Anda di halaman 1dari 9

62 Media Bina Ilmiah ISSN No.

1978-3787

b. Saran Pembangunan Pariwisata


Bercermin dari simpulan di atas, maka Berkelanjutan, Program Magister
sarannya sebagai berikut: Kepariwisataan (hand out). Denpasar
1. Tenaga kerja pariwisata kita harus Universitas Udayana.
mengantongi sertifikat uji kompetensi yang
Guy Standing. 1999. Global Labour Flexibility.
berkualitas berstandar ASEAN, untuk
mengantisipasi masuknya naker Filipina yang Harris, Rob. Et al. (2002). Sustainable Tourism A
berjumlah ratusan ribu itu. Global Perspective. Oxford. Ltd.
2. Dengan mengantongi selembar sertifikat uji Khakim Abdul. 2004. Hukum Ketenagakerjaan
kompetensi dari Lembaga Sertifikasi Profesi Indonesia Berdasarkan Undang-
Pariwisata, dapat dijadikan bukti autentik Undang No. 13 Tahun 2013. Bandung
(Syah) sebagai naker yang sudah memiliki : PT. Citra Aditya Bhakti.
kemampuan memadai menguasi knowledge
(pengetahuan) dan skill (ketrampilan) di Kusmayadi Sugiarto, Endar. 2000. Methodology
bidangnya yang berstandar ASEAN. dalam Bidang Kepariwisataan.Jakarta
3. Oleh karena itu para naker pribumi yang PT Gramedia Pustaka Utama.
belum mengantongi sertifikat uji kompetensi Leiper, Neil. 2004. Tourism Management.
pariwisata dari LSP Pariwisata Indonesia, Australia National Library of
mesti buruan memperolehnya supaya tidak Australia Catalogin in Publication
kehabisan kursi di negeri sendiri, lalu jadi Data.
penonton di negeri sendiri. Ayo bangkit,
bangkit, bangkit! Mascardo, Gianna. 2003. Interpretation and
Sustainable Tourism: Function
Examples and Principles (Journal of
DAFTAR PUSTAKA Tourism Studies, Vol 14. No. 1 May
2003).
Agusmidah. 2011. Dilematika Hukum Scheyvens, Regina. 2004. Tourism For
Ketenagakerjaan Tinjauan Politik. Development Empowering
Medan Penerbit PT. Sofmedia. Comunities, Harlow, England. Person
Ardika I Wayan. (2003). Pariwisata Budaya Education.
Berkelanjutan, Denpasar : Program Sjahputra, Tungga Imam. 2009. Pokok-pokok
Studi Magister Kajian Pariwisata. Hukum Ketenagakerjaan.
Bahder Ohan Nasution. 2004. Hukum Jakarta:Harvarindo.
Ketenagakerjaan Kebebasan Suryawan, A.A. 2008. Manajemen Pembangunan
Berserikat Bagi Pekerja. Bandung Pariwisata Berkelanjutan, Program
Penerbit Bandar Maju. Magister Kajian Pariwisata (handout)
Black, J and Conroy, M. 1997. Accessibility Denpasar. Universitas Udayana.
Measures and The Social Evaluation Wiratraman; R. Herlambang. 2006. Hak Buruh,
of Urban Structure Enviroment and Revisi UU 13/2006 dan Imperialisme
Planning A. 9. PP 1013-1031 Global. Surabaya Post, 1 Mei 2006
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. diakses 10 Maret 2007.
Jakarta : Prenada Media Group.
Erawan, I. Nyoman. 2008. Manajemen

_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah63

TRANSFORMASI GENETIK DENGAN Agrobacterium rhizogenes


PADA EKSPLAN AKAR TOMAT (Lycopersicum esculentum, Mill)
UNTUK INDUKSI PEMBENTUKAN AKAR RAMBUT

Oleh :

