Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dengan dasar genetik


yang kuat dengan karakteristik perubahan pertumbuhan dan diferensiasi sel
epidermis disertai manifestasi kelainan vaskuler, gangguan biokimiawi dan
imunologik dan juga diduga adanya pengaruh sistem saraf. Psoriasis merupakan
salah satu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya eritema dan skuama. 1, 2

Psoriasis dapat dicetuskan oleh beberapa faktor yaitu, faktor lingkungan


yang jelas berpengaruh pada pasien dengan predisposisi genetik. Beberapa faktor
pencetus kimiawi, mekanik dan termal akan memicu psoriasis melalui mekanisme
koebner seperti garukan, aberasi superfisial, reaksi fototoksik atau pembedahan.
Stress (ketegangan emosional) juga dapat memicu terjadinya psoriasis, obat-
obatan seperti beta-bloker, angiotensin converting enzyme inhibitors, antimalarial,
2, 3
litium, nonsteroid antiinflamasi, gembfibrosil dan beberapa antibiotik.

Psoriasis dapat terjadi diseluruh dunia tetapi memiliki prevalensi yang


berbeda di berbagai wilayah berkisar antara 0,1% sampai 3% di berbagai populasi.
Insidensi psoriasis tertinggi adalah Eropa di Denmark sebanyak 2,9% dan Faeroe
Islands 2,8%. Telah dilaporkan 1,3 juta orang Jerman juga terkena psoriasis
dengan prevalensi 2,5%, prevalensi yang sama juga terjadi Amerika Serikat
dengan prevalensi berkisar antara 2,2% sampai 2,6%. Menurut penelitian Ting
Sung Wang et.al pada tahun 2003 sampai dengan 2013 di Taiwan, prevalensi
psoriasis meningkat sebesar 41% dari 15,54 menjadi 21,90 per 10.000 penduduk.
Psoriasis dapat terjadi pada semua usia, namun jarang terjadi pada usia dibawah
10 tahun biasanya terjadi diantara usia 15 dan 30 tahun. 1, 4

Gambaran klinis psoriasis dapat berupa plak eritematosa diliputi skuama


tebal, kasar, kering, bersisik, dan berlapis berwarna putih keperakan disertai titik-
titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran gutata sampai plakat menutupi
sebagian besar area tubuh, umumnya simetris. Letaknya dapat terlokalisir,
misalnya pada siku, lutut, kaki, kuku, kulit kepala (scalp) atau menyerang hampir
seluruh permukaan tubuh. Psoriasis juga dapat menyebabkan rasa gatal pada
penderita. 1, 2, 5

1
Diagnosa psoriasis dapat ditegakkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan
penunjang berupa lesi simetris, Auspitzs sign, penyebaran lesi yang melibatkan
permukaan ekstensor ekstremitas terutama pada bagian siku, lutut, kepala, bawah
lumbo sacral, bokong dan genitalia, dan berwarna keperakan. Apabila diagnosis
psoriasis belum pasti dapat dilakukan pemeriksaan biopsi sebagai pemeriksaan
penunjang.1

Psoriasis dapat diperberat dengan komorbid psoriasis arthritis, sindroma


metabolik dan faktor risiko kardiovaskular seperti hyperlipidemia, hipertensi,
diabetes mellitus dan riwayat infark miokard, obesitas, depresi, kanker kulit non
melanoma yang berhubungan dengan pengobatan yaitu psoralen ultraviolet A
dan Inflamatorry Bowel Disease. Pengobatan psoriasis harus segera dilakukan
untuk menghindari morbiditas dan mortalitas pada pasien. Pengobatan pada
pasien psoriasis tergantung pada derajat psoriasis, derajat ringan jika BSA <10%
dapat diberikan terapi topikal dan fototerapi, derajat sedang jika BSA >10% dapat
diberikan terapi topikal dan fototerapi dan derajat berat jika BSA >30% dapat
diberikan terapi topikal, fototerapi dan sistemik. Tujuan pengobatan adalah
menurunkan keparahan penyakit sehingga pasien dapat beraktivitas dalam
pekerjaan, kehidupan sosial dan sejahtera dalam kondisi kualitas hidup yang
baik.1,5

