Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

Penilaian Perkembangan Anak

Disusun Oleh :
Sanggam Atmajaya Nugraha
122011101051

Pembimbing:

dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A


dr. Gebyar Tri Baskara, Sp.A
dr. Saraswati Dewi, Sp.A
dr. Lukman Oktadianto, Sp.A
dr. Ali Sodikin, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


LAB/KSM ILMU KESEHATAN ANAK
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2017

1
Pendahuluan

Seorang anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak


mulia merupakan dambaan setiap orang tua. Oleh karena itu penting sekali untuk
memperhatikan dan memprioritaskan perkembangan seorang anak. Agar dapat
mencapai hal tersebut terdapat berbagai kriteria yang harus terpenuhi dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya adalah faktor keturunan
atau genetika. Namun, selain faktor keturunan masih terdapat faktor lain yang
mempengaruhi kualitas seorang anak. Kualitas seorang anak dapat dinilai dari
proses tumbuh kembang. Beberapa waktu yang lalu beberapa media masa
banyak menginformasikan tentang fenomena banyaknya anak yang mengalami
kekurangan nutrisi atau gizi buruk. Pada beberapa kasus ekstrem bahkan
menunjukkan banyaknya anak yang menjadi korban busung lapar. Kejadian
busung lapar ini terjadi secara cukup signifikan di beberapa daerah di Indonesia.
Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia
dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase
Golden Age. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk
memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat
terdeteksi apabila terjadi kelainan.
Data yang tersedia di lapangaan selama ini lebih banyak mengungkapkan
persoalan fisik yang dialami oleh anak-anak sebagai akibat dari kekurangan
nutrisi. Banyak pula anak yang mengalami hambatan dalam proses
perkembangannya. Misalnya anak yang mengalami kelambatan dalam
berbicara, kekakuan motorik, atau hambatan dalam menjalin relasi sosial. Semua
fenomena ini menunjukkan perlunya pemahaman yang komprehensif terhadap
perkembangan seorang anak. Banyak hal yang dapat dilakukan orang tua agar
anak mereka memiliki perkembangan yang integral dari berbagai aspek. Salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah dengan melakukan
deteksi dini tumbuh kembang anak. Penanganan kelainan yang sesuai pada masa
golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak

2
sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah. Pemantauan tumbuh
kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik, psikologi, dan sosial.
Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.
Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain itu
pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu
dan oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan tentang deteksi dini
pertumbuhan dan perkembangan anak perlu dimiliki oleh orang tua, guru, dan
masyarakat.

3
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan


struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan
menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem
organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi
beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi,
sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan
perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek
perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.

Ciri-ciri Perkembangan Anak.


Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang
saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan menimbulkan perubahan


Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.

2. Perkembangan Tahap Awal menentukan Perkembangan Selanjutnya


Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan
bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri
jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi
berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan
masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.

4
3. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan juga
berlangsung cepat.

4. Perkembangan mempunyai pola yang tetap


Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,
yaitu

a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian


menuju ke arah kaudal/anggotatubuh (pola sefalokaudal). Contohnya anak
akan belajar menegakkan kepala lebih dulu sebelum belajar berdiri.

b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak


kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

5. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan


berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip- prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perkembagan merupakan hasil proses kematangan dan belajar


Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan
perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak
memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan
potensi yang dimiliki anak.

b. Pola perkembangan dapat diperkirakan. Terdapat persamaan pola


perkembangan bagi semua anak di setiap umurnya. Perkembangan

5
berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Perkembangan Anak

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan


normal yang merupakanhasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut
antara lain:

1. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada perkembangan


anak.
a. Ras/ etnik suatu bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/ bangsa Amerika, maka ia tidak
memiliki faktor herediter ras /bangsa Indonesia atau sebaliknya.

b. Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus.

c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis makanan
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki- laki akan lebih cepat.

e. Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi
anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik
yang berpengaruh padatumbuh kembang anak seperti kerdil.

6
f. Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindroma Downs dan sindroma Turners.