Novita Hidayatun Nufus, Wahyu Widoretno, Arifin Noor Sugiharto


Dosen pada Universitas 45 Mataram

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan transformasi genetik dengan
A.rhizogenes dalam menginduksi akar rambut eksplan tomat, mengetahui pengaruh lama waktu inokulasi
serta OD bakteri terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar rambut, mengetahui pertumbuhan akar
rambut hasil transformasi di dalam media seleksi kanamisin, mengetahui integrasi T-DNA A.rhizogenes
di dalam DNA akar transforman melalui deteksi dengan teknik PCR. Penelitian dirancang menggunakan
Rancangan Acak Lengkap factorial dengan 2 faktor yaitu kerapatan bakteri (yang ditunjukkan dengan
nilai Optical Density/OD) dan lama inokulasi. Eksplan akar diinfeksi dengan A. rhizogenes (OD 0.5, OD
1.0 dan) masing-masing selama 15 menit, 30 menit 45 menit dan 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa transformasi dengan A. rhizogenes dapat menginduksi akar rambut dari eksplan akar kecambah
tomat. Persentase eksplan yang membentuk akar rambut, total jumlah akar yang terbentuk dan total berat
basah akar dipengaruhi oleh OD bakteri A.rhizogenes tetapi tidak dipengaruhi oleh lama inokulasi.
Walaupun lama inokulasi secara independen tidak berpengaruh, terdapat interaksi antara penggunaan
lama inokulasi dengan OD bakteri terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar rambut eksplan tomat.
Penggunaan OD tinggi (OD 1) dengan lama inokulasi yang singkat (15 menit) memberikan hasil terbaik
yaitu 82% yang menghasilkan 33 akar dengan berat total 316mg. Ekplan yang ditransformasi mampu
tumbuh dan menghasilkan akar pada medium selektif kanamisin yang mengindikasikan bahwa akar
rambut yang terbentuk pada eksplan tertransformasi ialah akar rambut transforman. Sebaliknya, hampir
seluruh eksplan kontrol tidak dapat tumbuh dan mati di dalam medium selektif kanamisin. Hasil analisis
PCR tidak menunjukkan adanya pembentukan pita DNA pada seluruh sampel DNA transforman dan
DNA plasmid A.rhizogenes. Ketidakcocokan antara primer dan DNA target yang kemungkinan besar
disebabkan oleh mutasi pada sekuen DNA di daerah penempelan primer (primer binding site)
A.rhizogenes menyebabkan primer gagal mengenali dan mengamplifikasi segmen target T-DNA yang
telah terintegrasi di dalam DNA akar rambut tomat.
Kata kunci: Lycopersicum esculentum, Agrobacterium rhizogenes, akar rambut, lama inokulasi,
densitas bakteri

PENDAHULUAN
Tanaman tomat(Lycopersicum esculentum, (Tugiyono, 2006) sehingga produksi likopen dalam
Mill) adalah salah satu tanaman yang dikenal luas jumlah besar perlu untuk dilakukan.
penggunaannya sebagai bahan makanan yang Produksi likopen dalam skala besar dapat
banyak mengandung zat gizi tinggi bagi kesehatan. dilakukan dengan dari kultur akar rambut tomat
Selain kaya akan vitamin, mineral dan serat, tomat melalui transformasi genetik menggunakan
juga mengandung berbagai jenis senyawa anti- Agrobacterium rhizogenes. Akar rambut terbentuk
oksidan yang bermanfaat bagi manusia. Anti- sebagai hasil transformasi genetik A.rhizogenes ke
oksidan yang diproduksi tomat merupakan produk dalam genom tanaman. A. rhizogenes memiliki
dari metabolisme sekunder yang dilakukannya plasmid yang disebut dengan root inducing
(Dalimartha, 1999; Tugiyono, 2006; Andayani et plasmid (Ri-plasmid), dengan daerah DNA yang
al, 2008). Salah satu metabolit sekunder yang dapat ditransfer, disebut sebagai T-DNA (White
diproduksi oleh tanaman tomat adalah likopen. dan Nester, 1980., Ambros, et al, 1986., Akasaka
Likopen memiliki potensi yang tinggi sebagai anti et al, 1997., Doran, 2002., Zhang et al, 2007).
kanker karena kemampuannya dalam menghambat Integrasi T-DNA yang dilanjutkan dengan ekspresi
radikal bebas berbahaya bagi tubuh manusia gen-gen pada T-DNA dapat menginduksi

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
64 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