2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.F
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Banda Aceh
Tanggal Pemeriksaan : 22 Agustus 2017
Nomor RM : 1138471

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bercak kemerahan

Keluhan Tambahan
Gatal

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan bercak kemerahan di kedua tangan dan
pungung. Bercak kemerahan awalnya timbul pada bagian kepala, punggung dan
perut disertai tangan sudah sejak 2 tahun yang lalu. Setelah diberikan salep
keluhan sedikit membaik. Pada bagian kepala dan perut kemerahan sudah
menghilang, kemerahan ditangan hilang timbul dan memberat sejak 2 minggu ini.
Awalnya karena garukan yang dilakukan oleh pasien setiap hari sehingga timbul
bercak kemerahan dan tidak disertai demam. Pasien juga mengeluhkan gatal yang
dirasakan hilang timbul, biasanya gatal sering timbul pada siang dan malam hari,
gatal memberat pada saat pasien berkeringat. Gatal hilang dengan minum obat
yang diresepkan oleh dokter. Sekarang pasien juga sudah merasa putus asa dalam
3
menjalani pengobatan yang tidak kunjung sembuh dan mengganggu aktivitasnya
sehari-hari. Riwayat diabetes mellitus dan hipertensi disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sudah pernah mengalami hal yang sama sejak tahun 2015 awalnya
kemerahan berada di kepala , pungung dan perut , sudah sembuh sempurna hanya
saja dibagian pungung berkurang dan menghilang sedikit.
Riwayat Penggunaan Obat
Pasien sudah berobat ke klinik spesialis kulit dan kelamin, pasien diberikan
obat Cetirizin 1 x 10 mg (malam), tablet berwarna putih yang diminum 3 kali
sehari, namun paien lupa apa nama obat nya dan obat oles yang pasien lupa apa
nama nya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada di keluarga pasien yang mengeluhkan penyakit dan keluhan
yang sama.
Riwayat Kebiasaan Sosial yang Relevan
Pasien seorang PNS Daerah. Pasien mandi 2 kali sehari. Pasien sangat
mudah berkeringat, pasien merasa putus asa karena setelah 2 tahun berobat
penyakit dan tidak kunjung sembuh dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari.

PEMERIKSAAN FISIK KULIT


Pemeriksaan status dermatologis tanggal 19 Juli 2017

Gambar 1. Regio Cubiti

4
Gambar 2. Regio Thorakoabdominal

Gambar 3. Regio Genu dan Cruris

5
Regio : Cubiti, thorakoabdominal, genu,dan cruris
Deskripsi lesi : Tampak plak eritematous, permukaan tertutup skuama tebal, tepi
irregular, batas tegas, jumlah lesi multipel, tersebar diskret,
distribusi generalisata

Gambar 4. Regio Manus

Regio : Manus
Deskripsi lesi : Tampak papul dengan permukaan tertutup skuama tebal ukuran
milier, tepi irregular, batas tegas, jumlah lesi multipel, tersebar
diskret, distribusi generalisata

6
Gambar 5. Regio Pedis

Regio : Pedis
Deskripsi lesi : Tampak hiperkeratosis unguium digiti I-V tarsal di bagian
hiponicium dan eponicium, tampak garis Beau pada lempeng
kuku.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kaarsvlek phenomen
Hasil pemeriksaan didapatkan hasil positif, yaitu tampak skuama yang
berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin yang digores yang
disebabkan oleh berubahnya indeks bias
2. Autpitz sign
Hasil pemeriksaan tampak adanya bintik-bintik perdarahan setelah skuama
digores dan dilepas
3. Koebner phenomen
Tidak ditemukan koebner pada saat di inspeksi

7
Gambar 6. Kaarsvlek phenomen dan Autpitz sign

DIAGNOSIS BANDING
1. Psoriasis Vulgaris
2. Tinea Korporis
3. Pytiriasis rosea
4. Sifilis sekunder
5. Morbus Hansen

