Bahan Kimia Penjernih Air
Bahan Kimia Penjernih Air
41
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam
suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan
negatip partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai garam dari Aluminium, Al (III) atau garam besi (II)
dan besi (III).
Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air adalah seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini :
REAKSI
NAMA FORMULA BENTUK pH OPTIMUM
DENGAN AIR
NaAlO2 atau
Sodium aluminat Bubuk Basa 6,0 7,8
Na2Al2O4
Polyaluminium
Aln(OH)mCl3n-m Cairan, bubuk Asam 6,0 7,8
Chloride, PAC
Senyawa Besi
Untuk senyawa besi, tipe hidrolisa yang sama dapat berlangsung seperti :
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
Reaksi di atas dilanjutkan dengan reaksi H+ dengan alkalinitas seperti ditunjukkan oleh reaksi 2) dan 3).
Terdapat pula ion ferri hidrat seperti : [Fe(H2O)6]3+ dengan persamaan reaksi yang sama dengan hidrolisa
[Al(H2O)6]3+.
Pembentukan [Fe(H2O)2(OH)4] atau Fe(OH)4 hanya terjadi pada pH tinggi, tetapi tidak biasa
ditemui pada pengolahan secara konvensional, jadi batas pH untuk koagulasi dengan Fe 3+ lebih besar dari
pada untuk Al3+, sebagai contoh pH 9 untuk koagulasi dengan Fe 3+ dan 7,8 untuk Al3+.
Senyawa besi mempunyai tendensi membentuk jenis polinuklir yang lebih kecil dibandingkan
dengan aluminium.
Dosis kagulan yang diperlukan tergantung pada :
1. Konsentrasi warna.
2. Zeta potential (pengukuran mobilitas elektroforesa) juga merupakan faktor penting
untuk menghilangkan warna secara efektif. Hal ini erat hubungannya dengan sisa
konsentrasi warna. Pada pH yang optimum, sisa warna berkurang secara proporsional
dengan penambahan dosis koagulan.
3. Jenis koagulan koagulan yang dapat digunakan untuk menghilangkan warna adalah :
- Garam aluminium : Alum sulfat/tawas, Al2(SO4)3.xH2O, Polyaluminium chloride, PAC (PACl),
Aln(OH)mCl3n-m
- Garam besi (III) : Ferri sulfat, Fe 2(SO4)3.xH2O, Ferri klorida, FeCl3.
Semakin tinggi dosis koagulan yang digunakan akan menghasilkan efisiensi penghilangan warna yang
lebih besar pula, akan tetapi residu koagulan akan semakin besar.
Pada kasus pembentukan flok yang lemah dengan menggunakan dosis tawas optimum untuk
menghilangkan warna, polialumunium klorida (PAC) dapat digunakan sebagai koagulan pilihan selain
tawas. Koagulasi dengan poli alumunium klorida dapat dengan mudah memproduksi flok yang kuat
dalam air dengan jangkauan dosis yang lebih kecil dan rentang pH yang lebih besar, tanpa
mempertimbangkan kehadiran alkalinitas yang cukup.
By. : arifin_pararaja
Post navigation
Older posts
MAKALAH:
PROTEKSI RADIASI DAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF
OLEH :
KELOMPOK II
LIYANI
SARNI MARWANTI
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Definisi
Limbah radioaktif didefinisikan sebagai material radioaktif atau material terkontaminasi yang
harus dibuang termasuk bahan bakar bekas. Atau menurut PP No. 27 Tahun 2002 tentang
Pengelolaan Limbah Radioaktif bahwa, Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau
bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion yang tidak
dapat digunakan lagi.
Limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk
pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir
untuk keperluan industri dan rumah sakit.
Limbah radioaktif (LRA) yang dihasilkan dari penggunaan tenaga nuklir, berdasarkan
konsentrasi dan asalnya dikelompokkan menjadi :
Limbah Radioaktif Tingkat Tinggi (HWL) jika limbah radioaktif tersebut mempunyai
radioaktivitas dan kalor yang dihasilkan yang melewati nilai batas yang telah ditetapkan.HLW
dihasilkan dari pemisahan uranium dan plutonium dari bahan bakar bekas pada fasilitas olah
ulang. Sebagian besar radionuklida HLW berasal dari unsur hasil belahan yang diperoleh dari
proses ekstraksi uranium dan plutonium hasil penguraian bahan bakar bekas. Limbah ini disebut
limbah radioaktif cair tingkat tinggi yang akan distabilkan dengan cara vitrifikasi (blok gelas)
sebagai LRA tingkat tinggi (HLW). Pilihan one through pada proses olah ulang tidak
dilakukan pada bahan bakar bekas.
a. Limbah PLTN
Limbah PLTN adalah limbah yang dihasilkan dari proses dismantling dan pengoperasian PLTN,
terutama nuklida yang memancarkan beta d. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 1/4an
gamma dengan waktu paro pendek. Limbah jenis ini akan disimpan pada fasiltas penyimpanan
tanah dangkal seperti yang ada di Rokkashomura-Jepang. Pada limbah hasil dismantling terdapat
rentang tingkat radioaktivitas yang lebar, dan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu tinggi
(pemancar beta-gamma), sedang, dan rendah.
b. Limbah Uranium
Limbah Uranium dihasilkan dari proses konversi dan fabrikasi bahan bakar serta mesin
sentrifugal pada saat proses pengayaan. Jenis limbah ini mempunyai waktu paru yang sangat
panjang walaupun aktivitas radiasinya rendah dan tidak dapat disimpan pada fasilitas
penyimpanan tanah dangkal.
