Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSIAPAN PASIEN DAN PERAWAT

Langkah-langkah persiapan pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi


jantung. Pasien yang akan menjalani kateterisasi jantung berhak mendapat informasi
mengenai tindakan yang akan dijalaninya, termasuk resiko yang ditimbulkan dan
kewajiban yang harus dilakukan sebelum tindakan dimulai. Seperti pada banyak
pemeriksaan medis lainnya, ada beberapa resiko yang dapat terjadi, tetapi masalah yang
serius jarang dijumpai, kebanyakan pasien tidak mempunyai masalah dan jika dokter dapat
merekomendasikan pemeriksaan ini berarti manfaat yang akan didapat jauh lebih
melampaui resiko yang mungkin terjadi. Masalah yang dapat terjadi adalah memar kecil
disekitar tempat penusukan abokat kateterisasi jantung yang biasanya hilang dalam
beberapa hari, benjolan di arteri tempat pemasukan atau iritasi serabut saraf sekitarnya
(dapat menyebabkan mati rasa atau kesemutan lokal yang bersifat sementara). Masalah
lain yang juga jarang di jumpai adalah reaksi alergi terhadap zat kontras. Masalah yang
lebih serius dapat terjadi pada pasien dengan resiko tinggi dan hal ini dapat didiskusikan
dengan dokter yang bersangkutan. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum pasien dilakukan
tindakan :
1. Dianjurkan pasien datang ke rumah sakit dan dirawat untuk satu malam berikutnya,
pasien akan diminta puasa (tidak boleh makan dan minum) sampai 4 jam sebelum
pemasangan kateterisasi jantung.
2. Pasien mendapatkan penjelasan dari perawat tentang tindakan yang akan dilakukan.
3. Melakukan pemeriksaan darah lengkap (terutama masa bekuan darah, fungsi ginjal
dan kadar gula darah), Elektrokardiogram (EKG), uji latih beban jantung (treadmild)
dan lakukan pemeriksaan foto thorak.
4. Pada bagian yang akan dilakukan kateterisasi seperti pada Arteri Brahialis pada
lipatan siku lengan kanan maupun kiri dibersihkan dan di cukur, semua perhiasan
akan dilepas kemudian mengenakan pakaian khusus, selama tindakan ini berjalan
keadaan pasien tetap sadar (Brunner & Suddarth,2011).
Tanggung jawab perawat terhadap tindakan kateterisasi jantung
Langkah-langkah observasi tindakan kateterisasi jantung :
1. Persiapan pasien untuk prosedur kateterisasi jantung.
Mempersiapkan pasien bahwa ia akan mengalami bermacam rasa selama
kateterisasi jantung. Dengan mengetahui apa yang dirasakan dapat membantu
pasien untuk menghadapi hal yang akan terjadi.
2. Menginstruksikan pasien untuk berpuasa selama 3-4 jam. Mempersiapkan pasien
sesuai dengan perkiraan lamanya prosedur, pasien akan berbaring dimeja kurang
lebih dua jam lamanya.
3. Dukungan pasien untuk mengekspresikan kecemasannya, berikan pendidikan dan
dukungan untuk mengurangi kecemasannya. Terapinya ialah berikan kondisi
nyaman, aman dan tenang, dan juga bisa berikan reflex mendengarkan musik
(Brunner & Suddarth, 2011).

Persiapan Pasien Pre Tindakan Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan
bahwa persiapan terencana yang dilakukanpada pasien sebelum dilakukan PCA adalah
persiapan fisik, administrasi dan mental.
a. Persiapan fisik
1. Puasa(makanan) kurang lebih 4-6 jam sebelum tindakan.
2. Bebaskan area penusukan(cukur rambut pada area tersebut).
3. Obat-obatan dilanjutkan sesuai instruksi dokter.
4. Hasil pemeriksaan penunjang dibawakan: laboratorium (Hb, CT, BT, Ureum,
Kreatinin, HbSAg, AIDS), test treadmill, X-ray, Echokardiogram, EKG lengkap.
5. Nilai tanda-tanda vitalsaat itu.
6. Test Allen (untuk kateterisasi melalui arteri radialis).
7. Cek sirkulasi darah perifer (arteri femoralis, poplitea, dorsalis pedis) untuk
kateterisasi melalaui arteri femoralis
b. Persiapan Administrasi
1. Surat ijin tindakan/inform concent.
2. Surat pernyataan pembayaran(keuangan).
c. Persiapan Mental Pemberian pendidikan kesehatan tentang prosedur kateterisasi
jantung(apa, bagaimana, tujuan, manfaat, komplikasi dan prosedur kerja).

