Anda di halaman 1dari 35

KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan dan kemajuan taraf kehidupan manusia, maka
berbagai aktivitas pun mulai dilakukan oleh manusia (contohnya : aktivitas ekonomi
dan industri, pendidikan, dsb.) dalam kegiatan tersebut maka aktivitas lalu lintas pun
mulai muncul, maka sarana transportasi pun mulai dibutuhkan guna mempermudah dan
mempercepat akses menuju tmpat-tempat semua kegiatan tersebut berlangsung.
Maka dari itu, untuk memfasilitasi sarana transportasi tersebut dibutuhkanlah
pembuatan jalan raya. Dimana dalam pembuatan jalan tersebut tidaklah sembarangan,
melainkan harus direncanakan geometrik dan faktor lainnya sebaik mungkin dengan
memperhatikan keadaan medan topografi lahan yang akan digunakan untuk membuat
jalan, peruntukkan atau fungsi dari jalan, efisiensi, ekonomis dan keselamatan dari jalan
yang direncanakan yang diklasifikasikan sesuai dengan undang-undang yang berlaku
pada kawasan negara tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari jalan raya ?
2. Bagaimana sistem pelayanan jaringan jalan raya ?
3. Bagaimana klasifikasi dari jalan raya ?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari jalan raya.
2. Mengetahui sistem pelayanan jaringan jalan raya.
3. Mengetahui klasifikasi dari jalan raya.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENDAHULUAN
1. Definisi jalan raya
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun


meliputi bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukan bagi lalu-lintas. Bagian jalan yang dimaksud adalah Daerah Manfaat
Jalan (DAMAJA), Daerah Milik Jalan (DAMIJA), Daerah Pengawasan Jalan
(DAWASJA). [Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1980].

2. Istilah-istilah pada jalan raya :


Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) adalah daerah yang meliputi seluruh badan
jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman.
Daerah Milik Jalan (DAMIJA) adalah daerah yang meliputi seluruh daerah
manfaat jalan dan daerah yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan
penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk
pengaman jalan.
Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA) adalah lajur lahan yang berada di
bawah pengawasan penguasa jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap
terhalangnya pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor dan untuk
pengamanan konstruksi jalan dalam hal ruang daerah milik jalan tidak
mencukupi.
Jalur adalah suatu bagian pada lajur lalu lintas yang ditempuh oleh kendaraan
bermotor (beroda 4 atau lebih) dalam satu jurusan.
Jalur lalu lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan khusus
untuk lintasan kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih).
Lajur adalah bagian pada jalur lalu lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan
bermotor beroda 4 atau lebih, dalam satu jurusan.
Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas,
median, dan bahu jalan.
Bahu Jalan adalah bagian daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan
jalur lalu lintas untuk menampung kendaraan yang berhenti, keperluan darurat,
dan untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan
lapis permukaan.
Lajur Pendakian adalah lajur tambahan pada bagian jalan yang mempunyai
kelandaian dan panjang tertentu untuk menampung kendaraan dengan
kecepatan rendah terutama kendaraan berat.
Ekivalen Mobil Penumpang (EMP) adalah faktor dari berbagai kendaraan
dibandingkan terhadap mobil penumpang sehubungan dengan pengaruhnya
kepada kecepatan mobil penumpang dalam arus lalu lintas campuran.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Faktor-K adalah faktor berupa angka yang memperbandingkan volume lalu


lintas per jam yang didasarkan pada jam sibuk ke 30-200 dengan volume lalu
lintas harian rata-rata tahunan.
Faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas per 15 menit dalam satu jam,
ditetapkan berdasarkan perbandingan antara volume lalu lintas dalam satu jam
dengan 4 kali tingkat volume lalu lintas per 15 menit tertinggi.
Jarak Pandang (Jr) adalah, jarak di sepanjang tengah-tengah suatu jalur dari
mata pengemudi ke suatu titik di muka pada garis yang sama yang dapat
dilihat oleh pengemudi.
Jarak Pandang Mendahului (Jd) adalah jarak pandang yang dibutuhkan untuk
dengan aman melakukan gerakan menyiap dalam keadaan normal.
Jarak Pandang Henti (JP) adalah jarak pandang ke depan untuk berhenti
dengan aman bagi pengemudi yang cukup mahir dan waspada dalam keadaan
biasa.
Jarak Pencapaian Kemiringan adalah panjang jalan yang dibutuhkan untuk
mencapai perubahan kemiringan melintang normal sampai dengan kemiringan
penuh.
KAJI adalah singkatan dari Kapasitas Jalan Indonesia.Kapasitas Jalan adalah
arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada suatu bagian jalan
pada kondisi tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil penumpang per jam.
Kecepatan Rencana (VR) adalah kecepatan maksimum yang aman dan dapat
dipertahankan di sepanjang bagian tertentu pada jalan raya tersebut jika
kondisi yang beragam tersebut menguntungkan dan terjaga oleh keistimewaan
perencanaan jalan.

Mobil Penumpang adalah kendaraan beroda 4 jenis sedan atau van yang
berfungsi sebagai alat angkut penumpang dengan kapasitas tempat duduk 4
sampai 6.
Satuan Mobil Penumpang (SMP) adalah jumlah mobil penumpang yang
digantikan tempatnya oleh kendaraan jenis lain dalam kondisi jalan, lalu lintas
dan pengawasan yang berlaku.
Strip Tepian adalah bagian datar median, yang perkerasannya dipasang dengan
cara yang sama seperti pada jalur lalu lintas dan diadakan untuk menjamin
ruang bebas samping pada jalur.
Tingkat Arus Pelayanan (TAP) adalah kecepatan arus maksimum yang layak
diperkirakan bagi arus kendaraan yang melintasi suatu titik atau ruas yang
seragam pada suatu jalur atau daerah manfaat jalan selama jangka waktu yang
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

ditetapkan dalam kondisi daerah manfaat jalan, lalu lintas, pengawasan, dan
lingkungan yang berlaku dinyatakan dalam banyaknya kendaraan per jam.
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas per jam pada
jam sibuk tahun rencana, dinyatakan dalam satuan SMP/jam, dihitung dari
perkalian VLHR dengan faktor K.

2.2. SISTEM JARINGAN JALAN


Klasifikasi fungsional seperti dijabarkan dalam UU Republik Indonesia No.38
tahun 2004 Tentang Jalan (pasal 7 dan 8) dan dalam Standar Perencanaan Geometrik
Jalan Perkotaan 1992 dibagi dalam dua sistem jaringan yaitu:

1. Sistem Jaringan Jalan Primer


Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti ketentuan peraturan tata
ruang dan struktur pembangunan wilayah tingkat nasional, yang menghubungkan
simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut :
Dalam kesatuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus kota
jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga, dan kota jenjang di
bawahnya.
Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antara satuan
wilayah pengembangan.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Sistem jaringan jalan sekunder disusun mengikuti ketentuan tata ruang kota
yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya sampai perumahan.

2.3. KLASIFIKASI JALAN RAYA


Klasifikasi jalan dibagi menurut fungsi, kelas jalan, medan (topografi) jalan
danwewenang pembinaan jalan/layanan administrasinya (Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota, 1997).

1. Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi


Klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi atas:
a. Jalan Arteri: jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
efisien.
Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

i. Berikut persyaratan jalan arteri primer :


- Kecepatan rencana minimal 60 km/jam.
- Lebar jalan minimal 8 meter.
- Kapasitas lebih besar daripada volume lalulintas rata-rata.
- Lalulintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalulintas ulang alik,
lalulintas lokal dan kegiatan lokal.
- Jalan masuk dibatasi secara efisien.
- Jalan persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi
kecepatan rencana dan kapasitas jalan.
- Tidak terputus walaupun memasuki kota.
- Persyaratan teknis jalan masuk ditetapkan oleh menteri.

Jalan Arteri Sekunder


Jalan arteri sekunder menghubungkan kawasan primer dengan
kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu atau kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kedua.
i. Berikut persyaratan jalan arteri sekunder :
- Kecepatan rencana minimal 30 km/jam.
- Lebar badan jalan minimal 8 meter.
- Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalulintas rata-rata.
- Lalulintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalulintas lambat.
- Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi
kecepatan dan kapasitas jalan.

b. Jalan Kolektor: jalan yang melayani angkutan pengumpul atau pembagi


dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
Jalan Kolektor Primer
Jalan kolektor primer menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga.
i. Berikut persyaratan jalan kolektor primer:
- Kecepatan rencana minimal 40 km/jam.
- Lebar jalan minimal 7 meter.
- Kapasitas sama dengan atau lebih besar daripada volume lalulintas
rata-rata.
- Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi
kecepatan rencana dan kapasitas jalan.
- Tidak terputus walaupun memasuki kota.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Jalan Kolektor Sekunder


Jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan
kawasan sekunder ketiga.
i. Berikut persyaratan jalan kolektor sekunder :
- Kecepatan rencana minimal 20 km/jam.
- Lebar badan jalan minimal 7 meter.

c. Jalan Lokal: jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan
jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil
atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan
kota jenjang ketiga dengan di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil
atau di bawah kota jenjang ketiga sampai persil.
i. Berikut persyaratan jalan lokal primer :
- Kecepatan rencana minimal 20 km/jam.
- Lebar jalan minimal 6 meter.
- Tidak terputus walaupun melewati desa.

Jalan Lokal Sekunder


Jalan lokal sekunder menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, menghubungkan
kawasan sekunder ketiga dengan kawasan perumahan dan seterusnya.
i. Berikut persyaratan jalan lokal sekunder :
- Kecepatan rencana minimal 10 km/jam.
- Lebar badan jalan minimal 5 meter.
- Persyaratan teknik diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga atau
lebih.
- Lebar badan jalan tidak diperuntukan bagi kendaraan beroda tiga atau
lebih, minimal 3,5 meter.

Tabel 1 Klasifikasi Jalan Menurut UU No. 13 tahun 1980 dan PP No. 26 tahun 1985.

FUNGSI JALAN JALAN


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

JALAN PRIMER SEKUNDER


1. Jalan Arteri Kota F1 -> Kota F1 Kaw. Primer1 -> kaw.
Kota F1 -> Kota F2 sekunder 1 a/ kaw. sekunder
Kecepatan rencana minimal 1 -> sekunder I kaw.
60 km/jam sekunder I-> sekunder II
Lebar badan jalan minimal 8 Kecepatan rencana minimal
meter 20 km/jam
Kapasitas > volume lalu- Lebar badan jalan minimal
lintas ulang-alik, lalu-lintas 8 meter
lokal dan kegiatan lokal Kapasitas sama atau lebih
Jalan masuk dibatasi secara besar dari volume lalu-lintas
efisien rata-rata
Jalan persimpangan dengan Lalu-lintas cepat tidak boleh
pengaturan tertentu tidak terganggu oleh lalu-lintas
mengurangi kecepatan lambat
rencana dan kapasitas jalan Persimpangan dengan
Tidak terputus walaupun pengaturan tertentu, tidak
memasuki kota mengurangi kecepatan dan
Persyaratan teknis jalan kapasitas.
masuk ditetapkan oleh
Menteri
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

2. Jalan Kolektor Kota F2->Kota F2 a/Kota Kaw. sekunder II ->


F2-> Kota F3 sekunder : a/ kaw. sekunder
Kecepatan rencana minimal II -> sekunder III.
40 km/jam Kecepatan rencana minimal
Lebar jalan minimal 7 meter 20 km/jam
Kapasitas sama dengan atau Lebar jalan minimal 7
lebih besar daripada volume meter
lalu-lintas rata-rata
Jalan masuk dibatasi,
direncanakan sehingga tidak
mengurangi kecepatan
rencana dan kapasitas jalan
Tidak terputus walaupun
masuk kota

3. Jalan Lokal Kota F3 -> Kota F3 Kaw. sekunder I ->


Kota F1 -> Persil a/ Perumahan a/ kaw. sekunder
II -> Perumahan a/ kaw.
Kota F2 -> Persil
sekunder III -> Perumahan
Kota F3 -> Persil Kecepatan rencana minimal
10 km/jam
Kecepatan rencana minimal
Lebar badan jalan minimal 5
20 km/jamLebar minimal 6
meter
meter
Persyaratan teknik
Tidak terputus walaupun
diperuntukan bagi kendaraan
melalui desa
beroda tiga atau lebih
Lebar badan jalan tidak
diperuntukan bagi kendaraan
beroda tiga atau lebih,
minimal 3,5 meter
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

2. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Kelas Jalan


Jalan raya diklasifikasikan menurut kelas jalan, yaitu menurut tingkat
kepadatan arus lalu lintas pada waktu-waktu tertentu, serta menurut jenis
kendaraan, menurut ukuran dan daya angkut kendaraan serta berdasarkan besarnya
beban maksimum sumbu kendaraan bermotor yang diijinkan, atau berdasarkan
muatan sumbu terberat (MST).
Jumlah lalu lintas yang lewat pada kedua lajur lalu lintas lazimnya disebut
dengan " Volume latu lintas ", yaitu berdasarkan jumlah laiu lintas Harian Rata-rata
(LHR) dalam satu tahun, atau selama 365 hari.

Rumus :

Lalu Lint as dalam satu tahun


LHR = 365 Hari

Pengaruh ini diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor ekivalen


mobil penumpang (Emp) sebagai nilai standar yang besarnya nilai=1. Dengan
demikian LHR dihitung dengan mempergunakan satuan mobil penumpang (SMP),
yaitu jumlah masing-masing jenis kendaraan dikalikan dengan nilai faktor ekivalen
dari masing-masing jenis kendaraan yang bersangkutan. Adapun nilai faktor
ekivalen dari setiap jenis kendaraan tersebut, menurut beberapa sumber adaiah
sebabagi berikut :

Tabel 2 Daftar nilai Ekivalen kendaraan

JENIS LALU LINTAS AASHTO 1954

Mobil Penumpang 1.00


Truk ringan, < 5 ton 2.00
Truk sedang, < 10 ton 2.50
Truk Berat, > 10 ton 3.00
Bus 3.00
Sepeda Motor 1.00
Sepeda 0.50
Kendaraan tak bermotor 7.00
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Selanjutnya, setelah memperhitungkan jumlah total LHR dalam satuan Mobil


Penumpang (SMP), maka dapat ditetapkan kiasifikasi jalan raya menurut kelas
dengan berpedoman pada daftar di bawah ini :

Tabel 3 Ketentuan Standar Klasifikasi Jalan Raya

Klasifikasi Jalan Raya Total LRR Beban

( dalam SMP ) GandarTunggal


Fungsi Pelayanan Kelas Jalan

Jalan Raya Utama


I > 20.000 > 10 Ton

II A 6000 - 20.000 > 5 Ton

Jalan Sekunder II B 1500 - 8.000 < 5 Ton

II C < 2.000 < 2 Ton

Jalan Penghubung - -
III

3. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Medan Topografi


Klasifikasi jalan raya menurut medan topograf daerah disekitarnya; yaitu di
klasifikasikan sebagai daerah dengan topografi datar, berbukit dan topografi
pegunungan. Pada umumnya posisi tersebut terletak pada daerah batas milik jalan
(DMJ).

Rumus :

Beda Tinggi
100
Kemiringan Topografi = Jarak
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Klasifikasi medan topografi suatu badan jalan berdasarkan kententuan


strandar topografi pada tabel di bawah ini :

Tabel 4 Ketentuan Standar Klasifikasi Medan Topografi

Klasifikasi TerrainMedan
Persentase (%)Lereng Melintang
Topografi
1.0 9.99 Datar (D)
10.00 24.90
Berbukit (B)
>25.00
Pegunungan G)

4. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Layanan Administrasi


Berdasarkan wewenang dan tanggung jawab atas aspek-aspek
penyelenggaraan Ialu-tintas dan angkutan jalan, maka secara administratif
penyelenggaraan jalan raya di Indonesia di klasifikasikan menjadi Jalan Negara,
Jalan Propinsi, jalan Kabupaten/Kota dan jalan desa.
A. Jalan Negara adalah meliputi semua jalan raya utama, yang berperart sebagai
urat nadi pengendaIi perekonomian Bangsa, guna menjamin kelancaran
pengangkutan basil produk industri dan basil bumi, serta untuk menjamin
pendistribusian bahan pokok kebutuhan masyarakat sehari-hari di seluruh
wilayah Nusantara.
B. Ja1an Propinsi adalah semua jalan raya sekunder, jalan kolektor yang berada
dalam wilayahnya, yang berfungsi untuk menjamin kelancaran pengangkutan
basil produksi industri dan basil bumi, serta untuk mendistribusikan bahan
kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari, yaitu dari ibu kota propinsi ke kota-
kota Kabupaten dan kota-kota disekitarnya.
C. Jalan Kabupaten/Kotamadya adalah semua ruas jalan sekunder dan jalan Iokal
yang ada dalam wilayahnya. Jadi Pemerintah daerah, baik pemerintah tingkat I
maupun tingkat II, masing-masing memikuI tanggung jawab sepenuhnya atas
aspek-aspek penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan raya di daerahnya.

Tabel 5 - Fungsi Jalan dikaitkan dengan Penanggung Jawab Pembinaan

STATUS FUNGSI PERENCANAAN PELAKSANAAN


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

AP MENTERI MENTERI
NASIONAL
KP 1 MENTERI MENTERI
KP 2 MENTERI PEMDA TK. I
PROPINSI
KP 3 MENTERI PEMDA TK. I
LP MENTERI PEMDA TK. II
KABUPATEN
AS, KS, LS PEMDA TK. II PEMDA TK. II
KOTA AS, KS, LS PEMDA TK. II PEMDA TK. II

Keterangan :

AP = Arteri Primer.

KP 1 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Propinsi.

KP 2 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Propinsi ke


Kabupaten/Kota.

KP 3 = Kolektor Primer yang menghubungkan Kota dengan Kabupaten/Kota.

AS = Arteri Sekunder.

KS = Kolektor Sekunder.

LS = Lokal Sekunder.

LP = Lokal Primer.

5. Klasifikasi Jalan Raya Menurut Jenis Jalan


Jalan raya berdasarkan jenis jalan dapat dibedakan menjadi 4 (empat) jenis,
yaitu Jalan express way, free way, collector dan local road.

1. JalanCepat (Express Way)


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Jalan cepat sesungguhnyaadalahjalanraya primer atauJalanarteri,


akantetapipadaJalanexspressprioritasJalandiberikanpadakendaraanuntuklalulin
tasmenerus (bergerakIurus) . Padadaerahpersimpangan yang
arusIalulintasnyasalingmemotong (Crossing)
Jalanrayautamaseharusnyadilengkapidenganpersimpanganjalan yang
tidaksebidang (Flyover).

Kecepatankendaraan rata-rata diperkenankanhingga 100 kilometer/jam,


dandisertaidenganpengendalianjalanmasuk yang dibatasisecaraefisien.
Pengendalianjalanmasukinidilakukansecarapenuh/sebagianterhadappemakai
ja}andanpenghuni di daerahsekitarnya.

2. JalanBebasHambatan (Free Way)

Jalan bebas hambatan adalahjalanrayaarteri yang


memungkinkankendaraanbergerakdengankecepatanlebihdari 100
kilometer/jam. dengantanpamengalamirintanganapapun, baikrintangan yang
disebabkanolehadanyapersimpanganjalan, olehgerakankendaraanmembelok,
maupunoleh para penyeberangJalan , dll.

3. JalanKolektor

Jalan kolektor adalah jalan yang


melayaniangkutanpengumpulataupembagidenganciri-
ciriperjalananjaraksedang, kecepatan rata-rata
sedangdanjumlahjalanmasukdibatasi.

4. Jalan Lokal

Jalan lokal adalah jalan yang melayaniangkutansetempatdenganciri-


ciriperjalananjarakdekat, kecepatan rata-rata
rendahdanjumlahjalanmasuktidakdibatasi.

6. Klasifikasi Penggunaan Jalan


Menurut berat kendaraan yang Iewat, jalan raya terdiri atas:
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

1. Jalan Kelas I

2. Jalan Kelas II A

3. Jalan Kelas II B

4. Jalan Kelas II C

5. Jalan Kelas III

Tabel 6 - Klasifikasi Pengguna Jalan


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Tabel 7 Syarat dalam klasifikasi jalan raya berdasar pembaian SJJ


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Tabel 8 Persyaratan teknis jalan (PP34/2006)

Tabel 9 Matrik Klasifikasi Jalan


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Gambar1 - Tipikal Ruang Jalan (Sumber: Penjelasan PP 34/2006)

Gambar2 - Ruang Jalan (Sumber: UU 38/2004 & PP 34/2006, tentang Jalan)


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Tabel 10 Definisi Tingkat Pelayanan (PerMen Hub No 14/2006)

2.4. Cross Section

1. Pengertian Cross Section


Penampang melintang (cross section) pada suatu jalan raya dapat diartikan sebagai suatu
potongan irisan dari bagian badan jalan tegak lurus terhadap garis sumbu jalan. Irisan
melintang badan jalan raya tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bentuk, serta susunan
bagian-bagian suatu jalan raya yang terdiri dari lajur lalu lintas, bahu jalan, saluran samping
(drainase), kemiringan lereng (Talud), median, trotoir, kereb, pengaman tepi dan dmj (daerah
milik jalan).
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

2. Macam-macam jenis Cross Section


Terdapat bermacam-macam jenis penampang melintang yang umum digunakan, contoh
jenis-jenis penampang memanjang diantaranya adalah :
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Pada setiap jalan ray, bentuk, susunan dan kelengkapan bagian jalan tidak selalu sama. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan fungsi pelayanan dari jalan yang besangkutan,
serta adanya perbedaan keadaan topografi dan kondisi lingkungan daerah setempat. Pada
umumnya bentuk dan kelengkapan susunan bagian suatu jalan sangat dipengaruhi oleh
keadaan topografi, serta ketentuan klasifikasi dan spesifikasi jalan yang bersangkutan.

3. Bagian-bagian Cross Section


Terdapat beberapa bagian utama yang ada pada Cross Section, bagian-bagian tersebut
diantaranya adalah :
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

a. Lajur Lalu Lintas


Lajur lalu lintas merupakan bagian terpenting dari suatu jalan raya, yaitu berfungsi
secara langsung untuk melayani keperluan lalu lintas. Lajur lalu lintas ini merupakan
bagian dari lebar manfaat jalan, yang pada umumnya diperkeras dengan menggunakan
bahan pelapis tertentu agar mamapu memikul beban muatan lalu lintas yang lewat di
atasnya. Lajur yang sebelah kiri diperuntukkan untuk kendaraan yang berjalan dengan
kecepatan rendah dan yang sebelah kanannya untuk kendaraan yang berjalan dengan
kecepatan lebih tinggi, atau di jalan tol antar kota yang memiliki dua lajur, lajur kanan
hanya diperuntukkan untuk kendaraan yang menyalib.
Lebar masing-masing jalur lalu lintas ditetapkan dengan mempertimbangkan
beberapa faktor, antara lain :
a) Faktor kenyamanan
Kenyamanan adalah rasa kelegaan yang dirasakan oleh pengemudi yang
ditimbulkan oleh situasi sekelilingnya, yaitu pada saat kendaraan saling
berpapasan dan saling menyiap dengan kendaraan lain. Dalam hal ini jarak yang
memenuhi syarat antara kedua kendaraan yang saling menyiap dan saling
berpapasan berlawanan arah tersebut adalah 0,5-1,5 meter
b) Faktor Karakteristik Kedaraan
Faktor karakteristik kendaraan didasarkan pada panjang, lebar, tinggi, dan
jarak As kendaraan. Tabelnya adalah sebagai berikut :

Ukuran Kendaraan (Meter)


Jenis Kendaraan
Jarak As Panjang Lebar Tinggi
Mobil Penumpang 3,6 5.7 1,7 2,0
Truk Tunggal 2 As 6,5 9,14 2,5 4,0
Truck Gandengan 3 As 4.2+6.3 13,10 2,5 4,0
Truck Gandengan 3 As 5,4+7,8 15,2 2,5 4,0

c) Kecepatan Kendaraan
Kecepatan Kendaraan adalah kecepatan rata-rata kendaraan yang bergerak
melalui ruas jalan dengan kecepatan tertentu. Besarnya kecepatan rata-rata
kendaraan tersebut berdasarkan ketentuan desain, klasifikasi, dan spesifikasi
jalan raya yang bersangkutan.
d) Faktor keamanan
Faktor keamanan adalah syarat aman yang dapat menjamin keamanan
pengemudi yang ditetapkan, serta dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan
lalu lintas.
b. Bahu Jalan
Bahu jalan adalah daerah yang disediakan ditepi luar jalan raya antara lapis
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

perkerasan dengan kemiringan badan jalan (talud) yang bermanfaat bagi lalu lintas.
Bahu jalan dibuat dengan maksud untuk menyediakan tempat bagi kendaraan yang
akan berhenti sementara, antara lain :

a) Untuk menghindari keadaan darurat yang diakibatkan karena suatu kondisi


kepadatan volume lalu lintas.
b) Sebagai tempat istirahat bagi pengemudi yang sedang menempuh perjalanan
panjang yang melelahkan.
c) Sebagai tempat berhenti bagi kendaraan yang mengalami kerusakan
mesin/mogok, sehingga tidak mengganggu kelancaran lalul lintas.
d) Sebagai ruang persiapan untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan/
pemeliharaaan jalan, yaitu untuk tempat menyimpan sementara bahan dan
peralatan yang akan dipergunakan.
Dari tinjauan konstruksinya bahu jalan ini berfungsi untuk memperkokoh struktur
konstruksi perkerasan jalan dari arah samping, dan tinjauan kenyamanan dan
keamanan dapat memperbesar jarak pandang pengemudi, pada daerah tikungan
mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Adapun spesifikasi ukuran lebar dan besarnya prosentase kemiringan melintang bahu
jalan, yaitu berdasarkan klasifikasi kelas jalan dan berdasarkan jenis lapisan
permukaan jalan.

Berikut ini adalah klasifikasi berdasarkan kelas jalan

Klasifikasi Lebar Bahu Jalan (meter) Kemiringan


Jalan Raya Datar Bukit Gunung Bahu Jalan
I 3,50 3,00 3,00 4%
IIA 3,00 2,50 2,50 4%
IIB 3,00 2,50 2,50 6%
IIC 2,50 1,50 1,50 6%
III 1,50 -- -- 6%
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Berikut ini adalah klasifiksi berdasarkan jenis permukaan

Kemiringan Lereng Bahu (%)


Jenis Permukaan
Tanpa Kerb Dengan Kerb Tepi
Aspal 34 2
Kerikil 46 24
Rumput 8 34

Kemiringan pada bahu jalan ini dimaksudkan untuk keperluan pengaliran air dari
permukaan jalan dan untuk memperkokoh konstruksi perkerasan, sebagai pedoman
dalam perencanaan.
Selain kemiringan, ada juga fungsi jalan raya menurut permukaannya, yaitu:
a) Bahu lunak (soft shoulder) yaitu bahu jalan yang tidak diperkeras dan biasanya
ditanami rumput dan digunakan pada jalan kelas rendah.
b) Bahu diperkeras (hard shoulder) yaitu bahu jalan yang diperkeras dan
digunakan pada jalan kelas menengah dan tinggi.
Lebar bahu jalan disesuaikan dengan klasifiksi kelas jalan yang berasngkutan, yaitu :
a) Untuk jalan kelas IIC daerah pegunungan = 1 meter.
b) Untuk jalan kelas I daerah pegunungan = 3 meter.
c) Untuk jalan penghubung daerah pegunungan tergantung lebar pada keadaan
setempat = 1 meter.
d) Pengurangan bahu jalan untuk kelas I sama sekali tidak dianjurkan, bahkan
harus ada bahu lunak selebar minimum 2 meter di luar tepi bahu.

c. Saluran Samping
Saluran samping merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu drainase jalan
raya, yaitu merupakan suatau galian tanah diluar bahu jalan yang dibuat sejajar dengan
jalur lalu lintas. Kemiringan saluran samping ini berkisar antara 1:1 sampai 1:4, jika
membentuk empat persegi panjang dengan kemiringan talud. Ada beberapa bentuk
saluran samping, diantaranya :
Kemiringan saluran pada arah memanjang haruslah dibuat teliti, agar air di dalam
saluran dapat mengalir dengan bebas dan tidak menimbulkan erosi. Pada umumnya
kemiringan dibuat antara 0,67 % sampai 5 %,akan tetapi jika suatau jalan raya terletak
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

pada daerah galian dan gradient jalan lebih dari 5 %, maka kemiringan saluran
samping dapat mengikuti gradient jalur lalu lintas yang bersangkutan.
Adapun fungsi dari saluran samping jalan raya, antara lain :
a) Sebagai penampung air dari permukaan konstruksi perkerasan jalur lalu lintas
dan dari bahu jalan.
b) Untuk mengaliri air dari suatu tempat ke tempat tertentu.
c) Mencegah naiknya air dari bagian luar badan jalan ke permukaan konstruksi
perkersan jalan.
d. Talud
Talud merupakan kemiringan lereng yang dibentuk oleh timbunan atau galian tanah.
Timbunan dan galian tersebut dimaksudkan untuk memperoleh suatu kelandaian jalan
yang sedatar-datarnya. Oleh sebab itu permukaan suatu jalan raya dapat terletak diatas
tanah timbunan atau terletak diatas galian.
Dalam pebangunan jalan raya talud dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Talud Timbunan
1) Timbunan tanah harus memenuhi syarat keamanan dan syarat kestabilan
lereng, hal ini ditujukan untuk menghindari kecelakaan lalu lintas yang
diakibatkan oleh longsor. Untuk memenuhi syarat tersebut timbunan tanah
harus dibuat agar memiliki kemiringan lereng dengan angka perbandingan
yang relative kecil dengan kemiringan yang lebih datar.
2) Dalam hal ini disarankan, untuk daerah datar dan bukit dengan tinggi
timbunan kurang dari 1,2 meter digunakan kemiringantalud 1:6, dan
kemiringan 1:4 untuk timbunan tanah yang lebih tinggi. Sedangkan untuk
tinggi timbunan lebih dari 6 meter dapat digunakan kemiringan 1:2.

b) Talud Galian
1) Pada talud galian yang tingginya lebih dari 6 meter dari permukaan jalan,
kemiringan talud dapat dibuat bertangga dengan membuat saluran
penampung diatasnya. Saluran penampung ini biasanya berbentuk trapezium
dengan ukuran minimum 130 x 45 x45 cm dengan kemiringan lereng
tepidibuat 1:1. Tujuan dari saluran penampung ini adalah :
Mencegah terjadinya erosi agar air tidak melimpah ke permukaan jalan.
Mencegah terjadinya pengencapan tanah pada saluran
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Mencegah agar jalan tidak licin akibat adanya tanah/lumpur yang


terbawa oleh limpahan air lepermukaan jalan.
Menampung air permukaan dari daerah yang lebih tinggi.

Adapun kemiringan talud yang disarankan berdasarkan beberapa jenis tanah.


Kemiringan Talud Kemiringan Talud
Jenis Lereng Talud
(derajat) (perbandingan)
Lempung Kerikil 290 1 : 1,75
Lempung Lembab 450 1:1
Lempung Basah 180 1:3
Pasir Batu 260 1:2
Kerikil 450 1:1
Humus 330 1 : 1,5
Pasir 310 1 : 1,25
Batu-batuan --- 1 : 1,25 s/d 1 : 1
Tanah dan Tanaman
290 1:1
Kering
Tanah dan Tanah Berair 450 1:1
Tanah dan Tanah Basah 180 2 :3

e. Median
Median adalah suatu jalur yang memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan
arah. Untuk jalan yang mempunyai 4 jalur atau lebih pada lalu lintas dua arah
(twoway traffic) diperlukan median. Penggunaan median khususnya pada jalan kelas 1
merupakan suatu persyaratan, seperti pada jalan raya bebas hambatan, jalan ekspress,
dan jalan raya arteri di daerah perkotaan. Penggunaan median pada jalan raya
dimaksudkan untuk :
a) Untuk menghindari konflik lalu lintas.
b) Menyediakan daerah netral yang cukup lebar.
c) Untuk membatasi/mengurangi silaunya sinar lampu kendaraan dari arah
berlawanan.
d) Sebagai tempat berlindung bagi kendaraan yang akan berbelok ke kanan.
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

e) Sebagai tempat pijakan bagi pejalan kaki untuk menyebrang.


f) Untuk menambah kenyamanan bagi pengemudi.
g) Menyediakan ruang untuk keperluan kanalisasi arus yang berpindah
(chanallised traffic)..
Lebar median harus dibuat selebar mungkin dengan melihat batas-batas
pertimbangan ekonomi yang layak dan pertimbangan menurut keperluannya. Adapun
lebar median menurut tujuan penggunaannya, yaitu:
Lebar Median Tujuan Penggunaan
< 1,50 meter Untuk perlindungan pejalan kaki.
Untuk menyediakan ruang yang cukup dan
5,00 7,00 meter memberikan perlindungan bagi kendaraan yang
berbelok ke kanan.
Untuk memberikan perlindungan bagi kendaraan yang
0,00 9,00 meter
melintasi jalan.
9,00 12,00 Untuk menyediakan ruang yang cukupguna pembuatn
meter jalur bagi kendaraan yang hendak berputar arah.
Sumber : Supratman Agus, M.T Geometrik Jalan Raya tahun 2002.

Selain itu ada pula lebar median menurut klasifikasi perencanaan jalan raya.
Kelas Lebar minimum standar Lebar minimum khusus
Perencanaan (m) (m)
Kelas 1 2,50 2,50
Tipe I
Kelas 2 2,0 2,0
Kels 1 2,0 1,0
Tipe II Kelas 2 2,0 1,0
Kelas3 1,5 1,0
Sumber, Gunadarma Rekayasa Jalan Raya ISBN : 979 8382 47 1

f. Trotoar
Trotoar adalah suatu jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
disediakan khusus untuk pejalan kaki.Untuk memberikan perlindungan dan dan rasa
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

aman bagi pejalan kaki, maka trotoar dibuat terpisah dengan jalur lalu lintas yang
dibatasi oleh kerb. Perlu atau tidaknya trotoar ini tergantung dari volume pejalan kaki
dan volume lalu lintas. Pada umumnya trotoar mempunyai lebar 1 3.0 meter dengan
ketinggian 20 30 cm. Suatu ruas jalan dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar
apabila disepanjang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang mempunyai
potensi menimbulkan pejalan kaki. Penggunaan lahan tersebut antara lain perumahan,
sekolah, pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, pusat perkantoran, pusat hiburan,
pusat kegiatan sosial, daerah industri, terminal bus dan lain sebgainya. Secara umum
trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume pejalan kaki lebih
besar dari 300 orang per 12 jam (6.00-18.00) dan volume lalu lintas lebih besar dari
1000 kendaraan per 12 jam (6.00-18.00). trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar
bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas (bila tersedia jalur parkir). Trotoar hendaknya
dibuat sejajar dengan jalan, akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila
keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.
g. Kerb
Kerb merupakan peninggian pada tepi konstruksi pada perkerasan jalan ataupun
pada bahu jalan. Kerb dibuat dengan maksud untuk mencegah keluarnya kendaraan
dari tepi konstruksi perkerasan jalan dan untuk keperluan drainase. Kerb dibuat di lalu
lintas jalan raya yang direncanakan dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam.
Menurut fungsinya kerb dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a) Kerb peninggi, biasanya terdapat pada tempat parkir dengan tinggi 10 15 cm.
b) Kerb penghalang, banyak digunakan pada daerah yang terdapat median, trotoar,
dan pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Dengan tinggi 25 30 cm.
c) Kerb Parit, direncanakan untuk membangun suatu system drainase jalan raya
yang di buat dengan tinggi 20 30 cm.
h. Pengaman Tepi
Pengaman tepi berfungsi untuk memberikan ketegasan letak tepi badan jalan
sehingga dapat mencegah agar kendaraan tidak keluar dari badan jalan. Pengaman tepi
biasanya dipergunakan pada jalan yang menyekusuri jurang pada tanah timbunan
dengan tikungan jalan yang tajam, atau pada jalan dengan timbunan lebih dari 2,5
meter serta pada jalan yang direncanakan dengan kecepatan tinggi. Menurut jenis
bahan yang digunakan , pengaman tepi terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
a) Pengaman tepi yang terbuat dari baja yang di galvanizer (guard rail)
b) Pengaman tepi yang terbuat dari beton (parapet).
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

c) Pengaman tepi yang terbuat dari balok kayu.


i. Daerah Milik Jalan (DMJ)
Damija merupakan ruas sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh Pembina Jalan guna peruntukkan daerah manfaat jalan dan
perlebaran jalan maupun menambahkan jalur lalu lintas dikemudian hari serta
kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Lebar Minimum Lebar Damija sekurang-
kurangnya sama dengan lebar Damaja. Tinggi atau kedalaman, yang diukur dari
permukaan jalur lalu lintas, serta penentuannya didasarkan pada keamanan, pemakai
jalan sehubungan dengan pemanfaatan Daerah Milik Jalan, Daerah Manfaat Jalan serta
ditentukan oleh Pembina Jalan. Fungsi damija antara lain :

a) Untuk menyediakan ruang bagi kemungkinan perluasan jalan raya.


b) Untuk melindungi fasilitas jalan dari perkembangan social, ekonomi, dan
budaya masyarkat yang tidak diinginkan.
c) Untuk menyediakn ruang yang memadai bagi penepatan pengembangan utilitas
pelayanan masyarakat.
Oleh sebab itu damija sepenuhnya dikuasai oleh Negara dengan suatu ketentuan
Undang-undang, guna untuk terselenggaranya satu mode transportasi nasional yang
memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan bagi setiap warga Negara
Republik Indonesia.

j. Jarak Pandangan
Jarak pandangan adalah panjang bagian jalan di depan pengemudi yang dapat dilihat
jelas, di ukur dari tempat dari kedudukan mata pengemudi. Sehingga jika pengemudi
melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat menghindari bahaya
tersebut dengan aman. Lintasan dan kecepatan kendaraan di jalan sangat di pengaruhi
oleh kontrol pengemudi seperti kemampuan, keterampilan, dan pengalaman
pengemudi.
Pada saat menyiap kendaraan lain dimuka, jarak pandangan yang cukup
memungkinkan pengemudi untuk berada pada lintasan berlawanan. Ini
memungkinkan pengemudi dapat mengendalikan kecepatan kendaraannya untuk
menghindarai timbulnya bahaya pada jalur linyasnya atau pun penghalang.
Jarak pandangan dapat dimanfaatkan pula dalam merencanakan penempatan rambu-
rambu lalu lintas dan marka jalan yang diperlukan pada bagian ruas jalan, baik secara
geometrik maupun kondisi lingkungan yang kurang memenuhi persyaratan. Jarak
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

