Anda di halaman 1dari 10

1.

ASI lebih efisien dan murah, karena tidak perlu membeli kemasan susu,
tidak perlu diaduk, tidak perlu dipanaskan, dan sebagainya.
2. ASI Eksklusif (artinya tidak ada asupan tambahan lain untuk bayi)
dapat mencegah kehamilan hingga 98% selama 6 bulan setelah melahirkan.
Program ini dianggap sebagai solusi keluarga berencana yang paling
efektif untuk menunda kehamilan hingga paling cepat 6 bulan setelah
melahirkan.
3. Selama Pemberian ASI eksklusif, ibu tidak akan mengalami
menstruasi dan ini akan mengurangi resiko anemia pada ibu, menurut
institute of medicine tahun 1991, jumlah zat besi yang digunakan tubuh
untuk menyusui lebih sedikit dibandingkan ketika tubuh mengalami
menstruasi.
4. Anak yang diberi ASI Eksklusif mempunyai IQ dan kemampuan
intelektual lebih tinggi dibanding anak yang diberikan Susu Formula (sample
pada anak umur 7 bulan sampai 8 tahun), semakin lama anak diberikan ASI
makan semakin tinggi IQnya.
5. ASI mengandung zat kekebalan yang membantu bayi melawan bakteri
dan virus, contohnya ketika bayi terjangkit kuman, otomatis payudara akan
memproduksi antibodi baru melalui air susu yang diproduksi.
Catatan: Memompa Payudara tidak akan menghasilkan antibodi ini, karena
tubuh bayi tidak bersentuhan langsung dengan tubuh ibu.
6. ASI mengandung: sel darah putih (leukosit) yang sanggup membunuh
bakteri dan virus, Interferon (sejenis protein yang berfungsi mengidentifikasi
kehadiran virus), Lysozyme (sejenis ensim untuk melawan infeksi), dan
masih banyak lagi zat-zat berguna lainnya.
7. Zat Gula (laktosa) pada ASI mampu mengurangi infeksi pada bayi dan
otak bayi membutuhkan laktosa dan galaktosa untuk
berkembang.Sedangkan Laktosa juga dibutuhkan oleh bakteri usus yang
berguna (lactobacilus bifidus) untuk berkembang.
8. Bayi sanggup mengontrol porsi makannya jika anda memberikan ASI
Eksklusif melalui payudara, jadi bayi tidak akan sakit kekenyangan.
9. Rata-rata bayi yang diberi ASI, lebih sedikit mengalami gangguan
infeksi telinga.
10. Bayi yang di beri susu formula 4 kali beresiko lebih tinggi terkena
demam, bronkhitis, pneumonia dan gangguan pernafasan lainnya.
11. Gangguan diare 3 sampai 5 kali lebih sering dijumpai pada bayi yang
di beri susu formula.
12. Radang selaput otak/sumsum tulang belakang dan infeksi saluran
kencing lebih banyak di jumpai pada bayi yang diberikan susu formula.
13. Bayi yang di berikan susu formula 10 kali lebih sering masuk dirawat di
rumah sakit karena mengalami infeksi serius di bandingkan bayi yang diberi
ASI.
14. Bayi yang di berikan susu formula yang berumur 10 hari 30 kali
beresiko mengidap Neonatal hypocalcemia, yang mengakibatkan
kejang,sawan dan ayan ini karena susu formula mengandung phosphate
yang sangat tinggi.
15. Susu Formula diketahui menjadi penyebab bayi yang mengidap
diabetes.