RESUME
Pasien mengeluhkan adanya bercak kemerahan dan gatal di seluruh tubuh. Bercak
kemerahan awalnya timbul di daerah lutut dan siku. Pasien juga mengeluhkan
gatal yang memberat saat berkeringat dan adanya nyeri sendi yang hilang timbul
dan memberat saat bangun tidur. Dari pemeriksan fisik didapatkan pada region
cubiti, thorakal, genu dan cruris adanya plak eritematos, permukaan tertutup
skuama tebal, tepi ireguler, batas tegas, jumlah lesi multiple, tersebar diskret,
distribusi generalisata. Pada pemeriksaan penunjang, kaarsvlek phenomen dan
Autpitz sign didapatkan hasil positif.

8
DIAGNOSIS KLINIS
Psoriasis Vulgaris

TATALAKSANA
1. Asam salisilat 10 % + LCD 5% + desoximethason oint 0,1% (pagi)
2. Asam salisilat 3 % + LCD 5% + klobetasol propionat cream 0,05% (malam)
3. Asam salisilat 3 % + LCD 5% + vaseline album 30 gram (sore)
4. Asam salisilat 3 % + LCD 5% + momethason furoat 0,1% cream (siang)

EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit ini bersifat kronis dan besar
kemungkinan untuk kambuh kembali
2. Hindari menggaruk daerah gatal dan kemerahan karena akan menyebabkan
ruam kemerahan semakin bertambah banyak
3. Ganti baju lapisan luar tiap hari
4. Berusaha untuk menghentikan kebiasaan merokok
5. Teratur memakai obat

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad fungtionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

9
ANALISA KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan kepada seorang pasien laki-laki berusia 33


tahun di poliklinik kulit dan kelamin RSUDZA (Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Zainoel Abidin) Banda Aceh pada tanggal 19 Juli 2017 dengan keluhan timbul
bercak merah pada seluruh tubuh dan juga disertai dengan gatal dan nyeri pada
sendi. Bercak kemerahan di seluruh tubuh awalnya berada di siku dan lutut sejak
5 tahun yang lalu, kemerahan hilang timbul memberat sejak 2 bulan terakhir ini
awalnya karena garukan yang dilakukan oleh pasien setiap hari. Timbul bercak
tidak disertai demam sebelumnya. Pasien juga mengeluhkan gatal yang dirasakan
hilang timbul biasanya sering timbul pada siang dan malam hari, gatal memberat
pada saat pasien berkeringat. Gatal hilang dengan minum obat yang diresepkan
oleh dokter. Sekarang pasien juga sudah merasa putus asa dalam menjalani
pengobatan yang tidak kunjung sembuh dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
Pasien juga mengeluhkan nyeri sendi sejak 1 bulan yang lalu, nyeri hilang timbul,
memberat saat bangun tidur. Nyeri tidak disertai bengkak dan merah. Riwayat
diabetes mellitus dan hipertensi disangkal. Pasien tidak ada riwayat transfusi
darah sebelumya.
Secara epidemiologik, insidensi psoriasis antara pria dan wanita sama,
psoriasis dapat terjadi pada semua usia, namun jarang terjadi pada usia dibawah
10 tahun biasanya tejadi diantara usia 15 dan 30 tahun. Pada pasien ini, pasien
adalah seorang laki-laki yang berusia 33 tahun. 1
Gambaran klinis psoriasis dapat berupa plak eritematosa diliputi skuama
tebal, kasar, kering, bersisik, dan berlapis berwarna putih keperakan disertai titik-
titik perdarahan bila skuama dilepas, berukuran gutata sampai plakat menutupi
sebagian besar area tubuh, umumnya simetris. Letaknya dapat terlokalisir,
misalnya pada siku, lutut, kaki, kuku, kulit kepala (scalp) atau menyerang hampir
seluruh permukaan tubuh. Pada pasien dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
adanya plak eritematosa, permukaan tertutup skuama tebal, bersisik, tepi ireguler,
batas tegas, tersebar diskret, dengan distribusi generalisata. Psoriasis juga dapat
menyebabkan rasa gatal atau terbakar pada penderita yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan. Berdasarkan anamnesis, pasien mengeluhkan gatal yang
dirasakan hilang timbul biasanya sering timbul pada siang dan malam hari, gatal
10
memberat pada saat pasien berkeringat dan mengganggu aktivitasnya sehari-hari 1,
2, 5

