Persiapan Pasien Pre Tindakan Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan
bahwa persiapan terencana yang dilakukanpada pasien sebelum dilakukan PCA adalah
persiapan fisik, administrasi dan mental.
a. Persiapan fisik
1. Puasa(makanan) kurang lebih 4-6 jam sebelum tindakan.
2. Bebaskan area penusukan(cukur rambut pada area tersebut).
3. Obat-obatan dilanjutkan sesuai instruksi dokter.
4. Hasil pemeriksaan penunjang dibawakan: laboratorium (Hb, CT, BT, Ureum,
Kreatinin, HbSAg, AIDS), test treadmill, X-ray, Echokardiogram, EKG lengkap.
5. Nilai tanda-tanda vitalsaat itu.
6. Test Allen (untuk kateterisasi melalui arteri radialis).
7. Cek sirkulasi darah perifer (arteri femoralis, poplitea, dorsalis pedis) untuk
kateterisasi melalaui arteri femoralis
b. Persiapan Administrasi
1. Surat ijin tindakan/inform concent.
2. Surat pernyataan pembayaran(keuangan).
c. Persiapan Mental Pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur kateterisasi
jantung(apa, bagaimana, tujuan, manfaat, komplikasi dan prosedur kerja).
B. TUJUAN KATHETERISASI
Kateterisasi jantung bertujuan untuk mendapat gambaran dan data objektif secara
pasti tentang perubahan anatomis dan fisiologis akibat berbagai kelainan pada jantung dan
pembuluh darah. Pasien dengan PJB termasuk pasien yang memerlukan kateterisasi
jantung. Dengan kateterisasi jantung dapat diketahui ada tidaknya kelainan jantung, jenis
kelainan jantung, derajat kelainan tersebut, cara pengobatan yang tepat, dan menilai hasil
pengobatan. Selain itu, kateterisasi jantung juga dapat digunakan untuk mengetahui
tekanan pada ruang-ruang di jantung, melihat bagaimana darah melewati jantung,
mengambil sampel darah, menginjeksikan zat kontras untuk melihat adanya hambatan
pada pembuluh darah, atau abnormalitas dari ruang jantung, serta melakukan koreksi pada
kelainan jantung tersebut (Parks, 2007).
Kateterisasi jantung digunakan untuk mengevaluasi atau mengkonfirmasi adanya
penyakit jantung (seperti penyakit arteri koroner, penyakit katup jantung atau penyakit
aorta), mengevaluasi fungsi otot jantung, menentukan kebutuhan terapi lebih lanjut
(seperti prosedur intervensi atau bedah bypass).Pada banyak rumah sakit, beberapa
intervensi atau terapi, prosedur untuk membuka arteri yang tertutup dilakukan setelah
kateterisasi jantung. Prosedur intervensi meliputi ballon angioplasty, brakiterapi,
aterektomi, rotoblation, cutting ballon, dan penempatan sten (Bryg, RJ, 2012).
INDIKASI
Berdasarkan data-data di atas, indikasi untuk tindakan kateterisasi jantung dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Untuk menegakkan diagnosis, yaitu dengan menganalisis semua data hasil kateterisasi
sehingga diperoleh gambaran anatomi dan fisiologi secara pasti.
2. Untuk melakukan terapi, yaitu kateterisasi intervensi sebagai tindak lanjut dari
diagnosis yangdiperoleh.
Indikasi kateterisasi jantung secara umum menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe
(2001) dilakukan untuk beberapa kondisi yaitu:
a. Penyakit jantung koroner yang jelas/didiagnosis.
b. Sakit dada (angina pektoris) yang belum jelas penyebabnya.
c. Angina pektoris yang tidak stabil/bertambah.
d. Infark miokard yang tidak berespon dengan obat- obatan.
e. Gagal jantung kongestif.
f. Gambaran EKG abnormal
g. (injuri, iskemik, infark), usia 50 tahun ke atas, asimtomatik.
h. Treadmill test positif.
i. Evaluasi bypass koroner.
j. Abnormal irama (bradi/takhikardia).
k. Kelainan katub jantung.
l. Kelainan jantung bawaan.
m. Kelainan pembuluh perifer.
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi dari kateterisasi jantung ini sangat bervariasi. Hal ini bergantung
pada kemajuan teknik, peralatan serta ketrampilan operator. Seiring berkembangnya
pengetahuan mengenai kateterisasi jantung, hampir dikatakan tidak ada lagi kontraindikasi
absolut, yang ada hanya kontraindikasi relatif. Hal-hal yang termasuk dalam kontraindikasi
relatif adalah:
1. Ventrikel iritabel yang tidak dapat dikontrol
2. Hipokalemia/intoksikasi digitalis yang tidak dapat dikoreksi
3. Hipertensi yang tidak dapat dikoreksi
4. Penyakit demam berulang
5. Gagal jantung dengan edema paru akut
6. Gangguan pembekuan: waktu protrombin > 18 detik
7. Gagal ginjal hebat/anuria
8. .Alergi bahan kontras
Sedangkan satu-satunya yang dianggap sebagai kontraindikasi absolut adalah apabila
pasien dan keluarganya menolak untuk dilakukan kateterisasi (Ontoseno, 1994).
Adapun kontra indikasi dalam pemeriksaan kateterisasi jantung menurut Rokhaeni,
Purnamasari & Rahayoe (2001) tidak ada yang mutlak, hanya bergantung pada kondisi saat
itu, yaituibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan, infeksi, gagal jantung yang
tidak terkontrol dan alergi berat terhadap zat kontras (mungkin menjadi mutlak).
