Disusun Oleh :
Nurul Azizah
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
LAMPUNG
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat
diselesaikan.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan
dengan judul Teknik dan Instrumen Evaluasi Kognitif di Institut Agama Islam
Negeri Raden Intan Lampung.
Terima kasih kepada Ibu selaku dosen mata kuliah Mevaluasi Pendidikan yang
telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Demikianlah tugas ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas
mata kuliah Evaluasi Pendidikan
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan perilaku siswa-i untuk dapat mencapai kompetensi
tertentu pada kondisi dan tingkat tertentu pula. Sebuah rancangan
pembelajaran yang telah dibuat perlu dilakukan evaluasi untuk mengetahui
hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi pendidikan dilakukan
dengan mengambil beberapa sasaran, salah satunya adalah intelegensi yang
didalamnya terdapat ranah kognitif dengan cakupan-cakupan tertentu.
Suatu sistem evaluasi memerlukan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan, yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan berpikir yang akan dinilai, dengan berpedoman pada TIU
(Tujuan Intruksional Umum) dan TIK (Tujuan Intruksional Khusus).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kah langkah penyusunan instrumen evaluasi kognitif ?
2. Bagaimanakah teknik penyususnan test ?
3. Bagaimanakah teknik penyusunan non test ?
C. Tujuan
1. Pemahaman tentang langkah penyusunan instrumen evaluasi kognitif.
2. Pemahan tentang bagaimana langkah penyususnan test dan non test.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Khusus mengenai uji coba test, dala penyusuna test untuk mengukur prestasi
hasil pembelajaran yang diselenggaran oleh guru dikelas seperti ulangan
harian, ulangan umum, dan ulangan kenaiakan kelas, tidak harus dilakukan
secara tersendiri.
5
Perumusan tujuan dan kawasan tes
Uji coba
Revisi
6
diujikan, pengambilan sampel item dari keseluruhan kawasan ukur dan
masing-masing bagian pengetahuan yang akan diungkap, serta
pertimbangan mengenai tingkat kesukaran tes.
Kalau tes tersebut diarahkan untuk fungsi formatif, maka rumusan
tujuannya adalah untuk mengukur tingkat penguasan peserta didik
terhadap kompetensi yang diajarkan selama satu atau beberapa kali tatap
muka. Tes untuk funsi ini harus dirancang agar meliputi semua unit
pembelajaran yang telah diajarkan. Butir-butir ditulis dalam taraf
kesukaran yang disesuaikan dengan kesukaran yang disesuaikan dengan
kesukaran masing-masing unit dan sifat tesnya lebih mengacu kepada
kriteria.
Tes prestasi yang berfungsi sebagai pengukuran sumatif guna
penentuan nilai akhir dalam suatu program, penentuantaraf penguasaan,
atau penentuan kelulusan harus dirancang agar butir-butirnya mewakili
secara menyeluruh kawasan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
semula. Biasanya, tes berisi butir dalam taraf kesukaran yang bervariasi
dan penilaian hasilnya mengacu pada norma. Guna tujuan tertentu,
misalnya untuk pemberian lisensi atau penentuan kelulusan menurut
persyaratan minimal suatu kecakapan, tes dirancang dengan model
criterion-referenced. Dalam hal ini, taraf kesukaran butir dibuat bervariasi
dan tidak tinggi.
Bagi tes prestasi yang akan digunakan sebagai dasar penempatan,
yaitu yang digunakan sebagai pengukuran kecakapan yang disyaratkan
diawal suatu program pendidikan, butir-butirnya haruslah meliputi sampel
perilaku yang luas yang dianggap sebagai indikator penguasaan kecakapan
yang disyaratkan tersebut. Perancang tes harus membatasi lingkup materi
yang hendak diungkapnya dengan mengacu pada suatu kriteria penguasaan
(mastery) dengan merencanakan butir- yang taraf kesukarannya tidak
terlalu tinggi sebagaimana dalam criterion-referenced test. Dengan
demikian, akan dapat terlihat bagian-bagian atau dominan materi yang
7
belum dan yang telah dikuasai oleh siswa sebelum ia ditempatkan pada
level atau golongan kecakapan tertentu.