B. TUJUAN KATHETERISASI

Tujuan kateterisasi jantung adalah untuk menetapkan apakah terdapat


ketidaknormalan pada arteri coroner. Ketidaknormalan yang akan di deteksi adalah
penyumbatan pada pembuluh darah lokasi maupun besarnya penyumbatan. Ini merupakan
prosedur investigative invasif jantung. Prosedur ini dilakukan di bawah pembiusan local,
baik dari pangkal paha maupun dari lengan (Soeharto, 2009) .

Kateterisasi jantung bertujuan untuk mendapat gambaran dan data objektif secara
pasti tentang perubahan anatomis dan fisiologis akibat berbagai kelainan pada jantung dan
pembuluh darah. Pasien dengan PJB termasuk pasien yang memerlukan kateterisasi
jantung. Dengan kateterisasi jantung dapat diketahui ada tidaknya kelainan jantung, jenis
kelainan jantung, derajat kelainan tersebut, cara pengobatan yang tepat, dan menilai hasil
pengobatan. Selain itu, kateterisasi jantung juga dapat digunakan untuk mengetahui
tekanan pada ruang-ruang di jantung, melihat bagaimana darah melewati jantung,
mengambil sampel darah, menginjeksikan zat kontras untuk melihat adanya hambatan
pada pembuluh darah, atau abnormalitas dari ruang jantung, serta melakukan koreksi pada
kelainan jantung tersebut (Parks, 2007).
Kateterisasi jantung digunakan untuk mengevaluasi atau mengkonfirmasi adanya
penyakit jantung (seperti penyakit arteri koroner, penyakit katup jantung atau penyakit
aorta), mengevaluasi fungsi otot jantung, menentukan kebutuhan terapi lebih lanjut
(seperti prosedur intervensi atau bedah bypass).Pada banyak rumah sakit, beberapa
intervensi atau terapi, prosedur untuk membuka arteri yang tertutup dilakukan setelah
kateterisasi jantung. Prosedur intervensi meliputi ballon angioplasty, brakiterapi,
aterektomi, rotoblation, cutting ballon, dan penempatan sten (Bryg, RJ, 2012).
INDIKASI
Berdasarkan data-data di atas, indikasi untuk tindakan kateterisasi jantung dapat
dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu:
1. Untuk menegakkan diagnosis, yaitu dengan menganalisis semua data hasil kateterisasi
sehingga diperoleh gambaran anatomi dan fisiologi secara pasti.
2. Untuk melakukan terapi, yaitu kateterisasi intervensi sebagai tindak lanjut dari
diagnosis yangdiperoleh.
Indikasi kateterisasi jantung secara umum menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe
(2001) dilakukan untuk beberapa kondisi yaitu:
a. Penyakit jantung koroner yang jelas/didiagnosis.
b. Sakit dada (angina pektoris) yang belum jelas penyebabnya.
c. Angina pektoris yang tidak stabil/bertambah.
d. Infark miokard yang tidak berespon dengan obat- obatan.
e. Gagal jantung kongestif.
f. Gambaran EKG abnormal
g. (injuri, iskemik, infark), usia 50 tahun ke atas, asimtomatik.
h. Treadmill test positif.
i. Evaluasi bypass koroner.
j. Abnormal irama (bradi/takhikardia).
k. Kelainan katub jantung.
l. Kelainan jantung bawaan.
m. Kelainan pembuluh perifer.

KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi dari kateterisasi jantung ini sangat bervariasi. Hal ini bergantung
pada kemajuan teknik, peralatan serta ketrampilan operator. Seiring berkembangnya
pengetahuan mengenai kateterisasi jantung, hampir dikatakan tidak ada lagi kontraindikasi
absolut, yang ada hanya kontraindikasi relatif. Hal-hal yang termasuk dalam kontraindikasi
relatif adalah:
1. Ventrikel iritabel yang tidak dapat dikontrol
2. Hipokalemia/intoksikasi digitalis yang tidak dapat dikoreksi
3. Hipertensi yang tidak dapat dikoreksi
4. Penyakit demam berulang
5. Gagal jantung dengan edema paru akut
6. Gangguan pembekuan: waktu protrombin > 18 detik
7. Gagal ginjal hebat/anuria
8. .Alergi bahan kontras
Sedangkan satu-satunya yang dianggap sebagai kontraindikasi absolut adalah apabila
pasien dan keluarganya menolak untuk dilakukan kateterisasi (Ontoseno, 1994).
Adapun kontra indikasi dalam pemeriksaan kateterisasi jantung menurut Rokhaeni,
Purnamasari & Rahayoe (2001) tidak ada yang mutlak, hanya bergantung pada kondisi saat
itu, yaituibu hamil dengan usia kehamilan kurang dari 3 bulan, infeksi, gagal jantung yang
tidak terkontrol dan alergi berat terhadap zat kontras (mungkin menjadi mutlak).