16. Kanker kelenjar 5-8 kali lebih tinggi untuk bayi yang diberikan susu
formula atau bayi yang diberikan ASI kurang dari 6 bulan.
17. Pemberian ASI membantu tubuh bayi untuk mendapat kolesterol baik,
ini artinya melindungi bayi dari penyakit jantung pada saat dewasa. ASI
mengandung kolesterol tinggi (fatty acid) yang berguna untuk bayi dalam
membangun jaringan-jaringan saraf dan otak. Susu yang berasal dari sapi
tidak mengandung kolesterol ini.
18. Bayi yang di berikan susu formula cenderung mengidap alergi,
termasuk alergi pada susu sapi dan kedelai.
19. ASI mencegah 40% resiko Asma pada anak.
20. Bayi yang di berikan susu formula sangat tinggi resikonya terkena
gangguan pencernaan (pyloric stenosis), yang penyembuhannya harus lewat
operasi.
21. Susu formula diduga menjadi penyebab beberapa penyakit berbahaya
seperti celiac, ulcerative colitis, dan Chron diseases.
22. Bayi yang diberi ASI Eksklusif selama 3 bulan 40% beresiko lebih
rendah dalam mengidap infeksi Gastrointestinal dan atopic eczema.
23. ASI melindungi bayi dari diare. Diare telah membunuh 500 bayi dan
anak setiap tahunnya di Amerika Serikat. ASI mengandung zat-zat yang
disebut bakteria yang baik bagi pencernaan bayi yang dapat mengurangi
bakteri yang menyebabkan diare.
24. ASI melindungi bayi dari penyakit langka botulism, penyakit ini
merusak fungsi saraf, menimbulkan berbagai penyakit pernapasan, dan
kelumpuhan otot.
25. ASI membuat tulang bayi lebih kuat.
26. Kematian mendadak (SIDS / Sudden infant death syndrome) pada bayi
lebih banyak dialami oleh bayi yang di berikan susu formula. Susu formula
sangat rendah kandungan tryptophan yang sangat dibutuhkan badan untuk
membentuk serotonin, serotonin adalah zat yang berfungsi mengatur tidur,
Penelitian pada bayi yang meninggal mendadak rata-rata mempunyai zat
serotonin (yang sangat rendah pada otak). Susu ibu sangat tinggi kandungan
tryptophan. SIDS sampai sekarang masih belum ditemukan penyebab
utamanya.
27. Susu formula selalu dihubungkan sebagai salah satu penyebab autis,
keterlambatan dalam berbicara dan kesulitan belajar pada bayi.
28. ASI mengurangi penyakit gigi berlubang pada anak (tidak berlaku pada
ASI dengan botol). Karena menyusui lewat payudara ada semacam keran,
jika bayi stop menghisap, otomatis asupan ASI akan stop juga, dan tidak
seperti pada botol, jadi ASI tidak akan mengumpul pada gigi dan
menyebabkan gigi berlubang.
29. Susu formula kurang mengandung DHA, Omega-3 dan zat-zat lainnya
yang diperlukan dalam membentuk otak bayi. Jika pun ada yang kadarnya
mendekati kebutuhan bayi, harganya pasti sangatlah mahal.
30. Asam amino pada ASI membantu perkembangan otak sedangkan
Asam amino pada susu formula (susu sapi) hanya membantu pertumbuhan
otot dan jaringannya.
31. 31. ASI mengandung zat mucin yang dibutuhkan untuk mencegah penyakit pada bayi.

32. 32. Susu formula 600 kali lebih banyak mengandung zat alumunium dibandingkan ASI.
Dalam beberapa kasus zat alumunium ditemukan 1000 kali lebih banyak terkandung pada
susu formula di bandingkan ASI.
33. 33. Susu formula banyak mengandung logam-logam berat seperi merkuri dan timah,
20% air pencampur susu di Amerika Serikat terkontaminasi oleh timah, dan jika air-air ini
direbus untuk membuat steril botol susu, ini akan lebih meningkatkan jumlah timah.
Keracunan timah menyebabkan kerusakan otak dan saraf, gagal ginjal, dan lain-lain.
34. 34. Banyak jenis Susu formula yang terkontaminasi oleh banyak bakteri.
35. 35. Dari 7 sampai 10 sample susu formula ditemukan dosis vitamin D yang berlebihan, 7
sampai 10 sample mengandung 200% dosis vitamin D dari yang tertera pada kemasan,
bahkan ada yang dosisnya lebih dari 419% dari dosis yang tertulis pada kemasan. Kelebihan
Vitamin D akan menyebabkan keracunan.

36. 36. Susu Formula mengandung phthalates (sebuah zat kimia yang digunakan dalam
industri plastik), yang jika dikonsumsi akan mengakibatkan kemandulan, kerusakan hati
(liver), and kimia ini bersifat karsinogenik (mengandung radiasi yang menyebabkan berbagai
macam kanker).
37. 37. Susu formula mengandung iodine dalam dosis tinggi yang akan mengganggu kerja
kelenjar thyroid.
38. 38. Kacang kedelai hasil dari rekayasa genetika adalah bahan utama dari susu formula dari
bahan kedelai.

39. 39. Susu Formula mengandung glutamate (MSG-Asam amino) yang merusak fungsi
hypothalamus pada otak glutamate adalah salah satu zat yang dicurigai menjadi penyebab
autis.
40. 40. Susu sapi yang digunakan untuk membuat susu formula kadangkala berasal dari sapi
yang telah diberi antibiotik dan BGH (bovine growth hormone) hormon untuk
mempercepat pertumbuhan hewan.
41. 41. Kandungan Susu Formula dapat berubah karena faktor pengolahan pada waktu
diproduksi di pabrik dan pada waktu pengolahan ketika akan dikonsumsi oleh konsumen
(contoh: air yang terkontaminasi ketika akan mencampur susu, wadah untuk susu yang
terkontaminasi, dan lain-lain).
42. 42. Komposisi ASI yang di produksi oleh tubuh ibu akan selalu sesuai dengan kebutuhan
umur bayi. Contohnya ketika bayi terlahir prematur, ibu akan memproduksi ASI yang
mengandung protein dan lemak yang lebih tinggi dibandingkan ibu yang melahirkan normal.
Dan ketika bayi sudah mulai belajar makan, protein yang terkandung pada ASI akan semakin
tinggi. Tetapi volume ASI pada payudara akan menurun.

43. 43. Kebutuhan vitamin bayi yang masih menyusui berbeda dengan bayi yang sudah mulai
belajar makan.

44. 44. ASI sangat mudah dicerna bayi, karena ASI mengandung enzim yang membantu bayi
untuk mencernanya. ASI mengandung enzim lemak yang mudah dicerna. Zat besi pada ASI
50%-70% dengan mudah di serap tubuh bayi dibandingkan Zat besi pada susu formula (10%)
karena Susu formula tidak mengandung enzim seperti pada ASI.

45. 45. ASI mengandung 100 komposisi yang tidak dimiliki oleh susu formula.

46. 46. Otot-otot rahang dan wajah ketika bayi menghisap puting ibu merangsang pertumbuhan
mulut dan gigi. Menyusui dengan botol menyebabkan masalah pada pertumbuhan mulut dan
gigi (mal-occlusion).

47. 47. Aktifitas menyusui merangsang pertumbuhan saraf-saraf bayi.

48. 48. Menyusui mencegah dan meringankan postpartum hemorrhage (pendarahan pada rahim)
karena ketika payudara dihisap merangsang tubuh ibu mengeluarkan hormon oxytocin,
hormon ini berguna untuk mengerutkan rahim hingga hampir kembali seperti seukuran
semula. Setiap kali anda menyusui dengan payudara anda akan merasakan kontraksi pada
rahim, ini tanda-tanda hormon oksitosin sedang bekerja.

49. 49. Menyusui melindungi ibu dari kanker payudara, semakin lama ibu menyusui, semakin
kecil seorang ibu terkena kanker payudara.

50. 50. Menyusui melindungi ibu dari kanker indung telur.

51. 51. Menyusui melindungi ibu dari kanker leher rahim.

52. 52. Menyusui melindungi ibu dari osteoporosis. Setelah menyusui, kepadatan tulang ibu akan
kembali seperti sebelum hamil bahkan lebih baik.

53. 53. Menyusui menurunkan resiko dari hip fractures setelah menopause.

54. 54. Menyusui merubah berat yang diperoleh ketika masa kehamilan menjadi susu, seorang
ibu yang menyusui tidak perlu diet untuk mengembalikan postur tubuh sebelum kehamilan,
karena memproduksi ASI membutuhkan 600-800 kalori sehari ini sebanding dengan
bersepeda pada tanjakan selama 1 jam atau berenang 30 kali putaran.
55. 55. Prolactin, adalah salah satu hormon yang di produksi ketika menyusui, kegunaan
hormon ini adalah mengurangi stres (adrenalin). Prolactin dijuluki hormon keibuan
mothering hormone dan membantu ikatan ibu dan anaknya. Hormon prolactin ini
efeknya sangat kuat, pada penelitian hormon ini diberikan pada ayam-ayam jago petarung
dan ketika disuntikkan ayam-ayam ini menjadi enggan untuk bertarung.
56. 56. Pemberian Susu Formula sangat merepotkan, menghabiskan banyak waktu untuk
mencuci botol susu dan aksesorisnya saja membutuhkan waktu 1 jam sehari, apalagi jika jauh
dari rumah dan harus memberikan susu pada bayi, ibu akan kesulitan untuk menghangatkan
susu pada botol tersebut.
57. 57. Pemberian susu dengan payudara sangat simple, dibandingkan dengan botol susu anda
harus bangun dari tidur, menghangatkan botol dan duduk ketika anda harus memberikan
susu.

58. 58. Bayi-bayi yang disusui dengan susu formula cenderung mengalami sembelit (konstipasi),
sedangkan ASI mengandung zat pencahar alami yang membantu bayi buang air besar.
59. 59. Bayi yang disusui lebih langsing dibandingkan bayi yang diberikan Susu formula yang
cenderung obesitas.

60. 60. Kolostrum (air susu yg keluar pertama) sangat berguna, pada bulan pertama pencernaan
bayi belum matang, mirip seperti saringan yang membiarkan benda asing (protein alergenik)
masuk ke aliran darah bayi yang berpotensi menyebabkan alergi. IgA (imunoglobulin) dalam
ASI menyediakan selaput pelindung yang berguna untuk menutup kebocoran dalam lapisan
usus dan mencegah lewatnya kuman serta zat-zat penyebab alergi yang tidak diundang.
61. 61. Memberikan ASI = Mengimunisasi bayi anda setiap waktu.

62. 62. ASI mengandung lemak yang sangat baik dan mudah tercerna, Bayi-bayi yang disusui
ASI, mempunyai kotoran yang lembut dan bayi-bayi yang diberi susu formula kotorannya
bertekstur lebih kasar dan baunya lebih tidak sedap. Ini menandakan tidak semua Zat dalam
susu Formula dapat terserap oleh tubuh bayi.

63. 63. Penyusuan dengan Payudara, membuat ibu yang sibuk menjadi lebih relaks dan
membantu ibu-ibu yang mempunyai kesulitan tidur untuk relaks.

64. 64. Penyusuan adalah latihan seorang ibu dalam membaca karakter bayi anda. Orang tua
yang mengetahui karakter/sifat anak, akan lebih mudah untuk mendidiknya.

65. 65. Penglihatan pada anak lebih baik pada anak yang diberi ASI.

PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI


BARU LAHIR
27.08.2013

Keunggulan ASI sebagai nutrisi bayi telah banyak dipelajari dan dibuktikan oleh para
peneliti sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif
untuk bayi sampai berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan bersama makanan
pendamping ASI sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Meskipun demikian angka
menyusui eksklusif di Indonesia menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2007 baru mencapai 32% dan pula, bayi yang dilahirkan di fasilitas kesehatan
cenderung diberi susu formula.

Di luar jalur medis, pemerintah Indonesia membuktikan komitmennya dalam menurunkan


angka kematian bayi dan mendukung pemberian ASI eksklusif dengan mengeluarkan
Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, pasal 128 yang menekankan hak bayi
untuk mendapat ASI eksklusif kecuali atas indikasi medis dan ancaman hukuman pidana
bagi yang tidak mendukungnya, termasuk diantaranya para petugas kesehatan.
Bab ini akan mengemukakan alasan medis yang dapat diterima untuk memberi susu
formula pada bayi baru lahir yaitu beberapa situasi khusus dimana ASI memang tidak boleh
diberikan, atau susu formula diperlukan sementara atau diperlukan tambahan susu formula
disamping pemberian ASI. Namun sekali lagi, setiap keputusan pemberian susu formula
terutama pada neonatus sampai usia 6 bulan, perlu dipertimbangkan keuntungannya
dibandingkan dengan kerugian yang mungkin timbul dikemudian hari.

Panduan pemberian susu formula pada bayi baru lahir


A. Kondisi bayi
1. Kontra indikasi mendapat ASI
Pada beberapa kelainan metabolik / genetik, tubuh tidak mempunyai enzim tertentu untuk
mencerna salah satu komponen dalam susu, baik susu manusia maupun hewan sehingga
bayi tidak boleh menyusu. Bayi tersebut memerlukan formula khusus yang disesuaikan
dengan kebutuhannya dan memerlukan penanganan komprehensif antara dokter anak, ahli
penyakit endokrin, metabolik, dan gizi. Di banyak negara maju, uji penapisan untuk jenis
kelainan metabolik dilakukan segera setelah bayi lahir .

1. Galaktosemia: penyakit ini disebabkan tidak adanya enzim galactose - l -phosphate


uridyltransferase yang diperlukan untuk mencerna galaktosa, hasil penguraian laktosa.
Bentuk klasik bisa berakibat fatal, sedangkan bentuk ringan menyebabkan gagal
tumbuh dan membesarnya organ hati dan limpa ( hepato . splenomegali). ASI
mengandung laktosa tinggi sehingga bayi harus disapih, diberi susu tanpa laktosa,
selanjutnya penderita harus diet makanan tanpa galaktosa sepanjang hidupnya.

2. Maple syrup urine disease, pada penyakit ini tubuh tidak dapat mencerna jenis
protein leusin, isoleusin dan valine. Bayi tidak boleh mendapat ASI atau susu bayi
biasa, dan memerlukan formula khusus tanpa leusin, isoleusin dan valine.

3. Fenilketonuria, memerlukan formula tanpa fenilalanin. Dengan diagnosis dini,


disamping pemberian susu khusus dianjurkan untuk diberikan berselang-seling
dengan ASI karena kadar fenilalanin ASI rendah dan agar manfaat lainnya tetap
diperoleh asalkan disertai pemantauan ketat kadar fenilalanin dalam darah.

2. Pemberian susu formula pada Bayi Kurang Bulan (BKB)


Bayi kurang bulan memerlukan kalori, lemak dan protein lebih banyak dari bayi cukup bulan
agar dapat menyamai pertumbuhannya dalam kandungan. ASI bayi prematur mengandung
kalori, protein dan lemak lebih tinggi dari ASI bayi matur, tetapi masalahnya adalah ASI
prematur berubah menjadi ASI matur setelah 3 -4 minggu. Jadi untuk BKB kurang dari 34
minggu setelah 3 minggu kebutuhan tidak terpenuhi lagi.

