Anda di halaman 1dari 85

PROYEK AKHIR

ANALISIS ULANG KONSTRUKSI PILE CAP PADA PROYEK


PEMBANGUNAN GEDUNG INTERNATIONAL TRADE
CENTER (ITC) POLONIA
KOTA MEDAN

Proyek Akhir Ini Diajukan Sebagai


Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik
Program Studi Teknik Sipil Dan Bangunan FT UNP Padang

Oleh:

DONALDI
2012/1202985

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
BIODATA

I. Data Diri:
Nama Lengkap : Donaldi
Tempat/Tanggal Lahir : Payakumbuh, 21 Desember 2015
Jenis Kelamin : Pria
Agama : Islam
Anak Ke : 3 (tiga)
Jumlah Saudara : 4 (empat)
Alamat Tetap : Padang Sikabu, RT 001/RW 002 Kel. Padang
Sikabu Kecamatan Lamposi Tigo Nagori,
Payakumbuh
II. Data Pendidikan:
SD : MIN Parambahan

SLTP : SMPN 6 Payakumbuh

SLTA : SMKN 2 Payakumbuh

Perguruan Tinggi : Teknik Sipil Universitas Negeri Padang

III. Proyek Akhir:


Judul Proyek Akhir : Analisis Ulang Konstruksi Pile Cap Pada Proyek
Pembangunan Gedung International Trade Center
(ITC) Polonia Kota Medan

Tanggal Sidang : Rabu / 05 Agustus 2015


RINGKASAN

Analisis Ulang Konstruksi Pile Cap pada Proyek Pembangunan Gedung


International Trade Center

Proyek pembangunan Gedung international trade center (ITC) Medan


Sumatra Utara ini bertujuan untuk memenuhi tempat perbelanjaan baru yang
aman, nyaman dan efisien. Serta menggerakkan roda perekonomian dan
meningkatkan pembangunan. Proyek akhir ini dilatar belakangi oleh hasil
pengamatan penulis yang sejalan dengan praktek lapangan industri yaitu
mengenai analisis ulang konstruksi pile cap pada proyek pembangunan gedung
ITC. Tujuan dari proyek akhir ini adalah untuk mengetahui syarat kekuatan dan
kekakuan pada analisis dimensi dan penulangan konstruksi pile cap.
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat hal yang dapat dibahas penulis,
yaitu tentang analisis ulang konstruksi pile cap pada proyek pembangunan gedung
ITC. Untuk menganalisis pembebanan konstruksi pile cap proyek ITC ini
menggunakan software Sap 2000 Versi 14 beban-beban yang dihitung adalah
beban mati (dead load), beban hidup (live load) dan beban gempa (quake load).
Ada dua kombinasi pembebanan yaitu pembebanan tetap dan pembebanan
sementara. Dari hasil tersebut terdapat hasil berat pembebanan pada momen lentur
(Mu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) dan dilanjutkan dengan desain
dimensi dan penulangan konstruksi pile cap. Dalam merencanakan pile cap harus
dipenuhi persyaratan kekuatan geser nominal beton yang harus lebih besar dari
geser pondasi yang terjadi hal ini sesuai disyaratkan pada SNI 03-2847-2002.

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat meyelesaikan penulisan proyek akhir ini dengan
judul:
Analisis Konstruksi Pile Cap Pada Proyek Pembangunan Gedung
International Trade Center polonia Medan Sumatra Utara
yang diajukan sebagai Proyek akhir.
Dalam penulisan proyek akhir ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Terutama sekali penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
ibu, kakak, adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan
materil.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Nevy Sandra, ST., M.Eng selaku pembimbing yang telah memberikan
bantuan, bimbingan, waktu pada penulis dalam menyusun proyek akhir ini.
2. Ibu Oktaviani, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Padang.
3. Bapak Totoh Handoyono, ST.MT selaku Sekretaris Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Padang.
4. Bapak Drs. Iskandar G, Rani, M.Pd selaku Ketua Program Studi D-3 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.
5. Bapak/Ibu dosen beserta staf Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Negeri Padang.

ii
6. Kedua orang tua dan Kakak/Abang tercinta yang telah memberikan semangat,
motivasi, bimbingan baik moril maupun materil yang tak terhingga demi
selesaiannya proyek akhir ini.
7. Rekan-rekan Teknik Sipil yang telah memberikan motivasi kepada penulis selama
penulisan proyek akhir ini. Hanya doa yang dapat penulis ucapakan kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan yang diberikan mendapat balasan yang setimpal
dari-Nya.
Penulis menyadari bahwa pada proyek akhir ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan.Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Padang, 3 Agustus 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT BIODATA
RINGKASAN ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR NOTASI..............................................................................................viIi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 3
C. Batasan Masalah ......................................................................... 3
D. Rumusan Masalah....................................................................... 4
E. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Umum ..................................................................................... 6
B. Pembebanan Pada Struktur Bangunan ........................................ 7
C. Pelat Penutup Tiang (pile cap)..........................................................18
D. Gaya gaya yang dibutuhkan untuk Konstruksi Pile cap................24
E. Perencanaan Pile cap........................................................................26
BAB III METODOLOGI

iv
A. Jenis Proyek Akhir............................................................................33
B. Tempat dan Waktu Proyek Akhir......................................................33
C. Prosedur Pelaksanaan Proyek Akhir.................................................33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data................................................................................36
B. Spesifikasi Bahan dan Penampang.................................................36
C. Langkah langkah Analisis...........................................................38
D. Pembahasan....................................................................................38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................61
B. Saran...............................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar


dengan prioda ulang 500 tahun ........................................................... 13
Gambar 2. Spektrum respon gempa wilayah 6......................................................14
Gambar 3. Susunan kelompok tiang dalam pelat penutup tiang............................20
Gambar 4. Kriteria perancangan pelat penutup tiang (pile cap)...........................21
Gambar 5. Jarak tiang pile cap..............................................................................22
Gambar 5. Pile cap yang mengikat 6 tiang pancang..............................................23
Gambar 6. Tipe tipe pile cap................................................................................23
Gambar 7. Pengaruh gaya normal pada batang......................................................24
Gambar 8. Pengaruh gaya momen pada balok.......................................................25
Gambar 9. Dimensi pile cap..................................................................................29
Gambar 10. Analisis geser 1 arah...........................................................................30
Gambar 11. Analisis geser 2 arah...........................................................................32
Gambar 12. Diagram alir metode perhitungan.......................................................35
Gambar 13. Gambar frame section.......................................................................38
Gambar 14. Dimensi pile cap type P.4...................................................................52
Gambar 15. Analisis geser 1 arah...........................................................................54
Gambar 16. Analisis geser 2 arah...........................................................................56
Gambar 17. Hasil tulangan pile cap.......................................................................58

vi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Nilai berat satuan atau berat sendiri mati untuk gedung...........................8
Tabel 2. Berat dari beberapa komponen bangunan.......................................... 8
Tabel 3. Beban hidup pada lantai gedung ... ................................................... 9
Tabel 4. Koefisien reduksi beban hidup.................................................................10
Tabel 5. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muatan tanah
untuk masing-masing Wilayah gempa Indonesia...................................13
Tabel 6. Jenisjenis tanah......................................................................................14
Tabel 7. Faktor kekuatan I untuk kategori gedung dan bangunan.........................16
Tabel 8. Parameter daktilitas struktur gedung.......................................................17
Tabel 9. Beban vertikal yang bekerja pada pelat...................................................42
Tabel 10. Keliling daerah balok.............................................................................43
Tabel 11. Keliling daerah balok.............................................................................45
Tabel 12. Keliling daerah balok.............................................................................47
Tabel 13. Keliling daerah balok.............................................................................48
Tabel 14. Gaya geser horizontal akibat gempa......................................................51
Tabel 15. Input beban pada perhitungan pile cap..................................................51
Tabel 16. Rangkuman hasil....................................................................................58

vii
DAFTAR NOTASI

A adalah luas penampang pondasi


c adalah koef dasar gempa
d adalah tebal efektif pondasi
E adalah modulus elatisitas beton
fc adalah kuat tekan beton
fy adalah kuat leleh yang disyaratkat untuk tulangan non-prategang
fys adalah mutu baja tulangan geser
H adalah tinggi banggunan diukur dari tumpuan jepit puncak struktur
h adalah luas pondasi

adalah tinggi tingkat yang ditinjau dari jepit


I adalah factor keutamaan struktur
Mu adalah momen terfaktor pada penampang
Mn adalah momen nominal pada penampang
Pu adalah gaya aksial pada pondasi
R adalah factor reduksi
T adalah waktu getar alami
adalah angka poisson beton
Vu adalah gaya geser terfaktor
Vc adalah gaya geser nominal yang dosambungkan oleh beton
Wt adalah berat total bangunan
Wi adalah beban grafitasi (mati dan hidup yang direduksi) masing-masing tingkat
X adalah lebar penampang kritis q

adalah berat jenis beton bertulang


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Gambar bestek proyek


Lampiran 2: Gambar Frame section pada sap 200 v 14
Lampiran 3: Element forces frames pada sap 2000 v 14
Lampiran 4: Kartu bimbingan
Lampiran 5: Surat tugas pembimbing
Lampiran 6: Surat tugas penguji proyek akhir
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangunan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Bangunan adalah suatu struktur dan berfungsi untuk mewadahi
aktifitas manusia dengan segala komponen yang dibutuhkan dalam
aktifitasnya. Karena bangunan berfungsi untuk mewadahi aktifitas manusia,
maka harus memiliki keadaaan yang dibutuhkan oleh manusia yaitu
kenyamanan, keamanan dan efisiensi serta kebutuhan-kebutuhan manusia
yang lainnya.
Bangunan termasuk kebutuhan primer bagi manusia. Kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang paling utama yang harus dipenuhi dalam
kehidupan manusia. Gedung pusat perbelanjaan modern adalah fenomena
yang dapat ditemui baik di kota kecil maupun kota besar di Indonesia,
keberadaan dari pusat perbelanjaan memiliki dampak tertentu terhadap
perkembangan suatu kota.
Salah satu gedung pusat perbelanjaan modern yaitu gedung
International Trade Center (ITC) Polonia, dimana gedung pusat perbelanjaan
terbesar modern yang sedang didirikan di kota Medan. Karena itu gedung ini
memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan masyarakat kota. Saat ini pusat
perbelanjaan modern tidak hanya berfungsi sebagai pasar tempat bertemunya
penjual dan pembeli, namun telah menjadi ruang publik tempat masyarakat
melakukan interaksi sosial, melakukan pertemuan, bahkan menjadi tempat
rekreasi bagi keluarga. Gedung ITC Polonia ini termasuk bangunan gedung
tingkat tinggi atau yang biasa disebut dengan istilah gedung pencakar langit.
Semakin tinggi gedung yang akan dibangun maka dibutuhkan
perencanaan yang lebih baik agar struktur bangunan bisa menahan beban dari
bangunan tersebut. Salah satu bagian terpenting bangunan bertingkat tinggi
adalah pondasi. Pondasi merupakan bagian bangunan yang menghubungkan
bangunan dengan tanah, yang menjamin kesetabilan bangunan terhadap

