1. Keterampilan Bertanya (Questioning Skills) Pada umumnya dalam pembelajaran guru selalu melibatkan kegiatan tanya jawab. Menurut Barnawi & Arifin (2012, hlm. 202) keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakan untuk mendapatkan jawaban/balikan dari orang. Guru harus menciptakan kegiatan bertanya dan melakukan berbagai cara agar peserta didik mau menjawab pertanyaan guru. Kegiatan tanya jawab ini sebaiknya tidak dilakukan searah tetapi multi arah antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik. Dengan demikian akan terjadi interaksi aktif di dalam kelas. Menurut Soegito dan Nurani (dalam Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 202), terdapat berbagai tujuan yang menyebabkan guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik di kelas, antara lain: a. Mengembangkan pendekatan cara belajar siswa aktif sehingga dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. b. Menimbulkan keingintahuan sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan. c. Merangsang fungsi pikir dengan cara mengembangkan pola pikir dan cara berpikir aktif dari siswa karena kegiatan berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah kegiatan bertanya untuk mencari jawaban sehingga menghasilkan buah pikiran dari seseorang. d. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa sehingga dapat menuntun proses berpikir. e. Memfokuskan perhatian peserta didik karena pada dasarnya pertanyaan dapat dijadikan alat agar m f. Menstrukturkan tugas yang akan diberikan melalui pertanyaan yang membutuhkan jawaban/pengerjaaan tugas, dari yang seederhana sampai ke yang lebih kompleks. g. Mendiagnosis kesulitan belajar yang terjadi selama siswa mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. h. Mengkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya sehingga akan memahami benar kompetensi apa yang diharapkan darinya. i. Merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan peranan siswa sebagai subjek belajar.
Berdasarkan variasi pertanyaan yang akan diajukan, keterampilan bertanya dapat
digolongkan ke dalam dua bentuk pertanyaan yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Keterampilan bertanya dasar adalah kemampuan guru dalam mengajukan pertanyaan untuk mengetahui daya ingat peserta didik, sementara keterampilan bertanya lanjutan adalah kemampuan bertanya seorang guru untuk mengetahui kemampuan berpikir peserta didik yang lebih kompleks. Barnawi & Arifin (2012, hlm. 207) mengemukakan bahwa dalam menggunakan keterampilan bertanya, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip kehangatan, antusiasme dan beberapa hal yang harus dihindari. Kehangatan harus dibagun guru dalam menjalin hubungan dengan peserta didik agar peserta didik tidak merasa segan dan takut dalam menjawab pertanyaan guru. Selain itu, guru juga harus memiliki antusiasme dalam menyampaikan pertanyaan agar peserta didik menjadi semangat dlaam menjawab pertanyaan. 2. Keterampilan Memberi Penguatan (Reinforcement Skills) Penguatan ialah respons positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap perilaku peserta didik yang positif dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Dapat diartikan pula penguatan ialah respons terhadap suatu tingkah laku yang sengaja diberikan agar tingkah laku tersebut dapat terulang kembali (Barnawi & Arifin, 2012, 208). Adapun tujuan menggunakan penguatan adalah: a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar. b. Membangkitkan, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Mengarahkan pengembangan berpikir siswa ke arah berpikir divergen. d. Mengatur dan mengembangkan diri anak dalam proses belajar. e. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif dan mendorong munculnya tingkah laku yang produktif (Marno & M. Idris dalam Barnawi & Arifin, 2012, 208). Dalam memberikan penguatan, guru harus memperhatikan prinsip-prinsipnya yaitu sebagai berikut: a. Kehangatan. Penguatan yang diberikan oleh guru harus penuh dengan kehangatan. Kehangatan dapat ditunjukkan melalui cara bersikap, tersenyum, melalui suara dan gerak mimic. Kehangatan akan membuat hubungan baik dan saling memercayai antara guru dan peserta didik sehingga penguatan dari guru akan diterima dengan positif oleh peserta didik. b. Antuasiasme. Antusiasme merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik. Penguatan yang antusias akan menimbulkan kesan sungguh-sungguh dan mantap di hadapan peserta didik. c. Kebermaknaan. Inti dari kebermaknaan adalah peserta didik tahu bahwa dirinya memang layak mendapat penguatan karena tingkah laku dan penampilannya sehingga penguatan tersebut dapat bermakna baginya. d. Menghindari penggunaan respons yang negatif. Teguran dan hukuman yang berupa respon negative harus dihindari oleh guru. Respon negatif yang bernada hinaan, sindiran dan ejekan harus dihindari karena dapat mematahkan semangat peserta didik. 