Volume lambung BKB kecil dan motilitas saluran cerna lambat sehingga asupan ASI tidak
optimal. Untuk merangsang produksi ASI, diperlukan isapan yang baik dan pengosongan
payudara. Refleks mengisap bayi prematur kurang / belum ada, akibatnya produksi ASI
sangat tergantung pada kesanggupan ibu memerah.
Beberapa penelitian klasik antara lain oleh Lucas dan Schanler telah membuktikan manfaat
ASI pada bayi prematur, akan mengurangi hari rawat, menurunkan insidensi enterokolitis
nekrotikans (EKN) dan menurunkan kejadian sepsis lanjut, hal hal yang sangat bermakna
untuk perawatan BKB kecil di Indonesia. Sehingga perlu diusahakan memberi kolostrum
(perah) terutama pada perawatan bayi di hari hari pertama.

Untuk mengatasi masalah nutrisi selanjutnya, setelah ASI prematur berubah menjadi ASI
matur dianjurkan penambahan penguat ASI (HMF atau human milk fortifier, saat ini belum
tersedia secara meluas di Indonesia). Penguat ASI adalah suatu produk komersial berisi
karbohidrat, protein dan mineral yang sangat dibutuhkan bayi kurang bulan. HMF yang
proteinnya berasal dari susu sapi, biasanya dicampurkan dalam air susu ibu bayi sendiri .
Bila tidak tersedia penguat ASI, pemberian susu prematur dapat dibenarkan terutama untuk
bayi prematur yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 32 minggu atau berat lahir
kurang dari 1500 gram. Apabila terdapat alergi terhadap susu sapi sebaiknya susu formula
yang diberikan adalah susu formula yang telah dihidrolisis sempurna. Schanler menemukan
pemberian HMF pada ASI donor kurang bermanfaat mungkin karena prosedur pemanasan
yang harus dilalui. Selanjutnya, bila bayi sudah stabil, susu prematur dapat diberikan
dengan Alat Bantu Laktasi (Lact Aid / Suplementer) untuk melatih bayi belajar mengisap.

3. Pemberian susu formula pada Bayi Cukup Bulan (BCB)


Masih banyak ibu yang memberi tambahan susu formula pada bayinya yang cukup bulan
dan sehat karena merasa ASInya belum keluar atau kurang. Salah satu penyebab adalah
kurangnya informasi bahwa memberi susu formula terutama pada hari hari pertama
kelahiran mungkin mengganggu produksi ASI, bonding, dan dapat menghambat suksesnya
menyusui dikemudian hari. Bayi yang diberi formula akan kenyang dan cenderung malas
untuk menyusu sehingga pengosongan payudara menjadi tidak baik. Akibatnya payudara
menjadi bengkak sehingga ibu kesakitan, dan akhirnya produksi ASI memang betul menjadi
kurang. Belum lagi akibat pemberian susu formula, masalah medis lain yang mungkin
timbul adalah perubahan flora usus, terpapar antigen dan kemungkinan meningkatnya
sensitivitas bayi terhadap susu formula (alergi) dan bayi kurang mendapat perlindungan
kekebalan dari kolostrum yang keluar justru di hari hari pertama kelahiran

Bagi ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan, peraturan rumah bersalin / rumah sakit
serta sikap dan dukungan petugas kesehatan sangat mempengaruhi keberhasilan mereka
menyusui di kemudian hari. Apabila secara rutin diberikan informasi dan motivasi kepada
ibu hamil, diberi kesempatan untuk inisiasi menyusu dini, kemudian didukung dan dibantu
mempraktekkan teknik menyusui yang benar selama ibu dirawat, kemungkinan ibu akan
berhasil menyusui eksklusif sehingga tambahan pengganti ASI tidak diperlukan .