2. factor Luar (eksternal)


a. Infeksi
Pada trimester pertama dan kedua ole TORCH (toksoplasma,
Rubella, Sitomegalovirus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin misalnya katarak, bisu, tuli, mikrosepali,
retardasi mental dan kelainan jantung congenital.
b. Psikologi Ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/ kekerasan mental
pada ibu hamil, dll.
c. Factor persalinan
komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
d. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat
mempengarui perkembang anak.

e. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan / stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain dalam kegiatan anak.

Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau


a. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang
berhubungan deng an kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk,
berdiri, dan sebagainya.

b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan


dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan

7
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,
menjimpit menulis dan sebagainya.

c. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berubungan


dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara
berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

d. Sosialisasi dan kemandirian adala aspek yang berubungan dengan


kemampuan diri anak (makan sendiri membereskan mainan selesai
bermain) berpisa dengan ibu/ pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya.

Periode Perkembangan Anak

Perkembangan anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan


dan berkesinambungan yang dimulai sejak masa konsepsi sampai
dewasa. Perkembangan anak dibagi dalam beberapa peiode. Berdasarkan
beberapa kepustakaan, maka periode tumbuh kembang anak adalah
sebagai berikut :
1. Masa prenatal atau masa intrauterine (masa janin dalam
kandungan) masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Masa zigot/mudigah, sejak saat konsepsi sampai umur
kehamilan 2 mi nggu.
b. Masa embrio, sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12
minggu.Ovum yang telah dibuahi dengan cepat akan menjadi
suatu organisme, terjadi diferensiasiyang berlangsung dengan
cepat, terbentuk sistem organ dalam tubuh.

c. Masa janin/fetus, sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai


akhir kehamilan. Masa ini terdiri dari 2 periode yaitu masa
fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai tri
mester ke-2 kehidupan intra uterin. Pada masa ini terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia

8
sempurna. Alat tubuh telah terbentuk serta mulai berfungsi.
Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan. Pada masa
ini pertumbuhan berlangsung pesat disertai perkembangan
fungsi-fungsi organ tubuh. Terjadi transfer Imunoglobin G (Ig
G) dari darah ibu melalui plasenta. Pada periode ini
pertumbuhan otak janin sangat peka terhadap pengaruh
lingkungan janin. Gizi kurang pada ibu hamil, infeksi, merokok
dan asap rokok, minuman beralkohol, obat-obat, bahan-bahan
toksik, pola asuh, depresi berat, faktor psikologis seperti
kekerasan terhadap ibu hamil, dapat menimbulkan pengaruh
buruk bagi pertumbuhan janin dan kehamilan. Pada setiap ibu
hamil, dianjurkan untuk selalu memperhatikan gerakan janin
setelah kehamilan 5 bulan.
2 . Masa bayi (infancy) umur 0 sampai 11 bulan masa ini dibagi
menjadi 2 periode yaitu masa neonatal dan umur 0 sampai 28 hari.
Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode:
b. Masa neonatal dini, umur 0 - 7 hari.
c. Masa neonatal lanjut, umur 8 - 28 hari.

Tahapan Perkembangan anak adalah sebagai berikut:


1. Umur 0-3 bulan

a. Mengangkat kepala setinggi 45 derajat


b. Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
c. Melihat dan menatap wajah anda.
d. Mengoceh spontan atau bereaksi dengan me ngoceh.
e. Suka tertawa keras.
f. Bereaksi terkejut terhadap suara keras.
g. Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
h. Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
kontak

2. Umur 3-6 bulan

9
a. Berbalik dari telungkup ke telentang.
b. Mengangkat kepala setinggi 90 derajat
c. Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
d. Menggenggam pensil.
e. Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
f. Memegang tangannya sendiri.
g. Berusaha memperluas pandangan.
h. Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
i. Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
j. Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat
bermain sendiri.