proliferasi multibranchial di tempat akar yang Setelah 24 jam eksplan dicuci dengan antibiotik
terinfeksi sehingga disebut dengan akar rambut cefotaxime 500 ppm selama 10 menit dan dikultur
(Rahimi et al, 2008). pada medium MS padat tanpa ZPT yang telah
Tahap awal yang sangat menentukan dicampur cefotaxim 500 ppm (Negara, 2009).
keberhasilan transformasi dengan A.rhizogenes Inkubasi eksplan pada medium eliminasi
ialah inokulasi. Beberapa faktor dalam inokulasi dilakukan selama 10 hari untuk mematikan A.
yang dapat dimanipulasi untuk optimalisasi rhizogenes. Eksplan dari setiap kombinasi
terjadinya transformasi ialah kepadatan bakteri perlakuan OD dan lama inokulasi dikultur
yang ditunjukkan dengan nilai optical density sebanyak 5 eksplan pada tiap botol dan diulang
(OD) dan lama waktu inokulasi yang digunakan. sebanyak 3 kali. Kemudian eksplan dipindah ke
Optimalisasi kedua faktor tersebut dapat medium MS+kanamisin 100 ppm selama 30 hari,
meningkatkan kontak yang kemudian memicu setelah 30 hari dilakukan pengukuran presentase
perlekatan bakteri pada dinding sel tanaman, jumlah eksplan yang hidup, jumlah akar yang
sehingga mampu meningkatkan keberhasilan terbentuk dan berat basah akar.
transormasi tomat dengan A.rhizogenes. Dengan Deteksi integrasi T-DNA dengan teknik PCR
demikian penentuan kombinasi lama waktu dilakukan menggunakan 4 macam primer yang
inokulasi dan kerapatan bakteri yang terbaik bagi masing-masing didesain untuk sekuen pada gen
eksplan akar tanaman tomat diperlukan sehingga rolB, sekuen pada TR-DNA, serta sekuen pada TL-
diharapkan proses transformasi dapat berlangsung DNA. Sebagai kontrol positif digunakan DNA
dengan optimal. plasmid A. rhizogenes ATCC-15834 dan sebagai
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontrol negatif digunakan DNA akar kecambah
keberhasilan transformasi genetik dengan tomat in vitro. Isolasi DNA akar dilakukan dengan
A.rhizogenes dalam menginduksi pembentukan menggunakan metode CTAB, sedangkan isolasi
akar rambut pada eksplan akar tomat.Mengetahui DNA plasmid A. rhizogenes ATCC-15834
pengaruh lama waktu inokulasi serta OD bakteri dilakukan dengan menggunakan metode
terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar minipreparation. Proses PCR dilakukan
rambut eksplan akar tomat.Mengetahui menggunakan kombinasi dari 3 jenis PCR mix
kemampuan pertumbuhan akar rambut eksplan (taq green polymerase, Intron, dan Fastart-
tomat hasil transformasi dengan A.rhizogenes di ROCHE), variasi beberapa komposisi PCR dan
dalam media selektif kanamisin.Mengetahui berbagai suhu reaksi. Hasil PCR difraksinasi
adanya integrasi T-DNA A.rhizogenes di dalam dengan elektroforesis gel agarose 1% kemudian
DNA akar rambut transforman melalui deteksi visualisasi dengan sinar UV.
dengan teknik PCR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENELITIAN
Respon awal eksplan yang telah
Eksplan yang digunakan dalam penelitian ini ditransformasi memperlihatkan adanya
adalah akar yang berasal dari kecambah tomat pembengkakan yang terjadi pada daerah bekas
umur 10 hari. Kecambah tersebut dipotong bagian perlukaan tempat berlangsungnya inokulasi.
akar dan hipokotilnya masing-masing dengan Pembengkakan diamati terjadi rata-rata 2 hari
ukuran 1 cm, kemudian eksplan ditusuk-tusuk setelah inokulasi dilakukan. Pembengkakan
dengan lanset steril sebelum diinfeksi dengan A. tersebut merupakan respon sel tanaman terhadap
rhizogenes. Induksi pembentukan akar rambut integrasi T-DNA A.rhizogenes di dalam DNA
dilakukan dengan cara merendam potongan tanaman. T-DNA memuat gen-gen penyandi
eksplan hipokotil dan akar ke dalam suspensi protein tertentu yang berperan dalam proses
bakteri dengan perlakuan OD 0, 0.5 dan 1.0, biosintesis zat pengatur tumbuh yaitu auksin dan
kemudian eksplan dan suspensi bakteri tersebut sitokinin di dalam sel tanaman. Ekspresi dari gen-
masing-masing dishaker pada kecepatan 100rpm gen tersebut mempengaruhi produksi hormon
dengan perlakuan lama inokulasi 15 menit, 30 endogen di dalam sel tanaman yang kemudian
menit, 45 menit dan 60 menit. menyebabkan terjadinya pembengkakan
Eksplan yang telah diinfeksi dalam suspensi (pembentukan kalus) pada jaringan eksplan akar
bakteri OD 0, 0.5 dan 1.0 selama 15 menit, 30 tomat (Gelvin, 2003). Berbeda dengan eksplan
menit, 45 menit dan 60 menit diletakkan di atas tertransformasi, pengamatan yang dilakukan pada
kertas saring steril, selanjutnya dilakukan ko- eksplan yang tidak diinokulasi dengan
kultivasi dengan cara memindahkan masing- A.rhizogenes (selanjutnya disebut eksplan kontrol)
masing eksplan tersebut ke dalam medium MS tidak menunjukkan adanya pembengkakan pada
tanpa ZPT selama 24 jam dalam kondisi gelap. permukaan eksplan.
_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah65