Bagi tes prestasi yang berfungsi diagnostik maka rumusan tujuan
tes adalah untuk mengetahui kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh
peserta didik atau untuk mendeteksi kesukaran belajar dan sebab-
sebabnya. Tes untuk fungsi seperti ini butir-butir soalnya haruslah ditulis
dalam tingkat kesukaran rendah dan meliputi bagian-bagian tugas yang
berkaitan langsung dengan sumber-sumber kesalahan dalam belajar yang
umum terjadi.
Adapun yang dimaksud dengan pembatasan kawasan tes adalah
pendefinisian lingkup materi tes yang hendak diungkapkan atau
menjelaskan batasan ruang lingkup. Materi yang akan diteskan. Disini,
evaluator atau perancang tes perlu memberikan pembatasan yang jelas
tentang ruang lingkup materi yang akan diteskan, misalnya Tes Mata
Pelajaran PAI SMP Kelas III semester I. Pembatasan kawasan tes seperti
ini akan membantu mencapai tingkat kevalidan alat ukur terutama
menyangkut validitas isi.
8
tujuan ukur, secara representatif dan dalam jumlah butir yang sebanding (
proporsional ) untuk setiap bagian sesuai dengan urgensi dan bobot
masing-masing bagian itu. Relevan artinya butir-butir yang akan ditulis
benar-benar menanyakan hanya mengenai materi yang telah diidentifikasi
dan segala sesuatu yang berkaitan dan dianggap perlu guna memahami
materi tersebut. Sifat komprehensif dan relevan inilah yang menjadi dasar
tegaknya validitas isi ( content validity ) tes prestasi.
Salah satu cara yang biasa nya ditempuh guna memperoleh tes yang
isinya komprehensif dan relevan adalah dengan melakukan penguraian
materi menurut bagian-bagian materinya. Penguraian ini dapat
disandarkan topik-topik dalam kurikulum atau pada bab-bab dalam buku
yang dijadikan acuan pengajaran. Dapat pula didasarkan pada kategori
topik yang dijadikan batasan selama proses pembalajaran.
Setelah pengelompikan bagaian-bagaian materi selesai ditetapkan
kemudian masing-masing bagian perlu diberi bobot sesuai dengan
kepentingannya. Bagian suatu pelajaran yang diajarkan seringkali
meminta perhatian yang tidak sama dikarenakan pertimbangan relevansi
dan pentingnya bagian materi tersebut bagi program pembelajaran
kesluruhan. Perbedaan relevansi ini menyebabkan perbedaan pula pada
keluasan dan kedalaman pembahasan yang perlu dalam kelas. Makin
penting suatu bagian materi akan semakin dalam pembahasan nya dan
semakin banyak waktu yang diperlukan untuk itu.
Peredaan kepentingan bagian inilah yang harus dicerminkan oleh tes
secara proposional dalam bentuk bobot materi. Semakin tibggi bobot
bagian suatu materi semakin banyak ia harus dituangkan dalam bentuk
item dan semakin rendah bobot bagian suatu materi semakin sedikit ia
harus dituankan dalam bentuk item. Berikut akan dikemukakan contoh
penguraia tes untuk mata kuliah tauhid dengan mengacu pada
kurikulum/silabi :
Topik 1 konsep tauhid
Topik 2 dimensi-dimensi tauhid
9
Topik 3 hal-hal yang merusak tauhid
3. Kisi-kisi tes
Kisi-kisi tes atau blue print ( cetak biru ) adalah deskripsi mengenai ruang
lingkup materi dan aspek/kompetensi yang akan diujikan yang umum
dituangkan dalam sebuah matriks. Matriks adalah tabel yang terdiri dari
kolom dan lajur ( baris ). Tujuan penyusuna kisi-kisi tes ini adalah unuk
menentukan ruang lingkup kompetensi, materi tes serta bentuk dan jenis
sehingga dapat menjadi rambu-rambu dalam menuliskan butir-butir soal.
Ada dua bentuk kisi-kisi yang perl dibuat oleh penyusun tes, yaitu :
a. Kisi-kisi untuk menentukan proporsi materi dan kompetensi yang
diujikan, dan
b. Kisi-kisi untuk menentukan bentuk soal yang soal yang sesuai dengan
muatan materi dan kompetensi.
Langkah-langkah penyusunan kisi-kisi untuk menentukan proporsi materi
dan kompetensi adalah sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi pokok-pokok materi yang akan diujikan dengan
memberikan imbangan bobot untuk masing-masing bahasan, contoh :
Pokok materi bobot
Konsep tauhid 20 %
Dimensi-dimensi tauhid 40 %
Hal-hal yang merusak tauhid 40 %
b. Mengidentifikasi ranah kognitif yang termuat dalam rumusan
indikator dan memberikan imbangan bobot untuk masing-masing
tingkat ranah. Penentuan imbangan dilakukan bedasakan imbangan
(judgment) dari penyusun. Sebgai ramburambu yang perlu
diperhatikan penyusun tes, bahwa pencapaian tingkatan ranah kognitif
hendaknya disesuaikan dangan jenjang pendidikan, misalnya untuk
jenjang sekolah dasar (SD) minimal sampai tingkat aplikasi, untuk
SMP minimal sampai tigkat analisis dan untuk SMA/SMK dan PTAI
10
hendaknya sudah sampai tingkat evaluasi. Contoh untuk mata
pelajaran PAI diSMP :
Ranah kognitif bobot
Pengatahuan 20 %
Pemahaman 30 %
Aplikasi 30 %
Analisa 20 %
Sintesa 0%
Evaluasi 0%
c. Memasukan ranah dan pokok-pokok materi yang telah teridentifikasi
ke dalam tabel spesifikasi
d. Memerinci banyaknya butir soal dalam setiap pokok materi dan ranah
yang akan dicapai. Contoh : jika akan disusun 10 butir tes aspek
kognitif , maka penentuan jumlah butir soal masing-masing
kompetensi dengan cara :
Pengetahuan 20 % x 10 = 2 soal
Pemahaman 30 % x 10 = 3 soal
Aplikasi 30 % x 10 = 3 soal
Analisis 20 % x 10 = 2 soal
Sintesis 0 % x 10 = 0 soal
Evaluasi 0 % x 10 = 0 soal
Setelah diketahui jumlah soal masing-masing ranah memasukan pada
tabel pada kolom paling bawah.
Penentuan jumlah soal untuk masing-masing pokok materi dengan
cara :
Konsep tauhid 20 % x 10 = 2 soal
Dimensi-dimensi tauhid 40 % x 10 = 4 soal
Hal-hal yang merusak Tauhid 40 % x 10 = 4 soal
Jumlah butir soal menurut pokok materi dimasukan tabel spesifikasi
pada kolom paling kanan. Lihat tabel berikut :
11
Kompetensi Pengetahuan Pemahama Aplikasi Analisis Sintesis Evaluasi Jml
materi 20 % n 30 % 20 % 0% 0% 100
30 % %
Konsep (a) 1 butir 1 butir (d) 2
tauhid 20 (b) (c)
%
Dimensi- 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir 4
dimensi (e) (f) (g) (h)
tauhid 40
%
Hal-hal 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir 4
yang (i) (j) (k) (l)
merusakan
tauhid 40
%
Jumlah 2 3 3 2 0 0 10
100 % but
ir
12
butir dan untuk tingkat kemampuan analisis dengan tes essay/uraian
sebanyak 2 butir.
Sedangkan untuk penyusunan kisi-kisi yang kedua hal-hal yang perlu
dikemukakan adalah kompetensi dasar, materi pokok, indikator,
bentuk soal, dan nomor setiap soal. Contoh kisi-kisi nya sebagai
berikut :
No Kompetensi dasar Materi pokok Indikator Bentuk Nomor
soal soal
1 Siswa beriman Iman kepada Menjelaskan Pilihan 10
kepada allah dan Allah pengertian ganda
memahami sifat- iman kepada
sifat nya Allah
Menjelaskan
sifat-sifat Uraian 43
wajib dan terstruktur
mustahil bagi
Allah
2 Siswa mampu Shalat Menjelaskan Pilihan 15
melakukan solat berjamaah pengertian, ganda
berjamaah hukum dan
syarat-syarat
shalat
berjamaah
Menjelaskan Uraian 44
fungsi shalata terstruktur
berjamaan
dalam
kehidupan
3 Dst
13
4. Pemilihan bentuk tes
Pemilihan bentuk tes yang tepat didasarkan pada beberapa faktor seperti:
tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa
lembar jawaban tes, cakupan materi tes dan karakteristik mata pelajaran
yang diujikan (Depdiknas, 2004).
Bentuk tes objektif pilihan ganda, menjodohkan, isian dan bentuk tes
banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Sedangkan tes dalam bentuk uraian digunakan bila evaluator ingin
mengukur penguasaan kemampuan tingkat tinggi testee (analisis, sintesis,
atau evaluasi). Disamping itu, tes bentuk uraian dipilih jika jumlah testee
relatif sedikit dan waktu untuk koreksi relatif longgar.
5. Panjang tes
Panjang tes dimaksudkan adalah jumlah soal yang akan diujikan dalam
suatu ujian. Jumlah soal ini ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk
melakukan ujian dengan memerhatikan bahan yang diujikan dan tingkat
kelelahan peserta tes (testee) (Depdiknas, 2004). Pada umumnya, tes
ditingkat Madrasah Aliyah dilakukan selama 60 menit sampai dengan 75
menit. Untuk tes bentuk pilihan ganda dengan tingkat kesulitan rata-rata
sedang, tiap butir soal uraian banyaknya butir soal tergantung pada
kompleksitas soal. Walau demikian, disarankan menggunkan lebih banyak
soal dibandingkan hanya beberapa soal agar kesahihan isi lebih banyak.
Ada tiga hal utama yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah
soal yang diujikan, yaitu: 1) bobot masing-masing bagianyang telah
ditentukan dalam kisi-kisi, 2) keandalan yang diinginkan, dan 3) waktu
yang tersedia ( Depdiknas, 2004). Bobot skor tiap soal bisa ditentukan
sebelum tes digunakan, yaitu berdasarkan tingkat kompleksitas atau
14
kesulitannya, yang kompleks atau sulit diberi bobot lebih tinggi dibanding
dengan yang lebih mudah.
Jumlah soal yang diperlukan tiap jenis tes untuk suatu satuan waktu
tertentuharus diperhitungkan dengan tepat. Hal ini untuk menjaga agar
waktu yang disediakan tidak kurang atau berlebih. Bagi guru yang
berpengalaman dapat menentukan jumlah soal dengan tepat.
15
Bentuk soal pilihan ganda merupakan salah satu soal yang sangat luas
digunakan untuk mengukur prestasi peserta didik baik pada jenjang
pendidikan dasar (SD/MI dan SLTP), pendidikan menengah atas
(SLTA), maupun perguruan tinggi. Bhakan bentuk soal ini juga
digunakna pada bidang-bidang diluar pendidikan seperti pada tes calon
pegawai negeri sipil. Penggunaan secara luas soal bentuk ini tidak
terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Diantara
kelebihan soal pilihan ganda ini sebagai berikut :
1. Materi yang dapat diujikan relatif banyak dibandingkan materi
yang dapat dicakup soal bentuk lainnya. Jumlah soal yang
ditanyakan umumnya relatif banyak
2. Dapat mengukur berbagai jenjang kognitif mulai dari ingatan
sampai dengan evaluasi.