Berdasarkan bentuk lesinya, psoriasis dapat dibagi menjadi: psoriasis


plakat, psoriasis gutata, psoriasis inversa (fleksural), psoriasis arthropatika,
psoriasis pustulosa, dan eritoderma psoriatika. Psoriasis plakat adalah bentuk
psoriasis yang paling umum sekitar 90% dari pasien psoriasis. Psoriasis plakat
biasanya menunjukkan 3 karakteristik lesi yaitu deskuamasi, penebalan (indurasi),
dan kemerahan atau eritomatosa. 1, 2, 3
Perubahan kuku sering terjadi pada psoriasis. Diperkirakan 40% pasien
dengan psoriasis mengalami perubahan kuku. Keterlibatan kuku meningkat sesuai
bertambahnya usia, durasi dan tingkat keparahannya.1 Kebanyakan dari psoriasis
kuku memiliki riwayat psoriasis. Psoriasis kuku yang tanpa disertai psoriasis
kutaneus bisa disingkirkan karena tingkat kecurigaan yang rendah disertai tidak
adanya riwayat psoriasis personal ataupun riwayat keluarga.6 Beberapa perubahan
pada kuku dikelompokkan berdasarkan segmen kuku yang terkena. Matriks
proksimal ditandai dengan adanya pitting, onikoreksis, dan Beau line, matriks
intermediet ditandai dengan leukonychia, matriks distal ditandai oleh onikolisis
fokal, penebalan nail plate, dan lunula eritema, bantalan kuku ditandai dengan oil
drop sign atau salmon patch, hiperkeratosis subungual, onikolisis, dan
perdarahan, lempeng kuku menjadi hancur dan rusak, bagian lateral dan proksimal
kuku ditandai dengan adanya psoriasis kutaneus.1,7 Pada pasien didapatkan di
regio pedis tampak hiperkeratosis unguium digiti I-V tarsal di bagian hiponicium
dan eponicium, tampak garis Beau pada lempeng kuku. Sebaiknya dilakukan
pemeriksaan KOH 10% untuk memastikan penyakit pada kuku pasien, apakah
psoriasis kuku, tinea unguium, atau keduanya.
Psoriasis artritis dapat terjadi 40% dari penderita psoriasis. Asam urat
serum dapat meningkat pada 50% pasien psoriasis dan terutama berhubungan
dengan tingkat keparahan lesi dan aktivitas penyakit dan dapat meningkatkan
risiko terjadinya gout artritis. Peningkatan kadar asam urat berhubungan dengan
marker inflamasi sistemik. Pada psoriasis hal ini berhubungan dengan
meningkatnya pergantian sel dan derajat penyakit. Asam urat akan menstimulasi
jalur inflamasi melalui sekresi kemokin dan marker inflamasi. Dari penelitian

11
Tsurata et al pada tahun 2017 didapatkan bahwa asam urat kristal merupakan
stimulator kuat pencetus innate imunity, dimana hiperurisemia menyebabkan
kristalisasi asam urat pada sendi dan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan
psoriasis artritis pada pasien psoriasis. Pada pasien ini, pasien mengeluhkan nyeri
sendi sejak 1 bulan yang lalu yang dirasakan hilang timbul dan memberat pada
saat bangun tidur. Karena tidak dilakukannya pemeriksaan laboratorium pada
pasien ini, nyeri sendi didiagnosa banding dengan gout arthritis dan psoriasis
vulgaris.8,9,10
Psoriasis dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu lingkungan,
genetik, trauma, obat-obatan, infeksi, sinar matahari, faktor metabolik, obesitas,
stress, alkohol dan merokok. Pada pasien ini faktor risiko yang dapat mendukung
terjadinya psoriasis adalah trauma yaitu pasien sering menggaruk, pasien juga
mengatakan putus asa dalam menjalani pengobatan yang tidak kunjung sembuh
serta mengganggu aktifitasnya sehari-hari, dan pasien adalah seorang perokok
aktif dengan frekuensi merokok 1 bungkus per hari. Trauma sebagai faktor
predisposisi terjadinya psoriasis dapat menyebabkan fenomena koebner yaitu
berbagai macam ransangan lokal yang merugikan termasuk fisik (garukan), kimia,
listrik, bedah, infeksi yang dapat menyebabkan lesi psoriasis. Stress merupakan
faktor predisposisi yang memiliki peran saat onset dan eksaserbasi psoriasis.
Terdapat hubungan yang konsisten antara peristiwa kehidupan berat dengan
manifestasi penyakit, penelitian yang telah dilakukan di Inggris terhadap lebih
dari 60% sampel pasien psoriasis percaya bahwa stress adalah faktor utama
penyebab psoriasis, stress juga menyebabkan penyakit bertambah lebih berat,
psoriasis memang dapat mengganggu kualitias hidup penderitanya apalagi jika
disertai dengan rasa gatal dan nyeri. Merokok lebih dari 20 batang per hari
memiliki hubungan dengan 2 kali lipat teradinya psoriasis berat, merokok
memiliki peran dalam perkembangan psoriasis. Peran genetik juga berpengaruh
dalam psoriasis menurut penelitian yang dilakukan di Jerman memiliki pengaruh
dengan psoriasis yaitu 14% berpengaruh jika satu orang tua yang terkena, 41%
jika kedua orang tua yang terkena, 6% jika saudara kandung terkena dan 2% jika
tidak ada orang tua atau saudara kandung yang terkena. Namun, menurut

12
1, 2,
pengakuan pasien tidak ada keluarga yang mengalami hal sama seperti pasien.
3

Psoriasis adalah inflamasi yang umum, kronis, dan berulang, ditandai


dengan batas tegas, eritematosa, kering, dan scaling plak dengan berbagai ukuran.
Lesi biasanya ditutupi skuama berwarna keperakan. Memiliki predileksi untuk
kulit kepala, kuku, permukaan ekstensor tungkai, daerah pusar, dan sakrum.
Distribusi biasanya simetris.2 (Gambar 7)

Gambar 7. Psoriasis

Gejala sifilis sekunder kadang menyerupai psoriasis dan disebut


psoriasiform plak. Diagnosis pasti adalah dengan melakukan tes serologis.1,3,11
(Gambar 8)

(a)

13
(b)

Gambar 8. Sifilis Sekunder

Pityriasis rosea ditandai dengan papul dan makula berwarna salmon, yang
tersebar diskret atau konfluens, berbentuk oval atau sirkel ditutupi oleh skuama
halus. Lesi yang sembuh meninggalkan macula hipopigmentasi.2,11 (Gambar 9)

Gambar 9. Pityriasis Rosea

Tinea korporis. Presentasi klasiknya adalah adanya anular atau plak


serpiginosa dengan deskuamasi di seluruh batas eritematosa aktif. Bagian tepi bisa
terdapat vesicular dan berkembang menjadi sentrifugal.. Bagian tengah plak
biasanya bersisik tapi mungkin tampak bersih.1 (Gambar 10)

14
Gambar 10. Tinea Korporis

Diagnosis penyakit Hansen harus dipertimbangkan pada pasien dengan


lesi neurologis dan kutaneous. Keterlibatan saraf dideteksi dengan pembesaran
saraf perifer dan hilangnya sensasi lesi. Saraf yang membesar ditemukan di lebih
dari 90% pasien dengan penyakit Hansen multibasiler, dan pada 75-85% pasien
dengan penyakit paucibacillary. Sekitar 70% lesi penyakit Hansen telah
mengurangi sensasi, namun kelainan lesi tidak terdeteksi pada pasien dengan
penyakit multibasil, bentuk yang paling menular.2 (Gambar 11)

