Anda di halaman 1dari 7

BAHAN KIMIA PENJERNIH AIR (KOAGULAN).

Posted: Agustus 5, 2008 by admin in Tak Berkategori http://smk3ae.wordpress.com/2008/08/05/bahan-kimia-


penjernih-air-koagulan/

41
Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di dalam
suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positip yang digunakan untuk mendestabilisasi muatan
negatip partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai garam dari Aluminium, Al (III) atau garam besi (II)
dan besi (III).
Koagulan yang umum dan sudah dikenal yang digunakan pada pengolahan air adalah seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini :

REAKSI
NAMA FORMULA BENTUK pH OPTIMUM
DENGAN AIR

Aluminium sulfat, Al2(SO4)3.xH2O


Bongkah, bubuk Asam 6,0 7,8
Alum sulfat, Alum, Salum x = 14,16,18

NaAlO2 atau
Sodium aluminat Bubuk Basa 6,0 7,8
Na2Al2O4

Polyaluminium
Aln(OH)mCl3n-m Cairan, bubuk Asam 6,0 7,8
Chloride, PAC

Ferri sulfat Fe2(SO4)3.9H2O Kristal halus Asam 49

Ferri klorida FeCl3.6H2O Bongkah, cairan Asam 49

Ferro sulfat FeSO4.7H2O Kristal halus Asam > 8,5

Tabel. Jenis Koagulan


Zat Koagulan terhidrolisa yang paling umum digunakan dalam proses pengolahan air minum
adalah garam besi (ion Fe3+ ) atau Aluminium (ion Al3+ ) yang terdapat didalam bentuk yang berbeda-
beda seperti tercantum di atas dan bentuk lainnya seperti :
1. AlCl3
2. Aluminium klorida dan sulfat yang bersifat basa/alkalis
3. Senyawa kompleks dari zat-zat tersebut diatas.

Senyawa Besi
Untuk senyawa besi, tipe hidrolisa yang sama dapat berlangsung seperti :
Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+
Reaksi di atas dilanjutkan dengan reaksi H+ dengan alkalinitas seperti ditunjukkan oleh reaksi 2) dan 3).
Terdapat pula ion ferri hidrat seperti : [Fe(H2O)6]3+ dengan persamaan reaksi yang sama dengan hidrolisa
[Al(H2O)6]3+.
Pembentukan [Fe(H2O)2(OH)4] atau Fe(OH)4 hanya terjadi pada pH tinggi, tetapi tidak biasa
ditemui pada pengolahan secara konvensional, jadi batas pH untuk koagulasi dengan Fe 3+ lebih besar dari
pada untuk Al3+, sebagai contoh pH 9 untuk koagulasi dengan Fe 3+ dan 7,8 untuk Al3+.
Senyawa besi mempunyai tendensi membentuk jenis polinuklir yang lebih kecil dibandingkan
dengan aluminium.
Dosis kagulan yang diperlukan tergantung pada :
1. Konsentrasi warna.
2. Zeta potential (pengukuran mobilitas elektroforesa) juga merupakan faktor penting
untuk menghilangkan warna secara efektif. Hal ini erat hubungannya dengan sisa
konsentrasi warna. Pada pH yang optimum, sisa warna berkurang secara proporsional
dengan penambahan dosis koagulan.
3. Jenis koagulan koagulan yang dapat digunakan untuk menghilangkan warna adalah :
- Garam aluminium : Alum sulfat/tawas, Al2(SO4)3.xH2O, Polyaluminium chloride, PAC (PACl),
Aln(OH)mCl3n-m
- Garam besi (III) : Ferri sulfat, Fe 2(SO4)3.xH2O, Ferri klorida, FeCl3.
Semakin tinggi dosis koagulan yang digunakan akan menghasilkan efisiensi penghilangan warna yang
lebih besar pula, akan tetapi residu koagulan akan semakin besar.
Pada kasus pembentukan flok yang lemah dengan menggunakan dosis tawas optimum untuk
menghilangkan warna, polialumunium klorida (PAC) dapat digunakan sebagai koagulan pilihan selain
tawas. Koagulasi dengan poli alumunium klorida dapat dengan mudah memproduksi flok yang kuat
dalam air dengan jangkauan dosis yang lebih kecil dan rentang pH yang lebih besar, tanpa
mempertimbangkan kehadiran alkalinitas yang cukup.
By. : arifin_pararaja

