Anda di halaman 1dari 67

PERALATAN INDUSTRI KIMIA

HEAT EXCHANGER
( ALAT PENUKAR PANAS )

DISUSUN OLEH :

1. Wawan Kurniadi Solihin (F0A015003)


2. Luluk Febri FN (F0A015006)
3. Dita Wahyuni (F0A015009)
4. Rezairin (F0A015012)
5. Muhammad Badrun (F0A015016)
6. Angelia MJ Sitorus (F0A015020)
7. Muhammad Yasin (F0A015024)

Dosen Pengampu

HERYANTI S.T., M.Sc., M.Eng

PROGRAM STUDI D-III KIMIA INDUSTRI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas


dari suatu fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri
yang berkaitan dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini,
sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam
suatu proses produksi atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar
kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini
terdiri dari sebuah shell silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube
bundle) di bagian dalam, dimana temperatur fluida di dalam tube bundle
berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan
panas antara aliran fluida didalam tube dan di luar tube. Adapun daerah
yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side
dan yang di luar dari tube disebut shell side.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat
biaya operasional harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam
keadaan baru, maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih
dalam keadaan bersih setelah alat beroperasi beberapa lama maka
terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada permukaan pipa
tersebut.Tebal tipisnya lapisan kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya
lapisan tersebut akan mengurangi koefisien perpindahan panasnya.
Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alatpenukar kalor selalu
mengalami perubahan selama pemakaian.Batas terakhir alat
dapatberfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien
perpindahan panasmencapai harga minimum.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang
digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang
dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin
(cooling water).Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar
perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien.Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida
terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung (direct contact).Penukar panas sangat luas dipakai dalam
industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri
gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik.Salah satu contoh sederhana dari
alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan pendingin
memindahkan panas mesin ke udara sekitar.

Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas


Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :
Parallel flow/co current /flow (aliran searah)
Cross flow (aliran silang)
Cross counter flow (aliran silang berlawanan)
Counter current flow (aliran berlawanan arah)

Jenis-jenis penukar panas


Jenis-jenis penukar panas antara lain :
a. Double Pipe Heat Exchanger
b. Plate and Frame Heat Exchanger
c. Shell anf Tube Heat Exchanger
d. Adiabatic wheel Heat Exchanger
e. Pillow plate Heat Exchanger
f. Dynamic scraped surface Heat Exchanger
g. Phase-change Heat Exchanger
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam
suatu industri, maka untuk mengetahui unjuk kerja dari alat penukar
kalor perlu diadakan analisis. Dengan analisis yang dilakukan dapat
diketahui bahwa alat tersebut mampu menghasilkan kalor dengan
standar kerja sesuai kebutuhan yang diinginkan.
Penukar panas dapat diklasifikasikan menurut pengaturan arus
mereka. Dalam paralel-aliran penukar panas, dua cairan masuk ke
penukar pada akhir yang sama, dan perjalanan secara paralel satu sama
lain ke sisi lain. Dalam counter-flow penukar panas cairan masuk ke
penukar dari ujung berlawanan. Desain saat ini counter paling efisien,
karena dapat mentransfer panas yang paling. Dalam suatu heat
exchanger lintas-aliran, cairan perjalanan sekitar tegak lurus satu sama
lain melalui exchanger.
Untuk efisiensi, penukar panas yang dirancang untuk
memaksimalkan luas permukaan dinding antara kedua cairan, dan
meminimalkan resistensi terhadap aliran fluida melalui exchanger.Kinerja
penukar juga dapat dipengaruhi oleh penambahan sirip atau corrugations
dalam satu atau dua arah, yang meningkatkan luas permukaan dan
dapat menyalurkan aliran fluida atau menyebabkan turbulensi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Heat Exchanger ?
2. Bagaimana sistem kerja Heat Exchanger ?
3. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger ?
4. Apa saja bagian-bagian Heat Exchanger ?
5. Bagaimana sketsa komponen-komponen serta prinsip
instrumentasi atau alat ukur pada Heat Exchanger ?
6. Bagaimana perawatan umum untuk Heat Exchanger ?

1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :

1. Mengetahui pengertian Heat Exchanger


2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Heat Exchanger
3. Mengetahui tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger
4. Mengetahui komponen-komponen dari Heat Exchanger
5. Mengetahui bentuk atau sketsa serta prinsip kerja instrumentasi
atau alat ukur pada Heat Exchanger
6. Mengetahui cara perawatan umum pada Heat Exchanger
BAB II
HEAT EXCHANGER (HE)

2.1 Alat Penukar Kalor

Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas


Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan
dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, panas dapat
mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan
tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara
langsung, yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung
dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung,
yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak berhubungan
langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Stabilitas fasa fluida pada HE suhu rendah sangat penting
mengingat aliran panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik
(viscositas optimal). Pengaruh suhu, tekanan, dan jenis kriogenik akan
sangat menentukan efektivitas pertukaran panas yang terjadi. Beberapa
kriteria utama HE yang dibutuhkan untuk penggunaan pada suhu
rendah:
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yg kecil guna
meningkatkan efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk
meminimalkan kebocoran
3. Perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas
permukaan
4. Massa yg rendah untuk meminimalkan waktu start up
5. Kemampuan multi channel untuk mengurangi jumlah HE
6. Kemampuan menerima tekanan yg tinggi
7. Pressure Drop yg rendah
Minimalisasi beda suhu aliran panas & dingin harus juga
memperhatikan pengaruh suhu terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika
Cp menurun dengan menurunnya suhu fluida (contoh Hidrogen), maka
perbedaan suhu inlet & outlet harus ditambah dari harga minimal beda
suhu aliran.

Perpindahan Panas Secara Konduksi


Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang
saling berdekatan antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti
oleh perpindahan molekul-molekul tersebut secara fisik.Molekul-molekul
benda yang panas bergetar lebih cepat dibandingkan molekul-molekul
benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran yang cepat
ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga
menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.

Perpindahan Panas Secara Konveksi


Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai
dengan gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik.

Perpindahan Panas Secara Radiasi


Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul).
Suatu energi dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari
benda panas ke benda yang dingin) dengan pancaran gelombang
elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini akan berubah
menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

Gambar 2.1 Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger


Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu
memindahkan panas dari dua fluida padatemperatur berbeda di mana
transfer panas dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
a. Secaara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui
permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua
fluida.Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase / penghubung
antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak langsung yaitu 2
zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel
padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui
dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.Seperti
yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali
jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah
pahaman maka alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya:
1. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan
fluida sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida
hasil pendinginan didalam chiller yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan fluida pendinginan yang dilakukan dengan
pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin biasanya
digunakan amoniak atau Freon.
2. Kondensor,alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan
uap atau campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan.
Media pendingin yang dipakai biasanya air atau udara.Uap atau
campuran uap akan melepaskan panas kepada pendingin, misalnya
pada pembangkit listrik tenaga uap yang mempergunakan
condensing turbin, maka uap bekas dari turbin akan dimasukkan
kedalam kondensor,lalu diembunkan menjadi kondensat.
3. Cooler,alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan
cairan atau gas dengan mempergunakan air sebagai media
pendingin. Disini tidak terjadi perubahan fasa, dengan
perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin coler
mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan
fan (kipas).
4. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan
cairan menjadi uap. Dimana pada alat ini menjadi proses
evaporasi(penguapan) suatu zat dari fasa cair menjadi uap. Yang
dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat yang
digunakanadalah air atau refrigerant cair.
5. Reboiler,alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan
kembali(reboil) serta menguapkan sebagian cairan yang diproses.
Adapun media pemanas yang sering digunakan adalah uap atau zat
panas yang sedang diproses itu sendiri.Hal ini dapat dilihat pada
penyulingan minyak pada gambar2.2, diperlihatkan sebuah reboiler

dengan mempergunakan minyak (665 0F) sebagai media penguap,


minyak tersebutakan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.

Gambar.2.2. Thermosiphon Reboiler

Heat Exchanger,alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan


panas suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi
sekaligus, yaitu:

Memanaskan fluida
Mendinginkan fluida yang panas
Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya.Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger,
dimana fluida yang berada didalam tube adalah air,disebelah luar dari
tube fluida yang mengalir adalah kerosene yang semuanya berada
didalam shell.

Gbr. 2.3. Konstruksi Heat Exchanger

2.2 Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger),
maka dapat diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam
pertimbangan yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas
a. Tipe kontak tidak langsung
Tipe dari satu fase
Tipe dari banyak fase
Tipe yang ditimbun (storage type)
Tipe fluidized bed
b. Tipe kontak langsung
1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor
2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir
a. Dua jenis fluida
b. Tiga jenis fluida
c. N Jenis fluida (N lebih dari tiga)
3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan
a. Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m
b. Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan <
700 m
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas
a. Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
b. Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang
lainnya terdapat cara konveksi 2 aliran
c. Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2
pass aliran masing-masing
d. Kombinasi cara konveksi dan radiasi
5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi
a. Konstruksi tubular (shell and tube)
1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tube
o Sekat plat (plate baffle)
o Sekat batang (rod baffle)
o Konstruksi tube spiral
b. Konstruksi tipe pelat
1) Tipe pelat 3) Tipe lamella
2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil
c. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)
1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)
Heat pipe wall
Ordinary separating wall
d. Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap
6. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran
a. Aliran dengan satu pass
1) Aliran berlawanan 4) Aliran parallel
2) Aliran melintang 5) Aliran split
3) Aliran yang dibagi (divided)
b. Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)
Aliran counter menyilang
Aliran paralel menyilang
Aliran compound
2) Shell and tube
Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass
pada tube)
Aliran split
Aliran dibagi (devided)
3) Multipass plat
N paralel plat multipass

2.3 Jenis-jenis Heat Exchanger

Dikarenakan banyaknya jenis dari alatpenukarkalor,makadalam


pembahasan akan dibatasi pada alatpenukar kalor jenis heat exchanger
yangbanyakdijumpaidalamindustriperminyakan.Heatexchangerini juga
banyak mempunyai jenis-jenisnya.
Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu
terminology yang telahdistandarkanuntukmenamaialatdanbagian-
bagianalattersebut yang dikeluarkan oleh Asosiasi pembuat Heat
Exchanger yang dikenal denganTublarExchangerManufactures
Association(TEMA).Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi
para pemakai dari bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena alat
ini beroperasi pada temperature dan tekanan yang tinggi.
DidalamstandarmekanikTEMA,terdapatduamacamkelasheatExchan
ger,yaitu:
1.Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat,
misalnya untuk industri minyak dan kimia berat.
2.KelasC,yaitu yang dibuat untuk general purpose,dengan didasarkan
pada segi ekonomis dan ukuran kecil,digunakan untuk proses-
proses umum industri.
Jenis-jenis Heat Exchanger yang terdapat pada industri
perminyakan dapat dibedakan atas :

2.3.1 Shell and Tube

Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam


industri perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder
besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan
diameter yang relative kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-
pipa sedangkan fluida lainnya mengalirdi bagian luar pipa tetapi masih
didalam shell. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu
bundel pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam
sebuah pipa mantel (cangkang ). Fluida yang satu mengalir di dalam
bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah
yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut
dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar
panas cangkang dan buluh dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk
membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal
( residence time ), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure
drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida
yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat
merancang tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:
a. Diameter pipa : Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat
penukar panas baik ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin
untuk heat exchanger untuk mengacau-balaukan lebih cepat dan
ukuran kecil membuat mekanik membersihkan fouling yang sulit.
Untuk menang atas masalah fouling dan pembersihan, diameter
tabung yang lebih besar dapat digunakan. Jadi untuk menentukan
diameter tabung, ruang yang tersedia, biaya dan sifat fouling dari
cairan harus dipertimbangkan.
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan
untuk memastikan:
Ada ruang yang cukup untuk korosi
Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan
Axial kekuatan
Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang
biaya
Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan
tekanan maksimum di dinding.
c. Panjang tabung: penukar panas biasanya lebih murah ketika
mereka memiliki diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung
panjang. Dengan demikian, biasanya ada tujuan untuk membuat
penukar panas selama mungkin. Namun, ada banyak keterbatasan
untuk ini, termasuk ruang yang tersedia di situs mana akan
digunakan dan kebutuhan untuk memastikan bahwa ada tabung
tersedia dalam panjang yang dua kali panjang yang dibutuhkan
(sehingga tabung dapat ditarik dan diganti). Juga, itu harus diingat
bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit untuk mengambil dan
mengganti.
d. Tabung pitch: ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk
memastikan bahwa tabung pitch (yaitu jarak pusat-pusat tabung
sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali diameter luar tabung '

Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung.


Satu set dari tabung berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau
didinginkan. Cairan kedua berjalan lebih dari tabung yang sedang
dipanaskan atau didinginkan sehingga dapat menyediakan panas atau
menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung disebut berkas
tabung dan dapat terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip
longitudinal dll Shell dan penukar panas tabung biasanya digunakan
untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar dari 30 bar)
dan suhu lebih besar dari 260 C. Hal ini karena shell dan penukar
panas tabung yang kuat karena bentuknya.

Pemilihan Material Tabung


Agar dapat memindahkan panas dengan baik, material tabung
harus mempunyai thermal conductivity.Karena panas ditransfer dari
suatu sisi yang panas menuju sisi yang dingin melalui tabung, terdapat
perbedaan temperature sepanjang lebar tabung. Karena ada
kecenderungan material tabung untuk mengembang berbeda-beda secara
thermal pada berbagai temperature thermal stresses muncul selama
operasi. Hal ini sesuai terhadap tegangan dari tekanan tinggi dari fluida
itu sendiri.

Material tabung juga harus sesuai dengan kedua hal yaitu sisi
shell dan sisi tube yang dialiri untuk periode lama dibawah kondisi-
kondisi operasi (temperature, tekanan, pH, dan lain-lain) untuk
memperkecil hal yang buruk seperti korosi. Semua yang dibituhkan yaitu
melakukan pemilihan seksama atas bahan yang kuat, thermal-
conductive, corrosion resistant, material tabung bermutu tinggi, yang
secara khas berbahan metal. Pilihan material tabung yang buruk bisa
mengakibatkan suatu kebocoran melalui suatu tabung antara sisi shell
dan tube yang menyebabkan fluida yang lewat terkontaminasi dan
kemungkinan hilangnya tekanan.

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan


aliran fluida dalam shell side dan Tube side untuk shell and Tube
exchanger adalah :

a. Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)


Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka
pembersihan sisi shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih
biasanya dialirkan di sebelah shell dan fluida yang kotor melalui
Tube.

b. Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh
penggunaan dari paduan logam.Paduan logam tersebut mahal, oleh
karena itu fluida dialirkan melalui Tube untuk menghemat biaya
yang terjadi karena kerusakan shell.Jika terjadi kebocoran pada
Tube, heat exchanger masih dapat difungsikan kembali.Hal ini
disebabkan karena Tube mempunyai ketahanan terhadap korosif,
relatif murah dan kekuatan dari small diameter Tube melebihi shell.

c. Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan
diperlukan dinding yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang
mahal. Untuk mengatasi hal itu apabila fluida bertekanan tinggi lebih
baik dialirkan melalui Tube.

d. Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur
lebih tinggi pada Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya
ke arah permukaan luar Tube atau ke arah shell sehingga akan
diserap sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di shell. Jika fluida
dengan temperatur lebih tinggi dialirkan padashell side, maka
transfer panas tidak hanya dilakukan ke arah Tube, tapi ada
kemungkinan transfer panas juga terjadi ke arah luar shell (ke
lingkungan).

e. Sediment/ Suspended Solid / Fouling


Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang
menyebabkan fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-
Tube dengan mudah dibersihkan. Jika fluida yang mengandung
sediment dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan
terakumulasi pada stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning
pada sisi shell menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa
mencabutTube bundle.

f. Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate
dilewatkan melalui shell karena dapat menggunakan baffle. Koefisien
heat transfer yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan
fluida yang lebih viscous pada shell side sebagai hasil dari
peningkatan turbulensi akibat aliran crossflow (terutama karena
pengaruh baffles). Biasanya fluida dengan viskositas > 2 cSt dialirkan
di shell side untuk mengurangi luas permukaan perpindahan panas
yang diminta. Koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi terdapat
pada shell side, karena aliran turbulen akan terjadi melintang
melalui sisi luar Tube dan baffle.

Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas


(Heat Exchanger) terutama Heat exchanger tipe shell & tube:
1. penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar
panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan
panas.
2. pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas
meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian
berkurang.
3. dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris,
efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin
meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa udara
meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell.
Jarak baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan
kurang menyimpang dari aliran melintang.
Jenis-jenis Shell and Tube :
a. Fixed TubeSheet atau Fixed Head (Type L, M, atau N)
Fixed-tube-sheet heat exchanger lebih sering digunakan
dibandingkan jenis lainnya, dan frekuensi penggunaannya meningkat
beberapa tahun terakhir ini.Tibesheet dilas atau digabungkan dengan
shell. Biasanya perluasan melewati shell dan bertindak sebagai flanges,
dimana tube-side header ini dibaut. Konstruksi ini menyebabkan shell
and tueb sheet material menyatu satu sama lain.
Ketika pengelasan tidaklah mungkin, konstruksi tipe blind-gasket
digunakan. Blind gasket tidak dapat diakses untuk pemeliharaan atau
penggantian ketika unit telah dibangun. Konstruksi ini digunakan untuk
steam surface condenser, yang beroperasi di bawah vakum.

Gambar 2.4 Fixed Tube Sheet atau Fixed Head (Type L, M, atau N)

Tube side header (atau channel) dapat dilas pada tubesheet. Seperti
ditunjukkan gambar diatas jenis C dan N, konstruksi jenis ini sedikit
lebih mahal dibandingkan dengan jenis B dan M atau A dan L masih
memberikan keuntungan dimana tabung mungkin diuji atau digantikan
tanpa mengganggu pipa penghubung tube-side.Tidak ada pembatasan
atas banyaknya aliran tube-side.Aliran shell-side dapat satu atau lebih,
walaupun shell dengan lebih dari 2 aliran side-shell jarang digunakan.

Tabung dapat dengan sepenuhnya mengisi heat exchanger


shell.Jarak antara tabung yang paling jauh atau paling luar dan shell
hanya merupakan kebutuhan yang minimum untuk pembuatan. Antara
bagian dalam shell dan baffles terdapat jarak yang harus diberikan,
sehingga baffles dapat bergeser terhadap shell. Toleransi pembuatan
memerlukan beberapa jarak tambahan antara bagian luar dari baffles dan
tabung yang paling jauh atau paling luar. Jarak tepi antara tabung yang
luar (OTL) dan diameter baffle harus sesuai untuk mencegah getaran
tabung dari patahan sampai lubang baffle. Tabung yang paling luar pasti
termasuk dalam OTL. Jarak antara diameter shell dan OTL sekitar 13 mm
(1/2 in) untuk 635 mm (25 in) di dalam diameter shell dan keatasnya, 11
mm (7/16 in) untuk 254 mm-610 mm (10 in-24 in) pipe shell, dan kurang
untuk diameter pipe shell yang lebih kecil.

