Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KEGIATAN KEMITRAAN ASURANSI KESEHATAN


MASYARAKAT UNTUK JASA PELAYANAN PUSKESMAS
MEGANG

Instansi : Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau


Program : Pelayanan Kesehatan JKN
Kegiatan : Kemitraan Asuransi Kesehatan Masyarakat
Hasil : Terbayarnya Jasa pelayanan KesehatanLubuklinggau
Indikator Kinerja : Terbayarnya Jasa Pelayanan BPJS di Puskesmas Megang
Jenis Keluaran : - Pertanggung Jawaban Jasa Pelayanan BPJS Puskesmas Megang dalam
bentuk dokumen
Volume Keluaran : 12
Satuan Ukuran : bulan
Keluaran

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28 ayat (1) bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Pasal 34 mengamanatkan ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak-
anak yang terlantar dipelihara oleh negara sedangkan ayat (3) bahwa negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
umum yang layak.
b. c. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
e. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
f. Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 29)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 255);
g. Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang Pengelolaan dan
Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah (lLembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 81);
h. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2014 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional untuk Jasa Pelayanan Kesehatan dan
Dukungan Biaya Operasional pada Fasilitas Kesehaatn Tingkat Pertama Milik
Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 589);

i. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
j. Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 255);
k. Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 7 Tahun 2013 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 (Lembaran
Daerah Kota Lubuklinggau Tahun 2013 Nomor 7);

2. Gambaran Umum

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28 dan Undang-Undang Nomor 23


tahun 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya dan negara
bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Masyarakat miskin dan tidak mampu lebih rentan terhadap penyakit dan
mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya
kebersihan lingkungan, perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih
masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan
pendidikan yang masih rendah.
Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian
Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Selatan masih cukup
tinggi yaitu AKB sebesar 26.9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per
100.000 kelahiran hidup serta Umur Harian Hidup 70.5 per tahun (Data BPS
2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah diakibatkan
karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Keadaan ini terjadi terutama
pada keadaan dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri dalam sistem
tunai.
Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih,
karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola pembayaran
tunai langsung kepada pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dn
degenerative serta inflansi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan itu semakin
sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat.
Peningkatan biaya itu mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan
karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan.
Di Indonesia dikembangkan beberapa Ansuransi yang menjamin kesehatan
misalnya untuk pegawai negeri sipil (PNS) adanya Ansuransi Kesehatan
(ASKES) berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 yang bersifat
wajib bagi PNS/Penerima Pensiun/Veteran dan anggota keluarganya.
PrajuritTentara Nasional Indonesia (TNI), anggotaKepolisian Republik Indonesia
(POLRI) dan PNS Departemen Pertahanan/TNI/POLRI berserta keluarganya telah
dilaksanakan Program Ansuransi Sosial Angkatan Replublik Indonesia (ASABRI)
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 yang merupakan
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971. Tenaga kerja swasta
telah diatur dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) .

JAMINAN Kesehatan Nasional (JKN) merupakan jaminan perlindungan


kesehatan agar peserta memeroleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan pada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Dalam operasionalnya, JKN akan dikelola oleh BPJS Kesehatan.
pada tahun 2014 jumlah peserta BPJS untuk masyarakat kota
Lubuklinggau di kecamatan.sejumlah..
B. PENERIMA MANFAAT
Jasa Pelayanan BPJS di Puskesmas Megang diterima oluh seluruh pegawai
Puskesmas Megang baik yang berada di puskesmas maupun yang berada di pustu dan
poskeslur yang berada dalam wilayah kerja puskesmas Megang
C. STATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksana
Metode pelaksanaan pembagian jasa pelayanan BPJS puskesmas Megang
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan kurang 70 % dari dana kapitasi yang
berdasarkan ketenagaan /pendidikan, kehadiran keterlambatan yang berupa point,
dan diperkuat dengan keputusan Walikota Lubuklinggau dimana Jasa Pelayanan
untuk puskesmas sebesar 60 % dari dana kapitasi BPJS
2. Tahapan Kegiatan
Pembayaran Kapitas dan klaim BPJS dibayarkan kePuskesmas Megang melalui
rekening yang telah ditunjuk oleh walikota dan merupakan bagian dari rekening
kas daerah yang meliputi :
1. Puskesmas Memferifikasi Kedinas dalam bentuk SPJ Jasa
Pelayanan BPJS
2. Puskesmas Membuat SP3B Jasa Pelayanan
3. SP3B Naik Ke Kasubag Keuangan
4. SP3B dibawa ke DPPKA
5. Bank Untuk Pencairan dana Jasa Pelayanan
.

D. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan ini dilakukan selama satu tahun mulai januari s/d desember 2015.

E. Biaya Diperlukan
Total biaya yang diperlukan untuk Jasa Pelayanan BPJS Puskesmas Megang sebesar
Rp439.560.000

Mengetahui,
KUPTD Puskesmas Megang

AH.ROSYIDI,SKM
NIP.19620106 198812 1 001

Anda mungkin juga menyukai