KOMPLIKASI
Berdasarkan Turkish Society of Cardiology (2007), komplikasi yang ditemukan dibagi
menjadi komplikasi mayor dan komplikasi minor.
a. Komplikasi mayor/utama
Komplikasi utama meliputi reoklusiakut, miokard infark baru, pendarahan hebat di
selangkangan kaki, tamponade jantung akibat pecah atau robeknya dinding arteri
koroner atau jantung ruang dan kematian.
b. Komplikasi minor
Komplikasi minor PCA antara lain oklusi cabang pembuluh koroner, ventrikel/atrium
aritmia,bradikardi, hipotensi, perdarahan, arteri trombus, emboli koroner. Komplikasi
minor lain adalah kehilangan darah yang parah dan membutuhkan transfusi, iskemia
pada ekstremitas tempat penusukan femoral sheath, penurunan fungsi 14 ginjal karena
media kontras, emboli sistemik dan hematoma di selangkangan, hematoma
retroperitoneal, pseudoaneurisma, fistula AV.
C. PERSIAPAN ALAT CATHETERISASI

Persiapan Alat
a. Alat Tenun Steril
3 baju operasi
2 duk lubang ukuran 67 x 67 cm
2 duk kecil ukuran 67 x 67 cm
1 stik laken
1 duk besar ukuran 180 cm x 234 cm\
b. Set Instrumen Steril
1 kom besar untuk tempat cairan ( 500 cc)
1 kom sedang untuk tempat kontras (250 cc)
1 kom kecil untuk tempat bethadine sol 10% (100 cc)
6 depper kecil
5 kassa steril
2 duk klem
1 arteri klem
1 scappel
1 klem kocher / desinfektan tool
1 bengkok
c. Bisturi nomor. 11
d. Bethadine solution 10% dan alkohol 70% untuk desinfektan
e. Cairan NaCl 0,9% : 1:5 (heparin 2500 unit dalam 500 NaCls)
f. Syringe 20 cc 2 buah, syringe 5 cc 1 buah, syringe 2,5 cc 1 buah, syringe 1 cc 1 buah
g. Extension tube panjang dan pendek masing massing 1 buah
h. Rotating adaptor (threeway pressure)
i. Introduser sheath radialis 5 fr / 6 fr
j. Kateter diagnostic optitorque 5 fr / sesuai kebutuhan
k. Guide wire terumo tip 0,35 / 180 cm
l. Glove steril
m. Jarum pungsi
n. Zat kontras sesuai kebutuhan
o. Lidocaine 2% 1 ampul
p. Heparin 5000 unit dalam syringe 5 cc (diencerkan dengan NaCl 0,9% menjadi 4 cc)
q. NTG 300 meq dalam syringe 1 cc (diencerkan menjadi 9 strip)
r. Trolley emergency

D. PELAKSANAAN CATHETERISASI JANTUNG

Macam Kateterisasi Jantung


Prosedur kateterisasi jantung prosedur tindakan kateterisasi jantung, adalah sebagai
berikut :