Aplikasi radioisotop mencakup bidang yang sangat luas, misalnya dalam bidang kedokteran
(diagnostik dan terapi), farmasi (sebagai perunut), serta industri. Dari kegiatan tersebut
dihasilkan limbah radioaktif. Sedangkan limbah yang berasal dari laboratorium (pusat riset,
universitas, swasta) yang berhubungan dengan penelitian seperti penggunaan sumber radiasi,
bahan bakar reaktor, fasilitas pengolahan bahan bakar, disebut sebagai limbah laboratorium.
Limbah tersebut akan disimpan dalam sistem penyimpanan sederhana pada fasilitas tanah
dangkal.
1. C. Sumber Limbah
Pemanfaatan teknolgi nuklir ini dapat menimbulkan limbah yang banyak dikenal sebagai limbah
radioaktif. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif yang tidak terpakai dan bahan bekas serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena operasi nuklir dan tidak
dapat digunakan lagi. Hal ini merupakan kendala untuk pengembangan lebih lanjut, sehingga
diperlukan pemecahan dengan menggunakan suatu metode analisis yang tepat yaitu Cost
Benefit Analysis.
1. Alam.
Lingkungan kita sendiri sebenarnya telah mendapat radioaktif alam seperti dari tanah, sinar
cosmic (75 100 mrem/th) sebagai akibat dari peluruhan Uranium dan Thorium.
BAB II
Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan untuk mencegah timbulnya bahaya radiasi terhadap
pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup. Pengelolaan limbah radioaktif adalah
pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan sementara dan
penyimpanan lestari dan pembuangan limbah (disposal).
a. Pengumpulan
Penyebaran zat radioaktif dari radioaktif limbah dapat membahayakan pekerja radiasi maupun
lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyebaran tersebut diperlukan wadah yang memadai
berupa kantong plastik besar (sebagai penampung limbah radioaktif padat) yang dapat menahan
limbah dari kebocoran. Untuk memudahkan identifikasi limbah radioaktif, digunakan kantong
plastik berwarna kuning yang diletakkan di dalam kotak limbah dari bahan logam berwarna
kuning. Kantong-kantong plastik tersebut diletakkan di beberapa lokasi yang memiliki potensi
limbah radioaktif. Pengumpulan limbah dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali.
b. Pengelompokan
Limbah padat yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan menurut jenisnya yaitu
limbah padat yang mudah terbakar (berupa : kertas bekas penyapu dalam analisis kimia, proses
kimia dan lain-lain) dan limbah padat yang tidak mudah terbakar (berupa : botol bekas zat kimia,
peralatan gelas untuk analisis yang tidak terpakai dan lain-lain). Wadah untuk limbah yang
mudah terbakar dipisahkan dengan limbah yang tidak mudah terbakar. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah penanganan selanjutnya di instalasi pengolahan limbah radioaktif.
c. Pengepakan
Pengelompokan dan pengepakan limbah padat dilakukan di ruang limbah yang terletak di lantai
basement. Limbah yang mudah maupun tidak mudah terbakar dimasukkan ke dalam sebuah
drum limbah secara terpisah. Limbah yang telah dimasukkan ke dalam drum dipantau paparan
radiasinya sebelum penyegelan drum. Pengepakan limbah padat dilakukan setiap 6 bulan sekali
masing-masing 2 buah drum.
d. pengangkutan
Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan limbah radioaktif dari lokasi pihak penghasil
limbah menuju ke lokasi pengelolaan limbah. Kegiatan pengangkutan harus memenuhi syarat-
syarat keamanan dan keselamatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Terutama bila
lokasi penghasil limbah diluar kawasan BATAN diperlukan Ijin Pengangkutan Limbah dari
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Pengangkutan dilakukan untuk memindahkan limbah dari IRM ke Instalasi Pengolahan Limbah
Radioaktif. Persiapan-persiapan yang harus ditempuh sebelum limbah diangkut keluar yaitu :
1. Persediaan wadah untuk menampung limbah yang akan dipindahkan. Wadah tersebut harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan antara lain kuat dan dapat menahan limbah dari
kebocoran.
2. Lokasi yang telah ditentukan untuk pembuangan/penyimpanan limbah. Sebelum dilakukan
pembuangan/penyimpanan limbah padat, lokasi yang berada di Instalasi Pengolahan Limbah
Radioaktif harus benar-benar dalam kondisi aman, sehingga tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya.