Anda di halaman 1dari 4

Laporan Kasus

Cedera Floating Shoulder

Oleh :

Pembimbing :

KSM Bedah RSUD DR. Moewardi

Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret

Surakarta
Abstrak

Floating shoulder adalah sebuah cedera kompleks yang langka yang dihasilkan dari
trauma dengan energi tinggi benda tumpul ke bahu, mengakibatkan disosiasi Scapulothorakal.
Hal ini umumnya terkait dengan cedera neurovaskular. Dua kasus pengendara sepeda motor
dengan cedera floating shoulder dilaporkan pada penelitian ini.

Latar Belakang

Dua kasus cedera bahu berenergi tinggi yang melibatkan pengendara sepeda motor
dilaporkan pada penelitian ini. Cedera Floating shoulder, atau disosiasi Scapulothorakal,
jarang terjadi [1-3], tetapi pola cedera yang unik ini harus diakui sebelumnya karena memiliki
implikasi neurovaskular yang banyak dan penangangannya sering memerlukan pendekatan
multi-disiplin.

Laporan Kasus

Kasus 1

Sebuah pengendara sepeda motor laki-laki, 20 tahun, menggunakan helm, dalam


keadaan mabuk, kehilangan kendali motornya di jalan raya dan jatuh. Pembalap pembonceng
meninggal di tempat kejadian. Setibanya di IGD, tekanan darahnya 54/32, denyut nadi 144 /
menit, laju pernapasan 16 / min, dan Glasgow Coma Skor 15. Cedera utamanya adalah
deformitas tertutup dari humerus kanan, dinding dada kanan, bahu kanan (Gambar. 1), dan krista
iliaka kanan memar. Dari hasil USG menunjukkan tidak ada cairan bebas intraperitoneal.
Radiografi panggul menunjukkan fraktur iliac wing kanan tanpa gangguan dari cincin panggul.
Hasil computed tomography (CT) scan radiografi menunjukkan fraktur melalui collum scapular
kanan (Gbr. 2) dan ditandai dengan pembengkakan jaringan lunak bahu dan dinding dada kanan.
Terlepas perdarahan dari fraktur iliac wing, pan-CT dan angiografi panggul dapat menyingkirkan
kemungkinan intratorakal, intraabdomen, dan panggul sebagai sumber perdarahan. CT scan
menunjukkan gangguan arteri aksilaris kanan dengan hematoma dinding dada luas, dan hipotensi
yang disebabkan oleh cedera ini. Pasien diresusitasi dan menjalani kanan Axillo-brakialis graft
bypass dengan fiksasi eksternal pada faktur humerus kanan. Saraf medianus dan ulnaris yang
mengalami avulsi proksimal memerlukan tindakan. Sayangnya, graft bypassnya tersumbat dan
dilakukan amputasi di lengan bahu pasien.

Kasus 2

Seorang pengendara sepeda motor 25 tahun mengendarai motor dengan kecepatan 100
km per jam ditabrak mobil dari bagian belakang. Tanda vitalnya dalam batas normal, dan cedera
utamanya adalah lengan kiri tanpa kekuatan gerakan tangan dan siku dan berkurangnya pulsasi
distal. Foto Polos dan CT radiografi menunjukkan fraktur tulang scapula kiri, fraktur
comminuted humerus kiri, fraktur tulang klavikula distal kiri, patah tulang rusuk 3-8 kiri, dan
dinding dada kiri bengkak (Gambar. 3 dan 4). Pasien berada pada syok kelas 1 membutuhkan
resusitasi cairan dan produk darah. Operasi eksplorasi menunjukkan arteri axilla terpotong.
Pasien menjalani fiksasi klavikula distal kiri serta humerus dan stenting endovasculary yang
terjadi emboli. Pasien berhasil menjalani arteri axilla-brakialis bypass graft kiri. Hasil eksplorasi
pleksus brakialis menunjukkan cedera post-ganglionik C5-C8 yang memerlukan perbaikan.

Diskusi

Floating shoulder merupakan cedera akibat energi tinggi dan didefinisikan sebagai fraktur
leher scapular, gangguan ligamen, dengan atau tanpa fraktur klavikularis [4]. Jika pasien tegak,
anggota badan yang terkena sering menggantung lebih rendah dari sisi kontralateral. Karena
kedekatannya posisinya, pembuluh axilla dan pleksus brakialis umumnya terluka [5, 6]. Jika
seorang pasien dengan floating shoulder berada dalam kondisi hipotensi, perdarahan dari cedera
bersamaan di wilayah umumnya darah di dasar ditambah empat sumber perdarahan
(intratorakal, intraperitoneal, retroperitoneal, pelvis/ femur) bisa disingkirkan. Namun, seperti
yang ditunjukkan dalam kedua kasus, perdarahan dari arteri aksilaris tepat ke jaringan lunak dari
axilla dan dinding dada saja dapat mengakibatkan syok hipovolemik karena jumlah besar potensi
ruang di mana darah banyak terkumpul.

Pada kasus 1, ada penundaan hemostasis yang dipilih oleh tim bedah untuk pertama kali
melakukan penyelidikan radiografi untuk mencari sumber perdarahan panggul atau intra-
abdomen. Disarankan bahwa dalam kasus floating shoulder yang sama di mana tidak ada
hemothorax atau mediastinum yang melebar pada radiografi dada dan radiografi panggul tidak
menunjukkan gangguan panggul dan hasil USG tidak mengidentifikasi hemoperitoneum, transfer
segera ke ruang operasi untuk dilakukan eksplorasi dan hemostasis dari arteri axillaris dan tidak
memerlukan pemeriksaan CT scan..

Kesimpulan

Kedua kasus menyoroti cedera neurovaskular yang dapat terjadi pada cedera floating shoulder
membutuhkan diagnosis cepat, dan keterlibatan tim multi-disiplin dari ortopedi, trauma, dan ahli
bedah vaskular untuk mengkoordinasikan pengelolaan cedera ini.

Review
Secara konten keseluruhan jurnal ini sudah terlihat sangat baik dalam hal
mendeskripsikan apa yang ingin disampaikan oleh peneliti. Karena penelitian ini termasuk
laporan kasus penelitian yang menggunakan metode secara kualitatif yakni dengan observasi dan
dokumentasi. Deskripsi yang detail dan mendalam tentang kasus merupakan sebuah keharusan
bagi peneliti kualitatif. Kemudian dari segi struktural, meskipun dalam penelitian kualitatif
narasi yang disampaikan berdasarkan dengan kebutuhan penelitian, namun akan lebih baik lagi
jika ditambahkan poin masalah atau pertanyaan penelitian. Hal ini tentunya akan membantu
peneliti untuk mempermudah dalam hal mengkategorikan atau mengklasifikasikan tujuan
penelitiannya. Seperti pertanyaan bagaimana penanganan cepat kasus floating shoulder, apa
saja yang harus diperhatikan dalam inisial assesmen pasien dengan floating shoulder.

Anda mungkin juga menyukai