3. Keterampilan Menggunakan Variasi (Variation Skills) Dalam proses pembelajaran, guru harus terampil dalam menggunakan variasi mengajar agar suasana pembelajaran tidak membosankan. Barnawi dan Arifin (2012, hlm. 213) mengemukakan bahwa guru harus memiliki keterampilan yang menggunakan variasi yang menarik tetapi efektif. Keterampilan menggunakan variasi merupakan keterampilan guru yang sama pentingnya dengan keterampilan lain. Edi Soegito & Yuliani Nurani (dalam Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 214) mengungkapkan bahwa pengadaan variasi memiliki fungsi untuk: a. Mengurangi kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran. b. Meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Memacu, mengembangkan dan mengikat perhatian siswa pada pelajaran yang sedang mereka ikuti. d. Menumbuhkan rasa ingin tahu pada hal-hal baru yang sedang dipelajari. e. Menumbuhkan perilaku belajar positif pada diri siswa. f. Meningkatkan partisipasi siswa dalam interaksi kegiatan pembelajaran g. Memperlancar dan menjelaskan komunikasi antara guru dengan siswa. Aspek-aspek yang perlu mendapatkan variasi antara lain variasi gaya mengajar, variasi penggunaan alat indra dan variasi interaksi pembelajaran. Dalam menggunakan keterampilan variasi, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip antara lain: a. Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran. b. Variasi diberikan dengan penuh kehangatan dan antusiasme seorang pendidik. c. Penerapan keterampilan variasi harus dilakukan secara wajar dan tidak berlebih- lebihan. d. Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan serta fleksibel sehingga tidak merusak suasana kelas. e. Variasi direncanakan dengan baik yang dicantumkan secara eksplisit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 220). 4. Keterampilan Menjelaskan Dalam konteks pembelajaran, kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kepada peserta didik atau sebaliknya, sedangkan pesan yang disampaikan berupa materi pembelajaran yang sudah direncanakan oleh guru. Keterampilan menjelaskan penting dimiliki oleh seorang guru. Guru harus mampu menjelaskan berbagai jenis materi pembelajaran yang ditanyakan atau yang tidak ditanyakan oleh peserta didik. Keterampilan menjelaskan bukan untuk membuat peserta didik hafal dengan materi pelajaran melainkan paham dengan materi pelajaran. Marno & M. Idris (dalam Barnawi dan Arifin, 2012, hlm. 221-222) menguraikan beberapa tujuan menggunakan keterampilan menjelaskan antara lain: a. Untuk membimbing pikiran peserta didik dalam memahami konsep, prinsip, dalil dan hukum-hukum yang menjadi bahan pelajaran. b. Untuk memperkuat struktur kognitif peserta didik yang berhubungan dengan bahan pelajaran. c. Membantu peserta didik dalam memecahkan masalah. d. Membantu memudahkan peserta didik dalam mengasimilasi dan mengakomodasikan konsep. e. Mengkomunikasikan ide dan gagasan kepada peserta didik. f. Melatih peserta didik mandiri dalam mengambil keputusan. g. Melatih peserta didik berpikir logis apabila penjelasan guru kurang sistematis. Agar penjelasan guru dapat bermakna bagi peserta didik, berikut beberapa prinsip yang dapat dijadikan pegangan dalam memberikan penjelasan yaitu sebagai berikut: a. Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah atau akhir bergantung keperluan atau dapat diselingi dengan tanya jawab. b. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. c. Penjelasan diberikan bila ada pertanyaan dari peserta didik atau direncanakan oleh guru sebelumnya. d. Penjelasan materi harus bermakna bagi peserta didik. e. Penjelasan harus disesuaikan dengan latar dan kemampuan peserta didik (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 225). 5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Hakikat membuka pelajaran adalah usaha yang dilakukan guru dalam pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi peserta didik agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif pada kegiatan belajar (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 226). Jadi membuka pelajaran merupakan kegiatan yang mengarahkan peserta didik pada materi pembelajaran. Sementara itu hakikat menutup pelajaran merupakan kegiatan untuk menyimpulkan kegiatan ini pembelajaran. Kegiatan menutup pelajaran bukanlah kegiatan untuk mengakhiri kegiatan inti, melainkan merupakan kegiatan untuk melengkapi perbuatan membuka pelajaran (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 226). Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran. Barnawi dan Arifin (2012, hlm. 227) menjabarkan komponen utama keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah sebagai berikut: a. Menarik perhatian peserta didik. Guru dapat melakukan variasi gaya mengajar, variasi penggunaan media dan variasi pola interaksi agar dapat menarik perhatian peserta didik. b. Menimbulkan motivasi. Motivasi peserta didik dibangkitkan dengan menciptakan kehangatan dan antusiasme guru, menimbulkan rasa ingin tahu, dan memerhatikan minat peserta didik. c. Memberikan acuan. Acuan diberikan agar peserta didik mengetahui gambaran singkat mengenai topik yang akan dibahas. Cara yang ditempuh dapat dengan mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, langkah-langkah pelaksanaan dan mengajukan beberapa pertanyaan. d. Membuat kaitan. Kaitan antara pengalaman peserta didik dan materi akan membuat pembelajaran menjadi bermakna. Cara yang bisa dilakukan ialah mengajukan pertanyaan apersepsi dan mengulas singkat pelajaran yang lalu. e. Meninjau kembali. Guru dapat meninjau pemahaman peserta didik terhadap hal- hal yang telah dipelajari. Cara yang bias dilakukan ialah meminta peserta didik membuat rangkuman tentang materi sebelumnya. f. Mengadakan evaluasi penugasan peserta didik. Pada setiap akhir penggal kegiatan, guru dapat mengevaluasi peserta didik dengan cara memberikan tugas. g. Memberi tindak lanjut. Tindak lanjut dapat diberikan dalam bentuk pekerjaan rumah, kunjungan atau percobaan. 6. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan keterampilan yang sangat penting yang harus dikuasai guru. Agar diskusi kelompok kecil dapat berlangsung efektif, guru harus menguasai enam komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Berikut enam komponen yang dimaksud: a. Memusatkan perhatian b. Memperjelas masalah atau pendapat. c. Menganalisis pandangan peserta didik. d. Mengingatkan kontribusi peserta didik. e. Mendistribusikan partisipasi peserta didik. f. Menutup diskusi. Dalam menerapkan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, guru dapat memegang prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Anggota kelompok diskusi memiliki kadar pengetahuan yang memadai dan merata terkait dengan masalah yang dibahas. b. Dilaksanakan pada jenjang kelas yang sudah memiliki kemampuan dalam mengungkapkan pendapat secara lisan. c. Mengangkat topik yang memerlukan pendapat dari orang banyak. d. Dilangsungkan dalam suasana yang saling menghormati e. Direncanakan dengan matang. f. Dipertimbangkan kelemahan dan kekurangannya. g. Guru selalu mengawasi jalannya diskusi (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 232-233). 7. Keterampilan Mengelola Kelas Kegiatan pembelajaran umumnya dilakukan di dalam kelas. Oleh karena itu guru harus memiliki keterampilan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Edi Soegito dalam Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 233). Pengelolaan kelas mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut: a. Menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal. b. Mengembalikan kondisi belajar yang optimal. c. Menyadari kebutuhan peserta didik. d. Merespons secara efektif perilaku peserta didik. e. Mengembangkan peserta didik agar bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya f. Membangun kesadaran peserta didik agar bertingkah laku sesuai dengan tata tertib Menumbuhkan kewajiban untuk melibatkan diri dalam aktivitas kelas (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 233). Terdapat enam prinsip pengelolaan kelas yang harus diperhatikan oleh guru agar kondisi kelas tetap kondusif yaitu: (1) kehangatan dan antusiasme; (2) menghadirkan tantangan; (3) membuat variasi mengajar, variasi media dan variasi interaksi; (4) keluwesan tingkah laku guru; (5) memberikan penekanan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan peserta didik pada hal-hal yang negatif (6) penanaman nilai disiplin (Barnawi & Arifin, 2012, hlm. 236). 8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan Pembelajaran kelompok kecil dan perorangan dapat terjadi apabila peserta didik yang ada sangat sedikit. Hakikatnya, mengajar kelompok kecil dan perorangan ditandai hal-hal berikut: a. Pola interaksi yang multiarah. Hubungan interpersonal antara guru dengan peserta didik dan hubungan interpersonal antara peserta didik dengan peserta didik. b. Peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing. c. Peserta didik belajar sesuai dengan kemampuan masing-masing. d. Peserta didik belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing. e. Peserta didik memperoleh bantuan guru sesuai dengan kebutuhannya. f. Peserta didik dilibatkan dalam membuat perencanaan kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran kelompok kecil dan perorangan setidaknya ada empat kelompok keterampilan yang harus dikuasai guru yaitu antara lain: a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi b. Keterampilan mengorganisasikan c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar d. Keterampilan merencanaka dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Agar pembelajaran kelompok kecil dan perorangan berlangsung efektif, berikut prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru menurut Barnawi & Arifin (2012, hlm. 239): a. Tidak semua topik dapat dipelajari dengan efektif dalam kegiatan kelompok kecil dan perorangan. b. Kenali peserta didik secara perorangan. c. Variasi pengorganisasian kelas disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kemampuan peserta didik, fasilitas dan waktu serta kemampuan guru. d. Beri kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan keinginannya. e. Langkah pertama yang harus dilakukan guru adalah mengorganisasikan peserta didik, menyiapkan sumber dan alat, serta mengatur ruang dan waktu yang diperlukan. f. Bimbinglah peserta didik agar mampu menyelesaikan masalah yang ditemuinya. g. Akhirilah dengan kulminasi sehingga peserta didik dapat saling belajar. h. Libatkan peserta didik dalam menilai hasil belajar.