Pembengkakan pada daerah perlukaan eksplan menyatakan bahwa akar rambut dikarakterisasikan
yang tertransformasi merupakan tahapan inisiasi dengan tingkat percabangan yang tinggi,
awal terbentuknya akar rambut (Mathius et al, kelimpahan rambut akar dan bersifat plagiotropik.
2004). Pengamatan yang dilakukan pada eksplan Sebaliknya, eksplan kontrol tidak menunjukkan
tertransformasi menunjukkan bahwa akar rambut karakter-karakter tersebut, yang menandakan
terbentuk pada daerah pembengkakan bekas bahwa akar yang terbentuk pada eksplan kontrol
perlukaan eksplan. Terbentuknya akar rambut rata- terjadi sebagai akibat aktivitas pertumbuhan
rata terjadi pada hari ke-3 setelah berada dalam jaringan eksplan yang pada dasarnya berasal dari
media eliminasi bakteri yaitu 5 hari setelah akar.
inokulasi dilakukan. Pada hari ke-7 sampai hari Setelah 30 hari berada dalam media selektif,
ke-10 setelah inokulasi dilakukan, sebagian besar tiap-tiap eksplan menunjukkan respon yang
eksplan telah membentuk akar. Hasil pengamatan berbeda-beda. Pengamatan yang dilakukan pada
pada eksplan kontrol menunjukkan bahwa eksplan yang diinokulasikan dengan A.rhizogenes
terbentuknya akar terjadi dalam waktu yang relatif memperlihatkan akar-akar yang tumbuh pada saat
lebih cepat dibanding dengan eksplan berada dalam media selektif ada yang mati dan ada
tertransformasi. Secara umum, akar terbentuk 3 pula yang dapat bertahan hidup. Pada hari ke-20
hari setelah inokulasi. setelah berada dalam media seleksi, akar-akar baru
Penundaan waktu inisiasi akar pada eksplan mulai tumbuh di permukaan eksplan. Hasil yang
terinokulasi kemungkinan besar disebabkan karena berbeda ditunjukkan oleh eksplan kontrol dimana
transformasi yang terjadi pada sel tanaman hampir seluruh akar yang tumbuh di dalam media
memiliki implikasi terhadap jaringan tanaman, eliminasi mati dan tercatat tidak ada akar-akar baru
baik yang mengalami transformasi (jaringan yang tumbuh setelah berada di dalam media
transforman) maupun yang tidak (jaringan non eliminasi. Hasil serupa didapatkan oleh Koronfel
transforman). Pertumbuhan jaringan transforman (1998) yang menyebutkan bahwa pertumbuhan
biasanya kalah oleh pertumbuhan jaringan non akar-akar non transforman dalam media yang
transforman. Hal ini disebabkan karena jaringan mengandung 10 ppm kanamisin terhambat,
transforman mengandung gen sisipan yang kemudian mati dalam jangka waktu 7 hari.
mengganggu proses metabolisme tanaman. Pertumbuhan akar rambut dari eksplan yang
Terganggunya proses metabolisme pada jaringan ditransformasi dalam media seleksi merupakan
transforman selanjutnya menyebabkan hasil ekspresi gen resistensi kanamisin pada T-
terganggunya proses pembelahan sel, sehingga DNA yang telah terintegrasi ke dalam DNA akar
pertumbuhannya menjadi lebih lambat, yang rambut tomat. Hasil ini juga diperkuat oleh
berakibat pada tertundanya proses pembentukan pernyataan White dan Nester (1986) bahwa
akar pada eksplan tertransformasi. Selain itu, Agrobacterium rhizogenes galur ATCC 15834
seperti yang dikemukakan oleh Akasaka et al memiliki gen penanda resistensi terhadap
(1998) yang menyebutkan bahwa penundaan antibiotik kanamisin pada T-DNA plasmidnya,
inisiasi akar pada eksplan terinokulasi disebabkan yaitu pada plasmid pRi 15834c. Kanamisin ialah
oleh substansi-substansi kimia yang disekresikan antibiotik yang dapat berikatan pada sub unit 30S
oleh bakteri. dalam ribosom sehingga mencegah inisiasi
Selain perbedaan waktu inisiasi akar, translasi yang mengakibatkan kegagalan sintesis
morfologi akar yang terbentuk pada eksplan yang protein (Koronfel, 1998). Gen resistensi terhadap
ditransformasi dengan eksplan kontrol kanamisin (yang terdapat pada T-DNA) mengkode
menunjukkan adanya perbedaan. Akar yang aminoglycoside phospotransferase yang
terbentuk pada eksplan tertransformasi umumnya memfosforilasi kanamisin (Karcher, 1995).
relatif lebih tipis, percabangan yang relatif sangat Keberadaan gen penyandi resistensi terhadap
banyak, serta memiliki banyak rambut akar kanamisin berperan dalam seleksi akar hasil
sehingga tampak halus seperti rambut. Sebaliknya, transformasi. Akar hasil transformasi yang telah
akar yang terbentuk pada eksplan kontrol tampak terintegrasi oleh T-DNA bakteri dapat hidup dan
relatif lebih tebal, tumbuh lurus ke bawah, dan tumbuh dalam media selektif yang mengandung
kelihatan kaku, serta memiliki rambut akar relatif kanamisin.
lebih sedikit dibanding dengan eksplan
terinokulasi.
Akar yang terbentuk pada eksplan
tertransformasi memiliki karakteristik akar rambut
transforman seperti yang disebutkan oleh Giri dan
Narasu (2000), serta Rahimi et al (2008) yang

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
66 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

35
30 c
c c
25 b

Total jumlah akar


c b

yang terbentuk
20 b
b
15
10
5 aa
0 a
a
0 0.5 1
Kepadatan bakteri (OD)

350
c
c

Total berat basah akar


300 c
c
Gambar 1. Perkembangan dan pembentukan akar 250 b b
pada eksplan masing-masing perlakuan 200 b b

(mg)
setelah 28 hari berada di dalam media 150
seleksi 100
Keterangan: a) OD = 0, 15 menit; b) OD = 0, t = 50
aaa
60 menit; c) OD = 0.5, t=15 menit; d) OD = 0.5, 0 a
t=30 menit; f) OD = 0.5, t=60 menit; g) OD = 1, 0 0.5 1
t=15 menit; h) OD = 1, t=45 menit Kepadatan bakteri (OD)