Gambar 11. Hansen tipe tuberkuloid

15
Diagnosis psoriasis dapat ditegakkan berdasarkan klinis dan pemeriksaan
penunjang berupa lesi simetris, Autpitzs sign, penyebaran lesi yang melibatkan
permukaan ekstensor ekstremitas terutama pada bagian siku, lutut, kepala, bawah
lumbo sacral, bokong dan genitalia dan berwarna keperakan. Pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan psoriasis diantaranya uji kulit, pemeriksaan uji kulit
yang dilakukan berupa pemeriksaan fenomena tetesan lilin dimana bila lesi yang
berbentuk skuama dikerok maka skuama akan berubah warna menjadi putih yang
disebabkan oleh karena perubahan indeks bias. Autpitzs sign apabila skuama
yang berlapis-lapis tersebut diangkat akan timbul bintik-bintik perdarahan, dan
fenomena koebner yaitu apabila kulit sehat terkena trauma (garukan) akan muncul
kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis, reaksi koebner biasanya terjadi 7-
14 hari setelah trauma. Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan fenomenan
tetesan lilin dengan hasil ditemukanya skuama berwarna putihpada goresan,
Autpitzs sign dengan hasil ditemukannya titik perdarahan setelah skuama digores
dan dilepas dan telah dilakukan pemeriksaan fenomena koebner di kulit yang
sehat namun hasilnya akan muncul 7-14 hari setelah diberi perlakuan. Apabila
diagnosis psoriasis belum pasti dapat dilakukan pemeriksaan biopsi sebagai
pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan biopsi histopatologi akan dijumpai
gambaran spesifik psoriasis adalah bermigrasinya sel radang granulosit-neutrofilik
berasal dari ujung subset kapiler dermal mencapai bagian atas epidermis yaitu
lapisan parakeratosis stratum korneum yang disebut mikroabses Munro atau pada
1, 2, 3
lapisan spinosum yang disebut spongioform pustules of Kogoj
Pada psoriasis vulgaris terapi diberikan berdasarkan derajat dari psoriasis.
Terapi pada psoriasis dapat berupa topikal, fototerapi, sistemik dan terapi biologis.
Terapi topikal yang digunakan yaitu emolien, steroid topikal, dan vitamin D
analog sebagai lini pertama. Emolien merupakan pelembab oklusif untuk
mencegah dan mengurangi kekeringan, melembutkan kulit dan kaya akan asam
linoleat.1 Steroid topikal yang digunakan adalah steroid efek kuat.12 Steroid
berikatan dengan reseptor glukokortikoid yang kemudian menghambat ataupun
menstimulasi transkripsi gen yang berdekatan sehingga proses inflamasi menjadi
terkontrol.1 Steroid topikal sangat efisien untuk pengobatan jangka pendek dan
harus digunakan secara hati-hati pada bagian wajah, lipat paha, aksila, dan