a. Penyadapan jantung kanan


Kateterisasi dimasukkan melalui arteri femoralis, arteri bracialis dan arteri radialis
secara perkutan dan dengan kontrol fluoroskopi kateter dapat didorong ke vena kava,
kemudian ke atrium kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonalis. Tekanan darah dan
saturasi tiap ruangan dapat diperiksa kateter dari atrium kanan dapat masuk ke
atrium kiri melalui voramen ovale atau bila ada defek septal atrial.Melalui kateter juga
dapat disuntikkan zat kontas yang sifatnya radio opaque untuk melihat kondisi ruang
di jantung kanan dan perubahan darah paru.
b. Penyadapan jantung kiri
Penyadapan jantung kiri, kateter dimasukkan ke dalam pembuluh arteri melalui arteri
femoralis, brakialis, dan radialis secara percutan.Pada penyadapan jantung kiri dapat
juga dilakukan pengukuran tekanan dan saturasi oksigen di aorta dan ventrikel
kiri.Kateter radiopaque dengan kontrol fluroskopi dapat didorong melalui katup
aorta.Melalui kateter dapat disuntikkan zat kontras radiopaque dan dilakukan
angiografi ventrikel kiri (left vventriculigraphy), untuk mengevaluasi fungsi ventrikel
kiri.Dalam keadaan normal 50% sampai 80% darah dalam ventrikel kiri dapat
dipompakan keluar, fraksi ejeksi (ejection fraction) antara 50% sampai 80%. Dari left
ventriculography dapat terlihat apakah terdapat aneurisma ventrikel kiri, trombus di
ventrikle kiri, yang biasanya terletak didaerah apeks, dan adanya insufisiensi mitral
dimana tampak aliran darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri pada masa sistol, juga
dapat melihat apakah ada defek septal ventrikel.
c. Arteriografi koroner
Pemeriksaan angiografi koroner digunakan untuk menentukan berat ringanya
stenosis dari pembuluh darah koroner.Kateter dimasukkan ke muara arteri koronaria
kanan dan kiri secara bergantian melalui aorta dan secara selektif disuntikkan zat
kontras secara simultan dilakukan pemotretan dengan alat cineangiogram sehingga
tervisualisasi sampai ke cabang-cabang terkecil.Untuk menghindari adanya
overlapping dan berat ringannya stenosis, maka dalam pengambilan gambar
dilakukan dari bererapa proyeksi. Adapun proyeksi yang sering dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Arteri koronaria kanan( Right Coronary Artery) proyeksi RAO (Right Anterior
Oblique), LAO (Left Anterior Oblique), dan frontal cranial
2. Arteri koronaria kiri (Left Coronary Artery) proyeksi LAO ( Left Anterior Oblique),
RAO (Right Anterior Oblique) dan Frontal Cranial.

Dengan anrteriografi koroner, lokasi, berat dan morfologi tempat penyempitan dapat
dianalisis dengan baik.Dan hasilnya penting untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan bedah pintas koroner (baypass), atau tindakan intervensi PCI
(Percutaneus Coronary Intervention) (Trisnohadi, 2006).

Prosedur Kerja
1. Pasien masuk ruang tindakan, rekam EKG 12 lead
2. Alat alat dipersiapkan diatas meja
3. Scrub nurse atau asisten dan dokter operator memakai apron lalu melakukan surgical
hand washing (cuci tangan steril), mengenakan jas operasi dan memakai glove steril
4. Melakukan desinfeksi di daerah inguinal kanan dan kiri dengan bethadine solution
10% dilanjutkan dengan alkohol 70%
5. Tutup bagian yang di desinfeksi dengan duk lubang, lalu tutup bagian badan pasien
dan seluruh tubuh pasien dengan alat dengan tenun steril (beritahu pasien agar
selama tindakan, tangan pasien tidak menyentuh area steril)
6. Flash / basahi semua alat kemudian di dekatkan ke pasien, lakukan zero point,
sambungkan extention tube dengan tansduser kemudian dibalance mesin monitor
7. Dokter melakukan anestesi lokal dengan Lidocaine 2% di daerah arteri radialis kanan
(RAR = Radialis Arteri Right)
8. Fungsi RAR sampai darah arteri memancar masukkan wire pendek kemudian jarum
puncture dilepas, lakukan insisi inchi dangkal (untuk memudahkan masuknya
sheath), massukkan sheath 6 fr (jangan lupa wire dibersihkan dahulu dengan kassa
basah untuk mencegah darah bekuan / fibrin terkumpul).
9. Wire pendek dicabut, sheath di aspirasi lalu di flash, masukkan heparin 2500 iu dan
NTG 200 300 meq, kemudian di flash / bilas
10. Masukkan catheter dengan quide wire didalamnya ke dalam sheath sampai ke
ventrikel kiri, petugas monitor mengambil tekanan LV Ao dengan catheter ditarik
dari LV ke aorta lalu diukur gradien
11. Catheter mengkanulasi ostium arteri koroner kanan (RCA),
12. Catheter kanulasi ke ostium arteri koroner kiri (LCA),
13. Aspirasi catheter lalu flush kemudian perawat siecor merekam pressure terakhir dan
EKG 6 lead
14. Catheter dicabut dengan quide wire ada di dalam dan di dalam dan di daerah sekitar
penusukan dibersihkan
15. Sheath di tarik setengah bagian masih di dalam arteri, kemudian letakkan nichiband
di daerah bekas penusukan sampai menekan arteri radialis kemudian difikasi
menggunakan plester yang tersedia, sheath ditarik seluruhnya sambil dianjurkan
pasien tarik nafas dalam
16. Alat-alat dibersihkan, dirapihkan dan dipisahkan alat dari benda tajam, infeksius dan
non infeksiuS
17. Pasien dipindahkan ke ruang pemulihan
18. Prosedur selesai
19. Petugas monitor mencatat jumlah cairan infus dan kontras