Pertimbangan memberi tambahan susu formula pada BCB disamping ASI:

1. Bayi yang berisiko hipoglikemia dengan gula darah yang tidak meningkat
meskipun telah disusui dengan baik tanpa jadwal atau diberi tambahan ASI perah.
Risiko hipoglikemi dapat terjadi pada bayi kecil untuk masa kehamilan, pasca stress
iskemik intrapartum, dan bayi dari ibu dengan diabetes mellitus terutama yang tidak
terkontrol. Tata laksana yang dianjurkan adalah:
1. segera setelah lahir bayi disusui tanpa jadwal, dan jaga kontak kulit dengan
ibu agar tidak hipotermi (untuk mengatasi hipotermi bayi memerlukan banyak
energi)

2. gula darah plasma hanya diukur bila ada risiko atau ada gejala hipoglikemia
dan sebaiknya diukur sebelum minum / umur bayi 4-6 jam.

3. dibenarkan memberi suplemen ASI perah atau susu formula bila gula darah <
2.6 mmol (40 mg/dl) dan diulang 1 jam setelah minum ASI. mencukupi,
penambahan susu formula dikurangi dan akhirnya dihentikan.

4. bila gula darah tetap tidak meningkat ikuti tata laksana penanganan
hipoglikemi sesuai panduan rumah sakit.

2. Bayi yang secara klinis menunjukkan gejala dehidrasi (turgor/ tonus kurang,
frekuensi urin < 4x setelah hari ke-2, buang air besar lambat keluar atau masih berupa
mekonium setelah umur bayi > 5 hari).

3. Berat bayi turun 8 . 10% terutama bila laktogenesis pada ibu lambat.

4. Hiperbilirubinemia pada hari-hari pertama, bila diduga produksi ASI belum banyak
atau bayi belum bisa menyusu efektif. Kuning karena ASI (breastmilk jaundice), bila
bilirubin melebihi 20 . 25 mg/dL pada bayi sehat. Anjuran untuk membantu diagnosis
dengan menghentikan ASI 1-2 hari sambil sementara diberi susu formula. Bila bilirubin
terbukti menurun, ASI dimulai kembali.

5. Lain-lain: bayi terpisah dari ibu, bayi dengan kelainan kongenital yang sukar
menyusu langsung (sumbing, kelainan genetik). Dapat kita simpulkan, bahwa pada
kasus-kasus di atas suplemen susu formula hanya diberikan sampai masalah teratasi
sambil bayi terus disusui. Setelah itu ibu dan bayinya harus dibantu dan didukung agar
bayi tetap mendapat ASI eksklusif.

Catatan:

1. Pengganti ASI diberikan memakai sendok, cangkir ataupun selang orogastrik.


Sementara itu ibu dianjurkan sering-sering menyusui dan memerah payudara (4-5x
sehari).

2. Pemeriksaan kadar gula darah jam-jam pertama kelahiran tidak diperlukan pada
bayi cukup bulan sehat.

B. Kondisi ibu
1. Indikasi untuk tidak menyusui
Kondisi kesehatan ibu merupakan kontraindikasi untuk menyusui, namun dengan beberapa
pertimbangan .
1. Ibu HIV positif

Virus HIV juga ditularkan melalui ASI. Rekomendasi dari WHO (November 2009) untuk
ibu HIV positif:

1. Tidak menyusui sama sekali bila -- pengadaan susu formula dapat diterima,
mungkin dilaksanakan, terbeli, berkesinambungan dan aman (AFASS
acceptable, feasible, affordable, sustainable dan safe).

2. Bila ibu dan bayi dapat diberikan obat-obat ARV (Anti Retroviral) dianjurkan
menyusui eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan dilanjutkan menyusui
sampai umur bayi 1 tahun bersama dengan tambahan makanan pendamping
ASI yang aman.

3. Bila ibu dan bayi tidak mendapat ARV, rekomendasi WHO tahun 1996
berlaku yaitu ASI eksklusif yang harus diperah dan dihangatkan sampai usia
bayi 6 bulan dilanjutkan dengan susu formula dan makanan pendamping ASI
yang aman.