16
payudara dikarenakan area ini sangat sensitif terhadap penetrasi steroid.12 Efek
yang dapat ditimbulkan dari pemakaian steroid topikal adalah atrofi epidermis dan
dermis, takifilaksis, dan pembentukan striae.1
Vitamin D diberikan untuk meningkatkan efisiensi steroid topikal.
Vitamin D ini berikatan dengan reseptornya dan mempengaruhi banyak ekspresi
gen. Efek yang ditimbulkannya adalah meningkatkan differensiasi keratinosit,
iritasi, dan hiperkalsemia akibat pemakaian yang berlebihan.1
Untuk lini kedua digunakan adalah asam salisilat, ditranol, tazarotene, dan
tar. Asam salisilat memiliki efek keratolitik yang meningkatkan reduksi
keratinosit dan menurunkan pH stratum korneum, sehingga deskuamasi dapat
berkurang dan plak menjadi lembut. Asam salisilat sering dikombinasikan dengan
kortikosteroid dan tar. Ditranol merupakan zat alami yang ditemukan di kulit
pohon araroba di Amerika Selatan, bisa juga disintesis dari antron. Ditranol dapat
diberikan pada psoriasis, terutama pada plak yang resisten pada terapi lain. Ini
juga bisa dikombinasikan dengan UVB. Efek samping yang ditimbulkan dapat
berupa dermatitis kontak iritan.1 Tezarotene merupakan retinoid topikal generasi
ketiga yang efektif terhadap eritema. Efek yang ditimbulkan dapat berupa iritasi
lokal. Tar bukanlah obat yang terstandarisasi untuk psoriasis. Namun, tar dapat
memicu supresi sintesis DNA dan menurunkan aktivitas mitotik di lapisan basal
epidermis. Contoh tar yang biasa digunakan adalah Liquor Carbonis Detergent
(LCD) 5 %. Pemakaian tar ini dapat menimbulkan reaksi alergi pada beberapa
pasien.1 Pada pasien ini diberikan terapi topikal kombinasi antara lini pertama dan
lini kedua, yaitu kortikosteroid desoksimethason oint 0,1%, klobetasol propionat
cream 0,05% dan momethason furoat cream 0,1%, masing-masing dari
kortikosteroid dikombinasikan dengan asam salisilat dan LCD 5%.
Fototerapi yang digunakan adalah Narrowband UVB (NB-UVB) sebagai
lini pertama. Penggunaan NB-UVB memberikan perbaikan >70% setelah 4
minggu dilakukannya terapi. Sembilan dari 11 pasien dinyatakan sembuh dan
terapi ini sangat efektif dibandingkan Broadband UVB (BB-UVB).1
Untuk terapi sistemik adalah metotreksat, retinoid, siklosporin, dan terapi
biologis.1,3 Metotreksat berikatan dengan plasma albumin (50-70%) yang
kemudian menghambat sintesis DNA dan bekerja sebagai antimitotik di

17
epidermis. Dari hasil studi menunjukkan metotreksat 10-100 kali lebih efektif
untuk menghambat proliferasi sel limfoid. Selain itu obat ini juga menghambat
kemotaksis sel polimorfonuklear. Sebelum pemberian terapi, fungsi ginjal, hati ,
dan sum-sum tulang harus normal, serta perlu perhatian khusus bila kortikosteroid
sedang digunakan.3 Dari penelitian Gutierrez et.al (2017) dan Atashfaraz et.al
(2013), dikatakan bahwa metotreksat memiliki toksisitas sebagai penyebab
infertil pada pria, dimana menginduksi kerusakan DNA sel sperma, sehingga
menurunkan kualitas dan kuantitas sel sperma.13,14 Retinoid bekerja dengan
menormalkan keratinisasi dan proliferasi epidermis. Sedangkan siklosporin
mereduksi sel T sehingga menghambat pengeluaran interleukin dan sitokin lain.1,3
Steroid sistemik tidak digunakan untuk pengobatan rutin pada psoriasis.
Ketika steroid sistemik digunakan, kesembuhannya akan cepat namun penyakit
bias lebih parah, sehingga membutuhkan dosis lebih tinggi untuk mengontrolnya.
Jika terapi diberhentikan, maka penyakit ini bias kambuh segera dan rebound
dalam bentuk psoriasis eritrodermik dan pustular.3
Terapi biologis juga dapat diberikan pada pasien psoriasis. Terapi
biologis merupakan modalitas terapi yang bertujuan untuk memblokade molekul
spesifik yang berperan dalam pathogenesis psoriasis, agen-agen biologis memiliki
efektivitas yang setara dengan metotreksat dengan risiko hepatotoksistas yang
lebih rendah. Meski demikian harganya cukup mahal, serta memiliki berbagai
efek samping seperti imunosupresi, reaksi infus, pembentukan antibody, serta
membutuhkan evaluasi keamanan penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu,
terapi ini hanya diindikasikan bila penyakit tidak respons atau memiliki
kontraindikai terhadap metrotreksat.1 Pada pasien hanya digunakan terapi topikal
karena psoriasis pada pasien termasuk kedalam derajat ringan dengan nilai
Psoriasis Area Severity Index (PASI) 5,8.
Pasien dengan psoriasis memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang
meningkat terhadap gangguan kardiovaskuler terutama pada pasien psoriasis berat
dan lama. Risiko infark miokard meningkat pada pasien usia lebih muda dengan
psoriasis berat. Sindroma metabolic dapat terjadi pada pasien psoriasis dan yang
paling umum diagnosisnya adaah hipertensi dan hiperlipidemia. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Walter et.al pada tahun 2010 sampai 2015