3. Umur 6-9 bulan


a. Duduk (sikap tripoid sendiri).
b. Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
c. Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya.
e. Memungut 2 benda, masingmasing tangan pegang 1 benda pada
saat yang bersamaan.
f. Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
g. Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatatata.
h. Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
i. Bermain tepuk tangan/ciluk ba.
j. Bergembira dengan melempar benda.
k. Makan kue sendiri.

4. Umur 9-12 bulan


a. Mengangkat badannya ke posisi berdiri.
b. Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
c. Dapat berjalan dengan dituntun.
d. Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
e. Mengenggam erat pensil.
f. Memasukkan benda ke mulut.
g. Mengulang menirukan bunyi yang didengar.
h. Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
i. Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja.
j. Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
k. Senang diajak bermain CILUK BA
l. Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal.

5. Umur 12-18 bulan

10
a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
b. Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali.
c. Berjalan mundur 5 langkah.
d. Memanggil ayah dengan kata papa, memanggil ibu dengan kata
mama.
e. Menumpuk 2 kubus.
f. Memasukkan kubus di kotak.
g. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek,
h. Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.

6. Umur 18-24 bulan


a. Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik.
b. Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
c. Bertepuk tangan, melambai-lambai.
d. Menumpuk 4 buah kubus.
e. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
f. Menggelindingkan bola kearah sasaran.
g. Menyebut 3 6 kata yang mempunyai arti.
h. Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
i. Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.

7. Umur 24-36 bulan

a. Jalan naik tangga sendiri.


b. Dapat bermain dan menendang bola kecil.
c. Mencoret-coret pensil pada kertas.
d. Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata.
e. Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
f. Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda
atau lebih.
g. Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu
mengangkat piring jik a diminta.
h. Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
i. Melepas pakaiannya sendiri.

8. Umur 36-48 bulan

11
a. Berdiri 1 kaki 2 detik
b. Melompat kedua kaki diangkat
c. Mengayuh sepeda roda tiga.
d. Menggambar garis luruso Menumpuk 8 buah kubus.
e. Mengenal 2-4 warna.
f. Menyebut nama, umur, tempat.
g. Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan.
h. Mendengarkan cerita
i. Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
j. Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
k. Mengenakan sepatu sendiri.
l. Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

9. Umur 48-60 bulan


a. Berdiri 1 kaki 6 detik.
b. Melompat-lompat 1 kaki.
c. Menari.
d. Menggambar tanda silang.
e. Menggambar lingkaran.
f. Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
g. Mengancing baju atau pakaian boneka.
h. Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
i. Senang menyebut kata-kata baru.
j. Senang bertanya tentang sesuatu
k. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
l. Bicaranya mudah dimengerti
m. Bisa membandingkan / membedakan sesuatu dari ukuran dan

bentuknya
n. Menyebut angka, menghitung jari
o. Menyebut nama-nama hari
p. Berpakaian sendiri tanpa dibantu.
q. Menggosok gigi tanpa dibantu.
r. Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

10. Umur 60-72 bulan


a. Berjalan lurus
b. Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
c. Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
d. Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
e. Menggambar segi empat.
f. Mengerti arti lawan kata
g. Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih

12
h. Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan
kegunaannya.
i. Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10
j. Mengenal warna-warni
k. Mengungkapkan simpatio Mengikuti aturan permainan
l. Berpakaian sendiri tanpa dibantu

Gangguan Tumbuh-Kembang Yang Sering Ditemukan

1 . Gangguan bicara dan bahasa


Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh
perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap
keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya sebab melibatkan
kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan
sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan
bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.

2. Cerebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada
sel-sel motorik pada susunansaraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai
pertumbuhannya.

3. Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal
dari fenotipnya danmempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi
akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya
lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan
jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan
lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan
keterampilan untuk menolong diri sendiri.

4. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelumanak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi

13
seluruh aspek perkembangan sehinggagangguan tersebut sangat luas dan
berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksisosial, komunikasi dan perilaku.

5. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang
rendah (IQ < 70) yangmenyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutanmasyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal.

6. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)


Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatianyang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.

Tahap Perkembangan Anak

Anak Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling


berkaitan, dan berkesinambungan dimulai sejak pembuahan sampai
dewasa. Walaupun terdapat variasi, namun setiap anak akan melewati suatu
pola tertentu. Tanuwijaya (2003) Tahapan tumbuh kembang anak yang
terbagi menjadi dua, yaitu masa pranatal dan masa postnatal. Setiap masa
tersebut memiliki ciri khas dan perbedaan dalam anatomi, fisiologi,
biokimia, dan karakternya. Masa pranatal adalah masa kehidupan janin di
dalam kandungan. Masa ini dibagi menjadi dua periode, yaitu masa embrio
dan masa fetus. Masa embrio adalah masa sejak konsepsi sampai umur
kehamilan 8 minggu, sedangkan masa fetus adalah sejak umur 9 minggu
sampai kelahiran. Masa postnatal atau masa setelah lahir terdiri dari lima
periode. Periode pertama adalah masa neonatal dimana bayi berusia 0 - 28
hari dilanjutkan masa bayi yaitu sampai usia 2 tahun. Masa prasekolah
adalah masa anak berusia 2
6 tahun. Sampai dengan masa ini, anak laki-laki dan perempuan
belum terdapat perbedaan, namun ketika masuk dalam masa selanjutnya

14
yaitu masa sekolah atau masa pubertas, perempuan berusia 6 10 tahun,
sedangkan laki-laki berusia 8 - 12 tahun. Anak perempuan memasuki masa
adolensensi atau masa remaja lebih awal dibanding anak laki-laki, yaitu
pada usia 10 tahun dan berakhir lebih cepat pada usia 18 tahun. Anak laki-
laki memulai masa pubertas pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 20
tahun.

Aspek Perkembangan Anak


Perkembangan anak pada fase awal terbagi menjadi 4 aspek
kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan
penglihatan, berbicara dan bahasa, serta sosial emosi dan perilaku. Jika
terjadi kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan aspek yang lain. Kemajuan perkembangan
anak mengikuti suatu pola yang teratur dan mempunyai variasi pola batas
pencapaian dan kecepatan. Batasan usia menunjukkan bahwa suatu
patokan kemampuan harus dicapai pada usia tertentu. Batas ini menjadi
penting dalam penilaian perkembangan, apabila anak gagal mencapai
dapat memberikan petunjuk untuk segera melakukan penilaian yang lebih
terperinci dan intervensi yang tepat.

Penilaiaan Perkembangan

Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan sedini mungkin


sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan
perkembangan serta mengenal faktor resiko pada balita. Deteksi dini
berguna untuk rencana pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta
pemulihan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis proses
perkembangan. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh
kembang yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas, 1997).

15
Penilaian perkembangan mempunyai parameter dan alat ukur
tersendiri. Salah satu instrumen skrining yang dipakai secara internasional
untuk menilai perkembangan anak adalah DDST II (Denver Development
Screening Test). DDST II merupakan alat untuk menemukan secara dini
masalah penyimpangan perkembangan anak umur 0 s/d < 6 tahun.
Instrumen ini merupakan revisi dari DDST yang pertama kali
dipublikasikan tahun 1967 untuk tujuan yang sama. Pemeriksaan yang
dihasilkan DDST II bukan merupakan pengganti evaluasi diagnostik,
namun lebih ke arah membandingkan kemampuan perkembangan seorang
anak dengan anak lain yang seumur. DDST II digunakan untuk menilai
tingkat perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai
tanda- tanda keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. DDST II
bukan merupakan tes IQ dan bukan merupakan peramal kemampuan
intelektual anak di masa mendatang. Tes ini tidak dibuat untuk
menghasilkan diagnosis, namun lebih ke arah untuk membandingkan
kemampuan perkembangan seorang anak dengan kemampuan anak lain
yang seumur.

