kain.
Cairan dirasakan tiba-tiba saat pasien sedang duduk dirumah dan tidak disertai
rasa mules.Tidak ada darah atau lendir yang keluar menyertai cairan.
Sebelumnya pasien tidak melakukan pekerjaan yang berat dan tidak terjatuh.
Penyebab PROM ini antara lain asam ascorbic, infeksi seperti riwayat demam
dan keputihan. Pasien mengaku Hari pertama haid terakhir 15 maret 2016.
kehamilan pertama pasien. Hal ini di curigai sebagai Ketuban Pecah Dini.
Normalnys,pH vagina wanita hamil sekitar 4,5. Bila ada cairan ketuban maka pH
sekitar 7,1-7,3 yang menyebabkan perubahan warna kertas lakmus menjadi biru.
Pada kasus ini ketuban sudah merembes keluar ostium uteri eksternum sebelum
persalinan. Pasien merupakan nulipara dan pada pemeriksaan dalam belum ada
22
31
DAFTAR PUSTAKA
Varney, Kriebs, Gegor. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
31