3. Pengoreksian dan penskoran mudah, cepat, lebih objektif dan dapat
mencakup ruang lingkup bahan dan materi yang luas dalam satu tes
untuk suatu kelas atau jenjang.
4. Sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak sedangkan
hasilnya harus segera diketahui seperti pada ujian akhir nasional,
ujian sekolah dasar atau ujuan masuk perguruan tinggi negeri.
5. Reliabilitas soal pilihan ganda relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan soal uraian.
16
kemungkinan menerka sebesar 25 %, dan dengan 5 alternatif
jawabna peserta tes memiliki kemungkinan menerka sebesar 20 %.
4. Penyususnan soal yang lebih sulit dan memerlukan waktu relatif
lebih lama dibandingkan dengan bentuk soal lainnya.
5. Sangat sukar menentukan alternatif jawaban yang benar-benar
homogen, logis dan berfungsi.
c. Model-model tes pilihan ganda
Ada beberapa model soal pilihan ganda yang dapat digunakan dalam
evaluasi hasil belajar, yaitu :
Model pilihan ganda biasa
Model assosiasi
Model melengkapi berganda
Model hubungan antar hal
Model analisis kasus
Model pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar.
2. Tes bentuk jawaban singkat atau isian singkat
a. Pengertian
Tes jawaban singkat adalah bentuk tes yang berupa kalimat pertanyaan
yang harus dijawab dengan jawaban singkat atau kalimat perintah yang
harus dikerjakan atau berupa kalimat pernyataan yang belum selesai
sehingga testee harus mengisikan kata untuk melengkapi kalimat
tersebut. Bentuk tes ini tepat digunakan untuk mengetahui tingkat
ingatan/hafalan dan pemahaman peserta didik. Tes ini juga dapat
memuat jumlah materi yang banyak, namun tingkat berpikir yang
diukur cenderung rendah.
b. Kaidah penulisan tes jawaban singkat
Kaidah-kaidah utama penyusun soal bentuk ini adalah sebagai berikut :
Rumusan butir soal harus sesuai dengan kemampuan
(kompetensi dasar dan indikator)
Jawaban yang benar hanya satu
Rumusan kalimat soal harus komunikatif
17
Rumusan soal harus menggunakan bahasa yang baik, kalimat
singkat, dan jelas sehingga mudah dipahami
Jawaban yang dituntut oleh butir berupa kata, frase, angka,
simbol, tahun, tempat, dan sejenisnya harus singkat dan pasti.
Rumusan butir soal tidak merupakan kalimat yang belum
lengkap, bagian yang dikosongkan (perlu diisi oleh testee)
maksimud dua untuk satu kalimat soal.
Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakan
pada akhir atau dekat akhir kalimat daripada pada awal kalimat.
3. Tes menjodohkan
a. Pengertian
Tes bentuk menjodohkan atau memasangkan adalah suatu bentuk tes
yang terdiri dari suatu seri pertanyyan dan satu seri jawaban. Masing-
masing pertanyaan mempunyai jawabnya yang tercantum dalam seri
jawaban. Pertanyaan biasanya diletakan pada lajur sebelah kiri atau
atas dan sering disebut pula dengan stimulus atau premis yang berupa
kalimat atai frasa. Kelompok jawaban diletakan pada lajur sebelah
kanan atau bwah dan biasa pula disebut dengan respons yang dapat
berupa kata, bilangan, gambar atau simbol. Tugas testee ialah memilih
pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang
terdapat pada lajur sebelah kiri atau atas dengan respons yang terdapat
pada lajur sebelah kanan atau bawah.
