Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN GETAH KARET PADA ASPAL AC

60/70 TERHADAP STABILITAS MARSHALL PADA


ASPHALT TREATED BASE (ATB)

Disusun Oleh
MUHAMAD MAHFUD HANAFI
160523602128

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2016
PENDAHULUAN

Sebagai bahan pengikat di dalam perkerasan jalan digunakan aspal minyak


penetrasi 60 dan penetrasi 80 atau yang biasa dissebut dengan AC 60/70 dan AC
80/90. Dari hasil pengamatan penggunaan AC 60/70 kurang tahan lama atau cepat
keras sehingga jalan cepat retak sedangkan penggunaan AC 80/90 kurang keras
sehingga permukaan jalan cepat bergelombang. Masalah ini timbuk karena iklim di
Indonesia, yaitu tropis. Untuk kondisi iklim seperti ini dalam proses pengkerasan jalan
perlu ditambahkan bahan pengikat yang bersifat keras, titik lembek yang tinggi,
elastis, pelekatan yang baik dan tahan lama. Untuk meningkatkan mutu aspal minyak
penetrasi 60/70 dan penetrasi 80/90 perlu menambahkan bahan lain, pada penelitian
ini dicoba mencampurkan aspal dengan lateks (getah karet).
Lateks merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat di Indonesia. Beberapa
jenis karet, baik karet alam maupun karet sintesis yang dapat digunakan dalam
campuran aspal. Karet untuk perkerasan jalan adalah karet butiran baik yang sudah
maupun yang belum mengalami vukanisasi dan karet padat serta karet cair (lateks).
Dalam hal ini peneliti memakai lateks sebagai bahan penambah aspal. Aspal yang
dipakai adalah aspal AC 60/70 yang disesuaikan dengan iklim yang ada di Indonesia
dan banyak digunakan dalam perkerasan jalan. Untuk pencampuran aspal AC 60/70
dengan lateks perlu dilakukan pengujian di laboratorium, sehingga dapat diketahui
sejauh mana karet alam ini dapat dimanfaatkan. Adapun tujuan penellitian yaitu :
1. Untuk mendapatkan hubungan penambahan Lateks terhadap parameter campuran
asphalt treated base yang terdiri dari Marshall Stability, Flow, Air Void, Marshall
Quotient.
2. Untuk mendapatkan besarnya persentase penambahan Lateks yang optimal
terhadap ATB ( Asphalt Treated Base ).
BAGIAN INTI

A. Asphalt Treated Base (ATB )


Jenis perkerasan ini merupakan campuran agregat dan pengikat yang telah
dipadatkan yang diletakkan diatas lapisan pondasi bawah dan berfungsi untuk
mendukung dan menyebarkan beban serta sebagai tempat meletakkan lapis
permukaan. Persyaratan campuran perkerasan ATB ( Asphalt Treated Base ) adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Persyaratan Parameter ATB ( Asphalt Treated Base )
No Uraian Persyaratan
1 Stabilitas ( kg ) >450
2 Rongga Udara Dalam Campuran ( % ) 48
3 Marshall Quotient ( KN / mm ) 1.8 4.0
4 Kadar Bitumen Efektif >55
Sumber : Buku Petunjuk Praktikum Jalan Raya Lab. TS. UMM, 1992

B. Aspal
Aspal adalah material yang berwarna hitam atau coklat tua dan berfungsi sebagai
bahan pengikat. Sebagai salah satu konstruksi bahan perkerasan lentur, aspal
merupakan komponen kecil, umumnya hanya berkisar 4 10 % berdasarkan berat atau
10 15 % berdasarkan volume tetapi merupakan komponen yang relative mahal.