Hasil analisis statistik terhadap pengaruh Gambar 2 Pengaruh kepadatan bakteri (OD) dan
lama inokulasi dan OD bakteri terhadap persentase lama inokulasi A.rhizogenes pada
transformasi, jumlah seluruh akar pada masing- pembentukan dan pertumbuhan akar
masing perlakuan, serta berat basah akar pada yang selama 30 hari pada medium selektif
dihasilkan menunjukkan bahwa terdapat interaksi kanamisin. a)persentase pembentukan
antara perlakuan peningkatan OD dengan lama akar, b) total akar yang terbentuk, c)
inokulasi yang digunakan. Walaupun lama total berat basah akar. Rataan yang
inokulasi sebagai secara independen tidak diikuti dengan huruf yang sama
berpengaruh terhadap persentase pembentukan menunjukkan tidak berbeda nyata
akar, jumlah akar, serta berat basah akar yang berdasaran uji BNT dengan selang
dihasilkan eksplan tomat, interaksi antara lama kepercayaan 95%
inokulasi dan kepadatan bakteri berpengaruh Persentase transformasi, yang ditunjukkan
secara nyata terhadap peningkatan nilai dari ketiga dengan persentase jumlah eksplan yang
parameter tersebut. Penggunaan OD tinggi dengan membentuk akar, secara signifikan meningkat
lama inokulasi yang singkat dan penggunaan OD selaras dengan peningkatan OD yang digunakan.
rendah dengan lama inokulasi yang relatif lama Interaksi yang signifikan di antara perlakuan
dapat meningkatkan persentase pembentukan akar, dengan lama inokulasi dengan peningkatan OD
jumlah akar, serta berat basah akar secara yang digunakan menghasilkan kombinasi
signifikan. perlakuan yang mengoptimalkan pembentukan
akar pada eksplan tomat. Interaksi ini
100
menghasilkan persentase transformasi tertinggi
Persentase pembentukan

80 c pada kombinasi perlakuan OD 1 dengan inokulasi


c c
b selama 15 menit yaitu 82.2%
60 Perhitungan dan pengamatan terhadap jumlah
akar (%)

b b
akar yang dihasilkan oleh ekplan tomat
40
menunjukkan bahwa OD bakteri yang digunakan
20 berpengaruh secara signifikan terhadap
a 5.557 peningkatan jumlah akar yang dihasilkan. Dari
0 grafik di atas, tampak jelas peningkatan jumlah
0 0.5 1
Kepadatan bakteri (OD)
total akar yang terbentuk pada OD 0, 0.5, dan 1.
Interaksi antara OD dan lama inokulasi
memberikan pola yang khas, dimana penggunaan
OD tinggi dengan lama inoklasi singkat serta OD
_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah67