Tes bentuk menjodohkan ini tepat untuk mengukur kemampuan
peserta didik yang sangat rendah, yaitu kemampuan untuk
mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
Kaidah-kaidah pokok penulisan tes jenis menjodohkan ini adalah
sebagai berikut :
Tulis lah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan mudah
dipahami para testee
18
Soal yangdiberikan kepada peserta didik hendaknya merupakan
soal yang sesuai dengan kompetensi/indikator yang terdapat
dalam kurikulum
Jumlah respon atau alternatif jawaban harus lebih banyak
dibandingkan dengan stimulus/premis, misalnya dilebihkan
satu atau dua atau lebih. Hal ini sangat penting untuk
memperkecil kemungkinan testee menjawab benar soal dengan
cara menebak
Pernyataan yang lebih panjang hendak nya diletakkan pada
stimulus (lajur sebelah kiri atau atas) dan pernyataan yang lebih
pendek diletakkan pada respns (lajur sebelah kanan atau
respons). Hal ini untuk menghindari agar peserta didik tidak
mengalami kesulitan karena harus menjodohkan bagian ynag
pendek dengan bagian yang panjang
Butir soal (stimulus) dan alternatif jawaban (respons) harus
diletakan pada halaman yang sama, khususnyauntuk
penempatan stimulus diatas dan respons dibawah. Jika
stimulus diletakan pada halaman yang berbeda testee akan
mengalami kesulitan dengan mengulag-ngulang membuka
halaman untuk mencocokan stimulus dan respons. Hal ini
tentu akan menyulitkan testee dan mengganggu konsentrasinya
dalam menyelesaikan soalnya.
Stimulus/premis yang terdapat pada sebelah kiri atau atas harus
menggunakna angka (1, 2, 3, dan seterusnya) sebagai nomor
pada pernyataan butir soal, dan respon pada sebelah kanan
atau bawah menggunakan abjad (a, b, c, dan seterusnya)
Pilihan jawaban yang berbentuk angka hendaknya disusun
secara berurutab dan dari besar ke kecil atau sebaliknya.
Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan tahun
terjadinya peristiwa, maka sebaiknya disusun secara
kronologis.
19
Kalimat butir soal hendaknya dirumuskan dengan
menggunakan bahasa yang baik, serta kalimat yang singkat
dan jelas dan harus menggunakan bahsa yang sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia (EYD). Soal juga harus menggunakan
bahasa yang komunikatif, sehingga mudah dimengerti dan
tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat (bahasa
lokal), jika soal akan digunakan daerah lain atau nasional.
4. Tes uraian
a. Pengertian
Tes bentuk uraian merupakan alat evaluasi hasil belajar yang paling
tua. Tes uraian disebut pula dengan tes esai (essay test) atau tes
subjektif. Dikatakan tes subjektif terutama terkait dengan proses
pemeriksaan dan pemberian skor dari tester (evaluator) yang relatif
lebih bersifat subjektif jika dibandingkan dengan pada tes objektif.
Secara umum tes uraian ini memiliki karakteristik sebagai berikut,
pertama, tes uraian adalah tes yang berupa pertanyaan atau perintah
yang jwabannya menuntuk testee mengorganisasikan gagasan atau hal-
hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan gagasan
tersebut dalam bentuk tulisan. Perbedaan yang sangat jelas antara tes
objektif dan tes uraian (tes subjektif). Kedua, jumlah butir soalnya
umumnya terbatas, yaitu berkisar empat sampai dengan sepuluh butir.
Ketiga, pada umumnya, butir-butir soal tes diawali denga kata-kata :
jelaskan, terngkan, uraikan, mengapa, bagaimana, dan kata-kata laian
yang menuntut testee memberikan uraian jawaban secara lebih luas.