C. Lateks ( Getah karet )


Lateks adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Lateks
yang baik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak terdapat kotoran atau benda-benda lain, seperti daun atau kayu.
b. Tidak tercampur dengan bubur Lateks, air ataupun serum Lateks.
c. Warna putih dan berbau karet segar.
d. Mempunyai kadar karet kering 20 % sampai 28 %
Bahan yang ditambahkan dengan aspal harus mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
a. Sifat baik dari aspal semula harus dipertahankan, termasuk pada saat
penyimpanan, pengeringan dan masa pelayanan.
b. Mudah diproses meskipun dengan peralatan konvensional
c. Secara fisik dan kimia tetap baik pada saat penyimpanan, pengerjaan, maupun
masa pelayanan.
Selain didalam literature, ada penelitian yang telah selesai melakukan dan masih
terus dikembangkan, yaitu Leksiminingsih dari Pusat Litbang Jalan Bandung, yang
telah meneliti campuran aspal minyak dengan Lateks menggunakan kadar karet kering
60%.
PENELITIAN

1.1 Pemeriksaan Material


Materal yang digunakan adalah Agregat kasar dan Agregat halus. Pemeriksaan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan keausan agregat dengan mesin Los Angeles
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap
keausan dengan mempergunakan mesin Los Angeles. Keausan tersebut dinyatakan
dalam perbandingan antara berat bahan aus lewat saringan no 12 terhadap berat
semula, dalam persen.
b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar
Pengujian ini bertujuan untuk membuat suatu distribusi ukuran agregat kasar
dalam bentuk grafik yang dapat memperlihatkan pembagian butir (gradasi) suatu
agregat dengan menggunakan saringan.
c. Sand equivalent
d. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat halus
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis
kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent)
dan penyerapan dari agregat halus.
e. Analisis saringan agregat
Metode ini digunakan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus
dan agregat kasar dengan menggunakan saringan, tujuannya untuk memperoleh
distribusi besaran atau jumlah persen-tase butiran.

1.2 Pemeriksaan Aspal AC 60/70


Pada penelitian ini aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70. Pemeriksaan
yang dilakukan sebagai berikut :
a. Test Penetrasi : masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu
5 detik dengan beban 100gram pada suhu 25 C (SNI 06-2456-1991). Test penetrasi
merupakan suatu pengujian yang sangat penting itu dikarenakan penetrasi dapat
menunjukkan mutu suatu aspal.
b. Test Daktilitas : nilai keelastisitasan aspal yang diukur dari jarak terpanjang,
apabila antar dua cetakan berisi bitumen yang ditarik sebelum putus pada suhu dan
kecepatan tertentu (SNI 06-2432-1991)
c. Test Titik Lembek Aspal : suhu pada saat bola baja, dengan berat tertentu
mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincinberukuran tertentu,
sehingga pelat dasar yang terletak dibawah cincin pada tinggi 25,4 mm, sebagai
akibat kecepatan pemanasan tertentu (SNI 06-2434-1991)
d. Test Titik Nyala dan Titik Bakar : suhu pada saat terlihat nyala singkat kurang dari
5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal (SNI 032-2433-1991)
Setelah melakukan pemeriksaan terhadap aspal AC 60/70 didapatkannya hasil
sebagai berikut :
Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Lab Syarat aspal Pen 60/70 Satuan
Min Max
1. Penetrasi 68 60 79 0,1 mm
2. Titik Lembek 50 48 58 C
3. Titik Nyala 300 200 - C
4. Daktilitas 142 100 - cm
Tabel 2. Pemeriksaan Aspal

Berdasarkan hasil analisis pemeriksaan aspal AC 60/70, maka dapat disimpulkan


bahwa dari hasil yang didapat sudah memenuhi standar yang ditentukan. Dari hasil
keseluruhan yang telah dilakukan pemeriksaan kualitas bahan yang dipakai dalam
penelitian ini didapat bahwa semua material yang diuji layak digunakan sebagai bahan
campuran Asphalt Treated Base (ATB). Tetapi apabila tidak layak makan tidak dapat
melakukan penelitian dan harus mengulang dari awal.

1.3 Perencanaan Komposisi Campuran


Perencanaan komposisi campuran adalah perbandingan campuran material yang
sesuai sehingga akan memperoleh hasil yang sesuai, apabila perbandingan campuran
material tidak sesuai maka hasil yang di peroleh tidak sesuai. Pada penelitian kali ini
menggunakan Aspal AC 60/70 karna sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia dan
sebelum perencanaan komposisi campuran ini Aspal AC 60/70 sudah dilakukan
pengujian dan hasil dari pengujian itu telah memenuhi syarat.
Apabila telah selesai menyiapkan semua campuran materian kemudian membuat
benda uji dengan variasi kadar aspal tertentu terhadap agregat dengan kadar lateks 0%
(tanpa lateks), masing - masing variasi aspal dibuat menjadi 3sampel jadi jumlah
sampel kadar lateks 0% ada 21 sampel dan bigitu seterunya ketika kadar lateks
ditambahkan dan dengan kadar aspal ditambahkan juga.
Setelah pembuatan benda uji maka akan dilakukan Test Marshall. Test Marshall
dilakukan untuk mengetahui nilai stabilitas serta analisa kepadatan dan pori campuran
padat yang terbentuk.
Stabilitas Marshall
Nilai stabilitas yang ada merupakan data hasil pengujian benda uji yang telah
dilakukan perhitungan. Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai
berikut :
a. Nilai stabilitas dibaca artinya nilai stabilitas yang didapat dari jarum petunjuk
angka stabilitas pada Marshall Test
b. Stabilitas dihitung adalah nilai stabilitas yang didapat dari tabel kalibrasi,
dengan interpolasi bagi yang tidak terdapat didalam tabel.
c. Angka koreksi didapat berdasarkan pada table benda uji, dengan interpolasi
bagi yang tidak ada ditabel.
d. Stabilitas disesuaikan adalah nilai stabilitas hasil dari perhitungan yang
dikalikan dengan agka koreksiAir Void Campuran
Nilai Air Void ( rongga udara ) dari penelitian ini tidak dapat diperoleh secara
langsung dengan pengujian benda uji, sehingga perlu dilakukan perhitungan
tertentu. Perhitungan untuk mendapatkan nilai rongga udara harus dilakukan
berdasarkan penambahan Lateks

Setelah melakukan test marshall maka akan diperoleh Aspal Optimum. Aspal
optimum AC 60/70 ditambah dengan lateks kemudian pembuatan benda uji
dengankadar aspal optimum, dibuat variasi kadar lateks tertentu, dimana masing-
masing variasi dibuat 3 sampel. Setelah pembuatan benda uji dilakukan test marshall
seperti sebelumnya untuk menentukan stabilitas campuran Aspal Optimum AC 60/70
dengan lateks. Setelah melakukan penelitian ini maka akan memperoleh data data
hasil pengujian. Uji hipotesa yang dipakai dalam penelitian ini berupa analisa regresi
linier untuk mengetahui pengaruh penambahan Lateks ( getah karet ).
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisa data yang telah
dilakukan maka disimpulkan hal hal sebagai berikut :
a. Pengaruh kadar lateks pada campuran Asphlat Treated Base (ATB) terhadap
stabilitas adalah dengan lateks 0.0% menunjukkan nilai stabilitas 630.90 kg.
sedangkan pada penambahan kadar lateks optimum sebesar 3.5% didapat nilai
stabilitas 1435.21 kg.
b. Pengaruh penambahan kadar Lateks pada campuran Asphalt Treated Base ( ATB )
terhadap Air Void menunjukkan kondisi naik mulai dari 0.0 % sampai 6.0 %. Hal
ini karena aspal yang telah bercampur dengan Lateks menjadi lebih kental dan
padat, sehingga rongga udara dalam campuran akan lebih kecil.
c. Pengaruh penambahan kadar Lateks pada campuran Asphalt Treated Base ( ATB )
terhadap Flow menunjukkan nilai sebesar 3.14 mm pada kadar Lateks 0.0 %,
sedangkan pada penambahan kadar Lateks 6.0 % nilai Flow didapat 3.17 mm.
Pada penambahan kadar Lateks 3.5 % didapat nilai Flow sebesar 3.86 mm.
d. Penambahan kadar Lateks 0.0 % menunjukkan nilai Marshall Quotient 1.967
KN/mm sedangkan pada penambahan kadar Lateks 6 % menunjukkan nilai
Marshall Quotient 3.065 KN/mm. Pada penambahan kadar Lateks Optimum
sebesar 3.5 % didapat nilai Marshall Quotient 3.652 KN/mm.
e. Kadar Lateks Optimum sebesar 2.5 % dan kadar aspal optimum sebesar 3.7 %,
menunjukkan bahwa penggunaan Lateks dapat mengurangi jumlah penggunaan
aspal dalam campuran untuk perkerasan jalan raya, sehingga dapat menghemat
sumber daya alam.
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmts/article/viewFile/1111/1195

Anda mungkin juga menyukai