Menurut Pedoman Pemantauan Perkembangan Denver II


(Subbagian Tumbuh Kembang Ilmu Kesehatan Anak RS Sardjito, 2004),
formulir tes DDST II berisi 125 item yg terdiri dari 4 sektor, yaitu: personal
sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, serta motorik kasar. Sektor personal
sosial meliputi komponen penilaian yang berkaitan dengan kemampuan
penyesuaian diri anak di masyarakat dan kemampuan memenuhi kebutuhan
pribadi anak. Sektor motorik halus-adaptif berisi kemampuan anak dalam
hal koordinasi mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda
kecil serta pemecahan masalah. Sektor bahasa meliputi kemampuan
mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. Sektor motorik kasar
terdiri dari penilaian kemampuan duduk, jalan, dan gerakan-gerakan umum
otot besar. Selain keempat sektor tersebut, itu perilaku anak juga dinilai

16
secara umum untuk memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak
menggunakan kemampuannya.

Diagnosis

1. Anamnesis
a. Prenatal dan perinatal penyakit penyakit ibu infeksi yang perna
diderita
b. Retardasi mental, kesukaran belajar, pertumbuan, status Gizi,
masalah- masalah sosial. Penyakit-penyakit
c. kepedulian orang tua teradap anaknya
2. Pemeriksaan fisik
a. menetapkan umur anak
b. terdapat dalam
a. Buku KIA dan KMS (Kartu Menuju Sehat)
Perkembangan anak tidak sesuai (terlambat) dengan
gambar perkembangan pada usianya.
b. Buku DDTK-2006 : Pengisian formulir Kuisioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP) untuk usia 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 ,24 ,
30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan.
c. Denver II untuk usia 1 bulan- 6 tahun
d. Penunjang : Laboratorik apabila diperlukan (infeksi), TORCH,
CT Scan atas indikasi apabila didapatkan microcepali,
hydrocephalus.

Instrumen Penilaian Perkembangan

1. KPSP

Formulir KPSP adalah alat/instrumen yang digunakan untuk


mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Cara menggunakan KPSP :

17
a. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan adalah
yang lebih kecil dari usia anak.

Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan


adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian
sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah
KPSP 9 bulan.

b. Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila


umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan

Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4


bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 3 bulan.

c. Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan


umur anak. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak.
Contoh : dapatkah bayi makan kue sendiri?

Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk


melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP.
Contoh : pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk

d. Baca dulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila


tidak jelas atau ragu-ragu tanyakan lebih lanjut agar mengerti
sebelum melaksanakan.

e. Pertanyaan dijawab berurutan satu persatu. Setiap pertanyaan


hanya mempunyai satu jawaban YA atau TIDAK. Teliti kembali
semua pertanyaan dan jawaban.

f. Interpretasi Hasil KPSP

Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-


kadang). Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau

18
tidak pernah). Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak
sesuai dengan tahapan perkembangan (S). Bila jawaban YA = 7
atau 8, perkembangan anak meragukan (M). Bila jawaban YA = 6
atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P). Rincilah
jawaban TIDAK pada nomer berapa saja. Untuk Anak dengan

g. Perkembangan SESUAI (S) berarti Orang tua / pengasuh anak


sudah mengasuh anak dengan baik. Pola asuh anak selanjutnya
terus lakukan sesuai dengan bagan stimulasi sesuaikan dengan
umur dan kesiapan anak. Keterlibatan orangtua sangat baik dalam
tiap kesempatan stimulasi. Tidak perlu mengambil momen
khusus. Stimulasi diberikan sebagai kegiatan sehari-hari yang
terarah. Ikutkan anak setiap ada kegiatan Posyandu.

h. Untuk Anak dengan Perkembangan MERAGUKAN (M).


Konsultasikan nomer jawaban tidak, mintalah jenis stimulasi apa
yang diberikan lebih sering. Lakukan stimulasi intensif selama 2
minggu untuk mengejar ketertinggalan anak. Bila anak sakit
lakukan pemeriksaan kesehatan pada dokter/dokter anak.
Tanyakan adakah penyakit pada anak tersebut yang menghambat
perkembangannya. Lakukan KPSP ulang setelah 2 minggu
menggunakan daftar KPSP yang sama pada saat anak pertama
dinilai. Bila usia anak sudah berpindah golongan dan KPSP yang
pertama sudah bisa semua dilakukan. Lakukan lagi untuk KPSP
yang sesuai umur anak. Misalnya umur anak sekarang adalah 8
bulan 2 minggu, dan ia hanya bisa 7-8 YA. Lakukan stimulasi
selama 2 minggu. Pada saat menilai KPSP kembali gunakan dulu
KPSP 6 bulan. Bila semua bisa, karena anak sudah berusia 9
bulan, bisa dilaksanakan KPSP 9 bulan. Lakukan skrining rutin,
pastikan anak tidak mengalami ketertinggalan lagi. Bila setelah 2
minggu intensif stimulasi, jawaban masih (M) = 7-8 jawaban YA.

19
Konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau ke rumah sakit
dengan fasilitas klinik tumbuh kembang.

Sumber: Kemenkes RI, 2012

2. Denver II

20
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari
Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver
Developmental Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari
metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan
tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.
Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali
skrining hanya berkisar 25-30 tugas. Aspek Perkembangan yang
dinilai ada 4 sektor perkembangan:

a. Personal Social (perilaku sosial)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat.

c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.

d. Gross motor (gerakan motorik kasar)


Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Alat yang digunakan berupa benang wol merah, kismis/ manik-


manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular
tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-
kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat
diperiksa).

21
Lembar formulir DDST II

Sumber: Kemenkes RI, 2012

22
Petunjuk DDST

Sumber: Kemenkes RI, 2012

23
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

a.Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang


berusia 3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5
tahun.

b. Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya


hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

Penilaiannya jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak
tidak mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

Cara Pemeriksaan DDST II

a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang


akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12
bulan untuk satu tahun.

b. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke


bawah, jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

c. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis


horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

d. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan


berapa yang F.

e. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal,


Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.

Hasil Abnormal

a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

24
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia .

Hasil Meragukan

a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada


sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis vertikal usia.

Tidak dapat dites apabila terjadi penolakan yang menyebabkan


hasil tes menjadi abnormal atau meragukan. Hasil dianggap
normal bila semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya


sampai anak usia 2 tahun:

Contoh perhitungan anak dengan prematur:

An. S lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada


tanggal 5 Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST
II pada tanggal 1 April 2008. Hitung usia kronologis An. S.

Diketahui:

Tanggal lahir An. S : 5-8-2015

Tanggal periksa : 1-4-2017

Prematur : 32 minggu

Ditanyakan: Berapa usia kronologis An. S?

Jawab: 2008 4 1 An. S prematur 32 minggu

2006 8 5 Aterm = 37 minggu 37-32 = 5 minggu

25
________________________________

1 7 -26

Jadi usia An. S jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26
hari atau 1 tahun 8 bulan atau 20 bulan. Usia tersebut dikurangi usia
keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari, sehingga usia
kronologis An. S untuk pemeriksaan DDST II adalah:

1 tahun 7 bulan 26 hari 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari atau 1 tahun


7 bulan atau 19 bulan

Interpretasi dari nilai Denver II

Advanced

Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis


(dilewati pada kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak
tersebut)

OK

Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis


usia antara persentil ke-25 dan ke-75

Caution

Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia


kronologis di atas atau diantara persentil ke-75 dan ke-90

Delay

Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia
kronologis; penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai
kelambatan, karena alasan untuk menolak mungkin adalah
ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu

Interpretasi tes

26
Normal jika tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu
kewaspadaan. Suspect jika satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua
atau lebih banyak kewaspadaan. Untestable jika penolakan pada satu
atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada lebih dari
satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai
90%. Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable adalah
skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor
temporer.

27
Daftar Pustaka

Depkes RI, 2005. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi dini
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes RI

Kemenkes RI, 2012. Instrumen Stimulasi, Deteksi dan Intervensi dini Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: Depkes RI

Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar


I Ilmu Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Agungseto.

Tanuwidjaya, S. 2012. Konsep Umum Tumbuh Kembang dalam Buku Ajar I Ilmu
Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.

28

Anda mungkin juga menyukai