Tes uraian dgunakan secara luas untuk bebagai macam keperluan
antara lain digunakan sebagai ulangan harian, ulangan umum, ataupun
ulangan kenaikan kelas. Pada perguruan tinggi, biasanya para dosen
menggunakan bentuk uraian tes ini pada saat ujian tengah semester
(UTS) atau ujian akhir semester (UAS). Dari sisi kemampuan, tes
uraian ini digunakan untuk mengukur kemampuan yang tidak dapat
diukur dengan bentuk tes objektif. Secra umum terdapat dua situasi
20
diman guru atau dosen untuk mengukur kemampuan yang sangat
tinggi yang tidak efektif diukur dengan tes bentuk objektif seperti
kemampuan analisis, sintesis, maupun evaluasi. Kedua, tes uraian
digunakan jika guru ingin mengukur kemampuan menulis. Dalam
contoh ini, guru biasanya mengukur kemampuan testee untuk menulis
beberapa kalimat sehingga terbentuk sebuah cerita. Kemampuan yang
diukur adalah kemampuan mengekpresikan gagasan dalam sebuah
cerita yang meruntut dan komunikatif.
b. Jenis tes uraian
Tes bentuk uraian ini ada dua macam, yaitu tes uraian terbatas atau
uraian terstruktur dan tes uraian bebas.
Tes uraian terbatas, disebut pula dengan tes uraian terstruktur
atau tes uraian objektif adalah tes uraian yang sifat jawabannya
dibatasi (sudah terarah) baik ditinjau dari segi materi maupun
jawabannya. Penskoran pada tes uraian terbatas cenderung
lebih konsisten dan objektif.
Uraian bebas, yaitu bentuk tes uraian yang menghendaki
jawaban yang terurai (jawaban panjang). Tes uraian bebas ini
bebas melalui tulisan atau karangan. Jadi testee memiliki
kebebasan mengemukakan jawaban melalui tuliasan. Benar
tidaknya tulisan testee hanya dapat diskor oleh guru yang
benar-benar berpegalaman. Bentuk tes ini tepat digunakan
apabila bertujuan untuk :
1. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu
masalah sehingga dapat diketahuai luas dan intensitasnya,
2. Megupas suatu masalah yang kemungkinan jawban
beraneka ragam sehingga tidak ada satu jawaban yang pasti
3. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu
persoalandari berbagai segi atau dimensinya.
21
c. Pedoman tes uraian
Kaidah penyusunan untuk tes bentuk uraian secara umum adalah
sebagai berikut :
Soal harus sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang
terdapat pada kurikulum. Artinya, soal uraian harus
menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai
dengan tuntutan kompetensi dasar dan indikator.
Ruang lingkup berupa batasan pertanyaan dan jawaban harus
jelas dan tegas
Rumusan pertanyaan atau penyataan harus menggunakan kata-
kata tanya atau kata pentih yang menntut jawaban terurai
seperti : bandingkan ..., berikan alasan ..., jelaskan
mengapa .., uraikan.., tafsirkan ..., dan semacamnya yang
menghendaki jawaban terurai
Isi materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang dan jeni
sekolah dan tingkat sekolah
Rumusan pertanyaan jangan mengguakan kata yang tidak
menuntut peserta didik untuk menguraikan seperti : siapa,
kapan, dimana, apakah , dan bila.
Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal uraian selesai
ditulis. Pedoman penskoran harus dibuat dengan cara
menguraikan kriteria penskoran atau komponen yang akan
dinilai seperti rentang skor dan besarnya skor untuk setiap
kriteria.
Sesaat setelah butir-butir soal disusun, hendaknya segera
drumuskan kunci jawabannya, atau setidak-tidaknya disiapkan
ancer-ancer jawaban betulnya
Rumusan butir soal harus menggunakan bahasa indonesia yang
baku dan bahsa yang sederhanaserta komunikatif sehingga
mudah dipahami oleh peserta didik. Penulis soal jangan
sampai menggunkan istilah atau kalimat yang bertele-tele tidak
22
terfokus pada inti permaslahan sehingga sukar dipaham oleh
testee.
