Anda di halaman 1dari 8

SAHAM

Diajukkan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Pasar Modal dan Investasi

Ayu Luckyita Putri 4122.4.14.12.0008

Ikhwan Izzaturrahman 4122.4.14.12.0004

Lita Agustin Permata 4122.4.14.12.0006

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI


Jl. Pahlawan No. 69 Bandung
7.8.3 Jadwal Pembayaran Deviden

Ketika direksi perusahaan bermaksud untuk membagikan deviden, baik berupa deviden kas
maupun deviden saham, maka didahului dengan penerbitan pengumuman pembagian deviden.
Dalam pengumuman tersebut mencantumkan tanggal pembayaran deviden, yang meliputi:

1. Declaration date (tanggal pengumuman)


Merupakan tanggal resmi pengumuman oleh emiten tentang bentuk dan besarnya
dividen, serta jadwal pembayaran deviden yang akan dilakukan.
2. Cum dividend date (tanggal cum deviden)
Tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan
deviden (deviden tunai atau saham). Disini, siapa saja (investor) yang membeli saham
sesudah tanggal declaration date dan sebelum atau pada tanggal cum-dividend, maka
berhak untuk memperoleh bentuk dan besarnya deviden sesuai dengan yang diumumkan
oleh emiten. Siapa saja yang memegang (membeli saham) sebagaimana dalam kasus
tersebut, harus segera mendaftarkan kepada Biro Administrasi Efek yang ditunjuk oleh
emiten guna meregristasikan nama pemegang saham bersangkutan. Proses regristasi
harus dilakukan sebelum atau pada tanggal date of record.
3. Ex dividend date (tanggal ex dividen)
Merupakan batas tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi
hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut saham yang diperdagangkan sudah tidak
melekat lagi hak untuk memperoleh pembagian saham dari emiten.
4. Recording date (tanggal registrasi)
Tanggal dimana seorang investor harus terdaftar sebagai pemegang saham, sehingga ia
mempunyai hak sebagai pemegang saham. Saham yang dibeli harus segera didaftarkan
sebelum atau pada saat date of record, jika tidak segera didaftarkan atau terlambat
mendaftarkan saham yang dimiliki pada date of record, maka tidak memiliki hak untuk
mendapatkan pembagian dividen dari emiten bersangkutan.
5. Date of payment (tanggal pembayaran dividen)
Tanggal dimana dividen dibayarkan oleh emiten yang membagikan dividen kepada
investor (pemegang saham) emiten, dan terdaftar nama Biro Administrasi Efek sehingga
berhak memperoleh pembagian dividen.

Contoh Jadwal Pembagian Dividen


Declaration Date 16 Januari 2010
Cum-Dividen Date 23 Januari 2010
Ex-Dividen Date 24 Januari 2010
Date of Record 3 Februari 2010
Date of Payment 4 Maret 2010
7.8.4 Dilusi Akibat Dividen Saham

Dilusi merupakan penurunan presentase kepemilikan saham oleh pemegang saham lama akibat
pemegang saham lama tidak melaksanakan haknya (Robert Ang, 1997). Dilusi dapat terjadi
akibat perusahaan menernitkan dividen saham. Hal itu karena, deviden saham berarti perusahaan
(emiten) menerbitkan saham baru, sehingga jumlah saham yang beredar menjadi lebih besar.
Karena pemegang saham lama tidak melaksanakan haknya, maka proporsi kepemilikannya akan
menurun. Dilusi, juga dapat berakibat pada penurunan harga pasar dengan perhitungan harga
teoritis baru, ada juga yang tidak mengalami penurunan harga.

Pemegang saham lama tidak melaksanakan haknya, berarti pemegang saham lama tidak
berupaya mendaftar pada Daftar Pemegang Saham. Dengan tidak terdaftar pada Daftar
Pemegang Saham, berakibat pemegang saham lama tersebut kehilangan haknya untuk
memperoleh dividen saham. Untuk itu, presentase kepemilikannya menjadi menurun (dilusi).

Dividen saham tidak memberikan pengaruh terhadap penurunan harga saham, karena pencatatan
dari dividen ini sesuai dengan SAK harus sesuai dengan harga wajar pasar yang tersedia pada
saat dividen dideklarasikan. Artinya, berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
pembagian dividen saham tidak menyebabkan dilusi harga saham, sejauh harga wajar sama
dengan harga pada saat cum-dividend. Tetapi, jika harga pada saat cum-dividend tidak sama
dengan harga wajar saham pada saat deklarasi, maka akan terjadi dilusi harga, sehingga perlu
dihitung harga teoritis saham baru pada saat ex-dividend. Untuk menentukan harga teoritis
saham baru akibat dividen saham mengacu pada rumus:

. +
=
+ 1
Dimana :
PS = Harga teoritis saham ex-dividend
Rd = Rasio pembagian dividen saham
Pc = Harga saham pada cum-dividend
Pdec = harga wajar saham pada saat deklarasi
Contoh Kasus 7.6

Saham Nafisya membagikan dividen saham dengan rasio saham 1:1 (setiap pemilik saham lama
berhak mendapat 1 dividen saham). Harga saham Nafisya pada saat deklarasi adalah Rp. 4.500
dan saat cum-dividend adalah Rp. 4.900. Makan dapat dihitung harga teoritis baru pada saat ex-
dividend sebagai berikut:

Penyelesaian :

Rd = 1:1

Pc = Rp. 4.900

Pdec = Rp. 4.500

1
4.900 + 4.500
= 1 = . 4.700
1
1+ 1
Jadi, harga teoritis saham Nafisya pada saat cum-dividend adalah Rp. 4.700 per saham

7.8.5 Pajak Dividen

Menurut Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) bahwa semua tambahan penghasilan dalam bentuk
apapun adalah merupakan objek pajak, sehingga akan dikenakan pajak, tidak terkecuali
penghasilan yang diperoleh dari pembagian dividen. Hal itu, sesuai dengan surat edaran Dirjen
Pajak No. SE-28/PJ-43/1995 perihal pajak penghasilan pasal 23 atas bunga obligasi dan dividen
yang diterima oleh wajib pajak pribadi, maka bunga obligasi dan dividen baik dari saham atau
sekuritas, baik yang diperdagangkan di Psar Modal maupun tidak, yang terutang atau dibayarkan
kepada Wajib Pajak dalam negeri maupun luar negeri dalam tahun 1995 atau seterusnya
dipotong pajak penghasilan pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto.

Berdasar pada Undang-undang Perpajakan tersebut Wajib Pajak pribadi dalam negeri yang
menerima dividen akan dipotong/pungut pajak penghasilan pasal 23 sebesar 15% dari seluruh
dividen yang diterima. Sementara, untuk Wajib Pajak orang pribadi luar negeri dikenakan pajak
20% dari dividen yang diterima atau tariff yang lebih rendah jika ada tx treaty. Pengenaan pajak
atas dividen saham dihitung atas dasar nilai nominal dividen saham yang diterima.
7.8.6 Dividen Yield

Dividen Yiled adalah parameter untuk mengukur kinerja saham berdasarkan dividen yang
dibagikan (Robert Ang, 1997). Rumus menghitung dividen yield adalah:


=

Dimana :

DY = Dividen Yield
DPS = Dividen per share (dividen per lembar saham)
Ps = Market price (harga pasar) saham
Dividen per share (DPS) merupakan dividen keseluruhan yang dibagikan pada tahun buku
sebelumnya, baik berupa dividen interim maupun dividen final. Dividen yield digunakan untuk
mengukur jumlah dividen persaham relative terhadap harga pasar yang dinyatakan dalam
presentase (westin dan copelan, 1992). Semakin tinggi dividen yield maka akan menarik
motivasi investor.

Formula sebagaimana dinyatakan di atas manunjukkan bahwa dividen yield diperoleh dengan
membagi divideb per share (DPS) dengan harga pasar saham. Untuk itu, dividen yield sangat
dipengaruhi oleh harga pasar saham bersangkutan. Semakin tinggi harga pasar saham maka
semakin kecil dividen yield, begitu juga semakin besar dividen perlembar saham yang dibagikan
maka dividen yield semakin tinggi. Hubungan antara dividen yield bersifat negative terhadap
harga pasar saham.

Contoh Kasus 7.7

PT. Nafisya Tbk (NFSY) dalam tahun 2010 telah membayar dividen interim sebesar satu kali
yaitu Rp. 120 persaham dan tidak membayar dividen final. Harga saham NFSY pada penutupan
tahun 2010 sebesar Rp 2900 saham. Berapa dividen yield?

Penyelesaian :

Deviden interim : Rp 120

Dividen Final :0

DPS : Rp 120 + Rp 0 = Rp 120

Ps : Rp. 2900
. 120
= = 0.041379
. 2900

Jadi, dividen yield adalah sebesar 0.041379 kali atau sebesar 4.1379%

Terkadang dividen yang dibagikan perusahaan bersifat lump-sum amout (jumlah dividen secara
keseluruhan), sehingga tidak diketahui dividen perlembar saham (DPS). Untuk itu, cara
menentukan dividen yield perlu ditentukan perlembar saham (deviden per share) yang dibagikan
terlebih dahulu. Rumus untuk menentukan dividen per share (DPS) dengan rumus:


=

Dimana :

DPS = Dividen per share

Dividen = jumlah dividen yang dibagikan pada tahun buku

Ss = total outstanding share (total semua saham beredar)

Contoh Kasus 7.8

PT Namytha Indonesia, Tbk (MNTI) memiliki outstanding sebesar 77.669.126 saham. Dividen
yang dibayarkan pada tahun 2010 sebesar Rp. 8.352.402.770. dari kasus tersebut dapat
ditentukan DPS ahun 2010 sebagai berikut:

. 8.352.402.770
= = 107
77.669.126

7.8.7 Earning Per Share (EPS)

Earning per share (EPS) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net income
after tax) pada tahun buku terhadap saham yang diterbitkan oleh perusahaan (outstanding share)
(Sawidji Widoatmodjo, 2006). Utnuk menentukan earning per share (EPS) digunakan rumus:

[]
=

Dimana:

EPS : Earnimg per share


NIAT : Net income after tax

Dp : Jumlah dividen yang dibagikan dalam tahun buku untuk saham preferen

Ss : Total seluruh saham yang beredar

Lambang [ ] menyatakan komponen yang terdapat didalamnya bersifat optimal, boleh digunakan
boleh tidak. Ingat, bahwa dividen yang diperhitungkan disini hanyalah dividen saham preferen.

Mencermati struktur yang membentuk tumus tersebut diatas bahwa untuk menentukan earning
per share (EPS) terdapat tiga elemen yaitu laba bersih setelah pajak (net income after tax),
seluruh saham yang beredar (outstanding share), dan dividen untuk saham preferen. Disitu
menunjukkan bahwa jika dividen saham preferen dibagi semakin besar maka earning per share
semakin kecil. Begitu juga jika net income after tax semakin kecil juga akan semakin kecil
earning per share. Terlebih, jika perusahaan merugi namun perusahaan tetap membagi dividen,
sehingga net income after tax menurun, bisa jadi earning per share menjadi negative.

Contoh Kasus 7.9

PT Natasya (NTS) tahun buku 2010 memperoleh kinerja net income after tax sebesar Rp.
721.695.000.000. total saham yang beredar sebesar 1.055.600.000 saham. Tentukanlah earning
per share (EPS) NTS?

Penyelesaian:

. 721.695.000.000
= = . 683.68
1.055.600.000

7.8.8 Dividen Payout Ratio (DPR)

Dividen payout ratio (DPR) merupakan iktikat manajemen untuk membagi kinerjanya untuk para
pemegang saham (Robert Ang, 1997). Dividen payout ratio (DPR) dihasilkan dari perbandingan
antara dividen pershare (DPS) dengan earning per share. Disini, perspektif yang dilihat adalah
pertumbuhan dividen per share (DPS) terhadap pertumbuhan earning per share (EPS). Untuk
menentukan dividen ppayout ratio (DPR) dapat digunakan rumus:


=

Mencermati rumus tersebut bahwa menentukan nilai dividen payout ratio berasal dari matching
(pembagian) antara dividen per share dengan earning per share. Disitu, jika semakin besar
dividen yang dibagikan akan menentukan besar dividen payout ratio (DPR). Fakta dilapangan
selama ini, umumya perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia, rata-rata setiap tahun
dividen payout ratio berkisar antara 0%-5%.

Patut diwaspadai bahwa jika nilai dividen payout ratio satu perusahaan belum tentu bagus.
Dividen payout ratio lebih dari 5%, terdapat kemungkinan dapat mengganggu likuiditas
perusahaan, terutama jika dividen yang dibagikan adalah dividen kas.

Contoh Kasus 7.10

PT Nafisya, Tbk (NSY) pada tahun buku 2010 membayar dividen sebesar Rp. 160.130.000. laba
bersih setelah pajak tercatat sebesar Rp. 920.776.442. jumlah saham yang beredar adalah
5.000.000 saham. Tentukanlah dividen yield (DY) dan dividen pershare (DPS) tahun 2010, jika
harga penutupan saham NSY pada akhir tahun 2010 Rp.1550 per saham.

Dividen : Rp. 160.130.000

Ss : 5.000.000 saham

Ps 2010 : Rp. 1550

NIAT : Rp. 920.776.442

. 160.130.000
= = 32
5.000.000
. 32
= = 0.020645 2.06
. 1.550

Saham biasa (Common Stock)

. 920.776.442
= = . 184
5.000.0000
. 32
= = 0.173913 17,39%
. 184

Anda mungkin juga menyukai