Tabung dapat digantikan.Tube-side-header, channel cover, gasket


dan lainnya dapat dilakukan pemeliharaan dan penggantian namun tidak
untuk struktur shell-side baffle maupun blind gasket.Selama
perpindahan tabung, tabung dapat patah sampai shell. Ketika hal itu
terjadi, akan menjadi sangat sulit untuk memindahkan dan
menggantikan tabung. Prosedur yang umum adalah menutup lubang
yang sesuai pada tube sheet.

Perluasan yang berbeda antara shell dan tube dapat berkembang


dikarenakan perbedaan dalam panjang yang disebabkan oleh ekspansi
thermal. Berbagai jenis sambungan ekspansi digunakan untuk
menghilangkan tegangan yang berlebihan yang disebabkan oeh
perluasan/pemuaian. Kebutuhan akan sambungan ekspansi merupakan
kegunaan dari jumlah perbedaan ekspansi antara lain.

Penanganan yang salah selama pembuatan, pemindahan,


pemasangan atau perawatan heat exchanger dilengkapi dengan jenis
bellow berdinding tipis atau tipe sambungan ekspansi torodial dapat
merusak sambungan. Di dalam unit yang lebih besar, light-wall-joint ini
peka terhadap kerusakan dan beberapa perancang memilih penggunaan
dinding yng lebih berat dari formed heads.

b. U-Tube Heat Exchanger


Tube bundle yang berisi stationary tube sheet, u-tubes, baffle atau
plat pendukung, tie rods dan spaces yang sesuai. Tube bundle dapat
dipindahkan dari heat exchanger shell. Suatu tube sider (stationary head)
dan shell dengan integral shell cover, yang dimana dilas pada shell, telah
disediakan. Masing-masing tabung bebas untuk memperluas tanpa ada
batasan ditempatkan diatasnya oleh tabung lain.

U-tube bundle memiliki keuntungan jarak yang minimum antara


batas tabung luar dan bagian dalam shell untuk perpindahan konstruksi
tube bundle apapun. Jarak merupakan sama pentingnya seperti pada
fixed-tube-sheet heat exchanger.

Gambar 2.5 U-Tube Heat Exchanger

Banyaknya lubang tabung yang diberikan shell lebih sedikit untuk


fixed-tube-sheet exchanger karena pembatasan pada pembengkokkan
tabung pada radius yang sangat pendek. Desain U-tube memberikan
keuntungan untuk mengurangi banyaknya sambungan.Pada konstruksi
bertekanan tinggi, bentuk ini menjadi penting dipertimbangkan dalam
mengurangi biaya awal dan pemeliharaan.Penggunaan konstruksi U-tube
telah meningkat dengan pengembangan tentang pembersih tabung
hidrolik, yang dapat memindahkan residu dari bagian lurus dan
bengkokan U pada tabung.
Rods dan tabung mekanis pembersih konvensional tidak bisa lewat
dari satu ujung u-tube ke ujung lainnya.Terdapat power driven tube
cleaner, yang dapat membersihkan kaki tabung yang lurus dan
bengkokan tabung.Pengaliran hidrolik dengan mendorong air melalui
nozzle pada tekanan.

Alat pemanas tangki penghisap, seperti pada gambar 2.5, terdapat U-


tube bundle.Desain ini sering digunakan dengan tangki penyimpanan di
luar untuk bahan bakar minyak berat, tar, molases dan fluida yang
memiliki viskositas kecil agar mudah untuk dipompa.Biasanya media
pemanasan tube side berupa uap. Satu ujung shell pemanas terbuka, dan
cairan dipanaskan melewati bagian luar dari tabung. Biaya pompa dapat
dikurangi tanpa memanaskan keseluruhan muatan tangki.Bare fin-tube
dan integral low-fin tube dilengkapi dengan baffles. Pemanas longitudinal
fin-tube tidak di-baffle. Fin sering digunakan untuk mengurangi potensi
pencemaran fluida tersebut.

U-tube exchanger dengan tabung tembaga, cast iron headers, dan


bagian lain yang merupakan baja karbon digunakan untuk air dan uap di
dalam bangunan kantor, sekolah, rumah sakit, hotel dan lain-lain.
Lembar tabung non-ferrous atau 90-10 tabung tembaga-nikel adalah yang
paling sering digunakan sebagai material pengganti.Standar exchangers
ini tersedia dari sejumlah harga sebenarnya yang jauh di bawah peralatan
industri proses.

c. Packed-Lantern-Ring Exchanger
Konstruksi ini merupakan straight-tube bundle yang dapat
dipindahkan yang sedikit mahal. Bagian-bagian dari heat exchange jenis
ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.6 Packed-Lantern-Ring Exchanger


Fluida shell dan tube side masing-masing berisi dengan cincin
terpisah dari kemasan terpisah dengan suatu lantern ring dan dipasang
pada floating tube sheet. Lantern ring dilengkapi dengan weep holes.
Kebocoran yang melewati packing pergi melewati weep holes dan
kemudian menetes ke tanah. Kebocoran di packing tidak akan
mengakibatkan pencampuran dua cairan di dalam exchanger.

Lebar floating tube sheet harus cukup besar agar dapat mudah
untuk packing, lantern ring dan differential expansion. Terkadang skirt
digabungkan dengan tube sheet tipis untuk memberikan permukaan
pada packing dan lantern ring. Jarak antara batas tabung yang luar dan
bagian dalam shell adalah sedikit lebih besar dari yang untuk fixed-tube-
sheet dan U-tube exchangers. Penggunaan floating-tube-skirt
menyebabkan peningkatan jarak ini.Tanpa skirt, jarak harus
dipertimbangkan untuk gangguan lubang tabung selama tabung
menggoncang dekat tepi luar tabung atau untuk pengelasan ujung tube
pada floating tube sheet.

d. Outside-Packed-Floating Heat Exchanger


Fluida dari sisi shell mengandung balutan dari banyak cincin, yang
ditekan diantara kotak isian dengan balutan penyokong cincin. Dulu,
konstruksi ini sering digunakan di industri kimia, tapi beberapa tahun
belakangan ini penggunaannya telah berkurang. Konstruksi bundle yang
dapat dipindahkan menyesuaikan dengan perbedaan ekspansi antara
shell dan tube dan penggunaannya untuk perbaikan bagian shell hingga
4137 kPa dan 600 lbf/ in2 pada 3160C (6000F). Tidak terdapat batasan
angka pada jumlah dari sisi tube yang dilalui atau pada desain tekanan
dan temperature bagian tube. Outside-packed floating heat exchanger
merupakan tipe umum yang sering digunakan untuk konstruksi bundle
yang dapat dipindahkan di industri kimia.

Gambar 2.7 Outside-Packed-Floating Heat Exchanger


Saat floating-tube-sheet skirt mengalami kontak dengan balutan dari
cincin, dapat menghaluskan akhir mesin. Split-shear-ring masuk pada
alur floating-tube-sheet skirt. Slip on backing flange, pada saat
penggunaannya, ditahan di tempat untuk shear ring, terpasang pada
external floating-head cover.

Floating head cover biasanya berupa cakram bundar, dengan


sejumlah ganjil dari tube-side passes, nozzle aksial bisa dipasang pada
floating-head cover. Jika sisi nozzle diperlukan, cakram bundar diganti
oleh dished head atau channel barrel terpasang diantara floating-head
cover dan floating-tube-sheet skirt.

e. Internal Floating Head Exchanger


Desain internal-floating-head exchanger digunakan secara ekstensif
di jasa pertroleum refinery, tapi beberapa tahun belakangan ini,
penggunaannya menurun,Tube bundle lebih mudah dipindahkan dan
floating tube sheet yang bergerak ( atau mengambang ) dapat
menyesuaikan dengan perbedaan ekspansi antara shell dan tube. Batas
tube terluar mendekati diameter bagian dalam gasket pada floating tube
sheet. Jarak (antara shell dan OTL) adalah 29 mm (1 1/8 in) untuk shell
pipa dan 37 mm (1 7/16 in untuk diameter plate shell sedang).
Split backing ring dan baut biasanya menahan floating head cover
pada floating tube sheet. Split backing ring dan baut biasanya terletak
melebihi ujung shell dan di dalam cover-shell berdiameter besar. Shell
cover, split backing ring, dan floating head cover harus dipindahkan
sebelum tube bundle bisa melewati exchanger shell.

f. Pull-Through-Floating Heat Exchanger.


Konstruksinya sama seperti internal-floating-head split-backing ring
exchanger kecuali floating-head covernya yang terpasang tepat pada
floating tube sheet, Tube bundle dapat diambil tanpa memindahkan shell
cover atau floating-head cover. Hal ini dapat mengurangi waktu
perawatan saat pemeriksaan dan perbaikan.
Jarak yang besar antara shell dan tube harus tesedia untuk gasket
dan baut pada floating-head cover. Jaraknya sekitar 2-2,5 kali
dibandingkan dengan desain yang dibutuhkan split-ring. Sealing strips
atau dummy tubes biasanya dipasang untuk mengurangi tube bundle
yang melewati.

Gambar 2.8 Pull-Through-Floating Heat Exchanger


g. Falling-Film Exchangers
Falling film shell and tube heat exchanger telah dikembangkan untuk
macam-macam pelayanan dan dibuat oleh Sack (Chem.eng
program,63,55(juli 1967)). Fluida masuk di puncak vertical tabung,
Distributor atau slotted tubes menyimpan liquid di aliran film di dalam
permukaan tubes, dan film menempel pada permukaan tabung saat jatuh
ke dasar tabung. Fil dapat didinginkan. Dipanaskan, diuapkan atau
dibekukan (oleh medium perpindahan panas yang cocok) di luar tabung.
Tube distributor telah dikembangkan untuk berbagai macam aplikasi.
Fixed tube sheets dengan atau tanpa sambungan ekspansi dan outside-
packed head adalah desain yang digunakan.

h. Split-backing-ring Floating Head (Type S)

Satu tubesheet fix dengan baik pada shell dan tubesheet satunya
terapung, dan dimungkinkan untuk memindahkan secara terpisah antara
shell side dan tube side, serta seluruh tube bundle dapat dilepas. Untuk
memisahkan antara fluida pada shell dengan fluida yang melewati tube
side, maka dipergunakan flanged cover yang dibautkan pada split backing
ring pada sisi lain tubesheet. Akses ke tube end pada stationary end
hanya dapat dilakukan dengan melepaskan head cover, sedangkan akses
ke tube end pada floating head end dilakukan dengan melepas shell cover,
split back ring dan floating head cover.
Ada internal joint pada type ini sehingga membutuhkan design yang
sangat hati hati dan cermat.

Gambar 2.9 Split-backing-ring Floating Head (Type S)

i. Outside Packed floating head (Type P)


Untuk memasukkan fluida dari tube side ke floating head, salah satu
silindrical barrel (Skirt) dilaskan pada sisi luar floating tubesheet,
sementara lainya ditetapkan dengan sebuah slip on backing flange dan
flat cover. Backing flange dipasang dengan sebuah split shear ring yang
ditempatkan dalam celah pada skirt, keberadaan split shear ring
memungkinkan bagi flange dan cover untuk dilepas. Tekanan dan
temperatur pada shell side terbatas pada 20 bar dan 300 degC.

Gambar 2.10 Outside Packed floating head (Type P)


j. Bayonat tube
Pada type ini, tube bagian luar, tube bagian dalam dan shell side
dapat dilepaskan secara bebas. Type ini cocok untuk perbedaan
temperatur yang extrim antara kedua fluida di shell side dan tube side.
Free end masing-masing pipa bagian luar di seal ke sebuah coverShell
side biasanya dilengkapi dengan buffle seperti halnya type lain, akan
tetapi untuk ukuran shell vertikal yang relative pendek kadang tidak
diperlukan adanya buffle.Secara garis besarnya ada dua Tahap Detail
Design untuk Shell and Tube Heat Exchanger.
Tahap pertama adalah Thermal Design dan selanjutnya diteruskan
dengan Mechanical Design. Output atau hasil yang diperoleh pada
Thermal design akan menjadi data input untuk Mechanical design.

k. Double bundle Vaporizer


Double type ini adalah spesial design non-TEMA dan cocok
dipergunakan untuk penguapan liquid pada temperatur yang rendah.
Meskipun dapat dipenuhi dengan single bundle, akan tetapi spesial
design diperlukan untuk mencegah pembekuan kondensate. Bundle
bagian bawah berperan sebagai kettle yang memanaskan fluida dalam
shell dan pendinginan terjadi pada fluida pada tube side, sementara itu
bundle bagian atas berperan menurunkan kembali temperatur fluida
dapam shell dan menyerap panasnya untuk menguapkan fluida dingin
pada tibe side pada bundle atas ini.

Gambar 2.11 Double bundle Vaporizer


Keuntungan shell & tube exchanger :
a. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang
lebih besar
b. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang
cukup baik untuk operasi bertekanan.
c. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
d. Prosedur pengopersian lebih mudah
e. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia
f. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah

Faktor yang mempengaruhi efektivitas Heat exchanger tipe shell &


tube:
5. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan
efektifitas alat penukar panas, hal ini sejalan dengan peningkatan
koefisien perpindahan panas.
6. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar
shell, efektifitas meningkat hingga suatu harga maksimum dan
kemudian berkurang.
7. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas
tabung konsentris, efektifitas berkurang, jika kecepatan udara
masuk dingin meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir
massa udara meningkat.
8. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell.
Jarak baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan
kurang menyimpang dari aliran melintang.

Komponen-komponen Shell and Tube Heat Exchanger.


Dalam penguraian komponen-komponen heat exchanger jenis
shelland tube akan dibahas beberapa komponen yang sangat
berpengaruh pada konstruksi heat exchanger.Untuk lebih jelasnya disini
akan dibahas beberapa komponen dari heat exchanger jenis andtube.
1. Shell
Kontruksi shell sangat ditentukan oleh keadaan tubes yang akan
ditempatkan didalamnya.Shell ini dapat dibuat dari pipa yang berukuran
besar atau pelat logam yang dirol. Shell merupakanbadan dari heat
exchanger,dimana didapat tube bundle.Untuk temperatur yang sangart
tinggi kadang-kadang shell dibagi dua disambungkan dengan sambungan
ekspansi.Bentuk-bentuk shell yang lazim digunakan ditunjukkan pada
gambar berikut :

Gbr. 2.12 Bentuk-bentuk shell dan penutupnya.

2. Tube(pipa)
Tubeataupipamerupakanbidangpemisah antarakedua jenis
fluida yang mengalirdidalamnya dan sekaligus sebagai bidang
perpindahan panas.Ketebalan
danbahanpipaharusdipilihpadatekananoperasifluidakerjanya.Selain
itu

bahanpipatidakmudahterkorosi oleh fluidakerja.Adapun


beberapatipesusunan tube dapat dilihat dibawah ini :
a. SusunanSegitiga(TriangularPitch).

Gambar. 2.13 TriangularPitch(Anonim, 2010)


Keuntungan:
1. Filmkoeffisienlebihtinggidaripadasquarepitch.
2. Dapatdibuatjumlahtubeyanglebihbanyaksebabsusunannya
kompak.
Kerugian:
1. Pressuredropyangterjadiantaramenengahkeatas.
2. Tidakbaikuntukfluidafouling
3. Pembersihansecarakimia
b. SusunanSegitigaDiputar30(RotatedTriangularPitch)

Gambar.2.14RotatedTriangularPitch(Anonim, 2010)
Keuntungan:
1. Filmkoeffisisennyatidaksebesarsusunantriangularpitch,tet
api lebihbesardarisusunansquarepitch.
2. Dapatdigunakanpadafluidafouling
3.
Kerugian:
1. Pressuredropyangterjadiantaramenengahkeatas.
2. Pembersihansecarakimia
c. SusunanBujursangkar(SquarePitch)

Gambar. 2.15SquarePitch(Anonim, 2010)


Keuntungan:
1. Bagusuntukkondisiyangmemerlukanpressuredroprendah.
2. Baikuntukpembersihanluartubesecaramekanik.
3. Baikuntukmenanganifluuidafouling.
Kerugian:
1. Filmkoeffisiennyarelatifrendah
d. SusunanBujursangkaryangDiputar45 (DiamondSquarePitch).

Gambar. 2.16DiamondSquarePitch(Anonim, 2010)


Keuntungan:
1. Filmkoeffisiennyalebihbaikdarisusunansquarepitch,tetapi
tidaksebaiktriangularpitchdanrotatedtriangularpitch.
2. Mudahuntukpembersihandenganmekanik
3. Baikuntukfluidafouling.
Kerugian:
1. Filmkoeffisisenrelatifrendah
2. Pressuredroptidakserendahsquarepitch
e. Tubepitch
Lubangyangtidakdapatdibordenganjarakyangsangatdekat,kare
na
jaraktubeyangterlaludekatakanmelemahkanstrukturpenyanggatube.

Gambar 2.17Tube Pitch(Anonim, 2009)


Susunan dari tube ini dibuat berdasarkan pertimbangan
untuk mendapatkan jumlah pipa yang banyak atau untuk
kemudahan perawatan (pembersihan permukaan pipa).

3. Sekat(Baffle)
Tubes atau pipa-pipa memegang peranan yang sangat penting di
dalam penukar kalor.Dinding pipa merupakan bidang pemisah kedua
jenis fluida yang mengalir di dalamnya dan sekaligus berfungsi sebagai
bidang perpindahan panas.Bahan dan ketebalan dnding pipa harus
dipilih agar diperoleh penghantaran panas yang baik dan juga harus
mampu bekerja pada tekanan operasi fluida kerjanya. Susunan tubes
biasanya dipasang menurut konfigurasi segitiga atau segiempat
Adapun fungsi dari pemasangan sekat (baffle) pada heat
exchanger ini antara lain adalah untuk :
1. Sebagai penahan dari tube bundle
2. Untukmengurangiataumenambah terjadinya getaran.
3. Sebagai alat untuk mengarahkanaliran fluidayangberada di
dalamtubes.
Ditinjaudarisegikonstruksinyabaffledapatdiklasifikasikandalam
empat kelompok, yaitu :
1. Sekat plat bentuk segmen.
2. Sekat bintang (rod baffle).
3. Sekat mendatar.
4. Sekat impingement.

Gbr. 2. 18 Sekat plat bentuk segmen (Agus Nuryaman, 2011)

Gbr. 2. 19 Sekat bintang (rod baffle) (Agus Nuryaman,


2011)
Gbr. 2. 20 Sekat mendatar (Agus Nuryaman, 2011)

Gbr. 2. 21 Sekat Impingement (Agus Nuryaman, 2011)


4. TubeSideChanneldanNozzle
Mengaturaliranfluidaditube
5. ChannelCover
Tutupyangdapatdibukasaatpemeriksaandanpembersihan
6. Tube Sheet
Tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi
satu yang disebut tube bundle. HE dengan tube lurus pada
umumnya menggunakan 2 buah tube sheet. Sedangkan pada tube
tipe U menggunakan satu buah tube sheet yang berfungsi untuk
menyatukan tube-tube menjadi tube bundle dan sebagai pemisah
antara tube side dengan shell side.Tubesheet merupakan bagian
yang penting pada penukar kalor.Bagian ini merupakan tempat
disatukannya pipa-pipa pada bagian ujungnya.Tube sheet ini
dibuat tebal dan pipa harus terpasang rapat tanpa bocor pada tube
sheet. Dengan konstruksi fluida yang mengalir pada badan shell
tidak akan tercampur dengan fluida yang mengalir didalam tube.
Penyambungan antara tube sheet dengan pipa merupakan hal yang
paling penting untuk diperhatikan, karena.segala kegagalan
penyambungan ini akan menyebabkan kebocoran dan
pencampuran kedua fluida di dalam penukar kalor.
Terdapat dua jenis tube sheet, yaitu
a. Fixed tube sheet, dimana tube sheet dipasang kokoh
pada shell. Biasanya tube sheet ini dipasang dengan cara
compression fitting (dengan baut-mur). Untuk keperluan khusus
dapat dilakukan sambungan las.
b. Floating tube sheet; tube sheet ini tidak dikatkan pada
shell,tetapi terpasang dengan baik pada tube bundle (berkas pipa).
Pemakaian floating tube sheet biasanya dimaksudkan untuk
mengatasi ekspansi termal pada operasi temperatur tinggi.Untuk
mencegah tercampurnya fluida di dalam penukar kalor, pada
bagian saluran pipa dipasang tutup tube sheet.