KOMPLIKASI
Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2007), komplikasi yang ditemukan dibagi
menjadi komplikasi mayor dan komplikasi minor.
a. Komplikasi mayor/utama
Komplikasi utama meliputi reoklusiakut, miokard infark baru, pendarahan hebat di
selangkangan kaki, tamponade jantung akibat pecah atau robeknya dinding arteri
koroner atau jantung ruang dan kematian.
b. Komplikasi minor
Komplikasi minor PCA antara lain oklusi cabang pembuluh koroner, ventrikel/atrium
aritmia,bradikardi, hipotensi, perdarahan, arteri trombus, emboli koroner. Komplikasi
minor lain adalah kehilangan darah yang parah dan membutuhkan transfusi, iskemia
pada ekstremitas tempat penusukan femoral sheath, penurunan fungsi 14 ginjal karena
media kontras, emboli sistemik dan hematoma di selangkangan, hematoma
retroperitoneal, pseudoaneurisma, fistula AV.
C. PERSIAPAN ALAT CATHETERISASI
Persiapan Alat
a. Alat Tenun Steril
3 baju operasi
2 duk lubang ukuran 67 x 67 cm
2 duk kecil ukuran 67 x 67 cm
1 stik laken
1 duk besar ukuran 180 cm x 234 cm\
b. Set Instrumen Steril
1 kom besar untuk tempat cairan ( 500 cc)
1 kom sedang untuk tempat kontras (250 cc)
1 kom kecil untuk tempat bethadine sol 10% (100 cc)
6 depper kecil
5 kassa steril
2 duk klem
1 arteri klem
1 scappel
1 klem kocher / desinfektan tool
1 bengkok
c. Bisturi nomor. 11
d. Bethadine solution 10% dan alkohol 70% untuk desinfektan
e. Cairan NaCl 0,9% : 1:5 (heparin 2500 unit dalam 500 NaCls)
f. Syringe 20 cc 2 buah, syringe 5 cc 1 buah, syringe 2,5 cc 1 buah, syringe 1 cc 1 buah
g. Extension tube panjang dan pendek masing massing 1 buah
h. Rotating adaptor (threeway pressure)
i. Introduser sheath radialis 5 fr / 6 fr
j. Kateter diagnostic optitorque 5 fr / sesuai kebutuhan
k. Guide wire terumo tip 0,35 / 180 cm
l. Glove steril
m. Jarum pungsi
n. Zat kontras sesuai kebutuhan
o. Lidocaine 2% 1 ampul
p. Heparin 5000 unit dalam syringe 5 cc (diencerkan dengan NaCl 0,9% menjadi 4 cc)
q. NTG 300 meq dalam syringe 1 cc (diencerkan menjadi 9 strip)
r. Trolley emergency
Dengan anrteriografi koroner, lokasi, berat dan morfologi tempat penyempitan dapat
dianalisis dengan baik.Dan hasilnya penting untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan bedah pintas koroner (baypass), atau tindakan intervensi PCI
(Percutaneus Coronary Intervention) (Trisnohadi, 2006).
Prosedur Kerja
1. Pasien masuk ruang tindakan, rekam EKG 12 lead
2. Alat alat dipersiapkan diatas meja
3. Scrub nurse atau asisten dan dokter operator memakai apron lalu melakukan surgical
hand washing (cuci tangan steril), mengenakan jas operasi dan memakai glove steril
4. Melakukan desinfeksi di daerah inguinal kanan dan kiri dengan bethadine solution
10% dilanjutkan dengan alkohol 70%
5. Tutup bagian yang di desinfeksi dengan duk lubang, lalu tutup bagian badan pasien
dan seluruh tubuh pasien dengan alat dengan tenun steril (beritahu pasien agar
selama tindakan, tangan pasien tidak menyentuh area steril)
6. Flash / basahi semua alat kemudian di dekatkan ke pasien, lakukan zero point,
sambungkan extention tube dengan tansduser kemudian dibalance mesin monitor
7. Dokter melakukan anestesi lokal dengan Lidocaine 2% di daerah arteri radialis kanan
(RAR = Radialis Arteri Right)
8. Fungsi RAR sampai darah arteri memancar masukkan wire pendek kemudian jarum
puncture dilepas, lakukan insisi inchi dangkal (untuk memudahkan masuknya
sheath), massukkan sheath 6 fr (jangan lupa wire dibersihkan dahulu dengan kassa
basah untuk mencegah darah bekuan / fibrin terkumpul).
9. Wire pendek dicabut, sheath di aspirasi lalu di flash, masukkan heparin 2500 iu dan
NTG 200 300 meq, kemudian di flash / bilas
10. Masukkan catheter dengan quide wire didalamnya ke dalam sheath sampai ke
ventrikel kiri, petugas monitor mengambil tekanan LV Ao dengan catheter ditarik
dari LV ke aorta lalu diukur gradien
11. Catheter mengkanulasi ostium arteri koroner kanan (RCA),
12. Catheter kanulasi ke ostium arteri koroner kiri (LCA),
13. Aspirasi catheter lalu flush kemudian perawat siecor merekam pressure terakhir dan
EKG 6 lead
14. Catheter dicabut dengan quide wire ada di dalam dan di dalam dan di daerah sekitar
penusukan dibersihkan
15. Sheath di tarik setengah bagian masih di dalam arteri, kemudian letakkan nichiband
di daerah bekas penusukan sampai menekan arteri radialis kemudian difikasi
menggunakan plester yang tersedia, sheath ditarik seluruhnya sambil dianjurkan
pasien tarik nafas dalam
16. Alat-alat dibersihkan, dirapihkan dan dipisahkan alat dari benda tajam, infeksius dan
non infeksiuS
17. Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
18. Prosedur selesai
19. Petugas monitor mencatat jumlah cairan infus dan kontras
Editing