rendah dengan inokulasi yang lebih lama mampu Peningkatan persentase pembentukan akar,
memaksimalkan jumlah akar yang terbentuk pada jumlah seluruh akar, dan berat basah yang
eksplan tomat. Interaksi antara lama inokulasi dan dihasilkan tiap eksplan yang ditransformasi dengan
OD menghasilkan jumlah akar tertinggi pada OD 1 A. rhizogenes merupakan akibat dari ekspresi
dengan lama inokulasi 15 menit yaitu sebanyak onkogen dari T-DNA A.rhizogenes. Onkogen yang
31.33 akar. Sedangkan penggunaan OD 0.5 dengan termuat pada TL-DNA yaitu root locus (rol) gen,
lama inokulasi singkat (13-30 menit) menghasilkan berperan penting pada proses pembentukan akar
jumlah akar paling sedikit, yaitu berturut-turut rambut tanaman. Ekspresi gen-gen ini baik secara
17.33 dan 18.33. independen maupun sinergis mampu menginduksi
Peningkatan total berat basah akar pembentukan akar rambut pada tanaman tomat.
menunjukkan pola yang serupa dengan kedua Sebagai contoh integrasi dan ekspresi gen rolB
parameter sebelumnya. Berdasarkan pola mampu mempengaruhi pertumbuhan instrinsik
peningkatan berat basah yang tergambar pada sehingga akar rambut tomat dapat tumbuh di dalam
grafik serta hasil perhitungan didapatkan nilai total medium tanpa penambahan zpt.
berat basah tertinggi yang dihasilkan pada Selain TL-DNA, TR-DNA juga memiliki juga
penggunaan OD 1 dengan lama inokulasi 15 menit berperan pada pembentukan akar rambut pada
yaitu 316 mg. Total berat basah akar terendah eksplan tomat. TR-DNA yang terintegrasi ke
diberikan oleh perlakuan dengan OD rendah (0.5) dalam genom tanaman memuat gen-gen yang
dengan lama inokulasi singkat (15menit), dimana homolog terhadap iaam dan iaah pada
berat basah akar yang dihasilkan ialah 214mg. A.tumifaciens. Gen iaam mengkode tryptophan
Berdasarkan hasil pengamatan dan uji statistik, monooxygenase yang mengubah triptofan menjadi
diketahui bahwa kepadatan bakteri (OD) yang indol asetamide, sedangkan iaah mengkode indole
digunakan memegang peranan penting di dalam asetamide hydrolase yang mampu mengubah
proses transformasi dan produksi akar transforman indole asetamide menjadi indole asetic acid (IAA).
dari tanaman tomat. Konsentrasi bakteri yang Kedua gen yang homolog terhadap iaam dan iaah
terlalu rendah berakibat pada rendahnya tersebut adalah aux1 dan aux2 pada A.rhizogenes
kemampuan bakteri untuk menginokulasi jaringan (Hashem, 2009). Ekspresi kedua gen tersebut
tanaman, sedang konsentrasi terlalu tinggi juga bersama dengan gen-gen rol menyebabkan
dapat menyebabkan rusaknya sel-sel tanaman terjadinya perubahan level hormone endogen
karena kondisi hipertonis larutan yang pada tanaman. Perubahan level hormon endogen ini
akhirnya berakibat pada rendahnya persentase kemudian memicu perimbangan baru dalam
transformasi. Pada penelitian ini, perlakuan dengan tanaman yang pada akhirnya akan menginisiasi
kombinasi penggunaan OD rendah (0.5) dengan pembentukan akar rambut pada eksplan tomat.
lama inokulasi yang singkat (15-30menit) Integrasi T-DNA ke dalam genom tanaman
mengakibatkan perlekatan bakteri yang terjadi tomat tidak hanya mempengaruhi produksi
relatif lebih rendah dibanding dengan OD tinggi fitohormon endogen (auksin dan sitokinin) dalam
(1), yang ditunjukkan dari frekuensi transformasi tanaman. Ekspresi gen-gen pada onkogen, dalam
yang terjadi lebih rendah dibanding dengan OD 1. hal ini root loci (rol gen) pada TL-DNA, juga
Kesimpulan yang diperoleh tersebut diperkuat membuat tanaman lebih peka terhadap perubahan
oleh pernyataan Manan et al (2009) serta level fitohormon endogen tersebut. Ekspresi gen-
Sivanesan dan Jeong (2009). Menurut Manan et al gen ini berperan pada peningkatan sensitivitas
(2009), kepadatan bakteri dalam suspensi yang auksin dan penurunan sensitivitas tanaman
digunakan mempengaruhi jumlah sel bakteri di terhadap sitokinin.
dalam tanaman, yang merupakan faktor penting Deteksi integrasi T-DNA A. rhizogeneske
keberhasilan transformasi dengan Agrobacterium. dalam genom tanaman dapat diketahui dengan
Jumlah bakteri yang berlebihan di dalam sel mengaplikasikan beberapa teknik biologi
tanaman dapat membuat tanaman menjadi stress molekuler, salah satunya adalah deteksi integrasi
sehingga mempengaruhi potensi regenerasinya. T-DNA dengan teknik PCR (Polymerase Chain
Sivanesan dan Jeong (2009) juga menyatakan Reaction). Teknik PCR diaplikasikan dengan
bahwa pertumbuhan bakteri yang terlalu tinggi di menggunakan 3 primer spesifik yang masing-
dalam sel tanaman dapat menurunkan masing mengamplifikasi segmen pada gen rolB (2
pembentukan akar dan menyebabkan kerusakan macam primer) dan segmen pada TR-DNA.
(browning) pada jaringan tanaman. Sebaliknya, Sebelum PCR, dilakukan pengujian pada hasil
jumlah sel bakteri yang sedikit dapat mengurangi isolasi DNA tanaman dan DNA plasmid
potensi transformasi tanaman. A.rhizogenes. Hasil uji kualitatif dan kuantitatif

_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
68 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

DNA masing-masing sampel ditampilkan pada


gambar dan tabel berikut:
Tabel 1. Analisis kuantitatif sampel DNA bakteri,
DNA akar kontrol, dan DNA akar
transforman dari masing-masing
perlakuan

Gambar 4 Hasil elektroforesis DNA plasmid


A.rhizogenes ATCC 15834
Keterangan:
M)marka DNA ladder 1 kb, 1) DNA plasmid
bakteri (volume suspensi 1.5ml), 2)DNA plasmid
bakteri (volume suspensi 2x1.5ml)
Analisis PCR yang kemudian dilanjutkan
dengan elektroforesis pada sampel DNA akar
rambut hasil transformasi dengan A.rhizogenes,
DNA akar kontrol, serta DNA plasmid
A.rhizogenes dengan 3 primer yang digunakan
tidak menunjukkan terbentuknya amplikon yang
Gambar 3. Visualisasi hasil elektroforesis DNA
ditandai dengan tidak terlihatnya pita DNA pada
total pada masing-masing sampel.
seluruh sampel DNA yang digunakan.
Keterangan:
1)DNA akar kontrol, 2) DNA akar hasil perlakuan
0.5-15, 3) DNA akar hasil perlakuan 0.5-30, 3)
DNA akar hasil perlakuan 0.5-45, 4) DNA akar
hasil perlakuan 0.5-60, 5) DNA akar hasil
perlakuan 1-15, 6) DNA akar hasil perlakuan 1-30,
7) DNA akar hasil perlakuan 1-30, 8) DNA akar
hasil perlakuan 1-45, 9) DNA akar hasil perlakuan
1-60, 10) DNA bakteri (volume suspensi 1.5ml),
11)DNA bakteri (volume suspensi 2x1.5ml)
Berdasarkan hasil spektrofotometri dan
elektroforesis DNA total diketahui bahwa
konsentrasi, kemurnian, dan profil DNA hasil
isolasi dari masing-masing sampel rata-rata relatif
baik. Selain itu, gambar 5.2.2 juga menunjukkan
bahwa DNA bakteri yang terisolasi merupakan
DNA total (whole genome), bukan DNA plasmid
yang ditandai dengan pita DNA yang terbentuk
berada pada bagian atas dan tidak adanya Gambar 5 Hasil elektroforesis proses PCR dengan
fraksinasi seperti layaknya profil DNA plasmid plasmid rolB: M) Marka 1 kb DNA
pada umumnya. Untuk itu, dilakukan isolasi ulang ladder, 1)DNA akar kontrol, 2) DNA
DNA plasmid bakteri. Hasil isolasi plasmid bakteri plasmid bakteri, 3)DNA akar hasil
A.rhizogenes (gambar 5.3.3) menunjukkan adanya perlakuan 0.5-15, 4)DNA akar hasil
fraksinasi DNA dari berat molekul besar ke DNA perlakuan 0.5-45, 5)DNA akar hasil
dengan berat molekul yang lebih kecil, yang perlakuan 0.5-60, 6)DNA akar hasil
merupakan salah satu ciri profil DNA plasmid. perlakuan 1-15, 7)DNA akar hasil
perlakuan 1-30
_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah69

Hasil PCR sampel DNA akar tanaman dari akan digunakan guna mengetahui sekuen DNA
seluruh perlakuan dan sampel DNA plasmid yang tepat sebagai dasar untuk menesain primer
bakteri menggunakan primer yang yang sesuai.
mengamplifikasi TL-DNA (hasil desain) tidak
menunjukkan terbentuknya amplikon, terlihat dari DAFTAR PUSTAKA
tidak adanya pita DNA pada visualisasi dengan gel
Akasaka Y., M. Mii., H. Daimon. 1998.
agarose (1%) setelah dilakukan elektroforesis.
Morphological alteration and root
Telah dilakukan juga beberapa optimasi untuk
nodul formation in Agrobacerium
mendapatkan hasil PCR, antara lain optimasi suhu
rhizogenes-mediated transgenic hairy
annealing yang digunakan, yaitu 55 C, 57C,
root of peanut (Arachis hypogaea L),
59C dan 60C, serta aplikasi PCR langsung dari
Anals of Bothany81: 355-362
koloni bakteri tanpa dilakukan isolasi DNA
terlebih dahulu. Namun demikian, hasil yang Alpizar, E., e. Dechamp., L. Lapetre-Montes., C.
diberikan oleh seluruh program yang dijalankan Guilhaumon., B.Bertrand., C. Jordan.,
tidak menghasilkan amplikon yang ditandai P. Lashermes., H. Ethienne.2008.
dengan tidak terbentuknya pita DNA pada gel Agrobacterium rhizogenes-
elektroforesis. transformed root of coffee (Coffea
Tidak terbentuknya amplikon pada seluruh arabica): condition for long-term
sampel DNA yang digunakan terjadi karena proliferation, morphological, and
ketidaksesuaian antara primer yang digunakan molecular characterization, Journal
dengan DNA target, sehingga proses annealing of Bothany. 101: 929-940
(penempelan primer pada sekuen DNA target)
Andayani, R., Lisawati, Y., and Maemunah. 2008.
tidak berlangsung. Salah satu kemungkinan yang
Penentuan kadar anti oksidan, fenolat,
menyebabkan ketidaksesuaian antara sekuen DNA
dan likopen pada buah tomat
target dengan primer spesifik yang digunakan ialah
(Lycopersicon esculentum). Jurnal
terjadinya mutasi yang mengubah susunan sekuen
Sains dan Teknologi. 13:1-1
DNA pada daerah penempelan primer (primer
binding site). Mutasi pada primer binding site yang Dalimartha, S. 1999. Atlas tumbuhan obat
menyebabkan gagalnya amplifikasi sekuen DNA Indonesia, jilid 3. Penerbit puspa
target oleh primer, telah dilaporkan oleh beberapa Swara, Anggota IKAPI. Jakarta
peneliti sebelumnya. Hass et al (1995) Doran, P.M. 2002. Properties and application of
menyebutkan bahwa kehilangan satu primer hairy root cultures di dalam K. M. O.
binding site pada sekuen operon antara virB dan Caldentey., W.H Barz (ed), Plant
virG pada Ti plasmid tipe nopalin menyebabkan biotechnology and transgenic plants.
primer yang didesain untuk mengamplifikasi T- Marcell Dekker Icn. New York.p.126-
DNA A.rhizogenes hanya dapat mendeteksi 157
sebagian kecil daerah gen target.
Escobar, M.A. and A.M.Dandekar. 2003.
PENUTUP Agrobacterium tumifaciens as an
Pada penelitian ini telah didapatkan metode agent of disease.TRENDS in Plant
inokulasi yang mampu memberikan persentase science8 (8): 380-386
transformasi terbaik dengan berat basah akar Gelvin, S.B. 2003. Agrobacterium mediated plant
tertinggi pada eksplan tomat. Untuk itu pada transformation: the biology behind the
penelitian selanjutnya, perlu dilakukan kultur akar gene jockeying tool. Microbiology
pada media cair guna mendapatkan biomassa akar and Molecular Biology reviews67 (1):
yang banyak untuk produksi metabolit sekunder 16-37
likopen. Proses PCR pada penelitian ini tidak dapat
mendeteksi integrasi T-DNA A.rhizogenes pada Giri, A and A.L. Narasu. 2000. Transgenic hairy
DNA akar transforman yang disebabkan oleh roots: recent trends and applications.
primer yang tidak kompatibel dengan DNA target. Biotechnology Advances18: 1-22
Kemungkinan terjadinya mutasi pada daerah Hashem, E.A. 2009. Estimation of the endegenous
penempelan primer (primer binding site) auxin and cytokinin in hairy roots
A.rhizogenes ATCC 15834 menyebabkan tidak incited on Solanum Dulcamara plants
didapatkannya desain primer yang tepat untuk by Ri plasmid Agrobacterium
deteksi integrasi T-DNA. Untuk itu, pada rhizogenes. Australian Journal of
penelitian selanjutnya perlu dilakukan sekuensing
DNA bakteri A.rhizogenes ATCC 15834 yang
_____________________________________
http://www.lpsdimataram.com Volume 9, No. 1, Februari 2015
70 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787