pandangan yang cukup, dapat direncanakan dengan menyesuaikan rencananya pada


dua hal, yaitu:
a) Jarak yang diperlukan oleh kendaraan untuk berhenti (stoping), jarak ini harus
berlaku pada semua jalan.
b) Jarak yang diperlukan untuk melakukan penyiapan (passing) kendaraan lain,
sangat diperlukan pada jalan dengan dua jalur atau tiga jalur.
Jarak pandangan dapat dibedakan menjadi dua jarak pandang yaitu jarak pandang
henti (Jh) dan jarak pandang mendahului (Jd).
a) Jarak Pandang Henti
Jarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap
pengemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman. Oleh karena itu,
suatu jalan harus direncanakan sehingga dapat memberikan jarak pandang
yang paling besar atau paling sedikit sama dengan jarak pandangan henti
minimum tersebut. Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa
tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari
permukaan jalan.
Jarak pandang henti merupakan penjumlahan dua bagian jarak, yaitu:

Jarak PIEV, yaitu jarak yang ditempuh oleh kendaraan pada saat
pengemudi melihat suatu halangan (objek) hingga saat menginjak rem.
Jarak mengerem (breaking distance), yaitu jarak yang diperlukan untuk
menghentikan kendaraan dengan menginjak rem.
Jarak pandang henti dalam satuan meter, dapat menghitung dengan rumus :
Vr
3,6


Jh = 2

Vr
T+
3,6
dimana :
Vr = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35 0,55
adapun tabel jarak pandang henti minimum dengan kecepatan rencana,
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

sumber : Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Geometrik


Jalan Antar Kota

b) Jarak Pandang Mendahului


Jarak pandang emndahului adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan
mendahului kendaraan lain dengan aman sampai kendaraan tersebut ke lajur
semula. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

sumber : Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Geometrik


Jalan Antar Kota
Jarak pandang mendahului diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm. Jarak pandang
dalam satuan meter dapat ditentukan sebagai berikut :
J d = d1 + d 2 + d3 + d 4
dimana :
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m).
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur
semula (m).
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang dating
dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m).
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang dating dari arah berlawanan,
yang besarnya diambil sama dengan 213 d2 (m)
Adapun table jarak pandang mendahului minimum dengan kecepatan rencana
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Geometrik


Jalan Antar Kota
Daerah mendahului harus disebar di sepanjang jalan dengan jumlah panjang
minimum 30 % dari panjang total ruas jalan tersebut.

c) Daerah Bebas Samping Di Tikungan


Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan
pandangan di tikungan sehingga Jh dipenuhi. Daerah bebas samping
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungan dengan
membebaskan objek-objek penghalang sejauh E (m), diukur dari garis tengah
lajur dalam sampai objek penghalang pandangan sehingga persyaratan Jh
dipenuhi.

Daerah bebas samping di tikungan dihitung berdasarkan rumus-rumus berikut :


Jika Jh< Lt
90o J h
E = R { 1 cos ( ) }
R
Adapun tabel nilai E dalam satuan meter.

sumber Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perencanaan Geometrik


Jalan Antar Kota
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

Jika Jh> Lt
90o J h 1 90o J h
E = R { 1 cos ( ) }. (Jh Lt) sin ( )
R 2 R
Dimana :
R = Jari jari tikungan (m)
Jh = Jarak pandang henti (m)
Lt = Panjang tikungan (m)

Adapun tabel nilai E dalam satuan meter, dimana Jh Lt 25 meter.

Adapun tabel nilai E dalam satuan meter, dimana Jh Lt 50 meter.


KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Jalan raya yang ada di seluruh pelosok negara indonesia ini pada dasarnya

adalah milik negara yang diatur oleh perundang-undangan yang berlaku di negara

indonesia. Meskipun demikian, ada pula jalan milik swasta / owner pribadi (seperti :

jalan akses didalam perumahan milik swasta, didalam industri milik swasta dsb.).
Jalan raya milik negara dalam perencanaannya ada undang-undang yang

mengatur didalamnya, baik dari aspek klasifikasi jalan raya, spesifikasi jalan raya,

efisiensi desaindan ketentuan keselamatan jalan raya yang harus diperhatikan oleh para

perencana (engineer).
Dari kajian klasifikasi jalan raya yang diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui

bahwa klasifikasi jalan raya di Indonesia secara garis besar yaitu :


1. Klasifikasi menurut jenis jalan raya
2. Klasifikasi menurut fungsi pelayanan jalan raya
KAJIAN KLASIFIKASI JALAN RAYA

3. Klasifikasi menurut medan topografi


4. Klasifikasi menurut pelayanan administrasi jalan raya
5. Klasifikasi menurut kelas jalan raya

DAFTAR PUSTAKA

Azwaruddin (2009) [Online]. Dapat diakses pada alamat web :


(http://azwaruddin.blogspot.com/2009/07/sejarah-perkembangan-jalan-
raya.html) , diakses tanggal 1 oktober 2014
Binamarga, [Online]. Dapat diakses pada alamat web :
(http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/tata_cara563.pdf) , diakses tanggal 1
oktober 2014
Anonim. 2011. Klasifikasi Jalan. [pdf]. (tersedia di http://sisfo.itp.ac.id/) , diakses
tanggal 1 oktober 2014

UU Republik Indonesia No.38 tahun 2004 Tentang Jalan

UU Republuk Indonesia No.13 tahun 1980 tentang jalan

PP No.26 tahun 1985 tentang jalan

PP No.34 tahun 2006 tentang Jalan

Peraturan MenHub No.14 tahun 2006

Anda mungkin juga menyukai