Gastritis Jalan
Gastritis Jalan
Gastritis
Dosen Pembimbing : Agus Wiwit Suwanto,S.Kep.,Ns
DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang telah Memberikan
Rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas individu Mata
Kuliah Informasi Teknologi dengan judul Gastritis. Shalawat serta salam saya
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan
kepada kita semua selaku umatnya.
Adapun Tujuan penyusunan makalah ini salah satunya untuk memenuhi
Tugas Mata kuliah Informasi Teknologi.
Dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini yang selalu sabar membimbing saya.
Saya Sadar akan keterbatasan dan kemampuan yang saya miliki, maka saya
mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam penyusunan makalah
ini. Saran dan kritik saya harapkan untuk meningkatkan bobot makalah ini. Saya
berharap semoga makalah ini bermanfaat.
Yunita Rizki K
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub-mukosa
lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-
sel radang pada daerah tersebut.gastritis merupakan salah satu penyakit yang
sering dijumpai di Klinik Penyakit Dalam pada umumnya. (Hirlan, Ilmu
Penyakit Dalam, 2001)
Gastritis merupakan suatu penyakit akibat proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan sub mukosa lambung, penyakit gastritis bisa menyebabkan ulkus
pada lambung, gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengaami
kekambuhan dengan gejala seperti nyeri ulu hati, mual dan muntah.
(Suryono, 2016)
Gastritis merupakan peradangan (inflamasi) dari mukosa lambung yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Bahaya penyakit gastritis jika
dibiarkan terus menerus akan merusak fungsi lambung dan dapat
meningkatkan risiko untuk terkena kanker lambung hingga menyebabkan
kematian. (Andrea Ariel Rondonuwu, Adeanne Wullur, dan Widya Astuti
Lolo, 2013)
2.2 Klasifikasi
Gastritis terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Gastritis Akut
Inflmasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut
yang memanifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah
gastritis erosif atau gatritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai
perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang
berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa meneyertai
inflamasi pada mukosa lambung tersebut. (Hirlan, Ilmu Penyakit Dalam,
2001)
4
b. Gastritis Kronis
Disebut gastritir kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada
lamina propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang
kronik, yaitu limfosit dan sel plasma. Kehadiran granulosit neutrofil pada
daerah tersebut menandakan adanya aktivitas. (Hirlan, Ilmu Penyakit Dalam,
2001)
Gastritis kronis ditandai dengan perubahan mukosa karena peradangan
menahun, kelenjar yang atrofi dengan metaplasi. Walaupun seringkali tanpa
gejala, namun merupakan kelainan yang penting, karena ada hubungannya
dengan anemia pernisiosa, ulkus peptikum, dan karsinoma lambung.kelainan
tersebut dapat bersifatlokal dan difus, tapi pada sebagian contoh terbatas pada
daerah fundus (tipe A,gastritis fundus) atau pada daerah antrum (tipe
B,gastritis antrum). Walaupun telah mempunyai distribusi yang jelas, baik
fundus maupun antrum, sering dapat mengenai daerah yang berdekatan, atau
terkadang seluruh sisa zona tersebut. Pada lambung, gastritis kronis terbagi
menjadi beberapa sub klasifikasi,antara lain: gastritis kronis
superfisialis,gastritis atrofik, dan atrofi gaster menurut rentang derajat
beratnya peradanganY mukosa, dan hubungan dengan kelenjarnya. (Stanley
L. Robbins, 1995)
2.3 Etiologi
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme perlindung dalam lambung
mulai berkurang sehingga mengakibatkan kerusakan dinding lambung yang
menyebabkan cairan lambung yang menyebabkan cairan lambung yang
sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung sehingga
menimbulkan peradanggan (inflamasi). Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
gangguan kerja fungsi lambung, gangguan struktur anatomi yang bisa berupa
luka atau tumor, jadwal makanan yang tidak teratur, konsumsi alkohol atau
kopi yang berlebih, ganggua stress, merokok, pemakaian obat penghilang
nyeri dalam jangka panjang dan secara terus menerus, stres fisik, infeksi
bakteri Helicobacter pylori.
5
Terlalu banyak makanan yang pedas dan asam serta pola makan tidak
teratur juga dapat menyebabkan penyakit gastritis, bila seseorang telat makan
sampai 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan
berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa
nyeri di sekitar epigastrium.
Namun jika dilihat dari klasifikasinya dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada
sebagian besar kasus, gastritis akut atau juga bisa disebut dengan
gastritiserosif menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat.
Keadaan klinis yang sering menimbulkan gastritis erosif misalnya
trauma yang luas, operasi besar, gagal ginjal, gagal napas, penyakit
hati yng berat, renjatan, luka bakar yang luas, trauma kepala, dan
septikemia. Kira-kira 80-90% pasien yang dirawat di ruang intensif
menderita gastritis akut erosif ini. Gastritis akut jenis ini sering
disebut gastritis akut stres.