Category Archives: Uncategorized

Post navigation
Older posts

PROTEKSI RADIASI DAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF


Posted on April 18, 2011 by dwioktavia

MAKALAH:
PROTEKSI RADIASI DAN PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

OLEH :

KELOMPOK II

LIYANI

SARNI MARWANTI

DEVINA CERYKA SARI

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2010

BAB I

PENDAHULUAN
1. A. Definisi

Limbah radioaktif didefinisikan sebagai material radioaktif atau material terkontaminasi yang
harus dibuang termasuk bahan bakar bekas. Atau menurut PP No. 27 Tahun 2002 tentang
Pengelolaan Limbah Radioaktif bahwa, Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan atau
bahan serta peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang memanfaatkan radiasi pengion yang tidak
dapat digunakan lagi.

Limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan untuk
pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir
untuk keperluan industri dan rumah sakit.

Sumber radioaktif banyak digunakan di berbagai kegiatan di Instalasi Radiometalurgi (IRM)-


PTBN, Batan. Kegiatan tersebut antara lain penelitian di bidang nuklir dan pasca iradiasi yang
menghasilkan limbah radioaktif. Penggunaan sumber radioaktif untuk kegiatan penelitian,
senantiasa menghasilkan limbah yang mengandung zat radioaktif dalam bentuk padat, cair
maupun gas. Limbah radioaktif merupakan limbah yang mengandung sejumlah radionuklida
yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia maupun lingkungan, sehingga harus dikelola
dengan baik.

1. B. Pengelompokan Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif (LRA) yang dihasilkan dari penggunaan tenaga nuklir, berdasarkan
konsentrasi dan asalnya dikelompokkan menjadi :

1. HLW (High Level Waste)

Limbah Radioaktif Tingkat Tinggi (HWL) jika limbah radioaktif tersebut mempunyai
radioaktivitas dan kalor yang dihasilkan yang melewati nilai batas yang telah ditetapkan.HLW
dihasilkan dari pemisahan uranium dan plutonium dari bahan bakar bekas pada fasilitas olah
ulang. Sebagian besar radionuklida HLW berasal dari unsur hasil belahan yang diperoleh dari
proses ekstraksi uranium dan plutonium hasil penguraian bahan bakar bekas. Limbah ini disebut
limbah radioaktif cair tingkat tinggi yang akan distabilkan dengan cara vitrifikasi (blok gelas)
sebagai LRA tingkat tinggi (HLW). Pilihan one through pada proses olah ulang tidak
dilakukan pada bahan bakar bekas.

2. LLW (Low Level Waste).

a. Limbah PLTN

Limbah PLTN adalah limbah yang dihasilkan dari proses dismantling dan pengoperasian PLTN,
terutama nuklida yang memancarkan beta d. Ensiklopedi Teknologi Nuklir -BATAN - 1/4an
gamma dengan waktu paro pendek. Limbah jenis ini akan disimpan pada fasiltas penyimpanan
tanah dangkal seperti yang ada di Rokkashomura-Jepang. Pada limbah hasil dismantling terdapat
rentang tingkat radioaktivitas yang lebar, dan dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu tinggi
(pemancar beta-gamma), sedang, dan rendah.

b. Limbah Uranium

Limbah Uranium dihasilkan dari proses konversi dan fabrikasi bahan bakar serta mesin
sentrifugal pada saat proses pengayaan. Jenis limbah ini mempunyai waktu paru yang sangat
panjang walaupun aktivitas radiasinya rendah dan tidak dapat disimpan pada fasilitas
penyimpanan tanah dangkal.

c. Limbah yang berasal dari fasilitas radioisotop dan laboratorium

Aplikasi radioisotop mencakup bidang yang sangat luas, misalnya dalam bidang kedokteran
(diagnostik dan terapi), farmasi (sebagai perunut), serta industri. Dari kegiatan tersebut
dihasilkan limbah radioaktif. Sedangkan limbah yang berasal dari laboratorium (pusat riset,
universitas, swasta) yang berhubungan dengan penelitian seperti penggunaan sumber radiasi,
bahan bakar reaktor, fasilitas pengolahan bahan bakar, disebut sebagai limbah laboratorium.
Limbah tersebut akan disimpan dalam sistem penyimpanan sederhana pada fasilitas tanah
dangkal.

1. C. Sumber Limbah

Pemanfaatan teknolgi nuklir ini dapat menimbulkan limbah yang banyak dikenal sebagai limbah
radioaktif. Limbah radioaktif adalah zat radioaktif yang tidak terpakai dan bahan bekas serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena operasi nuklir dan tidak
dapat digunakan lagi. Hal ini merupakan kendala untuk pengembangan lebih lanjut, sehingga
diperlukan pemecahan dengan menggunakan suatu metode analisis yang tepat yaitu Cost
Benefit Analysis.

Sumber radioaktif berasal dari:

1. Alam.

Lingkungan kita sendiri sebenarnya telah mendapat radioaktif alam seperti dari tanah, sinar
cosmic (75 100 mrem/th) sebagai akibat dari peluruhan Uranium dan Thorium.

1. Industri-industri yang memanfaatkan nuklir.


2. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

BAB II

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

Limbah radioaktif umumnya ditimbulkan dari kegiatan pengoperasian reaktor riset,


pemanfaatan sumber radiasi dan bahan radioaktif dalam bidang industri, pertanian, kedokteran
dan penelitian serta dari berbagai proses indusrti yang menggunakan bahan yang mengandung
radionuklida alam (Naturally Occurring Radioactive Material, NORM). Sedangkan di negara-
negara maju, limbah radioaktif juga ditimbulkan dari pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) dan kegiatan daur-ulang bahan bakar nuklir (BBN) bekas dan dekomisioning
instalasi/ fasilitas nuklir.

Pengelolaan limbah radioaktif dilaksanakan untuk mencegah timbulnya bahaya radiasi terhadap
pekerja, anggota masyarakat dan lingkungan hidup. Pengelolaan limbah radioaktif adalah
pengumpulan, pengelompokan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan sementara dan
penyimpanan lestari dan pembuangan limbah (disposal).

a. Pengumpulan

Penyebaran zat radioaktif dari radioaktif limbah dapat membahayakan pekerja radiasi maupun
lingkungan. Untuk mencegah terjadinya penyebaran tersebut diperlukan wadah yang memadai
berupa kantong plastik besar (sebagai penampung limbah radioaktif padat) yang dapat menahan
limbah dari kebocoran. Untuk memudahkan identifikasi limbah radioaktif, digunakan kantong
plastik berwarna kuning yang diletakkan di dalam kotak limbah dari bahan logam berwarna
kuning. Kantong-kantong plastik tersebut diletakkan di beberapa lokasi yang memiliki potensi
limbah radioaktif. Pengumpulan limbah dilakukan secara rutin setiap 2 minggu sekali.

b. Pengelompokan

Limbah padat yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikelompokkan menurut jenisnya yaitu
limbah padat yang mudah terbakar (berupa : kertas bekas penyapu dalam analisis kimia, proses
kimia dan lain-lain) dan limbah padat yang tidak mudah terbakar (berupa : botol bekas zat kimia,
peralatan gelas untuk analisis yang tidak terpakai dan lain-lain). Wadah untuk limbah yang
mudah terbakar dipisahkan dengan limbah yang tidak mudah terbakar. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah penanganan selanjutnya di instalasi pengolahan limbah radioaktif.

c. Pengepakan

Pengelompokan dan pengepakan limbah padat dilakukan di ruang limbah yang terletak di lantai
basement. Limbah yang mudah maupun tidak mudah terbakar dimasukkan ke dalam sebuah
drum limbah secara terpisah. Limbah yang telah dimasukkan ke dalam drum dipantau paparan
radiasinya sebelum penyegelan drum. Pengepakan limbah padat dilakukan setiap 6 bulan sekali
masing-masing 2 buah drum.

d. pengangkutan

Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan limbah radioaktif dari lokasi pihak penghasil
limbah menuju ke lokasi pengelolaan limbah. Kegiatan pengangkutan harus memenuhi syarat-
syarat keamanan dan keselamatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Terutama bila
lokasi penghasil limbah diluar kawasan BATAN diperlukan Ijin Pengangkutan Limbah dari
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten).
Pengangkutan dilakukan untuk memindahkan limbah dari IRM ke Instalasi Pengolahan Limbah
Radioaktif. Persiapan-persiapan yang harus ditempuh sebelum limbah diangkut keluar yaitu :

1. Persediaan wadah untuk menampung limbah yang akan dipindahkan. Wadah tersebut harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan antara lain kuat dan dapat menahan limbah dari
kebocoran.
2. Lokasi yang telah ditentukan untuk pembuangan/penyimpanan limbah. Sebelum dilakukan
pembuangan/penyimpanan limbah padat, lokasi yang berada di Instalasi Pengolahan Limbah
Radioaktif harus benar-benar dalam kondisi aman, sehingga tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai