1. Definisi
2. Etiologi
Kelainan primer pada Miastenia gravis dihubungkan dengan gangguan transmisi pada
neuromuscular junction, yaitu penghubung antara unsur saraf dan unsur otot. Pada ujung
akson motor neuron terdapat partikel -partikel globuler yang merupakan penimbunan
asetilkolin (ACh). Jika rangsangan motorik tiba pada ujung akson, partikel globuler pecah
dan ACh dibebaskan yang dapat memindahkan gaya sarafi yang kemudian bereaksi dengan
ACh Reseptor (AChR) pada membran postsinaptik. Reaksi ini membuka saluran ion pada
membran serat otot dan menyebabkan masuknya kation, terutama Na, sehingga dengan
demikian terjadilah kontraksi otot.
Penyebab pasti gangguan transmisi neromuskuler pada Miastenia gravis tidak diketahui. Dulu
dikatakan, pada Miastenia gravis terdapat kekurangan ACh atau kelebihan kolinesterase,
tetapi menurut teori terakhir, faktor imunologik yang berperanan
3. Insiden
Miastenia gravis lebih banyak terdapat pada wanita daripada pria (usia 40 tahun). Kalau
penderita punya thymomas, justru mayoritas pada pria dengan 50-60 tahun.
4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut osserman ada 4 tipe :
1. Oeular miastenia
Terkenanya otot-otot mata saja, dengan ptosis dan diplopia sangat ringan dan tidak ada
kematian
a. Mild generalized myiasthenia
Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet dan
bulber. System pernafasan tidak terkena. Respon terhadap otot baik.
4. Myasthenia crisis
Menjadi cepat buruknya keadaan penderita myasthenia gravis dapat disebabkan :
- Pekerjaan fisik yang berlebihan
- Emosi
- Infeksi
- Melahirkan anak
- Progresif dari penyakit
- Obat-obatan yang dapat menyebabkan neuro muskuler, misalnya streptomisin, neomisisn,
kurare, kloroform, eter, morfin sedative dan muscle relaxan.
- Penggunaan urus-urus enema disebabkan oleh karena hilangnya kalium
5. Manifestasi Klinik
1. Kelemahan otot ekstrim dan mudah mengalami kelelahan
2. Diplobia (penglihatan ganda)
3. Ptosis (jatuhnya kelopak mata)
4. Disfonia (gangguan suara)
5. Kelemahan diafragma dan otot-otot interkosal progressif menyebabkan gawat napas.
6. Diagnostik Test
1.Test serum anti bodi resptor ACh yang positif pada 90% pasien.
2.Test tensilon : injeksi iv memeperbaiki respon motorik sementara dan menurunkan gejala
pada krisis miastenik untuk sementara waktu memperburuk gejala-gejala pada krisis
kolinergik.
3.Test elektro fisiologis untuk menunjukan penurunan respon rangsangan saraf berulang.
4.CT dapat menunjukan hiperplasia timus yang dianggap menyebabkan respon autoimun.
8. Komplikasi
1. Bisa timbul miastenia crisis atau cholinergic crisis akibat terapi yang tidak diawasi
2. Pneumonia
3. Bullous death
1.Pengkajian
Identitas klien : Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, status
Keluhan utama : Kelemahan otot
Riwayat kesehatan : Diagnosa miasenia didasarkan pada riwayat dan pesentasi klinis.
Riwayat kelemahan otot setelah aktivitas dan pemulihan kekuatan pasial setelah istirahat
sangatlah menunukkan miastenia gravis, pasien mugkin mengeluh kelemahan setelah
melakukan pekerjaan fisik yang sederhana . riwayat adanya jatuhnya kelopak mata pada
pandangan atas dapat menjadi signifikan, juga bukti tentang kelemahan otot.
B1 (Breathing)
Dispnea, resiko terjadi aspirasi dan gagal pernafasan akut
B2 (Bleeding)
Hipotensi / hipertensi, takikardi / bradikardi
B3 (Brain)
Kelemahan otot ektraokular yang menyebabkan palsi ocular, jatuhnya kelopak mata atau
dislopia intermien, bicara klien mungkin disatrik
B4 (Bladder)
Menurunkan fungsi kandung kemih, retensi urine, hilangnya sensasi saat berkemih.
B5 ( Bowel)
Kesulitan menelan-mengunyah, disfagia, kelemahan otot diafragma dan peristaltic usus turun.
B6 (Bone)
Gangguan aktifitas/ mobilitas fisik, kelemahan otot yang berlebihan.
2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan potensial pasien dapat meliputi hal
berikut :
1. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan kelemahan otot pernafasan
2. Deficit peraatan diri yang berubungan dengan kelemahan otot, keletihan umum
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan disfagia,
intubasi, atau paralisis otot.
Tujuan :
Pasien akan mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
a. Lakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi alternative jika klien menggunakan
ventilator
b. Catat saturasi O2 dengan oksimetri, terutama dengan aktifitas
c. Ukur parameter pernafasan dengan teratur
d. Kolaborasi dengn dokter untuk pemberian obat antikolinergik
e. Sucktion sesuai kebutuhan (obat-obatan antikolinergik meningkatkan sekresi bronkial)
2. Deficit perawatan diri yang berubungan dengan kelemahan otot, keletihan umum
Tujuan ;
Pasien akan mampu melakukan sedikitnya 25 % aktifitas diri dan berhias
Tujuan :
Masukan kalori akan adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik
a. Kaji reflek gangguan menelan dan refek batuk sebelum pemberian peroral
b. Hentikan pemberian makan peroraljika pasien tidak dapat mengatasi sekresi oral atau jika
reflek gangguan menelan atau batuk tertekan
c. Pasang selang makan kecil dan berikan makan perselang jika terdapat disfagia.
d. Catat intake dan output
e. Lakukan konsultasi gizi untuk mengevaluasi kalori
f. Timbang pasien setiap hari.
Pemantauan
1)Pantau status pernapasan pasien untuk melihat adanya kemumgkinan gagal napas dan krisis
miastenik atau kolinergik.
Perawatan penunjang
1)Berikam medikasi sehingga efek puncaknya bersamaan dengan makan danaktivitas
esensial.
2)Bantu pasien membuat jadwal aktivitas yang realistik
3)Berikan periode istirahat untuk meminimalkan keletihan
4)Berikan alat bantu untuk membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari meskipun
terjadi kelemahan.
5) Jika pasien menderita diplopia berikan penutp mata untuk menggunakan mata yang lain
untuk meminimalkan resiko terjatuh.
7)Tunjukan pasien bagaimana caranya menahan dagu dengan tangan untuk menopang rahang
bawah untuk membantu berbicara
8)Jika bicara terganggu dengan sangat parah anjurkan pasien untuk menggunakan metode
komunikasi alternatif seperti kartu flash atau papan huruf.
Pendidikan pasien dan pemeliharaan kesehatan
1)Instruksikan pasien dan keluarga berkaitan dengan gejala krisis miastenia.
4.Evaluasi
1) Mencapai fungsi pernapasan adekuat
a)Menunjukan frekuensi pernapasan dan kedalaman pernapasan normal, dan kekuatan otot
normal.
b)Mentaati jadwal medikasi yang ditetapkan.
c)Menyatakan bahwa tas resusitasi dan pengisapan fortabel untuk digunakan dirumah.
d)Mengihindari situasi yang dapat mencetuskan flu dan infeksi, yang dapat memperberat
gejala.
Daftar Pustaka