Anda di halaman 1dari 3

Otomycosis: Tanda-tanda klinis dan implikasi pengobatan rekam medis dari 154 pasien yang terdiagnosis dengan

ototmycosis berdasarkan pemeriksaan mikroskopik. Dua-


puluh-dua pasien dikeluarkan dari penelitian karena
Tujuan : Untuk menentukan presentasi klinis, faktor-faktor
predisposisi, komplikasi, dan outcome pengobatan dari
otomycosis
Desain dan tata cara penelitian : Tinjauan retrospektif terhadap
132 pasien dengan diagnosis klinis otomycosis yang diterapi
pada periode 1998 hingga 2004 dalam rumah sakit pendidikan
di departemen otology
Hasil : Otalgia dan otorrhea merupakan keluhan yang paling
sering dikeluhkan (48%). Prosedur / tindakan otologik
sebelumnya meningkatkan risiko terjadinya otomycosis.
Penyakit residual teramati pada 13% subjek dan rekurensi
pada 15% subjek. Adanya rongga mastoid dikaitkan dengan
tingkat rekurensi dan penyakit residual yang lebih tinggi.
Ketokonazol topikal, obat tetes telinga cresylate, dan obat
tetes telinga alumunium asetat adalah obat yang efektif
dengan angka kesembuhan >80% pada terapi awal, walaupun
ketokonazol topikal memiliki persentase kesembuhan yang
lebih tinggi dan rendahnya tingkat rekurensi penyakit.
Kesimpulan dan makna : Otomycosis biasanya dapat
terdiagnosis melalui pemeriksaan klinis dan sering kali terjadi
pada pasien-pasien dengan keluhan otorrhea persisten.
Komplikasi tidaklah sering terjadi, penyakit ini biasanya
sembuh dengan pemberian obat antifugal topikal yang tepat.
Eradikasi penyakit lebih sulit pada kasus adanya rongga
mastoid

Otomycosis atau otitis eksterna fungi umumnya diartikan


sebagai infeksi jamur dibagian meatus acuticus externus
dengan komplikasi di telinga tengah yang jarang. Walaupun
jarang sekali mengancam jiwa, proses penyakit ini
memberikan tantangan dan rasa frustasi baik bagi pasien
maupun otolaryngologis karena sering kali terapinya dan
follow-upnya memerlukan waktu yang lama, tetapi angka
rekurensinya masih saja tinggi
Ototmycosis merupakan salah satu penyakit yang
umum pada poli otolaryngology dan prevalensinya
diperkirakan mencapai 9% diantara seluruh pasien dengan
tanda dan gejala otitis externa1. Walaupun terdapat kontroversi
mengenai apakah fungi merupakan agen infeksius yang
sebenarnya atau hanya ada kolonisasi spesies di telinga akibat
berkurangnya sistem imun lokal sekunder akibat infeksi
bakteri, kebanyakan bukti klinis dan pemeriksaan penunjang
saat ini menunjukkan bahwa otomycosis memiliki patogen
yang khas, dengan Candida dan Aspergillus merupakan
spesies jamur yang paling sering diisolasi.2-4
Berbagai faktor telah diusulkan sebagai faktor risiko
untuk otomycosis, diantaranya adalah iklim yang lembab,
adanya serumen, instrumentasi pada telinga, host yang
immunocompromised, dan penggunaan obat-obatan antibiotik
/ steroid topikal baru-baru ini.5 Rekomendasi pengobatan
antara lain adalah, debridemen lokal, penghentian antibiotik
topikal, pemberian obat antifungal sistemik / topikal. Pada studi
ini, kami bertujuan untuk mengkarakteristikkan presentasi
klinis, faktor predisposisi, dan komplikasi dari ototmycosis
pada rumah sakit pendidikan di departemen ototlogi dan juga
mengevaluasi keefektivan dari berbagai obat-obatan rawat
jalan.

METODE

Suatu tinjauan restrospektif terhadap pasien rawat jalan sejak


tahun 1998 hingga 2004 di rumah sakit pendidikan
departemen otology dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari Institutional Review Board. Peninjauan dilakukan pada
Dokumentasi data klinis yang kurang, menyisakan 132 pasien Tabel 1
sebagai sampel penelitian Gejala pada saat diagnosis
Data yang dikumpulkan dan dianalisis diantaranya Gejala Jumlah pasien (n) Persentase
adalah durasi kontrol, jumlah rekurensi, gejala yang Otalgia 63 48
dikeluhkan, komplikaasi, komorbiditas, spesies jamur yang Otorrhea 63 48
teridentifikasi, riwayat prosedur otologik sebelumnya, terapi Hilang 59 45
sbelumnya, dan outcome setelah terapi yang diberikan. pendengaran
Analisis statistik dikerjakan menggunakan tes Fischers Exact. Rasa penuh di 44 33
Diagnosis otomycosis ditegakkan berdasarkan telinga
penampkakan jamur yang khas dan dapat dikenali dan fruiting Pruritus 20 23
bodies dibawah mikroskop seperti yang ditujukan pada gambar Tinnitus 5 4
1. Kultur tidak secara rutin dikerjakan karena pada umumnya
terdapat respon yang cepat terhadap pengobatan. Regimen
terapi umumnya adalah sebagai berikut, krim ketokonazol HASIL
diberikan di klinik secara langsung (sebelum pasien pulang)
pada meatus acusticus externus setelah dibersihkan dengan Sejumlah 132 pasien dengan diagnosis ototmycosis
menggunakan mikrosokp. Pemberian ketokonazol dilakukan diikutsertakan dalam analisis. Dari 132 pasien ini, terdiri 57
dengan spuit kecil (1 atau 3 cc) dan jarum 18G atau lebih (43%) perempuan dan 75 (56%) laki-laki. Usia pada saat
besar. Krim ketokonazol dapat dibiarkan di meatus acusticus diagnosis berkisar dari 6 hingga 91 tahun dengan rata-rata
externus karena kekentalannya dan bentuk anatomis dari 47.6 tahun dan median 46.2 tahun. Rata-rata waktu follow-up
meatus acusticus externus. Telinga diperiksa 1 minggu adalah 1.4 thaun, median waktu follow-up adalah 25 hari.
kemudian dan krim residual di buang. Pemberian krim 2 kali Walaupun biasanya hanya 1 telinga yang terserang penyakit,
(pada kasus yang persisten) dilakukan pada 1/3 dari seluruh penyakit bilateral dapat diamati pada 9 (7%) pasien pada saat
kasus. Cresylate diberikan secara topikal, 3x per hari, perlu diagnosis.
diingat bahwa obat ini tidak dapat digunakan jika terdapat Gejala awal pada saat diagnosis disajikan pada Tabel
perforasi membran timpani. Pemberian diteruskan hingga tidak 1. Seperti yang ditunjukka, otalgia dan otorrhea merupakan
terdapat penyakit yang tampak. gejal yang paling sering pada saat diagnosis diikut, hilangnya
Durasi follow-up ditentukan sebagai waktu yang pendengaran, rasa penuh di telinga, dan pruritus. Temuan
berlalu setelah tanggal diagnosis hingga tanggal terakhir kali pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis otomycosis
kontrol. komorbiditas diidentifikasi sebagai kondisi medis adalah akumulasi debris fibrinous yang tebal, tidak ada edema
lainnya yang dicantumkan di rekam medis pada saat pada meatus acusticus externus, dan area jaringan granulasi
diagnosis. Riwayat terapi termasuk ototopikal atau preparat kecil yang berbatas jelas di meatus acusticus externus atau di
oral yang dikonsumsi sebelum terdiagnosis. Outcome terapi membran timpani.
yang berhasil didefinisikan sebagai tidak adanya tanda-tanda Terapi yang diterima sebelum diagnosis disajikan
infeksi jamur pada pemeriksaan fisik. Penyakit residual pada Tabel 2. Seperti yang ditunjukkan pada tabel, hampir
didefinisikan sebagai kondisi yang gagal setelah diberikan setengah (45%) dari pasien telah diterapi dengan obat
terapi yang pertama kali diberikan. Penyakit rekuren ototopical sebelum didiagnosis otomycosis; ciprofloxacin dan
didefinisikan sebagai kondisi yang terjadi pada pasien yang neomycin-polymyxin B-hydrocortisone merupakan obat-obatan
telah sembuh setelah terapi awal tetapi memiliki rekurensi di yang paling sering diresepkan. Durasi dari terpai berkisar dari
telinga yang sama di kemudian hari. hitungan hari hingga hitungna tahun. Sektiar 1 dari 4 pasien
telah minum obat antibiotik oral untuk terapi yang diduga otitis
media sebelumnya.
Komplikasi dari penyakit ini antara lain adalah otitis
media serous pada 17 (13%) pasien, perforasi membran
timpani pada 18 (14%) pasien, dan

Tabel 2
Terapi yang diterima sebelum diagnosis
Terapi Jumlah pasien Persetnase (%)
Obat ototopikal 59 45
Ciprofloxacin 14 11
Neomycin - 14 11
polymycin B
hydrocortisone
Ofloxacin 3 7
Obat lain* 8 6
Tidak diketahui 14 11
Antibiotik oral 32 24
*Antara lain adalah asam asetat, alkohol, clotrimazole, dan
obat-obatan antibiotik tetes telinga lainnya

Gambaran klinis otomycosis


Tabel 3
Terapi yang diterima saat diagnosis otomycosis
Tipe terapi Jumlah pasien Persentase (%)
Terapi ototopikal
Cresylate tetes 51 39
telinga
Ketokonazol 48 36
salep
Tetes telinga 14
alumunium
asetat
Clotrimazole 18 5
tetes telinga
Tetes telinga 3 2
asam asetat
Gentian violet 2 2
Terapi oral
Antibiotik 5 4
Fluconazole 2 2

Anda mungkin juga menyukai