7. Tie Rods
Batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan
ditempatkan di bagian paling luar dari baffle yang berfungsi sebagai
penyangga agar jarak antara baffle yang satu dengan lainnya tetap.
2.3.2 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)

Salah satu jenis penukar panasadalah susunan


pipaganda.Dalam jenispenukar panasdapat
digunakanberlawanan arah aliran atau arah aliran, baik
dengan cairan panas atau dingin cairan yang
terkandungdalamruangannulardancairanlainnyadalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam
standart yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau
dihubungkan dengan kotak penyekat.Fluida yang satu mengalir di
dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang anulus
antara pipa luar dengan pipa dalam.Alat penukar panas jenis ini
dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi
yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan
penukar panas jenis selongsong dan buluh ( shell and tube heat
exchanger ).
Padajenisinitiappipaatau
beberapapipamempunyaishellsendiri- sendiri. Untuk menghindari
tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini
dibentukmenjadiU. pada keperluan khusus, untuk
meningkatkankemampuanmemindahkanpanas,
bagiandiluarpipadiberisrip. Bentuk siripnya ada yang memanjang,
melingkar dan sebagainya.
Gambar. 2.22 Alat penukar kalor jenis Double Pipa(Ike Yulia, 2011)
Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada
tekanan yang tinggi, dank arena tidak
adasambungan,resikotercampurnyakeduafluidasangat kecil.
Kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya
sangat kecil, Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan
pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat diatur
sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD
sesuai dengan keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan
luas permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan
akurat Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas
perpindahan panasnya sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida
yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2), dan
biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan
dipanaskan atau dikondensasikan.

Prinsip kerja double pipe


Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara
tidak langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding
pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida tidak
bercampur.Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida
pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan
suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa
annulus).Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa
lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor
yang terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses
konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida
yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, merupakan faktor
penting adalah jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah
penukar panas pipa ganda biasanya akan baik berlawanan arah /
counterflow atau aliran paralel. Crossflow hanya tidak bekerja
untuk penukar panas pipa ganda. Pola yang aliran dan tugas
panas yang dibutuhkan pertukaran memungkinkan perhitungan
log mean perbedaan suhu. Yang bersama-sama dengan
perpindahan panas keseluruhan diperkirakan koefisien
memungkinkan perhitungan luas permukaan perpindahan panas
yang diperlukan.Kemudian ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah
tikungan dapat ditentukan.
Prinsip kerja dari alat ini adalah memindahkan panas dari
cairan dengan temperature yang lebih tinggi ke cairan yang
memiliki temperatur lebih rendah.Dalam percobaan kali ini, aliran
panas (steam) dialirkan pada bagian dalam pipa konsentris
sedangkan air dialirkan pada bagian luar dari pipa konsentris ini
(bagian anulus).
Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan
ada pengotor didalam pipa yang membuat proses perpindahan
kalor nya menjadi terganggu. Pengotoran ini dapat terjadi endapan
dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada
komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida
yang dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh
pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut
dapat menganggu atau memperngaruhi temperatur fluida
mengalir juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien
perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa
faktor yang dipengaruhi akibat pengotoran antara lain :
Temperatur fluida, Temperatur dinding tube dan Kecepatan aliran
fluida.

2.3.3 Koil Pipa

HeatExchangerinimempunyaipipa
berbentukkoilyangdibenamkan didalam
sebuahboxberisiairdinginyangmengaliratauyangdisemprotkanuntu
k mendinginkanfluidapanasyangmengalirdi dalam
pipa.Jenisinidisebutjuga sebagaiboxcoolerjenis
inibiasanyadigunakanuntukpemindahan kalor yang relative kecil
dan fluida yangdidalam shell yang akan diproses lanjut.

Gambar 2.23Pipa Coil Heat Exchanger(Anonim, 2012)


HE jenis ini disusun dari tabung-tabung (tubes) dengan
jumlah besar mengelilingi tabung inti, dimana setiap HE terdiri dari
lapisan-lapisan tabung sepanjang arah aksial maupun radial. Aliran
tekanan tinggi diberikan pada tube diameter kecil, sementara untuk
tekanan rendah dialirkan pada bagian luar tube diameter kecil.
Gambar 2.24Coiled-tube HE dengan area perpindahan panas seluas
12,000 m2 (Tendra, 2012)

HE jenis ini memiliki keuntungan untuk kondisi suhu rendah


antara lain:
1. Perpindahan kalor dapat dilakukan lebih dari dari dua aliran
secara simultan.
2. Memiliki jumlah unit Heat transfer yang tinggi
3. Dapat dilakukan pada tekanan tinggi.
Geometri HE Coiled Tube sangat bervariasi, tergantung pada
kondisi aliran dan drop pressure yang dibutuhkan. Parameter yang
berpengaruh antara lain: kecepatan aliran pada shell dan tube,
diameter tube, jarak antar tube (tube pitch), layer spacer diameter.
Faktor lain yang juga harus diperhitungkan yaitu jumlah fasa aliran,
terjadinya kondensasi dan evaporasi pada shell atau tube.
Aplikasi HE Coiled Tube untuk skala besar telah banyak
diterapkan pada LNG Plant, dimana alat HE ini memiliki kapasitas
100,000 m3/h pada 289 K dan 0.101 Mpa. Luas permukaan heat
transfer 25,000 m2 dan panjang keseluruhan 61 m, diameter 4.5 m
dan berat 180 ton. Gambar Skematik alat tersebut dapat dilihat
pada Gambar 2.15.
Gb. 2.25 SkemaHE Coiled Tube yang Digunakan Pada LNG Plant
(Anonim, 2012)

2.3.4 Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)

Padaheatexchangerinipipa-
pipatidakditempatkanlagididalam shell,
tetapidibiarkandiudara.Prndinginandilakukandenganmengalirkan
airatau udara pada bagian pipa.Berkas pipa itu biasanya cukup
panjang.Untuk pendinginandenganudarabiasanyabagian luar pipa
diberi sirip-siripuntuk memperluas permukaan perpindahan
panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas yang
terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil
darijenisshellandtube.
Gbr. 2.26. Alat penukar kalorjenis open tube section(Anonim, 2010)
Di samping jenis-jenis di atas, masih terdapat jenis-jenis
lain yang dijumpai di industri, antara lain :
Jenis spiral, menpunyai bidang perpindahan panas yang
melingkar. Karenaalirannyayangmelingkarmaka
systeminidapatSelfCleaningdan
mempunyaiefisiensiperpindahanpanasyangbaik.Akantetapikonstr
uksisepertiini tidak dapat dioperasikanpada tekanan tinggi.

Gambar 2.27.Spiral Heat Exchanger(Anonim,


2012)
Jenis lamella, biasanya digunakan untuk memindahkan
panas dari gas ke gaspada tekananrendah.Jenis
inimemilikikoefisienperpindahanpanas
yang baik/tinggi.
Gbr. 2.28. Jenis lamella (Anonim, 2012)

Gasketter plate exchanger, mempunyai bidang perpindahan


panas yang
terbentukdarilembaranpelatyangdibuatberalur.Laluan
fluida(biasanyauntuk cairan)terdapatdiantaralembaranpelat
yang dipisahkan gasket yang dirancang khusus sehingga
dapat memisahkan aliran dari kedua cairan. Perawatannya
mudah dan mempunyai efisiensi perpindahan panas yang
baik.

Gbr. 2.29.Gasket plate exchanger(Anonim, 2010)


2.3.5 Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat
exchanger )

Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar


panas yang terdiri atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang
atau dengan profil lain, yang dipisahkan antara satu dengan lainnya
oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini dipersatukan oleh suatu
perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan oleh
sekat-sekat tersebut.Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk
empat persegi panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara
lubang-lubang ini media yang satu disalurkan masuk dan keluar
pada satu sisi, sedangkan media yang lain karena adanya sekat
mengalir melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu
hubungan ruang yang satu dan yang lainnya dimungkinkan.pelat-
pelat yang dibentuk sesuai kebutuhan dan umumnya terbuat dari
baja (stainless steel type 304, 316, 317) atau logam lainnya.
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat
pelat tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara
pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak ( biasanya terbuat dari
karet ). Pelat pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat
penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat )
terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida
yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya
karena ada sekat.
Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan
yang kemudian akan mengalir pada sebuah pelat. Proses
pemanasan ini terjadi dengan adanya medium pemanas yang
mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya. Dimana pelat yang
telah tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk dan
medium pemanas. Pelat yang dialiri produk tidak akan dialiri oleh
komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke
atas melintas diantara setiap plae genap sementara cairan dingin
pada bagian puncak head dialirkan turun diantara plat-plat
ganjil.Arah aliran produk dan medium pemanas di dalam pelat
biasanya berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara berlawanan.
Pada umumnya produk akan masuk melalui saluran atas dan
mengalir kebawah melewati pelat, sehingga aliran keluaran produk
akan berada dibawah, sedangkan medium pemanas akan masuk
melalui saluran yang berkebalikan dari produk, yaitu masuk
melalui saluran bawah dan mengalir ke atas melewati pelat,
sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada diatas.
Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses
pemanasan dapat lebih cepat berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh
medium pemanas dengan arah aliran yang berbeda, sehingga
produk akan cepat memanas karena tertekan oleh pelat yang
mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah menjadi panas
dan medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir
keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua
macam tergantung dari rangkaian pelat yang digunakan, baik itu
seri maupun paralel. Pada rangkaian seri produk yang masuk dan
keluar akan melewati ports pada bagian front head yang sama.
Sedangkan pada rangkaian paralel produk dan medium pemanas
akan masuk dan keluar melewati bagian yang berbeda, yaitu masuk
melewati ports pada bagian front head dan keluar melalui ports pada
bagian belakangnya.

Prinsip Alat Ukur PHE


1. Alat ukur laju alir
2. Alat ukur tekanan
3. Alat ukur suhu
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada
volume alat yang kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan
3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses
pembersihan
4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya
ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi
bahan (Stainless Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan
sedimentasi

Kekurangan PHE
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan
tekanan. Plate and Frame Heat Exchanger tidak sesuai
digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC

dikarenakan performa dari material gasket yang sesuai.


Gambar 2.30 Penukar panas jenis pelat and Frame (Stevano Viktor,
2011)

Gambar 2.31 Penukar panas jenis pelat and Frame (Stevano Viktor, 2011)
PHE yang banyak dijumpai di industri adalah type:
a. Glue type
Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada
plat PHE. Lem yang digunakan hendaknya ialah lem yang
mempunyai ketahanan terhadap panas yang baik.

Gambar 2.32Glue type (Stevano Viktor, 2011)

b. Clip type
Luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam
pemasangannya cukup menancapkan clip-clip tersebut ke lubang
yang terdapat pada plat.Pemasangan gasket tipe ini lebih mudah
dan ringkas jika dibandingkan dengan tipe glue.

Gambar 2.33Clip type (Stevano Viktor, 2011)


Klasifikasi alat penukar panas :
a. Berdasarkan kontak antara bahan atau fluida
Pertukaran panas langsung
Bahan yang dipanaskan atau yang didinginkan dikontakan
langsung dengan media pemanas atau pendingin.
Pertukaran Panas tidak langsung
Memungkinkan terjadinya perpindahan panas dari satu
cairan fluida ke fluida lain melalui dinding pemisah.

b. Berdasarkan arah aliran


Penukar panas satu lintas (single-pass)
Penukar panas aliran searah (parallel-flow)
Penukar panas berlawanan arah (Counter-flow)
Penukar panas aliran lintang (Cross-flow)

Bagian-Bagian dari Plate Heat Exchanger


Gambar. 2.34 Plate Heat Exchanger (Stevano Viktor, 2011)
1. Gasket terbuat dari karet (non logam) atau bahan yang biasa
digunakan adalah nitrile dan ethylene propylene rubber
(EPR/EPDM)
a. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur rendah
b. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur tinggi
c. EPR/ EPDM : -800F 3000 F sangat tahan terhadap air yang
sangat panas dan uap serta memiliki ketahanan yang baik
untuk kompresi atau volume yang besar.
Fungsi gasket ini adalah sebagai perekat alat atau pengatur
aliran fluida, sehingga antara fluida yang satu dengan fluida yang
lain tidak mengalami kontak secara langsung yang menyebabkan
kebocoran.
2. Pelat penekan (Compression Plate) terbuat dari logam yang
berfungsi sebagai penekan pelat agar pada saat operasi alat
berjalan tidak ada rongga didalam aliran fluida agar tidak terjadi
kebocoran.
3. Pelat (plates), umumnya berukuran 0,4 - 0,6 mm terbuat dari
stainless steel atau titanium dan terdapat pada berbagai macam
susunan yang berombak-ombak, berfungsi sebagai tempat
mengatur fluida serta tempat terjadinya pertukaran panas antara
fluida panas dengan fluida dingin. Fluida pada pelat ini mengalir
secara turbulen, hal ini dikarenakan bentuk dari pelat tersebut
yang bergerigi sehingga pertukaran panas dapat berlangsung
secara cepat. Makin banyak pelat tekanan makin besar.
Gambar 2.35 Tipe pelat (Stevano Viktor, 2011)
Tipe Pelat
Vertical, termasuk salah satu pola pelat yang seringdigunakan
karena mempunyai banyak pembatasuntuk mengalir, sehingga
menyebabkan banyakgerakan putaran (turbulen), perpindahan
panas dengan kecepatan tinggi, dan menurunkan tekanan.
Horizontal, juga merupakan pola yang sering
digunakan.Mempunyai pembatas, gerak putaran (turbulen), dan
penurunan tekanan yang lebih sedikit dibandingkan polavertical
Combination, penggunaan pola pelat ini biasanya ditujukan
untuk hasil pemanasan dan penurunan tekanan yang lebih
optimal.
4. Pelat penyangga tetap (fixed frame), terbuat dari logam dan
berfungsi menjaga pelat agar tetap stabil

Gambar 2.36Pelat penyangga tetap (fixed frame)(Stevano Viktor, 2011)


5. Alat penekan (Compression Bolt), berupa baut pelat baja yang
digunakan untuk menekan pelat dan frame

Gambar 2.37Compression
Bolt(Anonim, 2010)

6. Guide Bars, berupa batang yang terbuat dari carbon steel atau
stainless steel yang mendukung dan menjaga agar pelat berjajar
secara rapi.

Gambar 2.38Guide Bars(Anonim, 2010)


7. Front and Rear Heads .(Bagian depan dan kepala bagian belakang),
merupakan bagian yang dilapisi oleh frame carbon steel yang
melekat pada kumpulan pelat yang ditekan.
2.3.6 Adiabatic wheel heat exchanger

Jenis keenam penukar panas menggunakan intermediate


cairan atau toko yang solid untuk menahan panas, yang kemudian
pindah ke sisi lain dari penukar panas akan dirilis. Dua contoh ini
adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan benang
halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar
panas cairan.

2.3.7 Pillow plate heat exchanger

Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam


industri susu untuk susu pendingin dalam jumlah besar langsung
ekspansi tank massal stainless steel. Pelat bantal memungkinkan
untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan tangki,
tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar
tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari
logam-spot dilas ke permukaan selembar tebal dari logam.
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan
pola serpentin garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup
bertekanan dengan kekuatan yang cukup untuk menyebabkan
logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang
untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan
penampilan yang karakteristik bantal membengkak terbentuk dari
logam.

Gambar 2.39 Pillow plate heat exchanger (Anoni, 2012)


2.3.8 Dynamic scraped surface heat exchanger

Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot


permukaan heat exchanger". Ini terutama digunakan untuk
pemanasan atau pendinginan dengan tinggi viskositas produk,
proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali
berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores
permukaan, sehingga menghindari pengotoran dan mencapai
kecepatan transfer panas yang berkelanjutan selama proses
tersebut.

Gambar 2.40 Dynamic scraped surface heat exchanger (Anonim, 2010)

2.3.9 Phase-change heat exchanger

Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu


fasa, penukar panas dapat digunakan baik untuk memanaskan
cairan menguap (atau mendidih) atau digunakan sebagai kondensor
untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan. Pada pabrik
kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan umpan
masuk untuk menara distilasi sering penukar panas.
Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk
mengkondensasikan uap distilasi kembali ke dalam
cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki uap yang
digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas untuk
mendidihkan air menjadi uap.
Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap
dari air yang sering disebut boiler atau generator uap.Dalam
pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut reaktor air
bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati panas dari
sistem (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap
memproduksi dari air dalam proses, disebut generator uap.Semua
pembangkit listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan
uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan untuk
mengubah uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk
digunakan kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam
kimia dan tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat
digunakan untuk mentransfer panas dari satu aliran yang perlu
didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan, seperti pendingin
distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.
Istilah ini juga dapat merujuk kepada penukar panas yang
mengandung bahan dalam struktur mereka yang memiliki
perubahan fasa. Hal ini biasanya padat ke fase cair karena
perbedaan volume kecil antara negara-negara ini. Perubahan fase
efektif bertindak sebagai buffer karena terjadi pada suhu konstan
tetapi masih memungkinkan untuk penukar panas untuk
menerima panas tambahan. Salah satu contoh di mana ini telah
diteliti untuk digunakan dalam elektronik pesawat daya tinggi.
Gambar 2.41 Phase-change heat exchanger (Zuhrina, 2006)
BAB III
PERAWATAN HEAT EXCHANGER

3.1 Pemeriksaan Peralatan Penukar Panas

Pada alat penukar kalor ini, kedua fluida mengalir pada dua jalur
yang berbeda dan kedua jalur dipisahkan oleh satu plat. Plat yang
digunakan adalah dari bahan tembaga. Hal ini dengan pertimbangan
bahan plat dan bahan tembaga mempunyai harga konduktivitas (thermal)
yang tinggi sehingga mempunyai kemampuan menghantarkan panas yang
baik.