18
didapatkan pasien dengan psoriasis menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi
untuk terjadinya faktor risiko kardiovaskuler serta tingkat kematian yang lebih
tinggi dari pada pasien tanpa psoriasis. Pasien psoriasis juga memiliki masalah
gangguan emosional yang diikuti masalah depresi sehubungan dengan manifestasi
klinis berdampak terhadap menurunnya harga diri, penolakan social, merasa malu,
masalah seksual, putus asa dan gangguan kemampuan professional. Semuanya
dapat diperberat dengan adanya rasa gatal dan nyeri dan dapat menyebabkan
menurunnya kualitas hidup pasien. Aspek psikologis dapat memodifikasi jalannya
penyakit, khususnya perasaan putus asa dapat menyebabkan ketidakpatuhan
pengobatan dan dapat memperburuk psoriasis. Stress psikologis dapat
menyebabkan depresi dan kecemasan pada pasien yang dapat menimbulkan ide
untuk bunuh diri. Psoriasis dapat mengganggu kualitas hidup pasien, penurunan
fungsi fisik dan mental yang biasanya terlihat pada pasien kanker, arthritis,
hipertensi, penyakit jantung dan depresi. 1, 15

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Gudjonsson JE and Elder JT. Psoriasis. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K editors. Fitzpatricks
dermatology in general medicine. 8th edition. New York: McGraw-Hill;
2012: 197-231.

2. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of The Skin:
Clinical Dermatology. 11th edition. Saunders Elsevier. 2011: 198-202.

3. Griffiths CEM and Barker JNWN. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S,


Cox N, Griffiths C, editors. Rooks textbook of dermatology. 8thedition.
Singapore: Blackwell Publishing; 2010: 871-923.

4. Wang TS, Hsieh CF, Tsai TF. Epidemiology of Psoriatic and Current
Treatment Pattern from 2003 to 2013: A Nationwide, Population-Based
Observational Study in Taiwan. JDS.2016;84(3):340-345.

5. Higgins E. Psoriasis. Medicine.2017; 45(6): 368-378.

6. Choi JW, Kim BR, Seo E, Youn SW. Identification of nail features
associated with psoriasis severity. J Dermatol. 2017; 44(2): 147-153

7. Burge S, Matin R, Wallis D. Oxford HandBook of Medical Dermatology.


Oxford University Press. 2016

8. Lobato LC, Frota MZ, Santos S, et.al. Chronic Tophaceous Gout in Patient
with Psoriasis. An Bras Dermatol. 2017;92(1):104-6

9. Merola JF, Wu S, Han J, et.al. Psoriasis, Psoriati Arthritis, and Risk of


Gout in U.S. Men and Women. Ann Rheum Dis. 2015;74(8):1495-1500

10. Tsuruta N, Imafuku S, Narisawa Y. Hyperuricemia is an Independent


Risk Factor for Psoriatic Arthritis in Psoriatic Patient. J Dermatol. 2017

20
11. Tuzun B. The Differential of Diagnosis of Psoriasis Vulgaris. Journal of
Pigmentary Disorders. 2016; 3: 245

12. Kupetsky EA, Keller M. Psoriasis Vulgaris: An Evidence-Based Guide for


Primary Care. J Am Board Fam Med. 2013;26: 787-801

13. Gutierrez JC et.al. The Toxicity of Methotrexate in Male Fertility and


Paternal Teratogenicity. Expert Opin Drug Metab Toxicol. 2017;13(1):51-
58

14. Atashfaraz E, Farokhi F, Najafi G. Protective effect of Ethyl Pyruvate on


Epididymal Sperm Characteristic, Oxidative Stress and Testosterone Level
in Methotrexate Treated Mice. 201;14(4):190-6
15. Masson W, Rossi E, Galimberti ML, et.al. Mortality in Patients with
Psoriasis. A Retrospective Cohort Study. 2017;148(11):438-488.

21

Anda mungkin juga menyukai