23
aspek dari peserta didik dan yang dilakukan secara berkala dan
berkesinambungan. Misalnya, untuk menentukan nilai rapor peserta
didik, seorang guru menyimpulkan dari rata-rata hasil ulangan harian,
ulangan blok, ulangan umum, tugas-tugas terstruktur, catatan
keseharian perilaku peserta didik (anecdotal record), dan laporan
kegiatan diluar sekolah/madrasah yang menunjang kegiatan kegiatan
belajar. Semua indikator proses dan hasil belajar peserta didik itu
tercatat dan terdokumentasi dalam suatu bundel yang dikenal dengan
portofolio. Inilah kemudian yang dikenal dengan model penilaian
portofolio.
Menurut poulson, portofolio sebagai kumpulan pekerjaan sisiwa yang
menunjukan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu
bidang atau lebih. Kemampuan ini harus mencakup partisipasi siswa
dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi
diri. Menurut Grounlund portofolio mencakup berbagai contoh
pekerjaan siswa yang tergantung dengan keluasan tujuan. Apa yang
harus tersurat, tergantung pada subjek dan tjuan penggunaan
portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi
pertimbangan kemajauan belajar dan dapat dikomunikasikan pada
siswa, orang tua, serta pihak laian yang berkepentingan. Dengan
demikian dapat dikatakan penilaian portofolio adalah kumpulan hasil
karya seorang peserta didik myang digunakan sebgai instrumen
evaluasi untuk menilai kompetensi peserta didik. Kumpulan hasil
karya tersebut difokuskan kepada dokumen tenang kerja peserta didik
sebagai bukti tentang apa yang dapat dilakukan peserta didik (dijawab
atau dipecahkan oleh mereka).
b. Indikator penilaian
Banyak sekali indikator yang dapat dipilih diantara nya yang dpat
dianggap cukup penting yaitu :
Hasil ulangan harian
Ulangan blok
24
Ulangan sumatif
Tugas-tugas terstruktur
Catatan perilaku peserta didik
Hasil karya peserta didik
Dan laporan aktifitas peserta didik diluar sekolah
2. Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah penilaian pada kemampuan melakukan scientific
inquiry yang dpat memberikan informasi tentang kemampuan peserta
didik mengaplikasikan pengatahuan dalam merencanakan,
mengorganisasi penyelidikan, bekerja sama, mengidentifikasi,
mengumpulkan informasi manganalisis dan menginterprestasikan serta
mengkomunikasikan temuannya dalam bentuk laporan tulisan.
Format penilaian proyek adalah sebagai berikut :
No Nama Aspek penilaian Jumlah Rata-rata
Proses Hasil
1 2 3 4 5 6 7
3. Penilaian produk
Penilaian terhadap hasil artikel/benda yang dihasilkan peserta didik pada
periode tertentu. Berikut adalah contoh instrumen penilaian yang dapat
digunakan dalam menilai produk yang dihasilkan oleh siswa.
Nama siswa : .............................
NIS : .............................
No Jenis Produk Aspek Penilaian Nilai Paraf guru
Kejelasan :
Tersususn dengan
25
baik
Tertulis dengan baik
Mudah dipahami
Informasi :
Akurat
Memadai
Penting
Jumlah
Rata-rata
26
Soal : Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, dan
tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawab, tulislah
langkah-langkahnya).
Langkah Kunci Jawaban Skor
1 Isi balok = Panjang x lebar x tinggi 1
2 = 150 cm x 80 cm x 75 cm 1
3 = 900.000 cm 1
4 Isi bak mandi dalam liter : 1
= 900.000 liter
1000
5 = 900 liter 1
Skor Maksimum 5
27
d. Pembobotan soal uraian
Pembobotan soal adalah pemberian bobot pada soal dengan cara
membandingkannya dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama.
Bobot setiap soal ada dalam suatu perangkat tes, yang ditentukan dengan
karakteristik tertentu. Rumus untuk menghitung SBS (Skor Butir Soal) adalah :
SBS = x c
28
03 20 20 30 30,00
04 10 20 20 10,00
Jumlah 100 140 100 10,00
(STP)
29
BAB III
KESIMPULAN
30
DAFTAR PUSTAKA
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi
Pressindo.
31