1
2

muatan atau beban yang meliputi: berat sendiri, beban berguna, dan gaya-
gaya luar terhadap gedung seperti tekanan angin, gempa bumi. Pondasi harus
cukup kuat menahan beban dari struktur atas tanpa terjadi penurunan. Salah
satu jenis pondasi dalam yang umumnya digunakan untuk membangun
tingkat tinggi adalah pondasi tiang pancang (pile foundation). Pondasi tiang
pancang membutuhkan kepala tiang atau biasa disebut pile cap merupakan
konstruksi penggabung antara tiang-tiang pancang sehingga menjadi tiang
kelompok (pile group) dan penghubung antara tiang pancang dengan kolom.
Pile cap mempunyai fungsi untuk menyebarkan beban ke tiang
kelompok (pile group). Pile cap harus direncanakan dengan baik dan efisien
agar tidak mengalami kegagalan seperti patah maupun pergeseran (satu arah
maupun dua arah) desain pile cap juga harus sesuai dengan kebutuhan agar
tidak boros. Oleh sebab itu dibutuhkan perhitungan yang teliti untuk
perencanaan dimensi pile cap, tebal pile cap, serta penulangan pile cap.
Penulis telah melakukan Praktek Lapangan Industri (PLI) pada proyek
pembangunan Gedung ITC Polonia 2 bulan. Selama PLI penulis mengamati
proses pelaksanaan pekerjaan, pile cap, kolom, balok dan pelat lantai.
Jenis gedung ITC Polonia ini adalah konstruksi bangunan beton
bertulang, dibangun oleh PT. Waskita Karya (Persero) Tbk. dengan luas
bangunan 23137 m. Selama peninjauan di lapangan penulis menemukan
beberapa masalah pada pekerjaan pile cap yaitu perubahan desain dimensi
pile cap yang mana perencanaan awal yaitu tipe 2 pile (P.2) dengan dimensi
3.8 m x 1.6 m x 0.8 m menjadi tipe 4 pile (P.4) dengan dimensi 2.6 m x 2.6m
x 0.8 m serta perubahan desain penulangan, dan tebal pile cap. Perubahan
desain pile cap disebabkan karena penambahan titik tiang pancang dalam
sebuah pile group.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas tentang analisis
perencanaan konstruksi pile cap bangunan ITC Polonia. Hal ini dianggap
menarik karena sebagai tamatan D3 yang banyak berkecimpung di lapangan,
harus mengetahui tentang analisis konstruksi pile cap dan diharapkan menjadi
tenaga yang siap pakai dan mampu menguasai perencanaan suatu proyek
bangunan.
Berdasarkan ulasan tentang kontruksi pile cap di atas, penulis tertarik
untuk mengangkat masalah tentang pile cap tersebut sebagai Proyek Akhir,
dengan judul Analisis Ulang Konstruksi Pile Cap pada Proyek
Pembangunan Gedung International Trade Center (ITC) Polonia kota
Medan .

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diproleh beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Perubahan desain dimensi dan penulangan pile cap dikarenakan
penambahan titik tiang pancang dalam satu kelompok tiang, yang mana
perencanaan awal didesain 2 pile diganti dengan 4 pile.
2. Analisis ulang Gedung ITC Polonia yang terdiri dari analisis ulang
struktur atas yang berfokus pada konstruksi pile cap.

C. Pembatasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini meliputi:
1. Analisis ulang Gedung ITC Polonia ini dilatasi 11 pada zona 1 yaitu:
output gaya-gaya dalam dan momen. Serta desain dimensi dan
penulangan pile cap dengan menggunakan spesifikasi bahan dan
penampang yang diproleh dari data Proyek Pembangunan Gedung ITC
Polonia.
2. Perencanaan pile cap dikhususkan hanya menghitung pile cap dengan 4
pile, dimensi pile cap, kuat geser satu arah pile cap, kuat geser dua arah
pile cap pada kolom, penulangan pile cap, serta gambar desain
penulangan pile cap.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
pada proyek akhir ini yaitu bagaimana perhitungan pembebanan, dimensi dan
penulangan pile cap dengan 4 pile pada bangunan Gedung International
Trade Center (ITC) Polonia kota Medan.

E. Tujuan dan Manfaat


1. Tujuan
a. Menganalisis ulang bangunan Gedung ITC Polonia dilatasi 11 pada
zona-1.
b. Output gaya-gaya dalam dan momen dari pemodelan struktur.
c. Mengetahui konsep perhitungan pile cap pada bangunan.
d. Mengetahui estimasi dimensi, tebal dan penulangan pile cap sehingga
cukup kuat menahan beban dan tidak boros.

2. Manfaat
a. Penulis sendiri, menambah pengetahuan tentang bagaimana analisis
perencanaan konstruksi pile cap pada Pembangunan Gedung
International Trade Center (ITC) Polonia kota Medan.
b. Sebagai referensi bagi siapa saja yang membacanya khusus bagi
mahasiswa yang menghadapi masalah yang sama.
c. Dapat menganalisis data jika akan melakukan suatu pekerjaan yang
sejenis.
3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini terdiri dari beberapa bab, seperti tertera
berikut ini.
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang proyek, tujuan dan
manfaat proyek, serta sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Berisi teori-teori yang relevan dengan analisis, pekerjaan dan teori
pendukung lainya
BAB III. METODOLOGI
Bab ini menguraikan tentang prosedur/ langkah-langkah
pelaksanaan beserta pengertian tentang sarana yang menunjang
pelaksanaan proyek tersebut.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisikan pembahasan, pada bab ini dibahas mengenai
perumusan masalah, landasan teori dan metodologi pemecahan,
data dan pengolahan, dan hasil dari pemecahan masalah atau
analisis data
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Umum
Dalam bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga
dikenal sebagai bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau
beberapa area. Misal, konstruksi jalan raya, konstruksi jembatan, konstruksi
kapal, dan lain-lain. Konstruksi merupakan objek keseluruhan bangunan yang
terdiri dari bagian-bagian struktur. Menurut Silalahi (2009:1) struktur
merupakan suatu bangun tubuh yang dirancang untuk mampu menopang atau
mendukung beban (muatan) yang bekerja tanpa disertai deformasi berlebihan
berupa perpindahan relative suatu komponen terhadap komponen lainnya.
Pendapat lain dikemukan oleh Schodek (1999:2) struktur merupakan sarana
untuk menyalurkan beban yang diakibatkan penggunaan dan/atau kehadiran
bangunan di atas tanah.
Dapat disimpulkan struktur merupakan bangunan tubuh untuk
mendukung beban atau menyalurkan beban yang diakibatkan bangunan di
atas tanah yang bekerja tanpa disertai deformasi yag berlebihan. Semua
struktur dirancang untuk berfungsi sebagai kesatuan secara utuh dalam
memikul beban, baik yang beraksi secara vertikal maupun secara horizontal
ke tanah.
Struktur bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah dan
struktur atas. Struktur bawah merupakan bagian bawah dari suatu struktur
bangunan/gedung yang menahan beban dari struktur atas. Struktur bawah
meliputi balok sloof dan pondasi. Sedangkan struktur atas adalah struktur
bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat,
tangga. Setiap komponen tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda di
dalam sebuah struktur (Pamungkas, 2013:1).
Struktur pondasi sangat mempengaruhi kestabilan suatu bangunan.
Sebagai penyalur beban bangunan ke lapisan tanah, pondasi harus dirancang
sedemikian rupa agar mampu mendukung pembebanan maksimum.

6
7

Hardiyatmo (2002) Pondasi merupakan suatu bagian konstruksi bangunan


yang bertugas meletakkan bangunan dan meneruskan beban bangunan
diatasnya kedasar tanah atau batuan yang cukup kuat mendukungnya.
Diantara beberapa tipe pondasi yang biasa digunakan adalah jenis pondasi
dinding, pondasi kolom tunggal atau pondasi setempat, pondasi gabungan,
pondasi rakit, pondasi strap, dan kepala tiang/pile cap.

B. Pembebanan Pada Struktur Bangunan


Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi
peraturan-peraturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan
yang aman secara konstruksi. Struktur bangunan yang direncanakan harus
mampu menahan beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan tersebut.
Menurut pendapat Silalahi (2009: 16), yang mengatakan bahwa beban
adalah segala kekuatan yang bekerja pada suatu benda atau struktur yang
dapat dibedakan berdasarkan bentuk dan lamanya pembebanan. Menurut
peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1983 beban-beban tersebut
adalah yang tercantum di bawah ini:
1. Beban Statik
Beban statik adalah beban yang memiliki perubahan intensitas
beban terhadap waktu berjalan lambat atau konstan. Jenis-jenis beban
statik menurut peraturan pembebanan Indonesia untuk rumah dan
Gedung 1983 adalah sebagai berikut:
a. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-
penyelesaian (finishing), mesin-mesin, serta peralatan tetap yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung. Untuk
menghitung besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan
meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume elemen.
Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah
ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah
standar atau peraturan pembebanan. Berat satuan atau berat sendiri
dari beberapa material kontruksi dan komponen bangunan gedung
dapat ditentukan dari peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 atau Peraturan
Tahun 1987.
Table 1. Nilai-nilai berat satuan atau berat sendiri mati untuk gedung
Bahan Bangunan Berat Sendiri
Baja 7850 kg/m
Beton 2200 kg/m
Batu belah 1500 kg/m
Beton bertulang 2400 kg/m
Kayu 1000 kg/m
Pasir kering 1600 kg/m
Pasir kerikil 1850 kg/m
Tanah 1700-2000 kg/m
Batu alam 2600 kg/m
Kayu 1000 kg/m
Pasangan bata merah 1700 kg/m
Sumber: Peraturan pembebanan Indonesia tahun 1983
Table 2. Berat dari beberapa komponen bangunan
Komponen Gedung Berat Sendiri
Atap, genting, usuk, dan reng 50 kg/m
Plafon dan penggantung 20 kg/m
Atap seng gelombang 10 kg/m
Adukan/spesi lantai per cm tebal 21 kg/m
Penutup lantai/ubin per cm tebal 24 kg/m
Pasangan bata setengah batu 250 kg/m
Penutup atap genting 50 kg/m
Penutup atap seng gelombang 10 kg/m
Pasangan batako berlubang 200 kg/m
Sumber: Peraturan pembebanan Indonesia tahun 1983
b. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat
penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan termasuk beban-
beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang berpindah,
mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari
gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan
atap dan lantai tersebut.
Beban yang diakibatkan oleh hunian atau penggunanan
(occupancy loads) adalah beban hidup. Beban hidup minimum yang
harus ditetapkan pada bangunan biasanya telah ditetapkan dalam
peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1983 adalah sebagai
berikut:
Table 3. Beban hidup pada lantai gedung

Beban Hidup Lantai Gedung Berat

Lantai dan tangga rumah tinggal sederhana 125 kg/m


Lantai pabrik, bengkel, gudang, perpustakaan,
400 kg/m
ruang arsip, toko buku, ruang mesin
Lantai sekolah, perkantoran, hotel,asrama,
ruang kuliah, restoran dan took, toserba dan 250 kg/m
rumah sakit
Lantai ruang olahraga 400 kg/m
Panggung penonton 500 kg/m
Tangga, bordes tangga 300 kg/m
Balkon yang menjorok bebas keluar 301 kg/m
Sumber: Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung, 1983
Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban
hidup dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada
penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk
perencanaan portal, ditentukan pada peraturan pembebanan Indonesia
untuk gedung tahun 1983 adalah:
Table 4. Koefisien reduksi beban hidup
Koefisien reduksi beban
hidup
Untuk
Untuk
perencanaan
Penggunaan Gedung Peninjauan
Balok induk
gempa
dan Portal
PERUMAHAN ATAU
PENGHUNIAN:
0,75 0,30
Rumah tinggal, asrama, hotel,
rumah sakit
PENDIDIKAN:
Masjid, bioskop, restoran, ruang
0,90 0,50
dansa
Ruang pergelaran
KANTOR:
kantor, bank 0,90 0,50
PERDAGANGAN:
Toko, pasar 0,60 0,30
PENYIMPANAN:
Gudang, perpustakaan, ruang
0,80 0,80
arsip
INDUSTRI
Pabrik, bengkel 0,80 0,80
TEMPAT KENDARAAN:
Garase gedung parkir 1,00 0,90
Sumber: Peraturan pembebanan Indonesia tahun 1983
2. Beban Dinamik
Beban dinamik yaitu beban yang bekerja secara tiba-tiba pada
struktur. Pada umumnya, beban ini tidak bersifat tetap (unsteady-state)
serta mempunyai karakteristik besaran dan arah yang berubah dengan
cepat. Deformasi pada struktur akibat beban dinamik ini juga akan
berubah-ubah secara cepat. Beban dinamik terdiri dari 2 macam yaitu
beban dinamik bergetar dan beban dinamik impak.
a. Beban Dinamik Bergetar
Beban dinamik bergetar yaitu beban yang diakibatkan getaran
gempa, angin atau getaran mesin.
1) Beban Angin
Menurut Setiawan (2008: 4), beban angin adalah beban
yang bekerja pada struktur akibat tekanan-tekanan dari gerakan
angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian
dari struktur. Struktur yang berada pada lintasan angin akan
menyebabkan angin berbelok atau dapat berhenti.
Akibatnya, energi kinetik angin akan berubah menjadi
energi potensial berupa tekanan atau hisapan pada struktur.
Besarnya tekanan tiup harus diambil sebesar 25 kg/m, kecuali
untuk bangunan-bangunan berikut:
(1) Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari tepi lantai harus
diambil minimum 40 kg/m
(2) Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkianan tekanan
tiupnya lebih dari 40 kg/m, harus diambil sebesar p = V / 16
(kg/m), dengan V adalah kecepatan angin dalam m/s
(3) Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m harus ditentukan
dengan rumus (42,5 + 0,6h), dengan h adalah tinggi cerobong
seluruhnya dalam meter, diukur dari lapangan yang berbatasan.
2) Beban Gempa
Menurut Setiawan (2008: 5) beban gempa adalah semua
beban statik ekivalen yang bekerja pada strutur akibat adanya
pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal
maupun horizontal. Namun pada umumnya pada umumnya
percepatan tanah arah horizontal jauh lebih menentukan dari pada
gempa vertikal. Besarnya gaya geser statik ekivalen berdasarkan
persamaan.
CxI
V= . Wt
R

Dimana:
C = Faktor respon gempa yang ditentukan berdasarkan
lokasi bangunan dan jenis tanahnya
I = Faktor keutamaan gedung
R = Faktor reduksi gempa yang tergantung pada jenis struktur
yang bersangkutan
Wt = Berat total bangunan termasuk beban hidup yang
bersesuaian
Koefisien dasar gempa pada SNI-1726-2002 dipengaruhi oleh:
a) Wilayah Gempa
Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 wilayah, dari
wilayah tersebut terdiri dari wilayah gempa paling rendah dan
wilayah gempa paling tinggi. Pembagian wilayah gempa
didasarkan percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh
gempa rencana dengan periode pada 500 tahun yang nilai rata-
rata untuk setiap wilayah gempa terdapat pada tabel 5.
Jika suatu lokasi gedung akan dianalisis terletak disuatu
batas wilayah, sehingga kapasitas wilayahnya tidak jelas, maka
gedung tersebut harus dianggap terletak di dalam wilayah
koefisien gempanya lebih besar (Gambar 1.2).
Tabel 5. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan
puncak muatan tanah untuk masing-masing wilayah gempa
Indonesia.
Percepatan Percepatan puncak muka
Wilayah puncak tanah ( Xg )
gempa batuan Tanah Tanah Tanah Tanah
dasar keras sedang lunak khusus
1 0.03 0.04 0.05 0.08 Diproleh
2 0.1 0.12 0.15 0.2 evaluasi
3 0.15 0.18 0.23 0.3 khusus
4 0.2 0.25 0.28 0.34 disetiap
5 0.25 0.28 0.32 0.36 lokasi
6 0.3 0.33 0.36 0.38
Sumber: SNI 03-1726-2002

Gambar 1.Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak


batuan dasar dengan prioda ulang 500 tahun
(Sumber : SNI 031726-2002)
Gambar 2. Spektrum respon gempa wilayah 6
(Sumber : SNI 031726-2002)
b) Jenis Tanah
Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, sedang dan
tanah lunak apabila untuk lapisan stabil maksimum 30 m
paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum pada jenis-
jenis tanah.
Tabel 6. Jenis-jenis tanah
Kecepatan Nilai hasil Kuat geser
rambat test penetrasi niralir rata-rata
Jenis
gelombang standar rata- S u (kpa)
tanah
geser rata-rata, rata N
v s (m/det)
Tanah
v s 350 N 50 S u 100
keras
Tanah 175 v s <
15N < 50 50S u < 100
sedang 350
Tanah
v s < 175 N < 15 S u< 50
sedang
Atau setiap profil dengantanah lunak yang tebal
total lebih dari 3 m dengan PI > 40 % dan Su <25
kPa
Tanah
Diperlukan evaluasi khusus disetiap lokasi
khusus
Sumber: Raiman kopa, 2008.
Jenis tanah khusus dalam tabel 5 adalah jenis tanah
yang tidak memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam tabel
tersebut. Tujuan khusus adalah juga tanah yang memiliki
potensi likuifaksi yang tinggi, lempung sangat peka, pasir yang
tersegmentasi rendah yang rapuh, tanah lembut, tanah dengan
kandungan bahan organik yang tinggi dengan ketebalan lebih
dari 3 m, lempung sangat lunak dengan PI lebih dari 75 dan
ketebalan lebih dari 10 m lapisan tanah lempung dengan 25
kPa < Su < 50 kPa dan ketebalan dari 30 m (kopa, 2008:12)
c) Waktu getar alami struktur gedung (T)
Tidak ada cara-cara mekanika yang dapat dipakai untuk
mengetahui getar alami suatu struktur sebelum struktur
tersebut diketahui ukuran-ukurannya dan beban gempa yang
bekerja. Jadi untuk mencari waktu getar alami menentukan
beban gempa yang bekerja sedangkan untuk menentukan
beban gempa yang bekerja dperlukan nilai waktu getar alami
struktur tersebut (Kopa, 2008:12).
Rumus pendekatan waktu getar alami struktur adalah:

untuk struktur gedung berupa portal tanpa unsur-unsur

pengaku.

(1) Rumus untuk portal beton


3 /4
T =0.06 H

(2) Rumus untuk portal baja


3/ 4
T =0.08 H
Dimana:
H = tinggi bangunan diukur dan tumpuan jepit sampai
puncak struktur.
Dapat juga dipakai rumus pendekatan T = 0.2 detik
Rumus getar alami struktur yang fundamental
ditentukan dengan rumus T sebagai berikut:

W I d2i
i=l
T 1 =6,3 n
g Fi di
i=l
dimana:
Wi = beban vertikal/granitasi yang bekrja pada tingkat ke 1
yang ditinjau
Fi = gempa horizontal lantai tingkat ke-I
Gi = percepatan grativitasi yang ditetapkan sebesar 9810
mm/det
d) Faktor keutamaan gedung (I)
Menurut Kopa (2008:13) faktor keutamaan gedung
adalah suatu koefisien yang dibedakan untuk memperpanjang
waktu ulang dari kerusakan struktur-struktur gedung yang
relatif lebih utama untuk mengamankan struktur gedung
tersebut.
Tabel 7. faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung
dan bangunan
Faktor keutamaan
Kategori gedung
Gedung umum seperti untuk
penghunian, perniagaan dan 1.0 1.0 1.0
perkantoran
Monument dan bangunan
1.0 1.6 1.6
monumental
Gedung untuk penyimpan
berbahaya seperti gas,
1.6 1.0 1.4
produk minyak bumi, asam,
bahan beracun.
Gedung panitia pasca gempa
seperti rumah sakit, instalasi
1.4 1.0 1.4
air bersih, pembangkit tenaga
listrik, pusat penyelamatan
Sumber: SNI 031726-2002
e) Faktor reduksi gempa (R)
Menurut faktor reduksi gempa adalah suatu nilai
koefisien yang ditetapkan berdasarkan faktor daktilitas gedung
() dengan faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung
didalam struktur gedung (f) dengan nilainya ditetapkan
sebesar f = 1.6 jadi R = f = 1.6 . (Kopa, 2008:14).
Tabel 8. Parameter aktifitas struktur gedung
Taraf kinerja strukutr
R pers. (6)
gedung
Elastik penuh 1.0 1.6
Daktail parsial 1.5 2.4
2.0 3.2
2.5 4.0
3.0 4.8
3.5 5.6
4.0 6.4
4.5 7.2
5.0 8.0
Daktail penuh 5.3 8.5
Sumber: Raimon kopa, 2008
b. Beban Dinamik Impak
Menurut pendapat Terzaghi (1987:79), beban dinamik impak
yaitu beban akibat ledakan atau benturan, geteran mesin dan
pengereman kendaraan. Pada umumnya perencanaan suatu bangunan
memperhitungkan kombinasi beban untuk mendapat hasil perhitungan
yang aman. Kombinasi beban ditentukan bedasarkan kondisi daerah
tempat bangunan dibangun, keadaan angin, fungsi bangunan, zona
wilayah gempa tempat bangunan dibangun dan faktor-faktor lainnya.
Hal penting dalam menentukan beban desain pada struktur adalah
apakah semua beban tersebut bekerja secara simultan atau tidak
(Terzaghi, 1987:79).
Kombinasi pembebananan yang dipakai untuk struktur portal
menurut tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung-
SNI 03-2847-2002:
1) Kombinasi Beban Tetap

U = 1.4 D

U = 1.2 D + 1.6 L + 0.5 (A atau R)

2) Kombinasi beban Sementara

U = 1.2 D + 1.0 L 1.6 W + 0.5 (A atau R)

U = 0.9 D 1.6 W

U = 1.2 D + 1.0 L 1.0 E


U = 0.9 D 1.0 W
U = 1.4 (D + F)
U = 1.2 (D + T) + 1.6 L + 0.5 (A atau R)
dimana:
D = Beban mati L = Beban hidup
A = Beban atap F = Tekanan fluida
R = Beban hujan W = Beban angin
E = Beban gempa
T = Perbedaan penurunan pondasi, perbedaan suhu, rangkak dan
susut beton.
Koefisien 1.0, 1.2, 1.4, 1.6, merupakan faktor pengali dari
beban-beban tersebut, yang disebut faktor beban (load factor).
Sedangkan faktor 0.5 dan 0.9 merupakan faktor reduksi. Sistem
dari elemen struktur harus diperhitungkan terhadap dua
kombinasi pembebanan, yaitu Pembebanan Tetap dan
Pembebanan Sementara.
Momen lentur (Mu), momen torsi atau puntir (Tu), gaya
geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang terjadi pada elemen-
elemen struktur akibat kedua kombinasi pembebanan yang
ditinjau, dipilih yang paling besar harganya, untuk selanjutnya
digunakan pada proses desain (Hardiyanto, 1987:72).

C. Pelat Penutup Tiang (Pile Cap)


Dalam perencanaan pondasi, pile penutup tiang (pile cap) harus
dilakukan dengan teliti dan secermat mungkin. Setiap pondasi pelat penutup
tiang (pile cap) harus mampu mendukung beban sampai batas keamanan yang
telah ditentukan, termasuk mendukung beban maksimum yang mungkin
terjadi. Didalam suatu proyek konstruksi, hal yang paling penting salah
satunya adalah pondasi dikarenakan berfungsi untuk meneruskan beban
struktur di atasnya ke lapisan tanah di bawahnya.
Ditinjau dari segi pelaksanaan ada beberapa keadaan yang dimana
kondisi lingkungan tidak memungkinkan ada pekerjaan yang baik dan sesuai
dengan kondisi yang diasumsikan. Dalam perencanaan struktur pondasi yang
telah dipilih dilengkapi dengan pertimbangan mengenai kondisi tanah pondasi
dan batas-batas struktur.
Jenis pondasi yang sesuai dengan tanah pendukung terletak pada
kedalaman 10 meter dibawah permukaan tanah adalah pondasi tiang pancang.
Pondasi tiang pancang terdiri dari beberapa tiang dalam satu kelompok yang
disatukan dengan pile cap, karena momen lentur struktur atas dan beban
aksial yang akan didukung pondasi cukup besar, pile cap dipakai untuk
mendistribusikan beban keseluruh tiang. Secara umum pelat penutup tiang
(pile cap) berfungsi untuk mengikat tiang-tiang menjadi satu kesatuan dan
memindahkan beban kolom kepada tiang (Pamungkas, 2013: 87).
Pemakaian pelat penutup tiang (pile cap) pada suatu bangunan,
apabila pondasi tiang pancang pada tanah dasar pondasi yang mempunyai
nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima tiang akan ditahan oleh pelat
penutup tiang (pile cap). Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas
denah pile cap, yang secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila
jarak tiang kurang teratur atau terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan
bertambah besar dan berakibat volume beton menjadi bertambah besar dan
biaya menjadi membengkak.
Di dalam buku Analisis dan Perencanaan Fondasi II bahwa menurut
(Teng, 1962):
1. Pelat penutup tiang sangat kaku.
2. Ujung atas tiang menggantung pada pelat penutup tiang (pile cap). Karena
itu, tidak ada momen lentur yang diakibatkan oleh pelat penutup tiang.
3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi
tegangan dan deformasi membentuk bidang rata.
Hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pile cap adalah
pengaturan tiang dalam satu kelompok. Pada umumnya susunan tiang dibuat
simetris denga pusat berat kelompok tiang dan pusat berat berat pile
cap
terletak pada satu garis vertikal. Jarak antara tiang diusahakan sedekat
mungkin untuk menghemat pile cap, tetapi jika pondasi memikul beban
momen maka jarak tiang perlu diperbesar yang berarti menambah
memperbesar tahanan momen. Jumlah minimum tiang dalam satu pelat
penutup tiang umumnya 3 tiang. Bila tiang hanya berjumlah 2 tiang dalam 1
kolom, maka pelat harus dihubungkan dengan balok sloof yang dihubungkan
dengan kolom lain.
Balok sloof dibuat yang melewati pusat berat tiang-tiang ke arah tegak
lurus deretan tiang (tegak lurus pelat penutup tiang). Demikian pula, bila pelat
penutup tiang hanya melayani 1 tiang, maka dibutuhkan balok sloof yang
menghubungkan ke kolom-kolom yang lain. Bila kolom dilayani hanya 1
tiang yang besar, maka biasanya tidak digunakan pelat penutup tiang
(Hardiyatmo, 2011:283).
Tebal pelat penutup tiang dipengaruhi oleh tegangan geser ijin beton.
Tegangan geser harus dihitung pada potongan kritis. Momen lentur pada pelat
penutup tiang harus dihitung dengan menganggap momen tersebut bekerja
pada pusat tiang ke permukaan kolom terdekat. Contoh susunan tiang-tiang
dalam pile cap dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini.

Gambar 3. Susunan kelompok tiang dalam pelat penutup tiang


(Sumber : Analisis dan Perencanaan Fondasi II, Hardiyatmo: 2011)
Bila kondisi jarak tiang ke tiang, guna menanggulangi tegangan pada
pile cap yang terlalu besar, tiang-tiang sebaiknya dipasang dengan bentuk
geometri yang baik. Agar beban pada bangunan yang akan dipikul mampu
menahan beban yang berat. Jadi kita dapat melihat contoh bentuk geometri
perancangan penutup tiang (pile cap), terdiri dari 3 bentuk perancangan
penutup tiang yaitu kolom beton, kolom baja, dinding bata, masing-masing
untuk menahan beban yang berbeda-beda. Ditunjukkan pada gambar 3
dibawah ini.

Gambar 4. Kriteria perancangan pelat penutup tiang (pile cap)


(sumber : Analisis dan Perencanaan Fondasi II, Hardiyatmo: 2011)

Bila beban sentris, tiang-tiang dalam kelompoknya akan mendukung


beban aksial yang sama. Dalam hitungan, tanah dibawah pile cap dianggap
tidak mendukung beban sama sekali.
1. Dimensi Pile Cap
Jarak tiang mempengaruhi pile cap. Jarak tiang pada kelompok
tiang biasanya diambil 2,5D-3D, dimana D adalah diameter tiang pancang.
Ketentuan ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:
a. Bila jarak tiang s < 2,5D kemungkinan tanah di sekitar kelompok tiang
akan naik terlalu berlebihan karena terdesak oleh tiang-tiang yang
dipancang terlalu berdekatan. Selain itu dapat menyebabkan
terangkatnya tiang-tiang di sekitarnya yang telah dipancang lebih
dahulu.
b. Bila jarak antar tiang s > 3D akan menyebabkan perencanaan menjadi
tidak ekonomis sebab akan memperbesar ukuran/dimensi dari pile cap,
jadi memperbesar biaya. Jarak tiang pada pile cap dapat dilihat pada
gambar 4.

Gambar 5. Jarak tiang pile cap


(Sumber : Desain Pondasi Tahan Gempa, Pamungkas: 2013)

2. Jenis-Jenis Pile Cap


Jenis dari pile cap juga bervariasi ada yang berbentuk segitiga dan
persegi panjang. Jumlah kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda
tergantung kebutuhan atas beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap
dengan pondasi tunggal, ada yang mengikat 2 dan 4 buah pondasi yang
diikat menjadi satu.
a. Pile cap segitiga
b. Pile cap segi empat
c. Pile cap bujur sangkar
d. Pile cap bersegi banyak
e. Pile cap lingkaran
Gambar 6. Pile cap yang mengikat 6 tiang pancang
(Sumber: dokumentasi lapangan)

Gambar 7.Tipe tipe pile cap


(Sumber:http://www.ce-ref.com/RC_Design/Pile_cap/Pile_cap.html)
D. Gaya-gaya yang dibutuhkan untuk Kontruksi Pile Cap
1. Gaya Geser
Gaya geser ialah gaya yang bekerja tegak lurus terhadap sumbu
memanjang balok atau batang. Gaya geser disebut juga gaya lintang,
karena dapat menimbulkan pergeseran pada arah penampang melintang
balok. Apabila suatu balok tidak mampu menahan pengaruh gaya geser
yang bekerja,, maka menyebabkan balok patah. Untuk mengatasi
pengaruh gaya geser pada balok beton bertulang, dapa memberikan
dilakukan dengan member tulangan sengkang yang cukup rapat Sillahi
(2009: 19).
2. Gaya Normal
Gaya normal ialah gaya yang bekerja sejajar dengan sumbu
memanjang balok atau batang. Gaya ini dapat mengakibatkan balok
tertekan atau tertarik tergantung pada arah gaya. Apabila suatu balok tidak
mampu mampu menahan pengaruh gaya normal yang bekerja, maka
balok akan mengalami perubahan dimensi dan dapat menyebabkan pecah
(Silalahi, 2009: 21).

Gambar 8. Pengaruh gaya normal pada batang


(Sumber :Mekanika Struktur jilid 1, Silalahi, 2009)

3. Momen lentur
Momen lentur ialah gaya lentur yang bekerja pada suatu balok atau
batang. Besarnya momen lentur disuatu titik sama dengan gaya dikalai
jarak terhadap titik tersebut, momen ini dapat mengakibatkan perubahan
pada penampang. Apabila suatu balok tidak kuat menahan pengaruh
lentur yag bekerja, maka balok mengalami perubahan menjadi
melengkung dan akhirnya patah atau hancur Silalahi (2009: 22).