Pemeriksaan dilakukan sebagai berikut :


a. Melakukan pemeriksaan pada sekat aliran fluida yang terbuat dari
tembaga, untuk pemeriksaan kebocoran.
b. Melakukan pengecekan pada saluran fluida panas dan fluida
dingin, jika ada kotoran yang menyumbat harus dibersihkan
terlebih dahulu, sehingga aliran fluida dapat lancar.
c. Kedua jalur plat ini juga harus diperiksa agar terjadi pertukaran
panas antara kedua fluida tersebut agar fluida panas secara
optimum akan mengalami penurunan temperatur sedangkan fluida
dingin akan mengalami kenaikan temperatur.
d. Pemeriksaan pendahuluan sangat penting dikarenakan perbedaan
temperatur fluida pada saat masuk dan keluar alat untuk
pengambilan data menghitung q (laju aliran panas) yang terjadi
pada alat penukar kalor, sehingga pemeriksaan pendahuluan
sangat penting.
e. Alirkan minyak panas atau hasil penyulingan melalui tabung atau
shell dengan kecepatan yang baik, pada umumnya secara efektif
dapat memindahkan kotoran atau hal serupa yang masih
tersimpan didalamnya.
f. Garam yang tersimpan mungkin dapat dicuci bersih dengan
mengalirkan air panas yang bersih.
g. Jika tidak satupun dari metoda diatas efektif untuk menghilangkan
sesuatu dalam skala besar, coke mungkin dapat digunakan.
Analisa kinerja HE :
1. Koefisien overall perpindahan panas (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida
panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh
sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.
2. Fouling factor (Rd)
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak
dikehendaki di permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan
fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut
adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi. Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran
yang terbawa fluida yang mengalir di dalam HE.

Penyebab terjadinya fouling :


a. Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari
hasil korosi atau coke keras.
b. Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal
dari dekomposisi kerak keras.
Akibat fouling :
a. mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga
meningkatkan biaya, baik investasi, operasi maupun
perawatan.
b. ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan
energi meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya
perawatanmeningkat.
Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :
a. Kecepatan Linier Fluida (Velocity)
Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah
kemungkinanterjadinya fouling. Sebagai batasan dalam
rancangan dapat digunakan nilai-nilai berikut:
1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3 6 ft/s
2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5 8
ft/s
3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat
terjadinyafouling adalah 10 15 ft/s
4). Kecepatan fluida shell adalah 1 3 ft/s.
Temperature Permukaan dan Temperature Fluida
Kecepatan terbentuknya fouling akan meningkat dengan
meningkatnyatemperatur.
3. Pressure drop
Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan
tekanan yang dimilikinya selama fluida mengalir.
Disebabkan oleh 2 hal :
Friksi aliran dengan dinding
Pembelokan aliran
Jika P terlalu besar:
Disebabkan jarak antar buffle yang terlalu dekat
Aliran menjadi lambat
Perlu tenaga pompa yang besar
Jika P terlalu rendah
Perpindahan panas tidak sempurna

3.2 Perawatan Peralatan Penukar Panas

Peralatan penukar panas sederhana terdiri dari :


1. unit Heat Exchanger 1 unit
2. Thermometer Digital 1 buah
3. Stop Watch 1 buah
4. Selang air
Langkah-langkah perawatan sebagai berikut :
a. Buka penuh katup-katup
b. Kemudian tutup penuh katup-katup
c. Dicoba mengalirkan fluida dingin dengan menggunakan katup dan
atur debitnya dengan mengatur katup
d. Dicoba mengalirkan fluida panas dengan menggunakan pompa dan
atur debitnya dengan mengatur katup
e. Perawatan pada aliran searah, apabila bukaan katup semakin
dipersempit maka kecepatan pada aliran fluida panas dan fluida
dingin akan semakin lambat, sehingga kinerja peralatan dapat
optimum.

Persiapan deskripsi bahan olahan sebelum pelaksanaan proses


Reaksi kimia merupakan suatu proses dimana bahan sebelum
diproses disebut dengan reaktan dan hasilnya produk. Lambang dari
reaksi kimia sebelum dan sesudah proses menggunakan tanda panah.

A + B -> P + Q
Pada reaksi diatas, A dan B merupakan reaktan sedangkan P dan Q
merupakan produk. Dalam hal ini antara reaktan dan produk terjadi
perubahan identitas kimia yang dapat berupa perubahan struktur, unsur
ataupun molekul kimia.

Reaksi kimia adalah suatu reaksi antar senyawa kimia atau unsur
kimia yang melibatkan perubahan struktur dari molekul, yang umumnya
berkaitan dengan pembentukan dan pemutusan ikatan kimia.
Berlangsungnya proses tersebut mempunyai dua kemungkinan yaitu
memerlukan energi (disebut dengan reaksi endotermal) atau melepaskan
energi (reaksi eksotermal).

Selain itu beberapa ciri fisik antara lain:


a. Terbentuknya endapan
b. Terbentuknya gas
c. Terjadinya perubahan warna
d. Terjadinya perubahan suhu atau temperatur
Semua reaksi kimia menyangkut perubahan energi yang
diwujudkan dalam bentuk panas.Kebanyakan reaksi kimia disertai
dengan pelepasan panas (reaksi eksotermis), meskipun adapula beberapa
reaksi kimia yang menyerap panas (reaksi endotermis). Bahaya dari suatu
reaksi kimia terutama adalah karena proses pelepasan energi (panas)
yang demikian banyak dan dalam kecepatan yang sangat tinggi, sehingga
tidak terkendalikan dan bersifat destruktif (merusak) terhadap
lingkungan, termasuk operator/orang yang melakukannya.
Banyak kejadian dan kecelakaan di dalam laboratorium sebagai
akibat reaksi kimia yang hebat atau eksplosif (bersifat ledakan).Namun
kecelakaan tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh kurangnya
pengertian atau apresiasi terhadap faktor-faktor kimia-fisika yang
mempengaruhi kecepatan reaksi kimia.Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan suatu reaksi kimia adalah konsentrasi
pereaksi, kenaikan suhu reaksi, dan adanya katalis.
Sesuai dengan hukum aksi masa, kecepatan reaksi bergantung
pada konsentrasi zat pereaksi.Oleh karena itu, untuk percobaan-
percobaan yang belum dikenal bahayanya, tidak dilakukan dengan
konsetrasi pekat, melainkan konsentrasi pereaksi kira-kira 10%
saja.Kalau reaksi telah dikenal bahayanya, maka konsetrasi pereaksi
cukup 2 5 % saja sudah memadahi. Suatu contoh, apabila amonia pekat
direaksikan dengan dimetil sulfat, maka reaksi akan bersifat eksplosif,
akan tetapi tidak demikian apabila digunakan amonia encer.
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi kimia dapat
diperkirakan dengan persamaan Arhenius, dimana kecepatan reaksi
bertambah secara kesponensial dengan bertambahnya suhu. Secara
kasar apabila suhu naik sebesar 10 oC, maka kecepatan reaksi akan naik
menjadi dua kali. Atau apabila suhu reaksi mendadak naik 100 oC, ini
berarti bahwa kecepatan reaksi mendadak naik berlipat 210 = 1024
kali.Di sinilah pentingnya untuk mengadakan kendali terhadap suhu
reaksi, misalnya dengan pendinginan apabila reaksi bersifat eksotermis.

3.3 TipepembersihanHE:

Melakukan pembersihan secara berkala seperi di bawah ini :


Alirkan minyak panas atau hasil penyulingan melalui tabung atau
shell dengan kecepatan yang baik,pada umumnya secara efektif
dapat memindahkan kotoran atau hal serupa yang masih tersimpan
didalamnya.
Garam yang tersimpan mungkin dapat dicuci bersih dengan
mengalirkan air panas yang bersih.
Beberapa campuran pembersih komersil seperti Oakite dan
Dowell mungkin efektif dalam menghilangkan kotoran yang sulit
dihilangkan.
Jika tidak satupun dari metoda diatas efektif untuk menghilangkan
sesuatu dalam skala besar, coke mungkin dapat digunakan.
Amati kondisi bagian dalam dan luar dari seluruh tabung dan jaga
kebersihannya. Melalaikan dalam pemeliharaan kebersihan semua
tabung dapt mengakibatkan kemacetan aliran yang mengalir
sepanjang tabung, dengan konsekuensi tabung menjadi terlalu panas
dibandingkan dengan sekitar tabung, yang akan menghasilkan
perluasan tegangan dan membocorkan tabung hingga tube-sheet-
joint.Ketikashutting down untuk perbaikan, hal yang penting bahwa
semua cairan dikeringkan dari heat exchanger dan dikendurkan
sampai tekanan atmosfer dan temperature lingkungan.
Jangan mencoba untuk membersihkan tabung dengan mengeluarkan
uap air melalui tabung individu. Hal ini menjadikan tabung terlalu
panas dan mengakibatkan perluasan tegangan dan membocorkan
tube hingga tube-sheet-joint.
Jangan menangani tube bundle dengan pengait atau perkakas lain
yang mungkin dapat merusak tabung.
Untuk memperat suatu sambungan tabung, gunakan roller tipe tube
expander yang sesuai.
Untuk membersihkan dan memeriksa di dalam tabung, pindahkan
channel cover (atau bonnet) dan jangan memindahkan channel.

Tipe pembersihan Heat Exchanger


a. Chemical/PhysicalCleaning
metodepembersihan dengan mensirkulasikan agent melalui
peralatan biasanya menggunakanHCl5-10%.
b. MechanicalCleaning
-DrillingatauTurbining
Pembersihan dilakukandengan mendrill deposit yang menempel
pada dindingtube.
-Hydrojeting
Pembersihan dilakukandengan cara menginjeksikan air ke dalam
tube padatekananyangtinggi,untukjenisdeposityanglunak.
c. Gabungandarikeduanya

3.4 Masalah pada jenis heat exchanger.

a. Naiknya pressure drop didalam HE


1. Penyebab : Ada kotoran dalam HE (HE tersumbat)
Tindakan:
a. Bersihkan pipa-pipa sebelum start up
b. Bersihkan plate (jika kejadiannya setelah proses berjalan)
c. Media yang masuk HE perlu diberi filter.
2. Penyebab : Viskositas
Tindakan:
a. Check viskositas dan jika perlu setel sesuai desain.
b. Check apakah temperature turun sampai dibawah
temperature desain
3. Penyebab : Kesalahan koneksi pada sistem perpipaan
Tindakan: Check koneksi dan sesuaikan dengan drawing.
4. Penyebab: Kuantitas aliran terlalu besar
Tindakan: Atur kuantitas aliran dengan benar.

b. Menurunnya out put HE (menurunnya kapasitas)


1. Penyebab: PHE terkotori/tersumbat oleh kotoran dari luar,
seperti serpihan plastik dsb.
Tindakan: Bersihkan plate dan media yang masuk PHE perlu
diberi filter.
2. Penyebab: Aliran terlalu tinggi/cepat.
Tindakan:Setel dan sesuaikan.
3. Penyebab : Kesalahan koneksi terhadap sistem perpipaan
Tindakan: Check koneksi dan sesuaikan dengan drawing
4. Penyebab: Akumulasi secondary media di dalam HE (seperti oli,
dan non-condensable gas)
Tindakan: Buat alat yang sesuai untuk mengalirkannya. Alat
ini bisa berupa oil drainage yang dibuka dalam periode tertentu
sesuai dengan keadaan.
c. Kebocoran
1. Penyebab: Tekanan dalam HE melebihi tekanan ijin.
Tindakan: Kurangi tekenan sesuai dengan set point.
2. Penyebab: shock pressure/tekanan mendadak.
Tindakan: Hindari terjadinya tekanan mendadak dengan
mengatur sistem sebaik mungkin, membuka dan menutup sistem
dengan smooth.
3. Penyebab: Rusaknya gasket karena pengaruh serangan medium.
Tindakan: Ganti gasket, jika perlu ganti dengan material lain
yang lebih baik.
4. Penyebab: Terbloknya aliran dalam HE.
Tindakan: Bersihkan plate dan beri saringan/filter.
d. Tercampurnya media.
1. Penyebab: Plate tidak terinstall dengan benar
Tindakan: Install plate sesuai panduan.
2. Penyebab: Korosi
Tindakan:
a. Cari penyebab korosi dan ganti plate baru
b. Ganti dengan plate yang dengan material yang tahan korosi.
3. Penyebab: Koneksi tidak sesuai
Tindakan: Check dan sesuaikan dengan drawing.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang
digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang
dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin
(cooling water).Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar
perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara
efisien.Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida
terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung (direct contact).
Jenis-jenis penukar panas antara lain :
a. Double Pipe Heat Exchanger
b. Plate and Frame Heat Exchanger
c. Shell anf Tube Heat Exchanger
d. Adiabatic wheel Heat Exchanger
e. Pillow plate Heat Exchanger
f. Dynamic scraped surface Heat Exchanger
g. Phase-change Heat Exchanger
Dari jenis-jenis Heat Exchanger diatas, komponen-komponen peralatan
tergantung dari jenisnya. Setiap komponen memiliki peranan masing-
masing yang semuanya saling bergantungan yang apabila salah satu
tidak berfungsi maka akan mengganggu kinerja dari peralatan tersebut.
Perawatan Heat Exchanger dilakukna dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja sadi peralatan serta untuk menjaga dan merawat
agar peralatan dapat bertahan lebih lama dalam
penggunaannya.Peralatan yang dilakukan diantaranya dengan
melakukan pemeriksaan secara rutin/ berkala maupun dalam jangka
panjang.Pemeriksaan rutin dilakukan setiap hari, seminggu sekali,
sebulan sekali dan setiap 6 bulan sekali.Pemeriksaan jangka panjang
dilakukan setiap 1 tahun sekali maupun diatas 1 tahun.Sebelum
dilakukan perawatan, biasanya peralatan dilakukan analisa terlebih
dahulu untuk mengetahui bagian-bagian mana saja yang mengalami
kerusakan maupun yang membutuhkan perbaikan.Analisa yang sering
dilakukan adalah analisa perpindahan panas keseluruhan, factor fouling
dan penurunan tekanan pada Heat Exchanger.
Tipe pembersihan Heat Exchanger yang sering dilakukan adalah :
a. Chemical/PhysicalCleaning
b. MechanicalCleaning
-DrillingatauTurbining
-Hydrojeting
c. Gabungandarikeduanya
Masalah-masalah yang sering muncul pada jenis heat exchanger
adalah :
Naiknya pressure drop didalam HE
Menurunnya out put HE (menurunnya kapasitas)
Kebocoran
Tercampurnya media.

4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Ilma. (2011). PENUKAR PANAS ( HEAT EXCHANGER) (online).


Tersedia di :http://id.scribd.com/doc/46808854/Tugas-Shell-and-
Tube-Ex-Changer-2. (Diunduh tanggal 8 Desember 2012)

Anonim.(2012). Alat Heat Exchanger (online). Tersedia di


:http://beckfk.blogspot. com/ 2012/05/alat-heat-exchanger.html.
(Diunduh tanggal 25 Oktober 2012)

Anonim.(2010). Heat Exchanger (online). Tersedia di


:http://www.alaquainc.com/ Heat_Exchangers.aspx. (Diunduh
tanggal 25 Oktober 2012)

Anonim.(2010). Pembagian Heat Exchanger Berdasarkan Bentuk


Konstruksinya (online). Tersedia di :http://java-
borneo.blogspot.com/2011/05/pembagian-heat-exchanger-
berdasarkan.html. (Diunduh tanggal 5 November 2012)

Anonim. (2012). Pengertian Heat Exchanger (online). Tersedia di :


http://www.scribd. com/doc/94966592/Pengertian-Heat-
Exchanger. (Diunduh tanggal 7 Desember 2012)

Anonim.(2012). Jenis-Jenis Alat Penukar Panas dan Tipe aliran HE (Heat


Exchanger)(online). Tersedia di
:http://pelatihanguru.net/category/alat-penukar-kalor. (Diunduh
tanggal 8 Desember 2012)

Djunaidi.(2009). Pemeliharaan Tube-Side Penukar Kalor Rsg-Gas Jangka


Pendek Dan Jangka Panjang. Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN.
Kawasan Puspitek Serpong Tangerang : Banten

Eka, dkk.(2011). Laporan Praktikum Heat Exchanger (online). Ekstensi


Teknik Kimia Universitas Indonesia: Depok. Tersedia di
:http://www.scribd.com/doc/72839539/ Laporan-HE-Eka-Gefin-
Krisna-Laili-Final. (Diunduh Tanggal 7 Desember 2012)
Firiana, Mira. (2011). Heat exchanger(online). Tersedia di
:http://id.scribd.com/ doc/52312812/BAB-II. (Diunduh tanggal 8
Desember 2012)

Fitrianingtias, Shely Diah. (2010) PERPINDAHAN PANAS POLA ALIRAN,


TEMPERATUR DAN KLASIFIKASIHEAT EXCHANGER (online).
Jurusan Teknik Kimia. Samarinda : Politeknik Negeri Samarinda.
Tersedia di :http://id. scribd.com/doc/94414016/Heat-Exchanger.
(Diunduh tanggal 8 Desember 2012)

Gary, Marhaindra. (2011). Heat Treatment(online). Jurusan Teknik.


Palembang : Universitas Sriwijaya. Tersedia di
:http://www.scribd.com/doc/ 52386815/Perlakuan-Panas.
(Diunduh tanggal 7 Desember 2012)

Lloyd J. Peterman. (2008). ASME Bioprocessing Equipment Standard


(online). Tersedia di :http://www.scribd.com
/doc/115710055/heat-exchanger. (Diunduh tanggal 7 Desember
2012)

Marangratu, Stevano Viktor. (2011). BAGIAN IDASAR DASAR


PERPINDAHAN PANAS (online). Tersedia di
:http://id.scribd.com/doc/76782784/Diktat-Perancangan-Alat-
Penukar-Panas. (Diunduh tanggal 8 Desember 2012)

Masyithah, Zuhrina, ST,Msc. Dan Bode Haryanto, ST, MT. (2006).


Perpindahan Panas (online). Fakultas Teknik. Universitas Medan :
Sumatera Utara. Tersedia di
:http://id.scribd.com/doc/54573689/Textbook. (Diunduh tanggal 8
Desember 2012)

Nuryaman, Agus. (2011). Heat Exchanger (online). Tersedia di:


http://id.scribd.com/ doc/46494853/Heat-Exchanger-Bab-1-2. .
(Diunduh tanggal 8 Desember 2012)
Prawesti, Andrea Ayu. (2010). Pengaruh Pemasangan Fin dan Adanya
Getaran pada Heat Exchanger Shell and Tube Terhadap Laju
Pindah Panas. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah
Mada : Yogyakarta

Rahmi, Ike Yulia.(2011).Alat Penukar Panas (Heat Exchanger) (online).


Tersedia di :http://id.scribd.com/doc/46308789/40174563-ALAT-
PENUKAR-PANAS# download. (Diundu tanggal 8 Desember 2012)

Ruhyat, Ir.Nanang,MT. 2009. Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB-


Heat Transfer.

Sugiyanto. (2010). Analisis Alat Penukar Kalor Tipe Shell And Tube Dan
Aplikasi Perhitungan Dengan Microsoft Visual Basic 6.0. Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri. Jawa Barat : Universitas
Gunadarma

Syahruddin, Nasrul. (2006). Heat Exchanger Introduction. Balikpapan

Tendra, Za. (2012). Heat Exchanger(online). Tersedia di


:http://id.scribd.com/doc/ 79321314/Process-Heat-Exchanger.
(Diunduh tanggal 8 Desember 2012)

Windriyanto.(2010).ALAT PENUKAR PANAS (HEAT


EXCHANGER)(online).Tersedia di
:http://id.scribd.com/doc/40174563/ALAT-PENUKAR-PANAS.
(Diunduh tanggal 8 Desember 2012)

http://en.wikipedia.org/wiki/Heat_exchanger

http://www.alfalaval.com/products-and-solutions/plate-heat-
exchangers/Pages/Plate-heat-exchangers.aspx

Anda mungkin juga menyukai