Penyebab lain adalah pbat-obatan, obat-obatan yang sering
dihubungkan dengan gastritis erosif adalh aspirin dan sebagian besar
obat antiinflamasi nonsteroid. (Hirlan, Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Hal lain juga sangat bervariasi , dapat disebabkan oleh diet yang
tidak berhati-hati, kelebihan alkohol atau karena suatu infeksi
sistemik, sementara contoh yang buruk ditemukan pada pasien bunuh
diri yang meneNlan cairan korosif. (A.D Thomson , R.E. Cotton,
1997)
b. Gastritis Kronis
Dua aspek penting dalam gastritis kronik yaituaspek imunologis
dan aspek mikrobiologis:
1. Aspek Imunologis
Hubungan antara sistem imun dan gastritis kronik menjadi
jelas dengan ditemukannya autoantibodi terhadap faktor
instrinsik lambung dan sel parietal pada pasien dengan anemia
pernisiosa. Pasien gastritis kronik yan antibodi sel parietalnya
6
2.4 Patofisiologis
a. Gastritis Akut
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan-
keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang amat
penting adalah iskemia pada mukosa gaster, di samping faktor pepsin, refluks
empedu dan cairan pangkreas .
Aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung
melalui beberapa mekanisme. Obat-obat ini dapat menghambat aktivitas
siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting
untukpembentukan prostaglandin dari asam arakidonat. Prostaglandin
mukosa merupakan salah satu faktor defentif mukosa lambung yang amat
penting . selain menghambat produksi prostaglandin mukosa, aspirin dan obat
anti inflamasi nonsteroid tertentu dapat merusak mukosa secara topikal.
Kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat
korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan
obat inflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan
7
b. Gastritis Kronik
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan
metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan
sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis
maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan
lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan
mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan
(Hirlan, Ilmu Penyakit Dalam, 2001)
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga
terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan
yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan
hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang
maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan
dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
2) Gastritis kronis
Gastritis Kronik jarang memberikan gejala. Diagnosis didasarkan pada
anamnesa adanya dispepsi atau lain-lain keluhan lambung yang sering
diabaikan dan patut diselesaikan karena tidak terpikirkan oleh diagnosis ini.
Walaupun demikian telah dibuktikan bahwa gastritis kronik merupakan faktor
penting untuk disimpulkan dalam diagnosis patologi, karena ia merupakan
dasar untuk terjadinya anemia pernisiosa. Metaplasi atipik dan displasi dalam
jangka panjang merupakan faktor predisposisi untuk karsinoma lambung .
lebih lanjut, walaupun tidak pasti ada peran kronik gastritis antrum untuk
timbulnya suatu gastric peptic ulcer. (Stanley L. Robbins, 1995)
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Gangguan cairan ketika terjadi muntah hebat.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin
B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Ulkus
peptikum juga keganasan lambung. Gastritis kronik jika dibiarkan tidak
terawat, akan menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung. Serta
dapat meningkatkan resikokanker lambung, terutama jika terjadi penipisan
secara terus menerus pada dinding lambung dan berubahan pada sel-sel di
dinding lambung (Stanley L. Robbins, 1995)
9
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama dalam penatalaksanaan gastritis ialah menghilangkan nyeri,
menghilangkan inflamasi dan mencegah terjadinya ulkus peptikum dan
komplikai. Berdasarkan patofisiologinya terapi farmakologi gastritis
ditujukan untuk menekan faktor agresif (asam lambung) dan memperkuat
faktor defensif (ketahanan mukosa). Sampai saat ini pengobatan ditujukan
untuk mengurangi asam lambung yakni dengan cara menetralkan asam
lambung dan mengurangi sekresi asam lambung. Selain itu, pengobatan
10
b) Gastritis Kronis :
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam lambung
yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada
ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas. Gastritis dibagi
menjadi dua yaitu: gastritis akut dan kronis. Gatritis Akut (inflamasi mukosa
lambung) paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis. makan terlalu
banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau makanan
yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi. Inflamasi lambung yang berkepanjangan yang disebabkan oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Manifestasi
klinis gastritis antara lain Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan
saluran cerna pada hematemesis melena.
Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis adalah
penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur, terlalu
banyak makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan atau
menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika diperlukan. Tetapi
gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya, cuci
tangan sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini saya berharap dapat menambah pengetahuan
para pembaca mengenai penyakit gastritis. Saya selaku penulis pula
mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca untuk kebaikan makalah saya.
13
Daftar Pustaka
A.D Thomson , R.E. Cotton. (1997). Catatan Kuliah Patologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Amin Huda Nuarif S.Kep, .. d. (2015). Aplikasi Asuhan Kepeawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Anas Tamturi dan Andika Setiawan. (2014). HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG
GASTRITIS DENGAN SIKAP DIET. Pare.
Andrea Ariel Rondonuwu, Adeanne Wullur, dan Widya Astuti Lolo. (2013). KAJIAN
PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PASIEN GASTRITIS. Manado: PHARMACON Jurnal
Ilmiah Farmasi.
Anita Puri dan Suyono. (2012). Hubungan Faktor stress dengan kejadian gastritis Jurnal
Keperawatan vol VIII no 1. Tanjung Karang: Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang..
Hirlan. (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Isna Wardaniati, A. A. (2016). GAMBARAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DENGAN
SUKRALFAT DAN. Pekanbaru: Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8.
Safrudin ANS, A. E. (2009). HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN LAMA. Purwokerto: STKes
Muhammadiyah Gombong.
Stanley L. Robbins, M. d. (1995). Buku Ajar Patologi II. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Suryono, R. D. (2016). PENGETAHUAN PASIEN DENGAN GASTRITIS TENTANG. Kediri : jurnal
AKP.