Gambar 9. Pengaruh gaya momen pada balok


(Sumber :Mekanika Struktur jilid 1, Silalahi, 2009)

4. Pengaruh Gaya Aksial


Menurut Pamungkas (2013:57) beban aksial dan momen yang
bekerja akan didistribusikan ke pile cap dan kelompok tiang berdasarkan
rumus elastisitas dengan menganggap pile cap kaku sempurna, sehingga
pengaruh gaya yang bekerja tidak menyebabkan pile cap melengkung atau
deformasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Wahyudi (1997), selain
mengalami gaya geser dan lentur, pile cap juga dibebani gaya aksial tekan
ataupun tarik akibat gaya luar, gaya prategang, perubahan temperature,
ataupun sebagai efek susut. Gaya aksial tekan akan meningkatkan
kapasitas beban retak, sedangkan gaya tarik akan menurunkannya.
a. Gaya aksial tekan
Beban retak diagonal tergantung pada tegangan geser v dan
tegangan lentur f. tegangan-tegangan ini dinyatakan sebgai berikut:
1) Bila berkaitan denga tegangan geser pada titik di atas retak lentur
dengan tegangan geser rata-rata dipakai persamaan berikut:
M
f= K2
bd
2) Sedangkan menyatakan tegangan tarik lentur pada beton di titik
atas retak dengan tegangan tarik pada tulangan lentur, melalui
rasio modulus n= Es / Ec.

f= K 2
( Mbd )
2
b. Gaya aksial tarik
Untuk penampang-penampang yang mengalami kombinasi
beban aksial tarik, lentur, dan geser, sumbangan kekuatan beton dapat
diambil sebgai:
Vc =

0,3 N u
(
0 ,17 1+
Ag ) f' c d
bw

Dengan harga Nu adalah negative unutk aksial tarik. Sebagai


penyederhaann, SNI menyarankan, untuk penampang-penampang
yang mengalami kombinasi aksial tarik yang cukup besar, Vc
dianggap sam dengan nol dan tulangan geser harus direncanakan
untuk memikul geser total yang terjadi.

E. Perencanaan Pile Cap


Pada perencanaan pile cap yang akan dibahas adalah mengenai
perhitungan pembebanan pada kolom, perencanaan pile cap dengan 4 pile dan
penulangan pile cap 4 pile. Hal-hal yang harus dihitung dalam perencanaan
pile cap adalah dimensi pile cap, kuat geser satu arah pile cap, kuat geser dua
arah pile cap pada kolom.
1. Perhitungan Pembebanan Gedung
Analisa struktur kolom beton pada bangunan ditinjau dengan
analisa struktur program SAP 2000 Vers 14. Analisa ini
memperhitungkan pembebanan akibat: pemebebanan pelat yang akan
dijadikan input SAP 2000. Didalam buku analisis dan desain rangka
dengan SAP 2000 Versi Student cara menentukan berat total bangunan
sebagai berikut:
a. Beban vertikal yang bekerja pada
pelat Pembebanan pada lantai
1) Beban Mati (Dead Load)
(a) Beban segitiga
- Berat sendiri palat lantai = Tebal pelat x berat jenis
beton
- Beban spesi = Tebal pelat x berat spesi/cm
- Beban penutup lantai ubin = Tebal x berat ubin/cm
- Beban plafond + pengantung
(b) Beban garis
- Beban dinding = tinggi lantai x berat dinding
2) Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup untuk gedung perbelanjaan = 250 kg/m
Menentukan qx :
Pembebanan diberikan dalam bentuk segitiga dan trapesium
(berlaku sama untuk pada lantai 1 dan 2)
Lx = maka qx (DL) = 0.5 x qDL x Lx
Lx = maka qx (LL) = 0.5 x qLL x Lx
b. Beban Horizontal (Beban Gempa Statik Ekivalen)
1) Menentukan berat bangunan total
Berat lantai
(a) Beban mati (Dead Load)
- Pelat = luas pelat x tebal pelat x Berat jenis beton
- Balok = keliling daerah balok x berat baja
- Kolom = banyak kolom x tinggi dinding H2 x berat kolom
baja
- Plafond = luas plafond x berat (plafond + pengantung )
(b) Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup untuk gedung: qLL = 250 kg/m2
2) Menentukan getar alami (T)
Rumus:
Portal beton T = 0.06 H3/4 dan portal baja T = 0.08 H3/4
Dimana:
H= Tinggi bangunan diukur dari tumpuan jepit sampai
puncak Struktur
3) Menentukan faktor keutamaan (I)
Gedung dipakai untuk umum, maka dari tabel 7 didapatkan
faKtor keutamaan 1.0. Struktur gedung adalah rangka pemikul
momen biasanya dari tabel 8 SNI -1726-2002 didapat faktor
reduksi (R) = 8.5
4) Menentukan gaya geser total yang bekerja pada
bangunan Gaya geser horizontal total akibat gempa
CxI
V=
. Wt
R
5) Gaya geser horizontal untuk masing-masing gedung
Distribusi gaya horizontal total akibat gempa ke sepanjang
tinggi gedung (Fi)
Wi hi
F V Fi, y W h y
W
i ih
V
;
W h
i,x x

i i i i

hi = Tinggi tingkat yang ditinjau dari jepitan


Wi = Beban grafitasi (mati dan hidup yang direduksi) masing-
masing tingkat

Jika: perbandingan tinggi (H) dan lebar (B) 3, maka


0.1V merupakan beban titik dilantai puncak dan 0.9V sisanya
dibagi menurun diatas.
Perhitungan pembebanan pada struktur bangunan Gedung ITC
Polonia:
a. Pembebanan pada lantai 1
b. Pembebanan pada lantai 2
c. Pembebanan pada lantai 3
d. Pembebanan pada lantai 3
Dari hasil analisa diatas maka didapat hasil beban
bangunan momen lentur (Mu), gaya geser (Vu), gaya normal
(Pu).
2. Perhitungan Perencanaan Pile Cap Dengan 4 Pile
a. Dimensi Pile Cap
Didalam buku Desain Pondasi Tahan Gempa sesuai SNI 03-
1726-2002 dan SNI 03-2847-2002 cara menentukan dimensi pile cap
adalah sebagai berikut:
1) Jarak tiang pancang (2.5D- 3D) + jarak tiang ketepi pile cap (D x
2).
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 10. Dimensi pile cap


(Sumber : Desain Pondasi Tahan Gempa, Pamungkas: 2013)

b. Kontrol Gaya Geser Satu Arah

Gaya geser satu arah adalah kuat geser nominal secara satu

arah yang disumbangkan oleh beton (Vc).

1) Perhitungan gaya geser yang bekerja pada penampang kritis

Vu = . L . G

Dimana:

= P/A

G = L (L/2 + lebar kolom/2 + d)

d = h selimut beton

Diketahui:
Vu= Gaya geser 1 arah yang terjadi
= Tegangan yang terjadi
L = Panjang pondasi

G = Daerah pembebanan yang diperhitungkan untuk geser


penulangan
A = Luas pondasi

d = Tebal efektif pondasi


h = Tebal pondasi
2) Perhitungan kuat geser beton
1
Vc = fc' bd
6

Di mana

Vc = Gaya geser nominal yang disumbangkan beton


fc = Kuat tekan beton yang disyaratkan
= Panjang pondasi
= Tebal efektif pondasi
= h selimut beton
= Menurut standar SNI 032847-2002 halaman 61 bab
11.2.3
nilai adalah 0,75

Gambar 11. Analisis geser 1 arah


(Sumber : Desain Pondasi Tahan Gempa, Pamungkas: 2013)
Agar pile cap tidak mengalami kegagalan geser satu arah
Syarat Vc Vu. Jika Vu > Vc maka tebal pile cap harus ditambah.
e. Kontrol Gaya Geser 2 Arah
1) Perhitungan lebar penampang kritis (B)
B = lebar kolom + 2 (1/2) d
2) Perhitungan gaya geser yang bekerja pada penampang kritis
Vu = . (L . G)
3) Perhitungan besar Vc berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.
12. 2. 1 adalah nilai terkecil dari:
2 f c bo d
'
a. V c =
(
1+
c 6 )
as t f c ' bo d
b. V c =
bo ( +2
12 )
as = 40 untuk kolom dalam
as = 30 untuk kolom tepi
as = 20 untuk kolom sudut
1
c. V c =
3 f c b
'
o t

k
c=
bk
bo = 4B
Dimana:
Vc = Kuat geser nominal beton secara dua arah pada kolom
(N)
Vu = gaya geser 2 arah yang terjadi
fc' = Mutu beton (MPa)
bo = Keliling penampang kritis pondasi telapak (mm)
t = Tebal efektif pile cap (mm)
c = Rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek
as = konstanta untuk perhitungan pondasi telapak.
Agar pile cap tidak mengalami kegagalan geser dua arah
syarat Vc Vu. Jika Vu > Vc maka tebal pile cap harus ditambah.
Gambar 12. Analisis geser dua arah
(Sumber : Desain Pondasi Tahan Gempa, Pamungkas: 2013)

3. Perhitungan Rencana Tulangan Pile Cap


Diatas pondasi tiang terutama jika menggunakan kelompok tiang
diberi pengikat yang dinamakan pile cap. Tulangan pile cap ini
diperhitungkan dengan memperhatikan tegangan pons atau tegangan
geser. Adapun tahap-tahap perhitungan yaitu:

a. Lebar Penampang Kritis B


B = lebar pile cap / 2 lebar kolom/2
b. Berat Pile Cap Pada Penampang Kritis q
q' = 2400 L
c. Momen Terfaktor Pada Penampang
Pu
M u = 2 ( )(s)-1/2q' B
4
d. Momen Nominal Penampang
M n = As f y ( d- 1/2a )
BAB III
METODOLOGI

A. Jenis Proyek Akhir


Proyek akhir ini akan menganalisis tentang Analisis Ulang
Konstruksi Pile Cap. Perencanaan pile cap terlebih dahulu dilakukan analisis
gedung zona 1 dilatasi 11 Pada Proyek Pembangunan Gedung International
Trade Center (ITC) Polonia, Kota Medan menggunakan SAP 2000 7.4 Versi
Student.

B. Tempat Dan Waktu Proyek Akhir


Pelaksanaan pengambilan data untuk proyek akhir ini bertempat di
PT. Waskita Karya (Persero) Tbk. pada proyek pembangunan Gedung ITC
yang seiring dengan praktek kerja lapangan yang penulis laksanakan dua
bulan yaitu dari tanggal 02 Februari sampai dengan 02 April 2015.

C. Prosedur Pelaksanaan Proyek Akhir


Dalam menyusun proyek akhir ini penulis mengumpulkan sumber-
sumber data melalui berbagai hal, diantaranya:
1. Observasi
Metode dilakukan untuk memproleh data yang didapatkan
dilapangan sebagai sumber nyata tentang kebenaran dan penerapan teori.
Data yang penulis dapatkan berupa data tentang konstruksi dan proses
konstruksi dilapangan. Dalam proyek akhir ini data yang penulis dapatkan
melalui observasi adalah jalannya pelaksaann proyek tersebut. Halangan-
halangan dalam melakukan pekerjaan seperti tertundanya pekerjaan karena
terjadinya banjir, sering terjadi permasalahan antara konsultan pengawas
(MK) dengan pengawas kontraktor, kepala tukang dan tukang.

33
34

2. Wawancara
Selain melakukan observasi langsung ke lapangan, penulis
mengumplkan data dan sumber mengenai proyek akhr ini dengan metode
wawancara, yaitu menanyakan hal-hal yang perlu diketahui pada
pengawasa lapangan dan supervisor, dan karyawan-karyawaan lainnya.
Dalam proyek akir ini data yang penulis dapatakan melalui wawancara
adalah tentang konstruksi pile cap dan data-data yang dirasa perlu untuk
penulisan proyek akhir. Dalam metode wawancara ini penulis tidak hanya
fokus menanyai pada satu orang saja, penulis mencoba mengkaji dari
beberapa sumber.