Basic and Applied Sciences3 (1): 142- Tim Penulis PS. 2009. Budidaya tomat secara
147 komersil. Penebar Swadaya:
Depok.pp 105-113
Hillier, L and P.Green. 2010. OSP: a computer
program for choosing PCR and DNA Twyman, R.M., P. Christou., E. Stroger. 2002.
sequencing primer. Cold Spring Genetic transformation of plants and
Harbour Laboratory Press. Missouri. the their cells di dalam K. M. O.
Pp 124-128. Diakses dari Caldentey., W.H Barz (ed), Plant
genome.cship.org biotechnology and transgenic plants,
Marcell Dekker Icn. New
Karcer, S.J. 1995. Molecular Biology, a project
York.pp.126-157
approach: antibiotic information. San
Diedo: Academic Press, Inc. pp 239- White, F.F and E.W. Nester. 1980. Plasmid
246 encodes virulence traits in
Agrobacterium rhizogenes. Journal of
Kartikeyan, A., S. Palanivel., S.Parvathy., R.B.
bacteriology141 (3): 1134-1141
Rhaj. Hairy root induction of
hypocotil segments of groundnut Zhang, G.H., Y.R. Liang., J. Jin., J.L Lu., D.
(Arachis hypogaea L.). African Borthakur., J.J Dong., X.Q. Zheng.
Biotechnology, Academic Journal 2007. Induction of hairy root
ISSN.6 (15): 1817-1820 byAgrobacterium rhizogenes in
relation to L-theanin production in
Mathius, N.T., Reflini, N.Haris., J.Santoso., dan
Camellia sinensis. Journal of
Roswiem. 2004.Kultur akar
Horticultural Science and
rambutCinchona ledgeriana danC.
Botechnology82 (4): 636-64
succirubra dalam kultur in
vitro.Menara Perkebunan. 72(2): 72-
87
Mannan,A., N.Shaheen., W.Arshad., R.A.Qureshi.,
M.Zia., B.Mirza. 2008. Hairy root
induction and artemisinin analysis in
Artemisia dubia and Artemisia indica.
African Journal of Biotechnology7
(18): 3288-3292
Mannan, A., T.N.Syed., B.Mirza. 2009. Factors
affecting Agrobacterium tumifaciens
mediated transformation of Artemisia
absinthium L. Pak.J.Bot41(6): 3239-
3246
Negara, S.M.P.K. 2009. Induksi akar rambut pada
hipokotil tomat (Lycopersicum
esculentum, Mill.) melalui
transformasi genetik dengan
Agrobacterium rhizogenes dan
penambahan auksin. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas brawijaya. Malang.
Rahimi, K., K. Haghbeen., J. Marevatjo., F.R
Jazii., R. Sheikhani. 2008. Succesful
production of hairy root of Valeriana
sysimbriifolium by Agrobacterium
rhizogenes. Journal of
Biotechnology7 (2): 200-204
Tugiyono, H, 2006, Bertanam tomat. Penebar
Swadaya, Jakarta

_____________________________________________
Volume 9, No. 1, Februari 2015 http://www.lpsdimataram.com

Anda mungkin juga menyukai