Teknik Memasukkan Kateter


Teknik Memasukkan Kateter Rokhaeni, Purnamasari dan Rahayoe (2001) menyebutkan
bahwa teknik memasukkan kateter PCA ada 2 cara yaitu :
a. Perkutan atau percutaneous, seperti teknik memasang infus.
b. Cutdown atau vena seksi, yaitu membuat sayatan pada otot dan mencari pembuluh
darah kemudian melokalisasinya dan membuat tusukan pada pembuluh darah tersebut
untuk memasukkan kateter.
Teknik yang sering digunakan adalah cara perkutan karena komplikasi dari teknik ini
sangat kecil dan mudah untuk mengerjakannya.

E. GAMBARAN DARI HASIL CATHERISASI JANTUNG


Dokter akan mengambil gambar- gambar yang direkam di video-tape untuk mencatat
anatomi koroner. hasil katerisasi itu akan memberikan informasi bentuk paling baik tindak
lanjut perawatan bagi pasien,apakah perlu dilakukan pelebaran dengan balon (PTCA),
operasi pintas koroner (CABG) ataukah cukup diberi obat-obatan saja (Imam soeharto,
2004)

F. PERAWATAN PASIEN POST CATHERISASI JANTUNG


Perawatan Pasien Pasca Tindakan Perawatan pasien pasca tindakan angiografi koroner
menurut Rokhaeni, Purnamasari & Rahayoe(2001) adalah
a. Observasi keluhan pasien
b. Observasi tanda-tanda vital setiap 15 menit selama 1 jam dan 30 menit selama 2
jam sampai stabil.
c. Observasi perdarahan dengan melakukan tindakan:
1) Mengevaluasi area bekas tusukan femoral sheath
2) Gunakan penekanan dengan bantal pasir.
3) Immobilisasi ekstremitas pada daerah tusukan selama 8-12 jam post tindakan.
4) Libatkan keluarga/pasienuntuk mengamati daerah tusukan, mungkin terjadi
perdarahan.
d. Observasi tanda-tanda dan efek samping zat kontras yaitu
1) Observasi tanda-tanda alergi kontras seperti gatal-gatal, menggigil, mual dan
muntah.
2) Observasi tanda hipotensidan perubahan tanda vital.
3) Pemberian cairan/volume peroral/parenteral.
4) Ukur cairan yang masuk dan keluar.
e. Observasi tanda-tanda infeksi meliputi:
1) Observasi daerah luka dari sesuatu yang tidak aseptik/septik.
2) Selalu menjaga kesterilan area penusukan.
3) Observasi adanya perubahan warna, suhu pada luka tusukan.
f. Observasi tanda-tanda gangguan sirkulasi ke perifer.
1) Palpasi arteri poplitea, dorsalis pedis, pada sisi arteri yang kita lakukan
penusukan seiap 15 menit (1 jam), 30 menit (2 jam) antara kanan dan kiri
dibandingkan.
2) Bila terjadi gangguan (nadi lemah/tak teraba), beritahu dokter biasanya
diberikan obat antikoagulan bolus atau bisa dilanjutkan dengan pemberian terus
menerus (kontinyu).
3) Observasi kehangatan daerah ekstremitas kanan dan kiri kemudian
dibandingkan.
MEKANISME DAN RANCANGAN

Pengumpulan anggota kelompok

Berdiskusi tentang alur pembuatan film

Pembagian tugas pembuatan video

Menuju lokasi pembuatan film

Melakukan shooting film


s

Editing

Anda mungkin juga menyukai