2. Ibu penderita HTLV (Human T-lymphotropic Virus) tipe 1 dan 2 Virus ini juga
menular melalui ASI. Virus tersebut dihubungkan dengan beberapa keganasan dan
gangguan neurologis setelah bayi dewasa. Bila ibu terbukti positif, dan syarat AFASS
dipenuhi, tidak dianjurkan memberi ASI.

3. Ibu penderita CMV (citomegalovirus) yang melahirkan bayi prematur juga tidak
dapat memberikan ASInya.

2. Indikasi untuk sementara tidak menyusui


Pada ibu perlu dijelaskan bahwa penghentian menyusui hanya sementara dan ibu dapat
melanjutkan menyusui bayinya kembali sesuai dengan perkembangan kesehatannya.
Selain itu, petugas kesehatan harus dapat memberi informasi cara mempertahankan
produksi ASI dan bila perlu rujuklah pada konsultan atau klinik laktasi.

1. Pengobatan ibu: psikoterapi jenis penenang, anti epilepsi

2. Virus herpes simplex type 1 (HSV-1): kontak langsung mulut bayi dengan luka di
dada ibu harus dihindari sampai pengobatannya tuntas

3. Ibu sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayinya misalnya psikosis, sepsis, atau
eklamsi

1. opioid dan kombinasinya mungkin memberi efek samping seperti mengantuk


atau depresi pernafasan sehingga lebih baik dihindari bila ada alternatif yang
lebih aman

2. kemoterapi sitotoksik mensyaratkan seorang ibu untuk berhenti menyusui


selama terapi
3. bila ibu memerlukan pemeriksaan dengan zat radioaktif maka pemberian ASI
pada bayi dihentikan selama 5 kali masa paruh zat tersebut. Selama ibu tidak
memberikan ASI, ASI tetap
diperah dan dibuang untuk mempertahankan produksi ASInya.

3. Pertimbangan pada beberapa kondisi ibu


Pertimbangan memberi susu formula pada beberapa kondisi kesehatan ibu yang lain:

1. Ibu yang merokok, peminum alkohol, pengguna ekstasi, amfetamin dan kokain dapat
dipertimbangkan untuk diberi
susu formula, kecuali ibu menghentikan kebiasaannya selama menyusui.

2. Beberapa situasi lain dimana dibenarkan untuk memberi susu formula :

1. Laktogenesis memang terganggu, misalnya karena ada sisa plasenta


(hormon prolaktin terhambat), sindrom Sheehan (perdarahan pasca melahirkan
hebat dengan komplikasi nekrosis hipothalamus)

2. Insufisiensi kelenjar mammae primer: dicurigai bila payudara tidak membesar


tiap menstruasi / ketika hamil dan produksi ASI memang minimal.

3. Pasca operasi payudara yang merusak kelenjar atau saluran ASI

4. Rasa sakit yang hebat ketika menyusui yang tidak teratasi oleh intervensi
seperti perbaikan pelekatan, kompres hangat maupun obat.

Kesimpulan
Kecuali pada keadaan khusus, bayi cukup bulan sehat tidak memerlukan tambahan susu
formula asalkan bayi diberi kesempatan untuk segera menyusu dan tidak dipisahkan dari
ibunya.

Bila dianggap perlu, harus diingat bahwa tujuan pemberian tambahan susu formula adalah
memberi nutrisi bayi sementara masalah diatasi.

Proses menyusui dan menyusu antara ibu dan bayi perlu dinilai oleh seseorang yang
memahami manajemen laktasi dan bila perlu berikan intervensi.

Di rumah sakit, sebaiknya ada informed consent bila hendak memberi tambahan susu
formula. Alasan pemberian, jumlah, cara pemberian dan jenis formula harus ditulis lengkap
dan jelas.

Penulis : Budining Wirasatari Marnoto

Sumber : Buku Indonesia Menyusui

Anda mungkin juga menyukai