3. Literatur
Metoda ini dilakukan untuk memproleh data melalui bacaan dan
gambar kerja yang berkaitan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Dalam
metoda ini data yang penulis dapatkan melalui metoda literature ini adalah
mengenai perhitungan yaitu semua hal yang menangkut perhitungan
pembebanan pada pile cap dan desain penulangan pada pile cap.
Dengan menggunakan metoda ini penulis dapat mengetahui
bagaimana suatu hal-hal lain yang bersangkutan mengenai perhitungan
pembebanan pada pile cap dan desain penulangan pile cap suatu proyek.
Kemudian utuk mempermudah menganalisis data-data pada proyek akhir
ini pedoman yang digunakan adalah SNI 03-2847-2002 dan peraturan
pembebanan Indonesia untuk gedung tahun 1983.
D. Skema Perhitungan
Diagram skema perhitungan ini dapat dilihat pada gambar. Diagram
langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Mulai

Pengumpulan Data
Denah bangunan ITC Polonia
Ukuran pile cap
Data tulangan pile cap
Hasil

Gambar 13. Diagram alir metoda perhitungan


Analisis Pembebanan

Analisis Struktur (Mu, Vu, Pu)


Permodelan

Perhitungan Dimensi dan


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Dekripsi Data
Gedung International Trade Center (ITC) Polonia merupakan gedung
bertingkat yang berlokasi di Komplek Pertokoan Central Business District
(CBD) Polonia, Medan-Sumatera Utara. Bangunan dibagi menjadi (3) bagian
dilatasi. Analisis ulang akan dilakukan pada Gedung ITC Polonia, tepatnya
pada gedung dilatasi 11 pada zona 1 dengan jumlah 4 lantai.
Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang-tiang menjadi satu kesatuan
dan memindahkan beban kolom kepada tiang, biasanya terbuat dari beton
bertulang. Perencanaan pile cap dilakukan dengan anggapan: pile cap sangat
kaku, ujung atas tiang menggantung pada pile cap, tiang merupakan kolom
pendek dan elastis (Anugrah Pamungkas & Erny Harianti, 2013: 87).
Pada proyek pembangunan gedung ITC Polonia, jenis pile cap yang
digunakan yaitu pile cap dengan 2 sampai 10 tiang pancang. Tapi pada
Proyek Akhir ini yang dibahas adalah pile cap dengan 4 tiang pancang.
Pengecoran pada proyek ini menggunakan ready mix K-350 untuk semua
kegiatan pengecoran.

B. Spesifikasi Bahan dan Penampang


1. Tebal Pelat Lantai = 0,12 m
2. Tinggi Perlantai:
H1 = 6,5 m
H2 =5m
H3 =5m
H4 =5m
3. Dimensi Kolom = 0,8 x 0,8 m
4. Dimensi Balok
B-1 = 0,35 x 0,80 m
B-2 = 0,30 x 0,60 m

36
37

B-3 = 0,30 x 0,50 m

5. Beban Hidup (qL) = 250 kg/m

6. Mutu Beton = K-350 (kuat tekan spesifik


fc=28.49 MPa)
7. Modulus elatisitas beton (E) = 4700 fc'
= 4700 28.49
= 25086.73 MPa

8. Baja Tulangan (Fy) = 400 MPa

9. Modulus elastisitas baja (Es) = 200000 MPa

10. Nisbah Poisson () = 0,3

11. Modulus geser baja (G) = 80000 MPa

12. Berat Jenis Beton = 2400 kg/m3


Bertulang c

13. Fungsi Bangunan = toko

14. Spesi terdiri dari adukan semen tebal 1.5 cm (PMI 70 : berat 21 kg/m2/
cm)
15. Lantai ditutupi ubin setebal 1.5 cm ( PMI 70 : berat 24 kg/m2/cm )
16. Plafond : ( PMI 70 : berat 11 kg/m2)

17. Dinding bata terdiri dari pasang bata merah bata ( PMI 70 : berat
dinding 250 kg/m2

Analisis dan desainlah penulangan struktur di atas berdasarkan SNI 03-


2847-2002 untuk kombinasi pembebanan:
1) Pembebanan tetap = U = 1.2 D + 1.6 L

2) Pembebanan sementara 1 = U = 1.2 D + 0.5 L + 1.1 E

3) Pembebanan sementara 2 = U = 1.2 D + 0.5 L - 1.1 E


Faktor reduksi kekuatan adalah :
1) Bending / tension = 0.8 Compression (S) = 0.7

2) Compression (T) = 0.65 Shear = 0.75


C. Langkah-Langkah Analisis
1. Menghitung secara manual beban yang di tahan oleh pelat dan portal.
2. Membuat permodelan struktur bangunan dengan SAP 2000 Versi Student,
dan memasukkan beban-beban yang telah dihitung sebelumnya.
3. Menghitung dimensi dan penulangan pile cap.

D. Pembahasan
1. Perhitungan pembebanan gedung ITC
Analisa struktur kolom pada bangunan ditinjau dengan analisa
struktur program SAP 2000 Versi 14. Analisa ini memperhitungkan
pembebanan akibat: pembebanan pelat yang dijadikan input SAP2000
Versi 14.

Gambar 14. Gambar Frame section


(Sumber: Sap 2000 Versi 14)

a. Beban vertikal yang bekerja pada pelat:


1) Pembebanan pada lantai 4
a) Beban mati ( Dead load )
(1) Beban segitiga
(a) Berat sendiri pelat lantai = 0.12 m x 2400

kg/m3

= 288 kg/
(b) Beban spesi = 1.5 cm x 21 kg/m2
= 31.5 kg/
(c) Beban penutup lantai ubin = 1.5 cm x 24 kg/m2
= 36.0 kg/
(d) Beban plafond + pengantung = 11 cm + 7 kg/m2
=18.0 kg/
= (288 + 31.5 + 36 + 18 ) =373.5 kg/

(2) Beban garis

Beban dinding = Tinggi dinding x berat dinding


= 5 m x 250 kg/m2= 1250 kg/
b) Beban hidup ( live load )Beban hidup untuk gedung
perbelanjaan/toko = = 250 kg/

2) Pembebanan pada lantai 3

a) Beban mati ( Dead load )

(1) Beban segitiga


(a) Berat sendiri pelat lantai = 0.12 m x 2400 kg/m3
= 288 kg/
(b) Beban spesi = 1.5 cm x 21 kg/m2
= 31.5kg/
(c) Beban penutup lantai ubin = 1.5 cm x 24 kg/m2
= 36.0 kg/
(d) Beban plafond + pengantung = 11 cm + 7 kg/m2
= 18.0 kg/
= (288 + 31.5 + 36 + 18 )= 373.5 kg/

(2) Beban garis

Beban dinding = Tinggi dinding x berat dinding


= 5.0 m x 250 kg/m2= 1250 kg/
b) Beban hidup ( live load )
Beban hidup untuk gedung perbelanjaan = 3 = 250 kg/
3) Pembebanan pada lantai 2

a) Beban mati ( Dead load )

(1) Beban segitiga


(a) Berat sendiri pelat lantai = 0.12 m x2400 kg/m3
= 288 kg/
(b) Beban spesi = 1.5 cm x 21 kg/m2
= 31.5kg/
(c) Beban penutup lantai ubin = 1.5 cm x 24 kg/m2
= 36.0 kg/
(d) Beban plafond + pengantung = 11 cm + 7 kg/m2
= 18.0 kg/
= (288 + 31.5 + 36 + 18 ) = 373.5 kg/

(2) Beban garis

Beban dinding = Tinggi dinding x berat dinding


= 5.0 m x 250 kg/m2= 1250 kg/
c) Beban hidup ( live load )
Beban hidup untuk gedung perbelanjaan = = 250 kg/

4) Pembebanan pada lantai 1

a) Beban mati ( Dead load )

(1) Beban segitiga


(a) Berat sendiri pelat lantai = 0.12 m x2400 kg/m3
= 288 kg/
(b) Beban spesi = 1.5 cm x 21 kg/m2
= 31.5kg/
(c) Beban penutup lantai ubin = 1.5 cm x 24 kg/m2
= 36.0 kg/
(d) Beban plafond + pengantung = 11 cm + 7 kg/m2
= 18.0 kg/
1 = (288 + 31.5 + 36 + 18 )= 373.5 kg/
(2) Beban garis

Beban dinding = Tinggi dinding x berat dinding


= 6.5 m x 250 kg/m2= 1625 kg/
b) Beban hidup ( live load )
Beban hidup untuk gedung perbelanjaan = 1 = 250 kg/

5) Menentukan qx :

Pembebanan diberikan dalam bentuk segitiga dan trapezium


dengan menggunakan metode amplop (berlaku sama untuk pada lantai
1, 2, 3, dan 4)
a) Beban mati (qDL)
1 = = = =

373.5kg/m2 Lx =0.5 x qDL x Lx

Lx = 5 m , maka = 0.5 x 373.5 kg/m2 x 5 m

= 933.75 kg/m2

Lx = 6.9 m , maka = 0.5 x 373.5 kg/m2 x 6.9 m

= 1288.57 kg/m2

Lx = 8 m , maka = 0.5 x 373.5 kg/m2 x 8 m

= 1494 kg/m2

Lx = 9 m , maka = 0.5 x 373.5 kg/m2 x 9 m

= 1680.75 kg/m2

Lx = 9.5 m , maka = 0.5 x 373.5 kg/m2 x 9.5 m

= 1774.1 kg/m2

Total = 7171 kg/m2

b) Beban hidup (qLL)


= 3 = = 1 = 250 kg/m2

Lx = 0.5 x qLL x Lx
Lx = 5 m, maka = 0.5 x 250 kg/m2 x 5 m = 625 kg/m2
Lx = 6.9 m, maka = 0.5 x 250 kg/m2 x 6.9 m = 862.5 kg/m2
Lx = 8 m, maka = 0.5 x 250 kg/m2 x 8 m = 1000 kg/m2
Lx = 9 m, maka = 0.5 x 250 kg/m2 x 6.9 m = 1125 kg/m2
Lx = 9.5 m, maka = 0.5 x 250 kg/m2 x 8 m =1187.5 kg/m2
Total = 4800 kg/m2
Tabel 9. Beban Vertikal Yang Bekerja Pada Pelat
Beban Mati Beban Hidup qx
Nama Beban Beban
qDL1 qDL2 qDL4 qDL qLL
segitiga garis
lantai 373.5 1250 250
4 kg/m1 kg/m1 kg/m
lantai 373.5 1250 250
3 kg/m1 kg/m1 kg/m 7171 4800
lantai 373.5 1250 250 kg/m kg/m
2 kg/m1 kg/m1 kg/m
lantai 373.5 1250 250
1 kg/m1 kg/m1 kg/m

b. Beban Horizontal
1) Beban gempa statik ekivalen
a) Pembebanan lantai 4
Beban mati
(1) Pelat = (panjang pelat + lebar pelat) (panjang void x
lebar void)
= (82.5 m x 70.8 m) (39 m x 9m + 13.5 m x 4.5 m
+ 4m x 3 m)
= (5841 m) (351 m + 60.75 m + 12 m)
= 5841 m - 423.75 m
= 5417.25 m

luas pelat x tebal pelat x c

= 5417.25 m2 x 0.12 x 2400 kg/m


= 1560168 kg
(2) Balok (B)
Tabel 10. Keliling daerah balok
No Arah x
Bentangan Jumlah balok
1 Nama
balok (m) buah
B1 70.8 8 566.4
B2 66 2 132
B3 19 1 19
total 717.4 m
2 Arah y
B1 66.5 3 199.5
B2 82.5 2 165
B3 16 2 32
B4 58.5 2 117
total 513.5 m
Total keseluruhan 717.4 m + 513.5 m = 1230.9 m
Balok = keliling daerah balok x lebar balok x
(tinggi balok tebal pelat) x c
= 1230.9 m x 0.35 x (0.8 0.12) x 2400

kg/m

= 703090.08 kg

(3) Kolom = banyak kolom x tinggi H4 x luas kolom


x c
= 76 x 5 x (0.8 x 0.8) x 2400 kg/m

= 576000 kg

(4) Dinding = panjang dinding x tinggi H4 x berat

dinding bata

= 1230.9 x 5 x 250 kg/m = 1537500 kg

(5) Plafond = luas plafond x berat (plafond +


penggantung)
= (5417.25) x 18 = 97510.5 kg
WD4 = 1560168 + 703090.08 + 576000 + 1537500 = 4376758.08 kg

Beban hidup

= luas lantai 4 x qLL

= (5417.25) x 250 kg/m = 1354312.5 kg

Koefisien reduksi

WL4 = 0.3 x 1354312.5 = 406293.73 kg

Jadi berat lantai 4 :

W4 = WD4 + WL4 = (4376758.08 + 406293.73) = 4783051.81 kg

b) Pembebanan lantai 3

Beban mati

(a) Pelat = (panjang pelat + lebar pelat) (panjang


void x lebar void)
= (82.5 m x 70.8 m) (39 m x 9 m + 13.5 m

x 17 m+ 4 m x 3 m)

= 5841 m 592.5 m

= 5248.5 m
= (luas pelat x tebal pelat x c
= (5248.5 m2 x 0.12 x 2400 kg/m
= 1511568 kg
(b) Balok
Tabel 11. Keliling daerah balok
no Arah x
Bentangan Jumlah balok
1 Nama
balok (m) (buah)
B1 70.8 7 495.6
B2 57.3 1 57.3
B3 66 2 132
B4 19 1 19
Total 703.9 m
2 Arah y
B1 66.5 3 199.5
B2 82.5 2 165
B3 16 2 32
B4 58.5 2 117
total 513.5 m
Total keseluruhan 703.9 m + 513.5 m = 1217.4 m
Balok = keliling daerah balok x lebar balok x
(tinggi balok tebal pelat) x c
= (1217.4) x 0.35 x (0.8 0.12) x 2400 kg/m

= 695378.88 kg

(c) Kolom = banyak kolom x tinggi H3 x luas kolom x


c
= 77 x 5 x (0.8 x 0.8) x 2400 kg/m

= 591360 kg

(d) Dinding = panjang dinding x tinggi H3 x berat

dinding bata
= 1216 x 5 x 250 kg/m
= 1520000 kg
(e) Plafond = luas plafond x berat (plafond +

penggantung)

= 5260 x 18 = 94680 kg

WD3 = 1511568 + 695378.88 + 591360 + 1520000

= 4318306.88 kg

Beban hidup

= luas lantai 3 x qLL

= 5248.5 x 250 kg/m = 1312125 kg

Koefisien reduksi

WL 3 = 0.3 x 1312125 = 393637.5 kg

Jadi berat lantai 3 :

W3 = WD3 + WL3 = (4318306.88 + 393637.5) = 4711944.38 kg


c) Pembebanan lantai 2

Beban mati

(a) Pelat = (panjang pelat + lebar pelat) (panjang void x


lebar void)
= (82.5 m x 70.8 m) (39 m x 9 m + 13.5 m x 17 m

+ 4 m x 3 m)

= 5841 m 592.5 m = 5248.5 m


= (luas pelat x tebal pelat x c
= (5248.5 m2 x 0.12 x 2400 kg/m
= 1511568 kg
(b) Balok
Tabel 12. keliling daerah balok
No Arah x

Bentangan balok Jumlah balok


1 Nama
(m) (buah)

B1 70.8 7 495.6
B2 57.3 1 57.3
B3 66 2 132
B4 19 1 19
total 703 m
2 Arah y
B1 66.5 3 199.5
B2 82.5 2 165
B3 16 2 32
B4 58.5 2 117
total 513.5 m
Total keseluruhan 703.9 m + 513.5 m = 1217.4 m
Balok = keliling daerah balok x lebar balok x
(tinggi balok tebal pelat) x c
= (1217.4) x 0.35 x (0.8 0.12) x 2400

= 695378.88 kg

(c) Kolom = banyak kolom x tinggi H2 x luas kolom x


c
= 77 x 5 x (0.8 x 0.8) x 2400 kg/m

= 591360 kg

(d) Dinding = panjang dinding x tinggi H2 x berat


dinding bata
= 1216 x 5 x 250 kg/m = 1520000 kg
(e) Plafond = luas plafond x berat (plafond +

penggantung)

= 5260 x 18 = 94680 kg

WD2 = 1511568 + 695378.88 + 591360 + 1520000 = 4318306.88 kg


Beban hidup
= luas lantai 3 x qLL
= 5248.5 x 250 kg/m = 1312125 kg
Koefisien reduksi
WL2 = 0.3 x 1312125 = 393637.5 kg
Jadi berat lantai 3 :
W2 = WD3 + WL3 = (4318306.88 + 393637.5) = 4711944.38 kg

d) Pembebanan lantai 1
Beban mati
(a) Pelat = (panjang pelat + lebar pelat) (panjang void x
lebar void)
= (82.5 m x 70.8 m) (39 m x 9 m + 25.5 m x 5 m
+ 25.5 m x 5 m + 4 m x 3 m)
= 5841 m 6185 m = 5223 m

= (luas pelat x tebal pelat x c

= (5223 m2 x 0.12 x 2400 kg/m= 1504224 kg


(b) Balok
Tabel 13. keliling daerah balok
No Arah x
Bentangan balok Jumlah balok
1 Nama
(m) (buah)
B1 70.8 6 424.8
B2 60.8 2 121.6
B3 65.8 2 131.6
B4 19 1 19
Total 697 m
2 Arah y
B1 58.5 2 117
B2 82.5 3 247.5
B3 16 2 32
B4 33.5 2 67
B5 66.5 2 133
Total 596. m
Total 697 + 596.5 = 1293.5 m
Balok = keliling daerah balok x lebar balok x
(tinggi balok tebal pelat) x c
= 1293.5 m x 0.35 x (0.8 0.12) x 2400

kg/m2

= 738561.6 kg

(c) Kolom = banyak kolom x tinggi H1 x luas kolom x


c
= 87 x 6.5 x (0.8 x 0.8) x 2400 kg/m2

= 868608 kg

(d) Dinding = panjang dinding x tinggi H1 x berat


dinding bata
= 1293.5 x 6.5 x 250 kg/m = 2101937.5 kg

(e) Plafond = luas plafond x berat (plafond +

penggantung)

= 5223 x 18 = 94014 kg

WD1 = 1504224 + 738561.6 + 868608 + 2101937.5 + 94014

= 5307345 kg
Beban hidup
= luas lantai 1 x qLL
= 5223 x 250 kg/ m2 = 1305750 kg
Koefisien reduksi
WL1 = 0.3 x 1305750 = 391725 kg
Jadi berat lantai 1 :
W1 = WD1 + WL1 = (5307345+ 391725) = 5699070 kg

Maka: berat lantai total


Wt = W1 + W2 + W3 + W4
= 5699070 kg + 4711944.38 kg + 4711944.38 kg + 4783051.81 kg
= 19906010.57 kg
c. Menentukan koefisien dasar gempa
1) Waktu getar alami (T)

Tx = Ty = 0.08 H3/4 dimana H = H1 + H2 + H3 + H4 = 6.5 +


5.0 + 5.0 + 5.0
= 0.08 x ( 21.53/4 ) = 0.08 x 9.98 = 0.8 detik.
2) Wilayah gempa

Bangunan didirikan dikota Medan kawasan Polonia, wilayah


gempa zone 6.
3) Jenis tanah
Berdasarkan T empris = 0.8 detik, wilayah gempa zona 6 dan
Jenis tanah lunak, diperoleh: C= 0.90.

d. Menentukan faktor keutamaan ( I ) dan faktor jenis struktur


(R)
Gedung dipakai untuk umum, maka dari tabel 7 didapatkan
factor keutamaan 1 = 1.0 dan Struktur gedung adalah rangka
pemikul momen biasanya dari tabel 8 SNI -1726-2002 didapat
faktor reduksi ( R ) = 8.5

e. Menentukan gaya geser total yang bekerja pada bangunan


Gaya geser horizontal total akibat gempa

C x I . Wt= 0.90 x 1.0 x 422153101.5 kg= 44698563.69 kg


V=
R 8.5

f. Gaya geser horizontal untuk masing masing gedung


Distribusi gaya horizontal akibat gempa ke sepanjang tinggi
gedung (Fi)

W i hi W i hi
Fi , x = Vx Fi , y = Vy
W i hi ; W i hi
Tabel 14. Gaya geser horizontal akibat gempa
Fix.y
hi wi wihi Untuk tiap portal (kg)
Tingkat
ke
(m) (kg) (kg) (kg) 1/9 fix 1/11 fiy
4783051 102835613 16910843.6 1878982.6 1537349.4
4 21.5
4711944 77747082 12785150 1420572.2 1162286.3
3 16.5
4711944 5418736 8910862 990095.7 810078.36
2 11.5
5699070 37043955 6091707.98 676856.4 553791.63
1 6.5
total 271814011 44698563 4966506.9 4063505.8

2. Perhitungan Dimensi dan Tulangan Pile Cap


a. Dimensi pile cap
Tabel 15. Input Pembebanan
Tipe Pu V2 V3 T M2
Pile cap (kg) (kg) (kg) (kg.m) (kg.m)

PC 4 118924.97 1453.18 251.55 1.71 160.34


Sumber: SAP 2000 V 14, 2015
B-
02

2600

700

A-02

600

2600 80 0

600

800

700

700 1200 700


800

7575
75
Gambar 15. Dimensi pile cap type P.4
800
400
(Sumber: Data Proyek) 400
264 264

100
50 Lantai Kerja
Rencanakan dimensi pile cap untuk 4 buah tiang pancang
600600

dengan data perencanaan sebagai berikut:


Data perencanaan:
Mutu beton k-350 ( fc) = 28.49 MPa
Mutu baja D16 U-40 (fy) = 4002600
MPa
Diameter tiang pancang = 50 cm
d = 800 75 = 725 mm
Pu kolom = 118 ton (Frame 250)
1) Dimensi pile cap
Jarak tiang pancang = 3D = 3 x 50 = 150 cm
Jarak tiang ke tepi pile cap =Dx2 = 100 cm
Total panjang = 250 cm
Dipakai ukuran pile cap 250 x 250 cm dengan tebal 80 cm
2) Kontrol gaya geser 1 arah

a) Gaya geser yang bekerja pada penampang kritis


Vu = . L . G
= P/A

= 118 ton/(2,5 m x 2,5m) = 18.9 ton/m

L = panjang pondasi

= 250 cm

d = tebal efektif pile cap

= 800 mm 75

= 725 mm

G = L (L/2 + lebar kolom/2 + d)

= 2.500 mm (2.500 mm/2 + 800 mm/2 + 725 mm)

= 125 mm
Vu = . L . G
= 18.9 ton/m x 2,50 m x 0,125 m

= 5,9 ton
b) Kuat geser beton
1
Vc = fc' bd
6

= 0,75 x 1/6 28.49 MPa x 2.500 mm x 725 mm


= 1209.300 N

= 121 ton

Vc = 121 ton > Vu = 5,9 ton (OK)


Gambar 16. Analsisi geser 1 arah

3) Kontrol gaya geser 2 arah


a) Lebar penampang kritis (B)
B = lebar kolom + 2 (1/2) d
= 80 cm + 2x (1/2) x 72,5 cm = 152,2 cm

b) Gaya geser yang bekerja pada penampang kritis


Vu = . (L . G)
Dimana:
= 18.9 ton/m
B = 152,2 cm

L = 250 cm

Vu = 18,9 ton/m (2,50 m 1,522 m)

= 74,3 ton

c) Kuat geser beton (Vc) berdasarkan SNI 03-2847-2002


pasal 13.12.2.1 adalah nilai terkecil dari:
ak
c =
bk
80
c =
=1
80
bo = 4B
= 4B
= 4 x 152,5 cm
= 610 cm
= 6100 mm
2 f c bo d
'
V c =
( 1+
c 6 )
2 28.49 MPa x 6100 mm x 725 mm
= 1+ ( )1 6
= 11.802.773 N
= 118 ton

as d f c' b o d
V c =
( bo
+2
12 )
=

+2 )
40 x 725 mm 28.49 MPa x 6100 mm x 725 mm
( 6100 mm 12
= 13.286.182 N
= 133 ton

1
V c =
3 f c b
'
o d

= 1/3 28.49 MPa x 6100 mm x 825 mm


= 8.953.828 N
= 895 ton
Jadi Vc yang dipakai 118 ton
Vc = 0,75 x 118 ton
= 88.5 ton
Vc = 88.5 ton > Vu = 74,3 ton (OK)
Gambar 17. Analisis geser 2 arah

b. Tulangan pile cap


a) Lebar penampang kritis B
B = lebar pile cap/2 lebar kolom/2
= 2500 mm/2 800 mm/2
= 850 mm

b) Berat pile cap pada penampang kritis q


q = 2400 kg/m x 2,5 m x 0,8 m
= 4800 kg/m
Mu = 2(Pu/4) (s) q B
= 2 (118000 kg /4) (0,3) (4800 kg/m) (0,85)
= 15966 kg/m
= 156.57 kNm
Bila dipakai tulangan dengan D16-150 (terpasang 17 tulangan)
As = 0,25 x 3,14 x 16 x 17
= 3416 mm
As . fy
a =
0,85 .fc .b
3416 x 400 = 22.56 m
=
0,85 x 28.49 x 2500

Mn = As . fy (d-1/2 a)
= 0,8 x 3416 mm x 400 x (725 mm x 22.56 mm)

= 780.181.606 N/mm

= 781 kNm > Mu = 156.57 kNm (OK)

Untuk tulangan tekan bagian atas, bisa diberikan sebesar 20% tulangan
utama. Bila dipasang tulangan atas d13-150 maka As = 2122 mm > 20 % x 3416
mm = 683 mm. Jadi hasil penulangan pile cap dapat dilihat pada gambar 13.
Pu

800
Gambar18. Hasil tulangan pile cap

Berikut penulis rangkum hasil analisis perencanaan konstruksi pile cap


pada proyek pembangunan gedung international trade center.
Tabel 16.Rangkuman Hasil
A. berat total bangunan
1. beban vertikal
jumlah
beban mati (DL) beban hidup (LL)
lantai
Lantai 1 beban segitiga 373.5 kg/m1
beban garis 1625 kg/m
qDL1 250 kg/m
Lantai 2 beban segitiga 373.5 kg/m 1

beban garis 1250 kg/m


qDL1 250 kg/m
Lantai 3 beban segitiga 373.5 kg/m1
beban garis 1250 kg/m
qDL1 250 kg/m
Lantai 4 beban segitiga 373.5 kg/m1
beban garis 1250 kg/m
qDL1 250 kg/m

Qx 7171 kg/m 4800 kg/m


2. beban horizontal
Lantai 4 a. Pelat 1560168 kg
b. Balok 703090.8 kg
c. Kolom 57600 kg
d. Dinding 1537500 kg
e. Plafond 97510.5 kg
WD 4 4376758.08 kg
WL4 406293.7 kg
W4 4783051.8
Lantai 3 a. Pelat 1511568 kg
b. Balok 695378.8 kg
c. Kolom 591360 kg
d. Dinding 1520000 kg
e. Plafond 94680 kg
WD 3 4318306.8 kg
WL3 393637.5 kg
W3 4711944.4 kg
Lantai 2 a. Pelat 1511568 kg
b. Balok 695378.8 kg
c. Kolom 591360 kg
d. Dinding 1520000 kg
e. Plafond 94680 kg
WD 2 1312125 kg
WL2 393637.5 kg
W2 4711944.4 kg
Lantai 1 a. Pelat 1504224 kg
b. Balok 738561.6 kg
c. Kolom 868608 kg
d. Dinding 2101937.5 kg
e. Plafond 94014 kg
WD 1 5307345 kg
WL1 391725 kg
W1 5699070
Maka berat total bangunan
Wt = 5699070 kg + 4711944.38 kg + 4711944.38 kg + 4783051.81 kg
= 19906010.57
B. Koefisien dasar gempa
1. Waktu getar alami (T) = 0.8 detik
2. Wilayah gempa zona 6
3. Jenis tanah lunak C = 0.90
C. Faktor keutamaan (I) dan faktor jenis struktur (R)
1. I = 1.0
2. R = 8.5
D. Gaya geser total yang bekerja pada bangunan = 44698563.69 kg
E. Beban gempa setiap lantai
Distribusi gaya geser horizontal
Untuk setiap portal
tingkat ke
Fix Fiy
4 1878982.6 1537349.4
3 1420572.2 1162286.3
2 990095.7 810078.36
1 676856.4 553791.63
F. kontrol gaya geser pile cap
Type pile
kontrol gaya geser 2 kontrol gaya geser 1
cap
Vc >Vu Vc >Vu
Pile cap 4 88500 kg > 74300 kg 121000 kg > 5900 kg
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis menyelesaikan Proyek Akhir ini.maka penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis ulang gedung ITC Polonia dilatasi 11 pada zona 1 output gaya-
gaya dalam dan momen yaitu: Pu = 118924,97 kg, V2 1453,18 kg, 251,55
kg, V3 251,55 kg, T 1,71 kg.m, dan M2 160,34 kg.m.
2. Perhitungan dimensi pile cap 4 pile yaitu panjang 2500 mm, lebar 2500
mm dan tinggi 800 mm. Kuat geser satu arah pile cap = 121 ton > =
5,9 ton, kuat geser dua arah pile cap pada kolom = 88,5 ton > =
74,3 ton. Tulangan yang digunakan untuk lapis bawah adalah 16D16-150,
lapis atas 16D13-150 untuk arah memanjang dan melebar.

B. Sara
n Dari hasil perhitungan dan kesimpulan diatas, penulis memberi saran

sebagai berikut :
1. Pelaksanaan harus sesuai dengan perencanaan gambar Bestek.
2. Bagian desainer struktur wajib mematuhi kaidah-kaidah perencanaan yang
sudah ditetapkan dalam SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002.

61
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, Hary Christady. 2011. Analisis dan Perancangan Fondasi II.


Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Hardiyanto, Christady, H., Mekanika Tanah I, PT. Gramedia Pustaka


Utama,Jakarta, 1987.

Kopa, Raiman, 2008. Rekayasa Gempa. Padang: FT UNP

Novieyandi Setia, Struktur bangunan bertingkat tinggi, penerbit PT. Refika


Aditama, Bandung, 2001.

Pamungkas, Anugrah.,&Harianti, Erny. 2013. Desain Pondasi Tahan Gempa.


Yogyakarta: ANDI

Peraturan pembebanan Indonesia untuk gedung 1983.

Putri, prima yane. (2007). Analisis dan Desain Struktur Rangka dengan Sap 2000
versi student. Padang: UNP Press.

Rekayasa Fundasi II (Fundasi Dangkal dan Fundasi Dalam), Penerbit


Gunadarma,Jakarta, 1997.

Reinforced Concrete Design. Design of pile cap. From http://www.ce-


ref.com/RC_Design/Pile_cap/Pile_cap.html, 14 september 2014

Schodek, Daniel L. 1999. Struktur. Jakarta: Erlangga

Setiawan, Agus. perencanaan struktur baja dengan metode LRFD: berdasarkan


SNI 03-1729-2002, Penerbit Erlangga, Jakarata, 2008.

Silalahi, Juniman. 2009.Mekanika Struktur. Padang: UNP Press

SNI 03 2847 2002

Terzaghi, Karl, Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa Jilid 1, Erelangga


Jakarta, 1987.

Wahyudi Laurentius, A. Rahim syahril. Struktur beton bertulang: standar SNI T -


15 1991 -03, Jakarta: Gramedia pustaka utama, 1997.

62
3D frame section
(sumber SAP 2000)
Pembebanan arah x beban mati (DL)
(Sumber: Sap 2000 V 14)

Pembebanan arah y beban mati (DL)


(Sumber: Sap 2000 V 14)
Pembebanan arah y beban hidup (LL)
(Sumber: Sap 2000 V 14)

Pembebanan arah x beban hidup (LL)


(Sumber: Sap 2000 V 14)
Pembebanan arah x beban gempa (QL)
(Sumber: Sap 2000 V 14)

Pembebanan arah x beban gempa (QL)


(Sumber: Sap 2000 V 14)

Anda mungkin juga menyukai